tag:blogger.com,1999:blog-47366736969215490582024-03-05T13:51:29.643-08:00Kumpulan Cerita Seks + Cerita Dewasa + Video Porno | cinemabirucinemabiru.blogspot.com berisi kumpulan cerita seks,cerita bokep,cerita dewasa,cerita panas,cerita hot,cerita abg, dan video porno terbaru.cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comBlogger22125tag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-68772955622409273722011-11-19T19:20:00.000-08:002011-11-19T19:21:32.105-08:00Bercinta Dengan Mantan Murid<div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Namaku Asmiati, tinggi 160 sentimeter, berat 56 kilogram, lingkar pinggang 65 sentimeter. Secara keseluruhan, sosokku kencang, garis tubuhku tampak bila mengenakan pakaian yang ketat terutama pakaian senam. Aku adalah Ibu dari dua anak berusia 44 tahun dan bekerja sebagai seorang guru disebuah SLTA di kota S.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kata orang tahi lalat di daguku seperti Berliana Febriyanti, dan bentuk tubuhku mirip Minati Atmanegara yang tetap kencang di usia yang semakin menua. Mungkin mereka ada benarnya, tetapi aku memiliki payudara yang lebih besar sehingga terlihat lebih menggairahkan dibanding artis yang kedua. Semua karunia itu kudapat dengan olahraga yang teratur.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kira-kira 6 tahun yang lalu saat usiaku masih 38 tahun salah seorang sehabatku menitipkan anaknya yang ingin kuliah di tempatku, karena ia teman baikku dan suamiku tidak keberatan akhirnya aku menyetujuinya. Nama pemuda itu Sandi, kulitnya kuning langsat dengan tinggi 173 cm. Badannya kurus kekar karena Sandi seorang atlit karate di tempatnya. Oh ya, Sandi ini pernah menjadi muridku saat aku masih menjadi guru SD.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sandi sangat sopan dan tahu diri. Dia banyak membantu pekerjaan rumah dan sering menemani atau mengantar kedua anakku jika ingin bepergian. Dalam waktu sebulan saja dia sudah menyatu dengan keluargaku, bahkan suamiku sering mengajaknya main tenis bersama. Aku juga menjadi terbiasa dengan kehadirannya, awalnya aku sangat menjaga penampilanku bila di depannya. Aku tidak malu lagi mengenakan baju kaos ketat yang bagian dadanya agak rendah, lagi pula Sandi memperlihatkan sikap yang wajar jika aku mengenakan pakaian yang agak menonjolkan keindahan garis tubuhku.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sekitar 3 bulan setelah kedatangannya, suamiku mendapat tugas sekolah S-2 keluar negeri selama 2, 5 tahun. Aku sangat berat melepasnya, karena aku bingung bagaimana menyalurkan kebutuhan sex-ku yang masih menggebu-gebu. Walau usiaku sudah tidak muda lagi, tapi aku rutin melakukannya dengan suamiku, paling tidak seminggu 5 kali. Mungkin itu karena olahraga yang selalu aku jalankan, sehingga hasrat tubuhku masih seperti anak muda. Dan kini dengan kepergiannya otomatis aku harus menahan diri.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Awalnya biasa saja, tapi setelah 2 bulan kesepian yang amat sangat menyerangku. Itu membuat aku menjadi uring-uringan dan menjadi malas-malasan. Seperti minggu pagi itu, walau jam telah menunjukkan angka 9. Karena kemarin kedua anakku minta diantar bermalam di rumah nenek mereka, sehingga hari ini aku ingin tidur sepuas-puasnya. Setelah makan, aku lalu tidur-tiduran di sofa di depan TV. Tak lama terdengar suara pintu dIbuka dari kamar Sandi.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kudengar suara langkahnya mendekatiku.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Bu Asmi..?" Suaranya berbisik, aku diam saja. Kupejamkan mataku makin erat. Setelah beberapa saat lengang, tiba-tiba aku tercekat ketika merasakan sesuatu di pahaku. Kuintip melalui sudut mataku, ternyata Sandi sudah berdiri di samping ranjangku, dan matanya sedang tertuju menatap tubuhku, tangannya memegang bagian bawah gaunku, aku lupa kalau aku sedang mengenakan baju tidur yang tipis, apa lagi tidur telentang pula. Hatiku menjadi berdebar-debar tak karuan, aku terus berpura-pura tertidur.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Bu Asmi..?" Suara Sandi terdengar keras, kukira dia ingin memastikan apakah tidurku benar-benar nyeyak atau tidak.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Aku memutuskan untuk pura-pura tidur. Kurasakan gaun tidurku tersingkap semua sampai keleher.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Lalu kurasakan Sandi mengelus bibirku, jantungku seperti melompat, aku mencoba tetap tenang agar pemuda itu tidak curiga. Kurasakan lagi tangan itu mengelus-elus ketiakku, karena tanganku masuk ke dalam bantal otomatis ketiakku terlihat. Kuintip lagi, wajah pemuda itu dekat sekali dengan wajahku, tapi aku yakin ia belum tahu kalau aku pura-pura tertidur kuatur napas selembut mungkin.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Lalu kurasakan tangannya menelusuri leherku, bulu kudukku meremang geli, aku mencoba bertahan, aku ingin tahu apa yang ingin dilakukannya terhadap tubuhku. Tak lama kemuadian aku merasakan tangannya meraba buah dadaku yang masih tertutup BH berwarna hitam, mula-mula ia cuma mengelus-elus, aku tetap diam sambil menikmati elusannya, lalu aku merasakan buah dadaku mulai diremas-remas, aku merasakan seperti ada sesuatu yang sedang bergejolak di dalam tubuhku, aku sudah lama merindukan sentuhan laki-laki dan kekasaran seorang pria. Aku memutuskan tetap diam sampai saatnya tiba.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sekarang tangan Sandi sedang berusaha membuka kancing BH-ku dari depan, tak lama kemudian kurasakan tangan dingin pemuda itu meremas dan memilin puting susuku. Aku ingin merintih nikmat tapi nanti amalah membuatnya takut, jadi kurasakan remasannya dalam diam. Kurasakan tangannya gemetar saat memencet puting susuku, kulirik pelan, kulihat Sandi mendekatkan wajahnya ke arah buah dadaku. Lalu ia menjilat-jilat puting susuku, tubuhku ingin menggeliat merasakan kenikmatan isapannya, aku terus bertahan. Kulirik puting susuku yang berwarna merah tua sudah mengkilat oleh air liurnya, mulutnya terus menyedot puting susuku disertai gigitan-gigitan kecil. Perasaanku campur aduk tidak karuan, nikmat sekali.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Tangan kanan Sandi mulai menelusuri selangkanganku, lalu kurasakan jarinya meraba vaginaku yang masih tertutup CD, aku tak tahu apakah vaginaku sudah basah apa belum. Yang jelas jari-jari Sandi menekan-nekan lubang vaginaku dari luar CD, lalu kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam CD-ku. Jantungku berdetak keras sekali, kurasakan kenikmatan menjalari tubuhku. Jari-jari Sandi mencoba memasuki lubang vaginaku, lalu kurasakan jarinya amblas masuk ke dalam, wah nikmat sekali. Aku harus mengakhiri Sandiwaraku, aku sudah tak tahan lagi, kubuka mataku sambil menyentakkan tubuhku.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Sandi!! Ngapain kamu?"</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Aku berusaha bangun duduk, tapi tangan Sandi menekan pundakku dengan keras. Tiba-tiba Sandi mecium mulutku secepat kilat, aku berusaha memberontak dengan mengerahkan seluruh tenagaku. Tapi Sandi makin keras menekan pundakku, malah sekarang pemuda itu menindih tubuhku, aku kesulitan bernapas ditindih tubuhnya yang besar dan kekar berotot. Kurasakan mulutnya kembali melumat mulutku, lidahnya masuk ke dalam mulutku, tapi aku pura-pura menolak.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Bu.., maafkan saya. Sudah lama saya ingin merasakan ini, maafkan saya Bu... " Sandi melepaskan ciumannya lalu memandangku dengan pandangan meminta.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Kamu kan bisa denagan teman-teman kamu yang masih muda. Ibukan sudah tua," Ujarku lembut.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Tapi saya sudah tergila-gila dengan Bu Asmi.. Saat SD saya sering mengintip BH yang Ibu gunakan... Saya akan memuaskan Ibu sepuas-puasnya," jawab Sandi.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Ah kamu... Ya sudah terserah kamu sajalah"</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Aku pura-pura menghela napas panjang, padahal tubuhku sudah tidak tahan ingin dijamah olehnya.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Lalu Sandi melumat bibirku dan pelan-pelan aku meladeni permainan lidahnya. Kedua tangannya meremas-remas pantatku. Untuk membuatnya semakin membara, aku minta izin ke WC yang ada di dalam kamar tidurku. Di dalam kamar mandi, kubuka semua pakaian yang ada di tubuhku, kupandangi badanku di cermin. Benarkah pemuda seperti Sandi terangsang melihat tubuhku ini? Perduli amat yang penting aku ingin merasakan bagaimana sich bercinta dengan remaja yang masih panas.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Keluar dari kamar mandi, Sandi persis masuk kamar. Matanya terbeliak melihat tubuh sintalku yang tidak berpenutup sehelai benangpun.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Body Ibu bagus banget.. " dia memuji sembari mengecup putting susuku yang sudah mengeras sedari tadi. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Lalu diciuminya sekujur tubuhku, mulai dari pipi, kedua telinga, leher, hingga ke dadaku. Sepasang payudara montokku habis diremas-remas dan diciumi. Putingku setengah digigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot dengan sangat bernafsu.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Ibu hebat...," desisnya.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Apanya yang hebat..?" Tanyaku sambil mangacak-acak rambut Sandi yang panjang seleher.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Badan Ibu enggak banyak berubah dibandingkan saya SD dulu" Katanya sambil terus melumat puting susuku. Nikmat sekali.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Itu karena Ibu teratur olahraga" jawabku sembari meremas tonjolan kemaluannya. Dengan bergegas kuloloskan celana hingga celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia lalu duduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki mengangkang. DIbukanya sendiri baju kaosnya, sementara aku berlutut meraih batang penisnya, sehingga kini kami sama-sama bugil.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Agak lama aku mencumbu kemaluannya, Sandi minta gantian, dia ingin mengerjai vaginaku.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Masukin aja yuk, Ibu sudah ingin ngerasain penis kamu San!" Cegahku sambil menciumnya.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sandi tersenyum lebar. "Sudah enggak sabar ya ?" godanya.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Kamu juga sudah enggak kuatkan sebenarnya San," Balasku sambil mencubit perutnya yang berotot.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sandi tersenyum lalu menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, berguling-guling di atas ranjang. Ternyata Sandi pintar sekali bercumbu. Birahiku naik semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Terasa vaginaku semakin berdenyut-denyut, lendirku kian membanjir, tidak sabar menanti terobosan batang kemaluan Sandi yang besar.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Berbeda dengan suamiku, Sandi nampaknya lebih sabar. Dia tidak segera memasukkan batang penisnya, melainkan terus menciumi sekujur tubuhku. Terakhir dia membalikkan tubuhku hingga menelungkup, lalu diciuminya kedua pahaku bagian belakang, naik ke bongkahan pantatku, terus naik lagi hingga ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sandi menyelipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, tubuh kami berimpitan dengan posisi aku membelakangi Sandi, lalu diremas-remasnya buah dadaku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan sesekali pipiku. Sementara itu tangan kanannya mengusap-usap vaginaku dari belakang. Terasa jari tengahnya menyusup lembut ke dalam liang vaginaku yang basah merekah.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Vagina Ibu bagus, tebel, pasti enak 'bercinta' sama Ibu...," dia berbisik persis di telingaku. Suaranya sudah sangat parau, pertanda birahinya pun sama tingginya dengan aku. Aku tidak bisa bereaksi apapun lagi. Kubiarkan saja apapun yang dilakukan Sandi, hingga terasa tangan kanannya bergerak mengangkat sebelah pahaku.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Mataku terpejam rapat, seakan tak dapat lagi membuka. Terasa nafas Sandi semakin memburu, sementara ujung lidahnya menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya menggenggam dan meremas gemas buah dadaku, sementara yang kanan mengangkat sebelah pahaku semakin tinggi. Lalu..., terasa sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke liang vaginaku dari arah belakang. Oh, my God, dia telah memasukkan rudalnya...!!!</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sejenak aku tidak dapat bereaksi sama sekali, melainkan hanya menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inci demi inci batang kemaluan Sandi memasuki liang vaginaku. Terasa penuh, nikmat luar biasa.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Oohh...," sesaat kemudian aku mulai bereaksi tak karuan. Tubuhku langsung menggerinjal-gerinjal, sementara Sandi mulai memaju mundurkan tongkat wasiatnya. Mulutku mulai merintih-rintih tak terkendali.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Saann, penismu enaaak...!!!," kataku setengah menjerit.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sandi tidak menjawab, melainkan terus memaju mundurkan rudalnya. Gerakannya cepat dan kuat, bahkan cenderung kasar. Tentu saja aku semakin menjerit-jerit dibuatnya. Batang penisnya yang besar itu seperti hendak membongkar liang vaginaku sampai ke dasar.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Oohh..., toloongg.., gustii...!!!"</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sandi malah semakin bersemangat mendengar jerit dan rintihanku. Aku semakin erotis.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Aahh, penismu..., oohh, aarrghh..., penismuu..., oohh...!!!"</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sandi terus menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, apalagi dengan batang penis yang luar biasa keras dan kaku. Walaupun kami bersetubuh dengan posisi menyamping, nampaknya Sandi sama sekali tidak kesulitan menyodokkan batang kemaluannya pada vaginaku. Orgasmeku cepat sekali terasa akan meledak.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Ibu mau keluar! Ibu mau keluaaar!!" aku menjerit-jerit.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Yah, yah, yah, aku juga, aku juga! Enak banget 'bercinta' sama Ibu!" Sandi menyodok-nyodok semakin kencang.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Sodok terus, Saann!!!... Yah, ooohhh, yahh, ugghh!!!"</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Teruuss..., arrgghh..., sshh..., ohh..., sodok terus penismuuu...!"</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Oh, ah, uuugghhh... "</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Enaaak..., penis kamu enak, penis kamu sedap, yahhh, teruuusss..."</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantat Sandi, kuremas bongkahan pantatnya, sementara paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. Terasa vaginaku berdenyut-denyut kencang sekali. Aku orgasme!</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sesaat aku seperti melayang, tidak ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terkatakan. Mungkin sudah ada lima tahun aku tak merasakan kenikmatan seperti ini. Sandi mengecup-ngecup pipi serta daun telingaku. Sejenak dia membiarkan aku mengatur nafas, sebelum kemudian dia memintaku menungging. Aku baru sadar bahwa ternyata dia belum mencapai orgasme.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kuturuti permintaan Sandi. Dengan agak lunglai akibat orgasme yang luar biasa, kuatur posisi tubuhku hingga menungging. Sandi mengikuti gerakanku, batang kemaluannya yang besar dan panjang itu tetap menancap dalam vaginaku.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Lalu perlahan terasa dia mulai mengayun pinggulnya. Ternyata dia luar biasa sabar. Dia memaju mundurkan gerak pinggulnya satu-dua secara teratur, seakan-akan kami baru saja memulai permainan, padahal tentu perjalanan birahinya sudah cukup tinggi tadi.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Aku menikmati gerakan maju-mundur penis Sandi dengan diam. Kepalaku tertunduk, kuatur kembali nafasku. Tidak berapa lama, vaginaku mulai terasa enak kembali. Kuangkat kepalaku, menoleh ke belakang. Sandi segera menunduk, dikecupnya pipiku.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"San.. Kamu hebat banget.. Ibu kira tadi kamu sudah hampir keluar," kataku terus terang.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Emangnya Ibu suka kalau aku cepet keluar?" jawabnya lembut di telingaku.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Aku tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Sandi mengerti, diciumnya bibirku. Lalu dia menggenjot lebih cepat. Dia seperti mengetahui bahwa aku mulai keenakan lagi. Maka kugoyang-goyang pinggulku perlahan, ke kiri dan ke kanan.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sandi melenguh. Diremasnya kedua bongkah pantatku, lalu gerakannya jadi lebih kuat dan cepat. Batang kemaluannya yang luar biasa keras menghunjam-hunjam vaginaku. Aku mulai mengerang-erang lagi.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Oorrgghh..., aahh..., ennaak..., penismu enak bangeett... Ssann!!"</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sandi tidak bersuara, melainkan menggecak-gecak semakin kuat. Tubuhku sampai terguncang-guncang. Aku menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat naik semakin tinggi. Kurasakan Sandi pun kali ini segera akan mencapai klimaks. Maka kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatku, sesekali kumajumundurkan berlawanan dengan gerakan Sandi. Pemuda itu mulai mengerang-erang pertanda dia pun segera akan orgasme.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Tiba-tiba Sandi menyuruhku berbalik. Dicabutnya penisnya dari kemaluanku. Aku berbalik cepat. Lalu kukangkangkan kedua kakiku dengan setengah mengangkatnya. Sandi langsung menyodokkan kedua dengkulnya hingga merapat pada pahaku. Kedua kakiku menekuk mengangkang. Sandi memegang kedua kakiku di bawah lutut, lalu batang penisnya yang keras menghunjam mulut vaginaku yang menganga.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Aarrgghhh...!!!" aku menjerit.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Aku hampir keluar!" Sandi bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Sandi. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Terus, Sayang..., teruuusss...!"desahku.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Ooohhh, enak sekali..., aku keenakan..., enak 'bercinta' sama Ibu!" Erang Sandi</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan...!" Balasku.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Aku sudah hampir keluar, Buu..., vagina Ibu enak bangeet... "</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Ibu juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss..., yaah, aku juga mau keluarr!"</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Ah, oh, uughhh, aku enggak tahan, aku enggak tahan, aku mau keluaaar...!"</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Yaahh teruuss, sodok teruss!!! Ibu enak enak, Ibu enak, Saann..., aku mau keluar, aku mau keluar, vaginaku keenakan, aku keenakan 'bercinta' sama kamu..., yaahh..., teruss..., aarrgghh..., ssshhh..., uughhh..., aarrrghh!!!"</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Tubuhku mengejang sesaat sementara otot vaginaku terasa berdenyut-denyut kencang. Aku menjerit panjang, tak kuasa menahan nikmatnya orgasme. Pada saat bersamaan, Sandi menekan kuat-kuat, menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam di liang vaginaku.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Oohhh...!!!" dia pun menjerit, sementara terasa kemaluannya menyembur-nyemburkan cairan mani di dalam vaginaku. Nikmatnya tak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme dalam waktu persis bersamaan seperti itu.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Lalu tubuh kami sama-sama melunglai, tetapi kemaluan kami masih terus bertautan. Sandi memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sIbuk mengatur nafas.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Enak banget," bisik Sandi beberapa saat kemudian.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Hmmm..." Aku menggeliat manja. Terasa batang kemaluan Sandi bergerak-gerak di dalam vaginaku.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Vagina Ibu enak banget, bisa nyedot-nyedot gitu..."</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Apalagi penis kamu..., gede, keras, dalemmm..."</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sandi bergerak menciumi aku lagi. Kali ini diangkatnya tangan kananku, lalu kepalanya menyusup mencium ketiakku. Aku mengikik kegelian. Sandi menjilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tapi enak. Apalagi kemudian lidahnya terus menjulur-julur menjilati buah dadaku.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sandi lalu menetek seperti bayi. Aku mengikik lagi. Putingku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Sandi karena kelakuannya itu membuat birahiku mulai menyentak-nyentak lagi. Sandi mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis, lalu berkata,</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">"Aku bisa enggak puas-puas 'bercinta' sama Ibu... Ibu juga suka kan?"</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Aku tersenyum saja, dan itu sudah cukup bagi Sandi sebagai jawaban. Alhasil, seharian itu kami bersetubuh lagi. Setelah break sejenak di sore hari malamnya Sandi kembali meminta jatah dariku. Sedikitnya malam itu ada 3 ronde tambahan yang kami mainkan dengan entah berapa kali aku mencapai orgasme. Yang jelas, keesokan paginya tubuhku benar-benar lunglai, lemas tak bertenaga.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Hampir tidak tidur sama sekali, tapi aku tetap pergi ke sekolah. Di sekolah rasanya aku kuyu sekali. Teman-teman banyak yang mengira aku sakit, padahal aku justru sedang happy, sehabis bersetubuh sehari semalam dengan bekas muridku yang perkasa.</span></div>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-58801548032897275552011-11-19T19:18:00.001-08:002011-11-19T19:18:33.018-08:00Kenangan Lain Bersama Sopirku<div style="text-align: justify;">Kisahku yang satu ini adalah lanjutan dari kisahku yang berjudul 'Kenangan Bersama Sopirku' jadi kejadiannya sudah cukup lama, waktu aku masih kelas tiga SMU, umurku juga masih 18 tahun ketika itu. Sejak aku menyerahkan tubuhku pada Tohir, sopirku, dia sering memintaku melakukannya lagi setiap kali ada kesempatan, bahkan terkadang aku dipaksanya melayani nafsunya yang besar itu.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Ketika di mobil dengannya tidak jarang dia suruh aku mengoralnya, kalaupun tidak, minimal dia mengelus-elus paha mulusku atau meremas dadaku. Pernah malah ketika kedua orang tuaku keluar kota dia ajak aku tidur bersamanya di kamarku. Memang di depan orang tuaku dia bersikap padaku sebagaimana sopir terhadap majikannya, namun begitu jauh dari mereka keadaan menjadi berbalik akulah yang harus melayaninya. Mulanya sih aku memang agak kesal karena sikapnya yang agak kelewatan itu, tapi di lain pihak aku justru menikmatinya.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Tepatnya dua minggu sebelum ebtanas, aku sedang belajar sambil selonjoran bersandar di ujung ranjangku. Ketika itu waktu sudah menunjukkan pukul 23.47, suasananya hening sekali pas untuk menghafal. Tiba-tiba konsentrasiku terputus oleh suara ketukan di pintu. Kupikir itu Mamaku yang ingin menengokku, tapi ketika pintu kubuka, jreenngg.. Aku tersentak kaget, si Tohir ternyata.</div><br />
<div style="text-align: justify;">"Ih, ngapain sih Bang malam-malam gini, kalau keliatan Papa Mama kan gawat tahu"<br />
<br />
<br />
"Anu Non, nggak bisa tidur nih.. Mikirin Non terus sih, bisa nggak Non sekarang.. Sudah tiga hari nih?" katanya dengan mata menatapi tubuhku yang terbungkus gaun tidur pink.<br />
<br />
<br />
"Aahh.. Sudah ah Bang, saya kan harus belajar sudah mau ujian, nggak mau sekarang ah!" omelku sambil menutup pintu.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Namun sebelum pintu tertutup dia menahannya dengan kaki, lalu menyelinap masuk dan baru menutup pintu itu dan menguncinya.</div><br />
<div style="text-align: justify;">"Tenang saja Non, semua sudah tidur dari tadi kok, tinggal kita duaan saja" katanya menyeringai.<br />
<br />
<br />
"Jangan ngelunjak Bang.. Sana cepet keluar!" hardikku dengan telunjuk mengarah ke pintu.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Bukannya menuruti perintahku dia malah melangkah mendekatiku, tatapan matanya tajam seolah menelanjangiku.</div><br />
<div style="text-align: justify;">"Bang Tohir.. Saya bilang keluar.. Jangan maksa!" bentakku lagi.<br />
<br />
<br />
"Ayolah Non, cuma sebentar saja kok.. Abang sudah kebelet nih, lagian masa Non nggak capek belakangan ini belajar melulu sih" ucapnya sambil terus mendekat.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Aku terus mundur selangkah demi selangkah menghindarinya, jantungku semakin berdebar-debar seperti mau diperkosa saja rasanya. Akhirnya kakiku terpojok oleh tepi ranjangku hingga aku jatuh terduduk di sana. Kesempatan ini tidak disia-siakan sopirku, dia langsung menerkam dan menindih tubuhku. Aku menjerit tertahan dan meronta-ronta dalam himpitannya. Namun sepertinya reaksiku malah membuatnya semakin bernafsu, dia tertawa-tawa sambil menggerayangi tubuhku. Aku menggeleng kepalaku kesana kemari saat dia hendak menciumku dan menggunakan tanganku untuk menahan laju wajahnya.</div><br />
<div style="text-align: justify;">"Mmhh.. Jangan Bang.. Citra nggak mau!" mohonku.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Aneh memang, sebenarnya aku bisa saja berteriak minta tolong, tapi kenapa tidak kulakukan, mungkin aku mulai menikmatinya karena perlakuan seperti ini bukanlah pertama kalinya bagiku, selain itu aku juga tidak ingin ortuku mengetahui skandal-skandalku. Breett.. Gaun tidurku robek sedikit di bagian leher karena masih memberontak waktu dia memaksa membukanya. Dia telah berhasil memegangi kedua lenganku dan direntangkannya ke atas kepalaku. Aku sudah benar-benar terkunci, hanya bisa menggelengkan kepalaku, itupun dengan mudah diatasinya, bibirnya yang tebal itu sekarang menempel di bibirku, aku bisa merasakan kumis pendek yang kasar menggesek sekitar bibirku juga deru nafasnya pada wajahku.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Kecapaian dan kalah tenaga membuat rontaanku melemah, mau tidak mau aku harus mengikuti nafsunya. Dia merangsangku dengan mengulum bibirku, mataku terpejam menikmati cumbuannya, lidahnya terus mendorong-dorong memaksa ingin masuk ke mulutku. Mulutku pun pelan-pelan mulai terbuka membiarkan lidahnya masuk dan bermain di dalamnya, lidahku secara refleks beradu karena dia selalu menyentil-nyentil lidahku seakan mengajaknya ikut menari. Suara desahan tertahan, deru nafas dan kecipak ludah terdengar jelas olehku.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Mataku yang terpejam terbuka ketika kurasakan tangan kasarnya mengelusi paha mulusku, dan terus mengelus menuju pangkal paha. Jarinya menekan-nekan liang vaginaku dan mengusap-ngusap belahan bibirnya dari luar. Birahiku naik dengan cepatnya, terpancar dari nafasku yang makin tak teratur dan vaginaku yang mulai becek. Tangannya sudah menyusup ke balik celana dalamku, jari-jarinya mengusap-usap permukaannya dan menemukan klitorisku, benda seperti kacang itu dipencet-pencet dan digesekkan dengan jarinya membuatku menggelinjang dan merem-melek menahan geli bercampur nikmat, terlebih lagi jari-jari lainnya menyusup dan menyetuh dinding-dinding dalam liang itu.</div><br />
<div style="text-align: justify;">"Ooohh.. Non Citra jadi tambah cantik saja kalau lagi konak gini!" ucapnya sambil menatapi wajahku yang merona merah dengan matanya yang sayu karena sudah terangsang berat.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Lalu dia tarik keluar tangannya dari celana dalamku, jari-jarinya belepotan cairan bening dari vaginaku.</div><br />
<div style="text-align: justify;">"Non cepet banget basahnya ya, lihat nih becek gini" katanya memperlihatkan jarinya yang basah di depan wajahku yang lalu dijilatinya.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Kemudian dengan tangan yang satunya dia sibakkan gaun tidurku sehingga payudaraku yang tidak memakai bra terbuka tanpa terhalang apapun. Matanya melotot mengamat-ngamati dan mengelus payudaraku yang berukuran 34B, dengan puting kemerahan serta kulitnya yang putih mulus. Teman-teman cowokku bilang, bahwa bentuk dan ukuran payudaraku ideal untuk orang Asia, kencang dan tegak seperti punya artis bokep Jepang, bukan seperti punya bule yang terkadang oversize dan turun ke bawah.</div><br />
<div style="text-align: justify;">"Nnngghh.. Bang" desahku dengan mendongak ke belakang merasakan mulutnya memagut payudaraku yang menggemaskan itu.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Mulutnya menjilat, mengisap, dan menggigit pelan putingnya. Sesekali aku bergidik keenakan kalau kumis pendeknya menggesek putingku yang sensitif. Tangan lainnya turut bekerja pada payudaraku yang sebelah dengan melakukan pijatan atau memainkan putingnya sehingga kurasakan kedua benda sensitif itu semakin mengeras. Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan meremasi rambutnya yang sedang menyusu.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Puas menyusu dariku, mulutnya perlahan-lahan turun mencium dan menjilati perutku yang rata dan terus berlanjut makin ke bawah sambil tangannya menurunkan celana dalamku. Sambil memeloroti dia mengelusi paha mulusku. Cd itu akhirnya lepas melalui kaki kananku yang dia angkat, setelah itu dia mengulum sejenak jempol kakiku dan juga menjilati kakiku. Darahku semakin bergolak oleh permainannya yang erotis itu. Selanjutnya dia mengangkat kedua kakiku ke bahunya, badanku setengah terangkat dengan selangkangan menghadap ke atas.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Aku pasrah saja mengikuti posisi yang dia inginkan, pokoknya aku ingin menuntaskan birahiku ini. Tanpa membuang waktu lagi dia melumat kemaluanku dengan rakusnya, lidahnya menyapu seluruh pelosok vaginaku dari bibirnya, klitorisnya, hingga ke dinding di dalamnya, anusku pun tidak luput dari jilatannya. Lidahnya disentil-sentilkan pada klitorisku memberikan sensasi yang luar biasa pada daerah itu. Aku benar-benar tak terkontrol dibuatnya, mataku merem-melek dan berkunang-kunang, syaraf-syaraf vaginaku mengirimkan rangsangan ini ke seluruh tubuh yang membuatku serasa menggigil.</div><br />
<div style="text-align: justify;">"Ah.. Aahh.. Bang.. Nngghh.. Terus!" erangku lebih panjang di puncak kenikmatan, aku meremasi payudaraku sendiri sebagai ekspresi rasa nikmat</div><br />
<div style="text-align: justify;">Tohir terus menyedot cairan yang keluar dari sana dengan lahapnya. Tubuhku jadi bergetar seperti mau meledak. Kedua belah pahaku semakin erat mengapit kepalanya. Setelah puas menyantap hidangan pembuka berupa cairan cintaku, barulah dia turunkan kakiku. Aku sempat beristirahat dengan menunggunya membuka baju, tapi itu tidak lama. Setelah dia membuka baju, dia buka juga dasterku yang sudah tersingkap, kami berdua kini telanjang bulat.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Dia membentangkan kedua pahaku dan mengambil posisi berlutut di antaranya. Bibir vaginaku jadi ikut terbuka memancarkan warna merah merekah diantara bulu-bulu hitamnya, siap untuk menyambut yang akan memasukinya. Namun Tohir tidak langsung mencoblosnya, terlebih dulu dia gesek-gesekkan penisnya yang besar itu pada bibirnya untuk memancing birahiku agar naik lagi. Karena sudah tidak sabar ingin segera dicoblos, aku meraih batang itu, keras sekali benda itu waktu kugenggam, panjang dan berurat lagi.</div><br />
<div style="text-align: justify;">"Aaakkhh..!" erangku lirih sambil mengepalkan tangan erat-erat saat penisnya melesak masuk ke dalamku<br />
<br />
<br />
"Aauuhh..!" aku menjerit lebih keras dengan tubuh berkelejotan karena hentakan kerasnya hingga penis itu tertancap seluruhnya pada vaginaku.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Untung saja kamar Papa Mamaku di lantai dasar dan letaknya cukup jauh dari kamarku, kalau tidak tentu suara-suara aneh di kamarku pasti terdengar oleh mereka, bagaimanapun sopirku ini termasuk nekad berani melakukannya di saat dan tempat seperti ini, tapi justru disinilah sensasinya ngeseks di tempat yang 'berbahaya'. Dengan gerakan perlahan dia menarik penisnya lalu ditekan ke dalam lagi seakan ingin menikmati dulu gesekan-gesekan pada himpitan lorong sempit yang bergerinjal-gerinjal itu. Aku ikut menggoyangkan pinggul dan memainkan otot vaginaku mengimbangi sodokannya. Responku membuatnya semakin menggila, penisnya semakin lama menyodok semakin kasar saja, kedua gunungku jadi ikut terguncang-guncang dengan kencang.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Kuperhatikan selama menggenjotku otot-otot tubuhnya mengeras, tubuhnya yang hitam kekar bercucuran keringat, sungguh macho sekali, pria sejati yang memberiku kenikmatan sejati. Suara desahanku bercampur baur dengan erangan jantannya dan derit ranjang. Butir-butir keringat nampak di sejukur tubuhku seperti embun, walaupun ruangan ini ber-ac tapi aku merasa panas sekali.</div><br />
<div style="text-align: justify;">"Uugghh.. Non Citra.. Sayang.. Kamu emang uenak tenan.. Oohh.. Non cewek paling cantik yang pernah abang entotin" Tohir memgumam tak karuan di tengah aktivitasnya.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Dia menurunkan tubuhnya hingga menindihku, kusambut dengan pelukan erat, kedua tungkaiku kulingkarkan di pinggangnya. Dia mendekatkan mulutnya ke leher jenjangku dan memagutnya. Sementara di bawah sana penisnya makin gencar mengaduk-aduk vaginaku, diselingi gerakan berputar yang membuatku serasa diaduk-aduk. Tubuh kami sudah berlumuran keringat yang saling bercampur, akupun semakin erat memeluknya. Aku merintih makin tak karuan menyambut klimaks yang sudah mendekat bagaikan ombak besar yang akan menghantam pesisir pantai.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Namun begitu sudah di ambang klimaks, dia menurunkan frekuensi genjotannya. Tanpa melepaskan penisnya, dia bangkit mendudukkan dirinya, maka otomatis aku sekarang diatas pangkuannya. Dengan posisi ini penisnya menancap lebih dalam pada vaginaku, semakin terasa pula otot dan uratnya yang seperti akar beringin itu menggesek dinding kemaluanku. Kembali aku menggoyangkan badanku, kini dengan gerakan naik-turun. Dia merem-melek keenakan dengan perlakuanku, mulutnya sibuk melumat payudaraku kiri dan kanan secara bergantian membuat kedua benda itu penuh bekas gigitan dan air liur. Tangannya terus menjelajahi lekuk-lekuk tubuhku, mengelusi punggung, pantat, dan paha.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Tak lama kemudian aku kembali mendekati orgasme, maka kupercepat goyanganku dan mempererat pelukanku. Hingga akhirnya mencapai suatu titik dimana tubuhku mengejang, detak jantung mengencang, dan pandangan agak kabur lalu disusul erangan panjang serta melelehnya cairan hangat dari vaginaku. Saat itu dia gigit putingku dengan cukup keras sehingga gelinjangku makin tak karuan oleh rasa perih bercampur nikmat. Ketika gelombang itu berangsur-angsur berlalu, goyanganku pun makin mereda, tubuhku seperti mati rasa dan roboh ke belakang tapi ditopang dengan lengannya yang kokoh.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Dia membiarkanku berbaring mengumpulkan tenaga sebentar, diambilnya tempat minum di atas meja kecil sebelah ranjangku dan disodorkan ke mulutku. Beberapa teguk air membuatku lebih enakan dan tenagaku mulai pulih berangsur-angsur.</div><br />
<div style="text-align: justify;">"Sudah segar lagi kan Non? Kita terusin lagi yuk!" sahut Tohir senyum-senyum sambil mulai menggerayangi tubuhku kembali.<br />
<br />
<br />
"Habis ini sudahan yah, takut ketahuan nih," kataku.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Kali ini tubuhku dibalikkan dalam posisi menungging, kemudian dia mulai menciumi pantatku. Lidahnya menelusuri vagina dan anusku memberiku sensasi geli. Kemudian aku merasa dia meludahi bagian duburku, ya ketika kulihat ke belakang dia memang sedang membuang ludahnya beberapa kali ke daerah itu, lalu digosok-gosokkan dengan jarinya. Oh.. Jangan-jangan dia mau main sodomi, aku sudah lemas dulu membayangkan rasa sakitnya ditusuk benda sebesar itu pada daerah situ padahal dia belum juga menusuk. Pertama kali aku melakukan anal sex dengan temanku yang penisnya tidak sebesar Tohir saja sudah sakit banget, apalagi yang sebesar ini, aduh bisa mampus gua pikirku.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Benar saja yang kutakutkan, setelah melicinkan daerah itu dia bangkit dengan tangan kanan membimbing penisnya dan tangan kiri membuka anusku. Aku meronta ingin menolak tapi segera dipegangi olehnya.</div><br />
<div style="text-align: justify;">"Jangan Bang.. Jangan disitu, sakit!" mohonku setengah meronta.<br />
<br />
<br />
"Tenang Non, nikmati saja dulu, ntar juga enak kok" katanya dengan santai.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Aku merintih sambil menggigit guling menahan rasa perih akibat tusukan benda tumpul pada duburku yang lebih sempit dari vaginaku. Air mataku saja sampai meleleh keluar.</div><br />
<div style="text-align: justify;">"Aduuhh.. Sudah dong Bang.. Citra nggak tahan" rintihku yang tidak dihiraukannya.<br />
<br />
<br />
"Uuhh.. Sempit banget nih" dia mengomentariku dengan wajah meringis menahan nikmat.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya mentok juga penisnya. Dia diamkan sebentar penisnya disana untuk beradaptasi sekalian menikmati jepitannya. Kesempatan ini juga kupakai untuk membiasakan diri dan mengambil nafas.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Aku menjerit kecil saat dia mulai menghujamkan penisnya. Secara bertahap sodokannya bertambah kencang dan kasar sehingga tubuhku pun ikut terhentak-hentak. Tangannya meraih kedua payudaraku dan diremas-remasnya dengan brutal. Keringat dan air mataku bercucuran akibat sensasi nikmat di tengah-tengah rasa perih dan ngilu, aku menangis bukan karena sedih, juga bukan karena benci, tapi karena rasa sakit bercampur nikmat. Rasa sakit itu kurasakan terutama pada dubur dan payudara, aku mengaduh setiap kali dia mengirim hentakan dan remasan keras, namun aku juga tidak rela dia menyudahinya. Terkadang aku harus menggigit bibir atau bantal untuk meredam jeritanku agar tidak keluar sampai ke bawah sana.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Akhirnya ada sesuatu perasaan nikmat mengaliri tubuhku yang kuekspresikan dengan erangan panjang, ya aku mengalami orgasme panjang dengan cara kasar seperti ini, tubuhku menegang beberapa saat lamanya hingga akhirnya lemas seperti tak bertulang. Tohir sendiri menyusulku tak lama kemudian, dia menggeram dan makin mempercepat genjotannya. Kemudian dengan nafas masih memburu dia mencabut penisnya dariku dan membalikkan tubuhku. Spermanya muncrat dengan derasnya dan berceceran di sekujur dada dan perutku, hangat dan kental dengan baunya yang khas.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Tubuh kami tergolek lemas bersebelahan. Aku memejamkan mata dan mengatur nafas sambil merenungkan dalam-dalam kegilaan yang baru saja kami lakukan, sebuah hubungan terlarang antara seorang gadis dari keluarga kaya dan terpelajar yang cantik dan terawat dengan sopirnya sendiri yang kasar dan berbeda kelas sosial. Hari-hari berikutnya aku jadi semakin kecanduan seks, terutama seks liar seperti ini, dimana tubuhku dipakai orang-orang kasar seperti Tohir, dari situlah aku merasakan sensasinya.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Sebenarnya aku pernah ingin berhenti, tetapi aku tidak bisa meredam libidoku yang tinggi, jadi ya kujalani saja apa adanya. Untuk mengimbanginya aku rutin merawat diriku sendiri dengan fitness, olahraga, mandi susu, sauna, juga mengecek jadwal suburku secara teratur. Dua bulan ke depan Tohir terus memperlakukanku seperti budak seksnya sampai akhirnya dia mengundurkan diri untuk menemani istrinya yang menjadi TKW di Timur Tengah. Lega juga aku bisa lepas dari cengkeramannya, tapi terkadang aku merasa rindu akan keperkasaannya, dan hal inilah yang mendorongku untuk mencoba berbagai jenis penis hingga kini.</div>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-7317711620597103732011-11-19T19:16:00.000-08:002011-11-19T19:16:36.926-08:00Adik Dapat..Kakak Juga Dapat<div style="text-align: justify;">Setelah permainan cintaku dengan Evi sore itu, kami jadi sering melakukannya apabila ada kesempatan. Kadang kami bercinta di Kamar Evi dan kadang di kamarku. Evi yang masih berusia 22 tahun itu bercerita tentang hilangnya kegadisannya oleh pacarnya ketika masih SMA. Menurut ceritanya dia dijebak pacarnya untuk minum-minum ketika perayaan ulangtahunnya yang ke 17. Ketika dia mulai mabuk dia dibawa pacarnya dan di perkosa di hotel. Tragisnya dia diperkosa secara bergantian oleh 2 orang teman pacarnya saat itu.<br />
<br />
Paginya setelah sadar dia di antar pulang dan pacar maupun kedua temannya menghilang entah kemana. Setelah lulus SMA akhirnya dia memutuskan untuk kuliah di Bali jurusan hotel dan tourisme. Sejak kuliah di Bali pun dia sudah beberapa kali melakukan sex dengan beberapa teman kuliah-nya. Hubungan kami pun cuma sebagai teman, tidak lebih, hubungan kami berdasarkan suka sama suka. Mungkin karena usia ku yang lebih muda. Hanya saja aku dapat previlege untuk tubuhnya kapan saja aku mau. Hubunganku dengan Evi pun tidak diketahui oleh Silvi kakaknya yang sudah bekerja di salah satu hotel di kawasan Jimbaran.<br />
<br />
Silvi, tidak kalah cantiknya dengan Evi. Keduanya memiliki kulit yang putih bersih. Silvi lebih dewasa dalam pembawaan dan enak juga diajak ngobrol. Karena Silvi juga cantik aku sering bercanda dengan Evi mengatakan ingin tahu rasanya bila berhubungan dengan Silvi. Evi kadang tertawa dan kadang marah kalo aku berkata begitu. Walau marah, Evi akan hilang kemarahannya kalau kucumu lagi.<br />
<br />
Seperti halnya sore itu, Ketika aku baru pulang kuliah, kulihat kamar Evi terbuka tetapi tidak ada orang didalamnya. Karena situasi kost yang sepi akupun masuk ke kamarnya dan mendengar ada yang sedang mandi dan akupun menutup pintu kamar Evi. Sudah seminggu lebih aku menginap di Denpasar karena sedang ujian akhir.<br />
<br />
Setelah pintu kututup, kupanggil Evi yang ada dikamar mandi.<br />
<br />
"Vi, lagi mandi yah? tanyaku basa-basi.<br />
<br />
Tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi. Akupun melanjutkan.<br />
<br />
"Kamu marah yah Vi?, Maaf yah aku gak kasih tahu kamu kalo aku mau nginep di Denpasar. Hari ini aku mau buat kamu puas Vi. Aku akan cium kamu, bikin kamu puas hari ini. Aku aka.<br />
"Mandi kucing kan kamu Vi mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki." Rayuku.<br />
<br />
Masih tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi.<br />
<br />
"Vi, ingat film yang dulu kita tonton kan. Aku akan bikin kamu puas beberapa kali hari ini sebelum kau rasakan penisku ini Vi. Aku akan cium vaginamu sampai kau menggelinjang puas dan memohon agar aku memasukkan penisku".<br />
<br />
Terdengar suara batuk kecil dari dalam kamar mandi.<br />
<br />
"Vi, kututup pintu dan gordennya yah Vi". Akupun berbalik dan menutup gorden jendela yang memang masih terbuka.<br />
<br />
Ketika gorden kututup, kudengar pintu kamar mandi terbuka. Akupun tersenyum dan bersorak dalam hati. Setelah aku menutup gorden akupun berbalik. Dan ternyata, yang ada dalam kamar mandi itu adalah Silvi, kakak Evi, yang baru saja selesai mandi keluar dengan menggunakan bathrope berwarna pink dan duduk diatas tempat tidur dengan kaki bersilang dan terlihat dari belahan bathropenya.<br />
<br />
Kaki yang putih terawat, betisnya yang indah terlihat terus hingga ke pahanya yang putih, kencang dan seksi sangat menantang sekali untuk dielus. Belum lagi silangan bathrope di dadanya agak kebawah sehingga terlihat dada putih dan belahan payudaranya. Kukira ukuran Branya sedikit lebih besar dari Evi, karena aku belum pernah menyentuhnya.<br />
<br />
"Evi sedang ke Yogya, dia sedang Praktek kerja selama 2 bulan" Kata Silvi sambil memainkan tali bathrope-nya.<br />
"Jadi selama ini kamu suka make love ya sama Evi, padahal aku percaya kamu tidak akan begitu sama adikku"<br />
"Maaf Mbak, aku gak tahu kalo yang didalam itu Mbak Silvi" Kataku sambil mataku memandang wajah Silvi.<br />
<br />
Rambutnya yang hitam sepundak tergerai basah. Dada yang putih dengan belahan yang terlihat cukup dalam. Paha yang putih mulus dan kencang hingga betis yang terawat rapih. Kalau menurutku Silvi boleh mendapat angka 8 hingga 8,5.<br />
<br />
"Lalu kalo bukan Mbak kenapa?, Kamu enggak mau mencium Mbak, buat Mbak puas, memandikucingkan Mbak seperti yang kamu bilang tadi?" Tanya Silvi memancingku.<br />
"Aku sih mau aja Mbak kalo Mbak kasih" Jawabku langsung tanpa pikir lagi sambil melangkah ke tempat tidur. Sebab sebagai laki-laki normal aku sudah tidak kuat menahan nafsuku melihat sesosok wanita cantik yang hampir pasti telanjang karena baru selesai mandi. Belum lagi pemandangan dada dan putih mulus yang sangat menggoda.<br />
"Kamu sudah lama make love dengan Evi, Ren?" Tanya Silvi ketika aku duduk di sebelah kirinya. Aku tidak langsung menjawab, setelah duduk di sebelahnya aku mencium wangi harum tubuhnya.<br />
"Tubuh Mbak harum sekali", kataku sambil mencium lehernya yang putih dan jenjang.<br />
<br />
Silvi menggeliat dan mendesah ketika lehernya kucium, mulutku pun naik dan mencium bibirnya yang mungil dan merah merekah. Silvi pun membalas ciumanku dengan hangatnya. Perlahan kumasukkan lidahku ke dalam rongga mulutnya dan lidah kami pun saling bersentuhan, hal itu membuat Silvi semakin hangat.<br />
<br />
Perlajan tangan kiriku menyelusup ke dalam bath robenya dan meraba payudaranya yang kenyal. Sambil terus berciuman kuusap dan kupijat lembut kedua payudaranya bergantian. Payudaranya pun makin mengeras dan putingnyapun mulai naik. Sesekali kumainkan putingnya dengan tanganku sambil terus melumat bibirnya.<br />
<br />
Aku pun mengubah posisiku, kurebahkan tubuh Silvi di tempat tidur sambil terus melumat bibirnya dan meraba payudaranya. Setelah tubuh Silvi rebah, perlahan mulutku pun turun ke lehernya dan tanganku pun menarik tali pengikat bathrope-nya. Setelah talinya terlepas kubuka bathropenya. Aku berhenti mencium lehernya sebentar untuk melihat tubuh wanita yang akan kutiduri sebentar lagi, karena aku belum pernah tubuh Silvi tanpa seutas benang sedikitpun. Sungguh pemandangan yang indah dan tanpa cela sedikit pun.<br />
<br />
Payudaranya yang putih dan tegak menantang berukuran 36 C dengan puting yang sudah naik sangat menggairahkan. Pinggang yang langsing karena perutnya yang kecil. Bulu halus yang tumbuh di sekitar selangkangannya tampak rapi, mungkin Silvi baru saja mencukur rambut kemaluannya. Sungguh pemandangan yang sangat indah.<br />
<br />
"Hh" Desah Silvi membuyarkan lamunanku, Aku pun langsung melanjutkan kegiatanku yang tadi terhenti karena mengagumi keindahan tubuhnya.<br />
<br />
Kembali kulumat bibir Silvi sambil tanganku mengelus payudaranya dan perlahan-lahan turun ke perutnya. Ciumanku pun turun ke lehernya. Desahan Silvi pun makin terdengar. Perlahan mulutku pun turun ke payudaranya dan menciumi payudaranya dengan leluasanya. Payudaranya yang kenyal pun mengeras ketika aku mencium sekeliling payudaranya.<br />
<br />
Tanganku yang sedang mengelus perutnya pun turun ke pahanya. Sengaja aku membelai sekeliling vaginanya dahulu untuk memancing reaksi Silvi. Ketika tanganku mengelus paha bagian dalamnya, kaki Silvi pun merapat. Terus kuelus paha Silvi hingga akhirnya perlahan tanganku pun ditarik oleh Silvi dan diarahkan ke vaginanya.<br />
<br />
"Elus dong Ren, Biar Mbak ngerasa enak Ren" Ucapnya sambil mendesah.<br />
<br />
Bibir vagina Silvi sudah basah ketika kesentuh. Kugesekan jariku sepanjang bibir kemaluan Silvi, dan Silvi pun mendesah. Tangannya meremas kepalaku yang masih berada di payudaranya.<br />
<br />
"Ahh, terus Ren", Pinggulnya makin bergyang hebat sejalan dengan rabaan tanganku yang makin cepat. Jari-jariku kumasukkan kedalam lubang vaginanya yang semakn basah.<br />
"Ohh Ren enak sekali Ren", desah Silvi makin hebat dan goyangan pinggulnya makin cepat.<br />
<br />
Jariku pun semakin leluasa bermain dalam lorong sempit vagina Silvi. Kucoba masukan kedua jariku dan desahan serta goyangan Silvi makin hebat membuatku semakin terangsang.<br />
<br />
"Ahh Ren", Silvi pun merapatkan kedua kakinya sehingga tanganku terjepit di dalam lipatan pahanya dan jariku masih terus mengobok-obok vaginanya Silvi yang sempit dan basah.<br />
<br />
Remasan tangan Silvi di kepalaku semakin kencang, Silvi seperti sedang menikmati puncak kenikmatannya. Setelah berlangsung cukup lama Silvi pun melenguh panjang jepitan tangan dan kakinya pun mengendur.<br />
<br />
Kesempatan ini langsung kupergunakan secepat mungkin untuk melepas kaos dan celana jeansku. Penisku sudah tegang sekali dan terasa tidak nyaman karena masih tertekan oleh celana jeansku. Setelah aku tinggal mengunakan CD saja kuubah posisi tidur Silvi. Semula seluruh badan Silvi ada di atas tempat tidur, Sekarang kubuat hanya pinggul ke atas saja yang ada di atas tempat tidur, sedangkan kakinya menjuntai ke bawah.<br />
<br />
Dengan posisi ini aku bisa melihat vagina Silvi yang merah dan indah. Kuusap sesekali vaginannya, masih terasa basah. Akupun mulai menciumi vaginanya. Terasa lengket tapi harum sekali. Kukira Silvi selalu menjaga bagian kewanitaannya ini dengan teratur sekali.<br />
<br />
"Ahh Ren, enak Ren", racau Silvi. Pinggulnya bergoyang seiring jilatan lidahku di sepanjang vaginanya. Vagina merahnya semakin basah oleh lendir vaginanya yang harum dan jilatanku. Desahan Silvi pun makin hebat ketika kumasukkan lidahku kedalam bibit lubang vaginanya. Evi pun menggelinjang hebat.<br />
<br />
"Terus Ren", desahnya. Tanganku yang sedang meremas pantatnya yang padat ditariknya ke payudara. Tnagnku pun bergerak meremas-remas payudaranya yang kenyal. Sementara lidahku terus menerus menjilati vaginanya. Kakinya menjepit kepalaku dan pinggulnya oun bergerak tidak beraturan. Sepuluh menit hal ini berlangsung dan Silvi pun menalami orgasme yang kedua.<br />
<br />
"Ahh Ren, aku keluar Ren", aku pun merasakan cairan hangat yang keluar dari vaginanya. Cairan itu pun kujilat dan kuhabiskan dan kusimpan dalam mulutku dan secepatnya kucium bibir Silvi yang sedang terbuka agar dia merasakan cairannya sendiri.<br />
<br />
Lama kami berciuman, dan perlahan posisi penisku sudah berada tepat didepan vaginanya. Sambil terus menciumnya kugesekkan ujung penisku yang mencuat keluar CD ku ke bibir vaginanya. Tangan Silvi yang semula berada disamping bergerak ke arah penisku dan menariknya. Tangannya mengocok penisku perlahan-lahan.<br />
<br />
"Besar juga punya kamu Ren, panjang lagi" Ucap Silvi di sela-sela ciuman kami.<br />
<br />
Sambil masih berciuman aku melepaskan CDku sehingga tangan Silvi bisa leluasa mengocok penisku. Setelah lima menit akupun menepis tangan Silvi dan menggesekkan penisku dengan bibir vaginanya. Posisi ini lebih enak dibandingkan dikocok.<br />
<br />
Perlahan aku mulai mengarahkan penisku kedalam vaginanya. Ketika penisku mulai masuk, badan Silvi pun sedikit terangkat. Terasa basah sekali tetapi nikmat. Lobang vaginanya lebih sempit dibandingkan Evi, atau mungkin karena lubang vaginanya belum terbiasa dengan penisku.<br />
<br />
"Ahh Rensha.. Begitu sayang, enak sekali sayang" Racaunya ketika penisku bergerak maju mundur. Pinggul Silvi pun semakin liar bergoyang mengimbangi gerakanku. Akupun terus menciumi bagian belakang lehernya.<br />
<br />
"Ahh.." desahnya semakin menjadi. Akupun semakin bernafsu untuk terus memompanya. Semakin cepat gerakanku semakin cepat pula goyangan pinggul Silvi. Kaki Silvi yang menjuntai ke bawah pun bergerak melingkari pinggangku. Akupun mengubah posisiku sehingga seluruh badan kami ada di atas tempat tidur.<br />
<br />
Setelah seluruh badan ada diatas tempat tidur, akupun menjatuhkan dadaku diatas payudara besar dan kenyalnya. Tanganku pun bergerak ke belakang pinggulnya dan meremas pantatnya yang padat.<br />
<br />
Goyangan Silvi pun semakin menjadi-jadi oleh remasan tanganku di pantatnya. Sedangkan pinggulku pun terus menerus bergerak maju mundur dengan cepat dan goyangan pinggul Silvi yang semakin liar.<br />
<br />
"Ren.. Kamu hebat Ren.. Terus Ren.. Penis kamu besar keras dan panjang Ren.. Terus Ren.. Goyang lebih cepat lagi Ren.." begitu racau Silvi di sela kenikmatannya.<br />
<br />
Aku pun semakin cepat menggerakkan pinggulku. Vagina Slvi memang lebih enak dari Evi adiknya. Lebih sempit sehingga penisku sangat menikmati berada di dalam vaginanya. Goyangan Silvi yang makin liar, desahan yang tidak beraturan membuatku semakin bernafsu dan mempercepat gerakanku.<br />
<br />
"Mbak aku mau keluar Mbak" Kataku.<br />
"Di dalam aja Ren biar enak" desah Silvi sambil tangannya memegang pantatku seolah dia tidak mau penisku keluar dari vaginanya sedikitpun.<br />
"Ahh" Desahku saat aku memuntahkan semua cairanku kedalam lubang rahimnya.<br />
<br />
Tangan Silvi menekan pantatku sambil pinggulnya mendorong keatas, seolah dia masih ingin melanjutkan lagi, matanya pun terpejam. Aku pun mencium bibir Silvi. Dengan posisi badanku masih diatasnya dan penisku masih dalam vaginanya. Mata Silvi terbuka, dia membalas ciuman bibirku hingga cukup lama. Badannya basah oleh keringatnya dan juga keringatku.<br />
<br />
"Kamu hebat Ren, aku belum pernah sepuas ini sebelumnya" Kata Silvi.<br />
"Mbak juga hebat, vagina Mbak sempit, legit dan harum lagi." Ucapku.<br />
"Memang vagina Evi enggak" senyumnya sambil menggoyangkan pinggulnya.<br />
"Sedikit lebih sempit Mbak punya dibanding Evi" jawabku sambil menggerakkan penisku yang masih menancap di dalamnya. Tampaknya Silvi masih ingin melanjutkan lagi pikirku.<br />
"Penis kamu masih keras Ren?" tanya Silvi sambil memutar pinggulnya.<br />
"Masih, Mbak masih mau lagi?" tanyaku<br />
"Mau tapi Mbak diatas ya" Kata Silvi.<br />
"Cabut dulu Ren"<br />
<br />
Setelah dicabut, mulut Silvi pun bergerak dan mencium penisku, Silvi mengulum penisku terlebih dahulu sambil memberikan vaginanya padaku. Kembali terjadi pemanasan dengan posisi 69. Desahan-desahan Silvi, vagina Silvi yang harum membuatku melupakan Evi sementara waktu.<br />
<br />
Hari itu sejak pukul lima sore hingga esok paginya aku bercinta dengan Silvi, entah berapa kali kami orgasme. Dan itu pun berlangsung hampir setiap malam selama Evi belum kembali dari Praktek Kerjanya di yogya selama 2 bulan lebih. Kupikir mumpung Evi tidak ada kucumbu saja kakaknya dulu.</div>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-91210948827970379452011-11-19T05:46:00.000-08:002011-11-19T05:46:14.375-08:00Bersama Tante Mira<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Hallo para netter, aku akan menceritakan pengalamanku menjadi seorang gigolo, cerita ini tidak dibuat-buat, cerita ini benar-benar terjadi.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Namaku dedi, umur 24 tahun. Aku seorang gigolo di kota Bandung. Aku akan menceritakan pengalamanku melayani sekaligus 4 pelangganku dalam semalam. Aku menggeluti profesi ini sudah 4 tahun, dan sejak itu aku mempunyai pelanggan tetap namanya Tante Mira (bukan nama asli), dia seorang janda tidak mempunyai anak, tinggal di Bandung, orangnya cantik, putih, payudaranya besar walaupun sudah kendor sedikit, dia keturunan tionghoa. Dia seorang yang kaya, memiliki beberapa perusahaan di Bandung dan Jakarta, dan memeiliki saham di sebuah hotel berbintang di Bandung.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Sabtu pukul 7 pagi, HP-ku berbunyi dan terdengar suara seorang wanita, dan kulihat ternyata nomor HP Tante Mira.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Hallo Sayang.. lagi ngapain nich.. udah bangun?" katanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Oh Tante.. ada apa nich, tumben nelpon pagi-pagi?" kataku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Kamu nanti sore ada acara nggak?" katanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Nggak ada Tante.. emang mo ke mana Tante?" tanyaku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Nggak, nanti sore anter Tante ke puncak yach sama relasi Tante, bisa khan?" katanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Bisa tante.. aku siap kok?" jawabku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Oke deh Say.. nanti sore Tante jemput kamu di tempatmu", katanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Oke.. Tante", balasku, dengan itu juga pembicaraan di HP terputus dan aku pun beranjak ke kamar mandi untuk mandi.</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sore jam 5, aku sudah siap-siap dan berpakaian rapi karena Tante Mira akan membawa teman relasinya. Selang beberapa menit sebuah mobil mercy new eye warnah hitam berkaca gelap berhenti di depan rumahku. Ternyata itu mobil Tante Mira, langsung aku keluar menghampiri mobil itu sesudah aku mengunci seluruh pintu rumah dan jendela.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku pun langsung masuk ke dalam mobil itu duduk di jok belakang, setelah masuk mobil pun bergerak maju menuju tujuan. Di dalam mobil, aku diperkenalkan kepada dua cewek relasinya oleh tante, gila mereka cantik-cantik walaupun umur mereka sudah 40 tahun, namanya Tante Lisa umurnya 41 tahun kulitnya putih, payudaranya besar, dia merupakan istri seorang pengusaha kaya di Jakarta dan Tante Meri 39 tahun, payudaranya juga besar, kulitnya putih, juga seorang istri pengusaha di Jakarta. Mereka adalah relasi bisnis Tante Mira dari Jakarta yang sedang melakukan bisnis di Bandung, dan diajak oleh Tante Mira refreshing ke villanya di kawasan Puncak. Keduanya keturunan Tionghoa.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Di dalam mobil, kami pun terlibat obralan ngalor-ngidul, dan mereka diberitahu bahwa aku ini seorang gigolo langganannya dan mereka juga mengatakan ingin mencoba kehebatanku.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Selang beberapa menit obrolan pun berhenti, dan kulihat Tante Lisa yang duduk di sebelahku, di sofa belakang, tangannya mulai nakal meraba-raba paha dan selangkanganku. Aku mengerti maksudnya, kugeser dudukku dan berdekatan dengan Tante Lisa, lalu tangan Tante Lisa, meremas batang kemaluanku dari balik celana. Dengan inisatifku sendiri, aku membuka reitsleting celana panjangku dan mengeluarkan batang kemaluanku yang sudah tegak berdiri dan besar itu. Tante Lisa kaget dan matanya melotot ketika melihat batang kemaluanku besar dan sudah membengkak itu. Tante Lisa langsung bicara kepadaku, "Wow.. Ded, kontol kamu gede amat, punya suamiku aja kalah besar sama punya kamu.." katanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Masa sich Tante", kataku sambil tanganku meremas-remas payudaranya dari luar bajunya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Iya.. boleh minta nggak, Tante pengen ngerasain kontol kamu ini sambil kontolku dikocok-kocok dan diremas-remas, lalu dibelai mesra?" katanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Boleh aja.. kapan pun Tante mau, pasti Dedi kasih", kataku yang langsung disambut Tante Lisa dengan membungkukkan badannya lalu batang kemaluanku dijilat-jilat dan dimasukakkan ke dalam mulutnya, dengan rakusnya batang kemaluanku masuk semua ke dalam mulutnya sambil disedot-sedot dan dikocok-kocok.</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tante Meri yang duduk di jok depan sesekali menelan air liurnya dan tertawa kecil melihat batang kemaluanku yang sedang asyik dinikmati oleh Tante Lisa. Tnganku mulai membuka beberapa kancing baju Tante Lisa dan mengeluarkan kedua payudaranya yang besar itu dari balik BH-nya. lalu kuremas-remas.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Tante.. susu tante besar sekali.. boleh Dedi minta?" tanyaku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Tante Lisa hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu tanganku mulai meremas-remas payudaranya. Tangan kiriku mulai turun ke bawah selangkangannya, dan aku mengelus-ngelus paha yang putih mulus itu lalu naik ke atas selangkangannya, dari balik CD-nya jariku masuk ke dalam liang kewanitaannya. Saat jariku masuk, mata Tante Lisa merem melek dan medesah kenikmatan, "Akhhh.. akhhhh.. akhhh.. terus sayang.."</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Beberapa jam kemudian, aku sudah tidak tahan mau keluar.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Tante... Dedi mau keluar nich.." kataku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Keluarain di mulut Tante aja", katanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Selang beberapa menit, "Crooot.. crooot.. crottt.." air maniku keluar, muncrat di dalam mulut Tante Lisa, lalu Tante Lisa menyapu bersih seluruh air maniku.</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kemudian aku pun merobah posisi. Kini aku yang membungkukkan badanku, dan mulai menyingkap rok dan melepaskan CD warna hitam yang dipakainya. Setelah CD-nya terlepas, aku mulai mencium dan menjilat liang kewanitaannya yang sudah basah itu. Aku masih terus memainkan liang kewanitaannya sambil tanganku dimasukkan ke liang senggamanya dan tangan kiriku meremas-remas payudara yang kiri dan kanan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sepuluh menit kemudian, aku merubah posisi. Kini Tante Lisa kupangku dan kuarahkan batang kemaluanku masuk ke dalam liang senggamanya, "Blesss.. belssss." batang kemaluanku masuk ke dalam liang kewanitaannya, dan Tante Lisa menggelinjang kenikmatan, ku naik-turunkan pinggul Tante Lisa, dan batang kemaluanku keluar masuk dengan leluasa di liang kewanitaannya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Satu jam kemudian, kami berdua sudah tidak kuat menahan orgasme, kemudian kucabut batang kemaluanku dari liang kewanitaannya, lalu kusuruh Tante Lisa untuk mengocok dan melumat batang kemaluanku dan akhirnya, "Crooot.. crott.. croottt.." air maniku muncrat di dalam mulut Tante Lisa. Seketika itu juga kami berdua terkulai lemas. Kemudian aku pun tertidur di dalam mobil.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">sesampainya di villa Tante Mira sekitar jam 8 malam. Lalu mobil masuk ke dalam pekarangan villa. Kami berempat keluar dari mobil. Tante Mira memanggil penjaga villa, lalu menyuruhnya untuk pulang dan disuruhnya besok sore kembali lagi.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">kami berempat pun masuk ke dalam villa, karena lelah dalam perjalanan aku langsung menuju kamar tidur yang biasa kutempati saat aku diajak ke villa Tante Mira. Begitu aku masuk ke dalam kamar dan hendak tidur-tiduran, aku terkejut ketika ke 3 tante itu masuk ke dalam kamarku dalam keadaan telanjang bulat tanpa sehelain benang pun yang menempel di tubuhnya. Kemudian mereka naik ke atas tempat tidurku dan mendorongku untuk tiduran, lalu mereka berhasil melucuti pakaianku hingga bugil. Batang kemaluanku diserang oleh Tante Meri dan Tante Mira, sedangkan Tante Lisa kusuruh dia mengangkang di atas wajahku, lalu mulai menjilati dan menciumi liang kewanitaan Tante Lisa.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Dengan ganasnya mereka berdua secara bergantian menjilati, menyedot dan mengocok batang kemaluanku, hingga aku kewalahan dan merasakan nikmat yang luar biasa. Kemudian kulihat Tante Meri sedang mengatur posisi mengangkang di selangkanganku dan mengarahkan batang kemaluanku ke liang kewanitaannya, "Blesss.. bleeesss.." batang kemaluanku masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Meri, lalu Tante Meri menaik turunkan pinggulnya dan aku merasakan liang kewanitaan yang hangat dan sudah basah itu. Aku terus menjilat-jilat dan sesekali memasukkan jariku ke dalam liang kewanitaan Tante Lisa, sedangakan Tante Mira meremas-remas payudara Tante Meri.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Beberapa jam kemudian, Tante Meri sudah orgasme dan Tante Meri terkulai lemas dan langsung menjatuhkan tubuhnya di sebelahku sambil mencium pipiku. Kini giliran Tante Mira yang naik di selangkanganku dan mulai memasukan batang kemaluanku yang masih tegak berdiri ke liang senggamanya, "Bleesss.. bleesss.." batang kemaluanku pun masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Mira. Sama seperti Tante Meri, pinggul Tante Mira dinaik-turunkan dan diputar-putar.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Setengah jam kemudian, Tante Mira sudah mencapai puncak orgasme juga dan dia terkulai lemas juga, langsung kucabut batang kemaluanku dari liang kewanitaan Tante Mira, lalu kusuruh Tante Lisa untuk berdiri sebentar, dan aku mengajaknya untuk duduk di atas meja rias yang ada di kamar itu, lalu kubuka lebar-lebar kedua pahanya dan kuarahkan batang kemaluanku ke liang kewanitaannya, "Blesss.. .bleeess.." batang kemaluanku masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Lisa. Kukocok-kocok maju mundur batang kemaluanku di dalam liang kewanitaan Tante Lisa, dan terdengar desahan hebat, "Akhhh.. akhhh.. akhhh.. terus sayang.. enak.." Aku terus mengocok senjataku, selang beberapa menit aku mengubah posisi, kusuruh dia membungkuk dengan gaya doggy style lalu kumasukan batang kemaluanku dari arah belakang. "Akhhh.. akhhh.." terdengar lagi desahan Tante Lisa. Aku tidak peduli dengan desahan-desahannya, aku terus mengocok-ngocok batang kemaluanku di liang kewanitaannya sambil tanganku meremas-remas kedua buah dada yang besar putih yang bergoyang-goyang menggantung itu.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Aku merasakan liang kewanitaan Tante Lisa basah dan ternyata Tante Lisa sudah keluar. Aku merubah posisi, kini Tante Lisa kusuruh tiduran di lantai, di atas karpet dan kubuka lebar-lebar pahanya dan kuangkat kedua kakinya lalu kumasukkan batang kemaluanku ke dalam liang kewanitaannya, "Blesss.. blessss.. blessss.." batang kemaluanku masuk dan mulai bekerja kembali mengocok-ngocok di dalam liang kewanitaannya. Selang beberapa menit, aku sudah tidak tahan lagi, lalu kutanya ke Tante Lisa, "Tante, aku mau keluar nich.. di dalam apa di luar?" tanyaku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Di dalam aja Sayang.." pintanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Kemudian, "Crottt.. crooottt.. croottt.." air maniku muncrat di dalam liang kewanitaan Tante Lisa, kemudian aku jatuh terkulai lemas menindih tubuh Tante Lisa sedangkan kejantananku masih manancap dengan perkasanya di dalam liang kewanitaannya.</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kami berempat pun tidur di kamarku, keesokan harinya kami berempat melakukan hal yang sama di depan TV dekat perapian, di kamar mandi, maupun di dapur.</span></div><div style="text-align: right;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; font-size: xx-small;">source : rumahseks.blogspot.com</span></i></div></span>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-49469741527393926182011-11-19T05:41:00.000-08:002011-11-19T05:41:01.562-08:005 Wanita Haus Seks<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Hallo Nia.."</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Iya Man pa kabar?"</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Baik, kamu ada dimana?"</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Aku lagi di tempat kost temanku nih, main donk kesini teman-teman ku pingin kenalan sama kamu..", katanya</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ehmm.. di daerah mana?" tanyaku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Daerah Radio Dalam, dateng ya sekarang"</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ok deh nanti kalau aku dah deket aku telpon ya" kataku</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ok aku tunggu ya, jangan lupa siapin diri, hehehe..", katanya lagi</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Lho, emang aku mau diapain?", tanyaku penasaran</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Mau diperkosa rame-rame siap nggak?"</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Siapa takut..", jawabku sekenanya</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Lalu aku pun meluncur ke arah Radio Dalam dan sekitar 15 menit akupun sampai di tempat yang telah dijanjikan.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Hallo Nia, aku dah di depan nih..", kataku</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ok aku keluar ya, sabar.."</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Lalu munculah seorang gadis yang sangat seksi tingginya sekitar 175 dengan berat sekitar 55 kg, wowww.. buah dadanya lebih besar dari pada punya Nia. Lalu dia menghampiri mobilku dan mengetuknya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Iya, ada apa?", jawabku dengan mataku yang tak lepas dari buah dadanya yang montok itu.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Firman ya..", kata dia.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Iya", kataku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Aku Melly temennya Nia yuk masuk yuk..", katanya dengan senyum nakalnya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Oh.. yuk", jawabku agak sedikit tergagap.</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Wah, bakal ada pesta besar nih pikirku dalam hati. Sesampai dikamarnya aku disambut dengan pelukan dan ciuman oleh Nia dan aku diperkenalkan kepada 3 temennya yang lain yang satu bernama Dita, Ayu dan Kiki. Dan harus kuakui mereka bertiga tidak kalah menggiurkannya dengan si Melly.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tiba-tiba Nia membuka omongan yang bagiku sifatnya hanya basa-basi dan kemudian diteruskan oleh teman-temannya dan lama-kelamaan omongan kami berlanjut ke arah selangkangan. Dan tiba-tiba dari arah belakang ada yang memelukku saat aku akan menengok, dengan cepatnya Melly mencium bibirku dengan liarnya, maka akupun tak kalah bernafsunya aku balas dengan liarnya pula.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Dan ternyata yang memelukku dari belakang adalah Nia dia terus menciumi leherku dan terus turun ke bawah mencoba membuka bajuku sementara aku masih saja berciuman dengan Melly. Ketika bajuku dilepaskan oleh Nia tiba-tiba ada tangan yang membuka celanaku termasuk celana dalamku maka langsung saja adekku yang telah tegang sedari tadi keluar dari sarangnya. Dan seketika itu juga "Adekku" langsung dilahap dengan liarnya setelah aku lihat ternyata Dita dengan ganasnya sedang mengulum kemaluanku.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Saat aku sedang diserang oleh tiga wanita ini aku sempat mencari kemana Ayu dan Kiki ternyata mereka ada di sofa dekat situ dan keduanya sudah telanjang bulat dan aku lihat Kiki sedang menjilati vagina Ayu dan Ayu pun mendesah-desah dan meliuk-liukan badannya diatas sofa tersebut sementara aku sendiri sedang kewalahan menangani seranga dari tiga wanita ini, maka aku tidak memperhatikannya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Langsung saja aku buka baju Melly yang terdekat dengan aku dan ketika Melly sedang membuka seluruh bajunya aku tarik Dita keatas dan kami pun berciuman sementara itu Nia menggantikan posisi Dita mengulum kemaluanku. Begitu pula dengan Dita aku buka bajunya dan posisinya digantikan oleh Nia sedangkan posisi Nia digantikan oleh Melly, wow.. ternyata kuluman Melly lebih enak dari pada Nia dan Dita sampai akhirnya aku merebahkan diri di ranjang yang berada disitu.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Nia setelah melepas bajunya langsung saja memgang kemaluanku dan diarahkannya ke liang vaginannya yang ternyata sudah basah sedari tadi setelah pas maka diturunkan pantatnya perlahan-lahan hingga akhirnya..</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Bless.., "Aah..", desah Nia.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Sementara Nia sedang asiknya menaik turnkan pantatnya diatasku, maka aku tarik Melly keatasku dan aku menjilati vaginanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ahh.. enak Man terus Man ohh.." desah Melly.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ahh.. ohh.sst" desah Nia yang bersahut-sahutan dengan Melly dan Ayu.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ohh.. yess lick my pussy Man ohh yess sst" racau Melly ketika klitorisnya aku hisap-hisap.</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Sementara itu aku tarik pula si Dita dan aku masukan jari tengahku ke liang vaginanya sehingga membuat Dita meracau dan meliuk-liukan badannya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ohh yes Man enak Man dalem lagi Man ohh.." racau Dita.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Sementara setelah berada dalam posisi seperti selama kurang lebih 15 menit akhirnya Nia menggenjotnya semakin cepat dan mengerang.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ahh.. Man aku keluar Man ah.." desah Nia dan seketika itu pula tubuhnya melemas dan menggelimpang disampingku dan ternyata tanpa aku sadari dibawahku sudah ada si Ayu yang dengan cepatnya langsung melumat kemaluanku maka aku pun menggeliat menahan nikmat hisapan Ayu dan Melly segera turun dari mulutku dan memasukan kemaluanku ke vaginanya dan langsung digoyangkannya naik turun dan kadang memutar, sementara Dita tidak mau kehilangan kesempatan maka dia menyodorkan vaginannya ke mulutku dan akupun menjilati dan mengihisap-hisap vaginanya.</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Setelah 5 menit aku jilati vagina nya maka tubuh Dita mengejang dan dia berteriak, "Man ahh.. aku keluar Man.. ah.." sambil menekan vaginanya ke mulutku langsung saja aku menghisap vaginanya kuat-kuat dan aku merasakan mengalir deras cairan dari vaginanya yang langsung aku sedot dan aku telan habis.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Setelah Dita merebahkan diri di sampingku ternyata Kki juga tidakmau ketinggalan dia menaiki aku dan kembali aku disodorkan vagina ke 3 siang ini yang langsung aku lumat habis baru aku memulai menjilati vagina Kiki Melly yang masih bergoyang diatasku akhirnya mengerang kuat.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Man aku keluar Man ah.. sst ahh.." racaunya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Terasa sekali cairanya mengalir deras mambahasi kemaluanku dan seketika itu pula ubuhnya melemas dan menggelimpang disampingku dan ternyata Kiki sudah tidak tahan dan langsung menurunkan tubuhnya ke bawah dan memasukan penisku ke vaginanya dan..</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ahh.. sst ahh.. Man mentok Man.. ah.." desahnya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Sedangkan Ayu yang sedari tadi hanya melihat sambil masturbasi sendiri aku tarik keatasku dan aku jilat dan hisap vaginannya</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ohh yess ohh lick it honey oh.." desah Ayu.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Setelah 10 menit Kiki diatasku dan menggoyangkan pinggulnya akhirnya dia pun mengalami klimaks.</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Sementara aku sendiri yang sedari tadi belum keluar karena tidak konsentrasi maka setelah Kiki rebah di sampingku maka aku membalikan badan hingga Ayu berada di bawahku dan perlahan-lahan aku masukan penisku ke vaginanya terasa sangat sempit, ketika kepala penisku mulai menyeruak masuk hingga Ayu berteriak.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ahh.. pelan-pelan Man sakit"</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Maka perlahan-lahan aku masukan lagi setelah setengahnya masuk aku diamkan sebentar agar vagina Ayu terbiasa karena aku melihat Ayu mengerenyitkan dahinya menahan sakit setelah Ayu tenag maka aku sorong pantatku dan akhirnya seluruh penisku berada dalam vagina Ayu</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ahh Man sakit ah.." desah Ayu.</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Dan perlahan-lahan Ayu mulai menggoyangkan pinggulnya maka aku pun menggenjot pantatku keluar masuk. Terasa semppit sekali vagina Ayu dan ketika aku melirik kebawah aku melihat ada teesan darah keluar dari vaginanya yang akhirnya baru aku ketahui bahwa memang Ayu yang termuda diantara semuanya dia baru masuk SMU kelas 1 dan hanya dia yang masih perawan.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ahh.. sst.. terus Man enak Man oh.. dalam lagi Man.." racau Ayu.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Maka aku menarik Ayu kepinggiran tempat tidur dengan posisi kakinya berada di bahu aku sementara aku berdiri memang Ayu tidak kelihatan seperti anak baru masuk SMU dengan tingginya sekitar 170 dan buah dadanya berukuran 36 B.</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Setelah 10 menit aku menggenjot Ayu akhirnya dia pun mengerang.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Man aku keluar Man ohh.. Man.."</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Namun aku tidak perduli aku terus menggenjot Ayu karena aku sendiri mengejar klimaks ku, setelah itu aku balikan tubuh Ayu sambil terus menggenjotnya hingga akhirnya Ayu berada dalam posisi menungging dan aku terus menggenjotnya dari belakang sambil meremas buah dadanya 36Bnya yang mengayun-ayun.</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ketika aku sedang menggenjot dari arah bawah belakang aku merasakan ada yang menjilati buah pelirku dan ternya Melly sudah bangun lagi sehingga setelah 10 menit aku menggenjot Ayu dari belakang dia pun mengalami orgasme kembali.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ahh Man aku keluar lagi Man ah.." dan seketika itu tubuhnya benar-benar melemas melihat kondisinya yang seperti itu maka aku tidak tega dan langsung aku tarik Melly untuk mengangkang dan aku tusukan penisku ke vaginanya dan Melly dengan posisi dibawah mendesah-desah seperti orang yang kepedasan.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ahh.. Man terus Man.. esst enak Man terus Man oh.." racaunya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Enak Mel, aah.. esst ahh", racauku tidak karuan karena merasakan sedotan-sedotan di vagina Melly yang kata orang-orang 'empot ayam'.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Maka dengan semangatnya aku menggenjot Melly dan setelah 10 menit Melly berkata, "Man aku mau keluar Man.. Man ahh"</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ntar Mell gue juga mau keluar barengan ya ahh" kataku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Akhirnya, "Man gue nggak kuat Man ah..", ser.. ser.. ser.., terasa deras sekali semprotan Melly.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ahh gue juga Mell ah..", crot.. crot.. crott.., akhirnya akupun orgasme bersamaan.</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Akhirnya Kamipun ketiduran dengan posisi aku diatas Melly. Kira-kira aku tertidur 15 menit tiba-tiba aku merasakan penisku dijilat-jilat dan dihisap-hiasap setelah aku membuka mataku ternyata Dita sedang mengulum penisku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Maka seketika itu juga aku langsung meracau, "Ah.. ohh.. enak Dit terus Dit"</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Tapi Dita tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada dia langsung naik keatas tubuhku dan memasukkan penisku ke liang vagiannya, memang dari 'peperangan' tadi hanya Dita yang belum merasakan penisku maka ketika yang lain lain sedang tidur Dita memanfaatkan momen tersebut sebaik-baiknya.</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Terus dia menggoyangkan pinggulnya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ahh.. esst enak Man ah.."</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Aku pun merasakan keenakan dengan goyangan Dita karena goyangannya benar-benar seperti penari ular dia memutar-mutarkan pantatnya diatas penisku. Lama dia melakukan itu hingga akhirnya kami keluar bersamaan.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ahh Man enak Man ayo Man keluarin barengan ohh.."</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Akhirnya, "Dit aku mau keluar ahh ohh crot.. crot.."</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Kami pun lemas dan Dita menciumku bibirku mesra "Makasih ya Man, enak lho bener yang Nia bilang" katanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Emang Nia bilang apa?" tanyaku penasaran.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Kontolku kamu enak, kamu bisa bikin ceweq ketagihan nanti lagi ya" katanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Aku hanya tersenyum dan memeluk dia.</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Akhirnya aku pun menginap disitu dan kami ber-enampun melakukannya berulang kali. Kadang aku mengeluarkan spermaku di dalam vagina Melly, Ayu ataupun yang lainnya secara bergantian. Hingga sekarang pun kami masih sering melakukan kadang satu lawan satu, kadang three some, ataupun langsung berenam lagi.</span></div><div style="text-align: right;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; font-size: xx-small;">source : rumahseks.blogspot.com</span></i></div></span>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-39900272026538104542011-11-16T04:31:00.000-08:002011-11-16T04:31:03.832-08:00Pemerkosaan Penuh Kenikmatan - Part 2<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Batang kemaluannya yang luar biasa besar itu dengan cepat keluar masuk melicinkan lubang kemaluanku tanpa mempedulikan betapa besar batang kemaluannya yang akan dimasukkan itu dibandingkan dengan daya tampung vaginaku. Akhirnya seluruh batang kemaluan bule itu masuk, dari setiap gerakan menyebabkan keseluruhan bibir vaginaku mengembang dan mencengkeram batangnya dan klitorisku yang sudah keluar semuanya dan mengeras ikut tertekan masuk ke dalam, di mana klitorisku terjepit dan tergesek dengan batang kemaluannya yang besar dan berurat itu, walaupun terasa penuh sesak tetapi lubang vaginaku sudah semakin licin dan lancar, "..Ooohh..mengapa aku jadi keenakan.? ini tak mungkin terjadi..!" pikirku setengah sadar.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Aku mulai menikmati diperkosa oleh teman suamiku, bule lagi? gilaa..!" sementara perkosaan itu terus berlangsung, desiran darahku terasa mengalir semakin cepat secepat masuknya batang kemaluannya yang luar biasa besar itu, pikiran warasku perlahan-lahan menghilang kalah oleh permainan kenikmatan yang sedang diberikan oleh keperkasaan batang kemaluannya yang sedang 'menghajar' liang kenikmatanku, perasaanku seakan-akan terasa melayang-layang di awan-awan dan dari bagian vaginaku yang dijejali batang kemaluannya yang super besar itu terasa mengalir suatu perasaan mengelitik yang menjalar ke seluruh bagian tubuh, membuat perasaan nikmat yang terasa sangat fantastis yang belum pernah aku rasakan sedemikian dahsyat, membuat mataku terbeliak dan terputar-putar akibat pengaruh batang kemaluan John yang begitu besar dan begitu dahsyat mengaduk-aduk seluruh bagian yang sensitif di dalam vaginaku tanpa ada yang tersisa satu milipun.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Keseluruhan syaraf syaraf yang bisa menimbulkan kenikmatan dari dinding dalam vaginaku tak lolos dari sentuhan, tekanan, gesekan dan sodokan kepala dan batang kemaluan John yang benar-benar besar itu, rasanya paling tidak tiga kali besarnya dari batang kemaluan suamiku tapi seratus kali lebih nikmaat..! dan cara gerakan pantat bule perkasa ini bergerak memompakan batang kemaluannya keluar masuk ke dalam vaginaku, benar-benar fantastis sangat cepat, membuatku tak sempat mengambil nafas ataupun menyadari apa yang terjadi, hanya rasa nikmat yang menyelubungi seluruh perasaanku, pandanganku benar benar gelap membuat secara total aku tidak dapat mengendalikan diri lagi.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Akhirnya aku tidak dapat mengendalikan diriku lagi, rasa bersalah kalah oleh kenikmatan yang sedang melanda seluruh tubuhku dari perasaan yang begitu nikmat yang diberikan John padaku, dengan tidak kusadari lagi aku mulai mendesah menggumam bahkan mengerang kenikmatan, pikiranku benar benar melambung tinggi.. Tanpa malu aku mulai mengoceh merespons gelora kenikmatan yang menggulung diriku, "Ooohh.. John you're cock is so biig.. so fuull.. so good..!! enaakk.. sekaalii..!! aaggh..! teruuss.. Fuuck mee Joohn.."</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku benar-benar sekarang telah berubah menjadi seekor kuda binal, aku betinanya sedang ia kuda jantannya. Pemerkosaan sudah tidak ada lagi di benakku, pada saat ini yang yang kuinginkan adalah disetubuhi oleh John senikmat dan selama mungkin, suatu kenikmatan yang tak pernah kualami dengan suamiku selama ini.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Ooohh.. yess mmhh.. puasin aku John sshh.. gaaghh..! pen.. niishh.. mu.. begitu besaar dan perkasaa..! ..aarrgghh..!" terasa cairan hangat terus keluar dari dalam vaginaku, membasahi rongga-rongga di dalam lubang kemaluanku. "Aaagghh.. oohh.. tak kusangka benar-benar nikmaat.. dientot kontol bule.." keluhku tak percaya, terasa badanku terus melayang-layang, suatu kenikmatan yang tak terlukiskan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Aaagghh.. Joohhn.. yess.. pushh.. and.. pull.. your big fat cock..!" gerakanku yang semakin liar itu agaknya membuat John merasa nikmat juga, disebabkan otot-otot kemaluanku berdenyut-denyut dengan kuat mengempot batang kemaluannya, mungkin pikirnya ini adalah kuda betina terhebat yang pernah dinikmatinya, hangat.. sempit dan sangat liar.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tiba tiba ia mencabut seluruh batang kemaluannya dari lubang vaginaku dan anehnya aku merasakan suatu kehampaan yang luar biasa..! Dengan tegas ia menyuruhku merangkak keatas kasur dan memintaku merenggangkan kakiku lebar lebar serta menunggingkan pantatku tinggi tinggi, oh benar benar kacau pikiranku, sekarang aku harus melayani seluruh permintaannya dan sejujurnya aku masih menginginkan 'pemerkosaan' yang fantastis ini, merasakan batang kemaluan John yang besar itu menggesek seluruh alur syaraf kenikmatan yang ada diseluruh sudut lubang vaginaku yang paling dalam yang belum pernah tersentuh oleh batang kemaluan suamiku.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sementara otakku masih berpikir keras, tubuhku dengan cepat mematuhi keinginannya tanpa kusadari aku sudah dalam posisi yang sangat merangsang menungging sambil kuangkat pantatku tinggi tinggi kakiku kubuka lebar dan yang paling menggiurkan orang bule ini adalah liang vaginaku yang menantang merekah basah pasrah diantara bongkahan pantatku lalu, kubuat gerakan erotik sedemikian rupa untuk mengundang batang kemaluannya menghidupkan kembali gairah rangsangan yang barusan kurasakan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Rupanya John baru menyadari betapa sexynya posisi tubuh istri temannya ini yang memiliki buahdada yang ranum pinggangnya yang ramping serta bongkahan pantatnya yang bulat, dan barusan merasakan betapa nikmatnya lubang vaginanya yang hangat dan sempit mencengkeram erat batang penisnya itu, "..Ooohh Hesty tak kusangka tubuhmu begitu menggairahkan vaginamu begitu ketat begitu nikmaat..!" aah aku begitu tersanjung belum pernah kurasakan gelora birahiku begitu meletup meletup, suamiku sendiri jarang menyanjungku, entah kenapa aku ingin lebih bergairah lagi lalu kuangkat kepalaku kulemparkan rambut panjangku kebelakang dengan gerakan yang sangat erotik.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Dengan perlahan ia tujukan 'monster cock' nya itu keliang vaginaku, aku begitu penasaran ingin melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana caranya ia memasukkan 'benda' itu kevaginaku lalu kutengok kecermin yang ada disampingku dan apa yang kulihat benar benar luar biasaa..! jantungku berdegup kencang napasku mulai tidak beraturan dan yang pasti gelora birahiku meluap deras sekaalii..! betapa tidak tubuh john yang besar kekar bulunya yang menghias didadanya sungguh pemandangan yang luar biasa sexy buatku.! belum lagi melihat batang kemaluannya yang belum pernah kulihat dengan mata kepalaku sendiri begitu besaar, kekaar dan panjaang..!</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Dan sekarang akan kembali dimasukkan kedalam liang vaginaku..! Secara perlahan kulihat benda besar dan hangat itu menembus liang kenikmatanku, bibir vaginaku memekar mencengkeram batang penisnya ketat sekali..! rongga vaginaku tersumpal penuh oleh 'big fat cock' John.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"..Ssshh.. Aaargghh..!" Aku mendesah bagai orang kepedesan ketika batang kemaluannya mulai digeserkan keluar masuk liang kenikmatanku..! nikmatnya bukan kepalang..! belum pernah kurasakan sebegini nikmaat..! besaar.. padaat.. keraas.. panjaang..! oogghh.. entah masih banyak lagi kedahsyatan batang kemaluan John ini. Dan ketika John mulai memasukkan dan mengeluarkan secara berirama maka hilanglah seluruh kesadaranku, pikiranku terasa melayang layang diawang awang, tubuhku terasa ringan hanyut didalam arus laut kenikmatan yang maha luas. Setengah jam john memompa batang kemaluannya yang besar dengan gerakan berirama, setengah jam aku mendesah merintih dan mengerang diombang ambingkan perasaan kenikmatan yang luar biasa, tiba tiba dengan gaya "doggy style' ini aku ingin merasakan lebih liar, aku ingin John lebih beringas lagi</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Yess.. John.. harder.. John.. faster.. aargh.. fuck me.. WILDER..!"</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Giliran John yang terhipnotis oleh teriakanku, kurasakan tangannya mencengkeram erat pinggangku dengusan napasnya makin cepat bagai banteng terluka gerakan-gerakan tekanannya makin cepat saja, gerakan-gerakan yang liar dari batang penisnya yang besar itu menimbulkan perasaan ngilu dibarengi dengan perasaan nikmat yang luar biasa pada bagian dalam vaginaku, membuatku kehilangan kontrol dan menimbulkan perasaan gila dalam diriku, pantatku kugerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan dengan liar mengimbangi gerakan sodokan John yang makin menggila cepatnya, tiba tiba pemandanganku menjadi gelap seluruh badanku bergetar..! Ada sesuatu yang ingin meletup begitu dahsyat didalam diriku.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Ooohh.. fuck me hard..! aaduuh.. aaghh! Joohn..! I can't hold any longerr..! terlalu eenaakk..! tuntaassin Johnn..! Aaarrghh..! I'm cummiing.. Joohn.." lenguhan panjang keluar dari mulutku dibarengi dengan glinjangan yang liar dari tubuhku ketika gelombang orgasme begitu panjaang dan dahsyaat menggulung sekujur tubuhku.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Badanku mengejang dan bergetar dengan hebat kedua kakiku kurapatkan erat sekali menjepit batang penis John seolah olah aku ingin memeras kenikmatan tetes demi tetes yang dihasilkan oleh batang kejantanannya, kepalaku tertengadah ke atas dengan mulut terbuka dan kedua tanganku mencengkeram kasur dengan kuat sedangkan kedua otot-otot pahaku mengejang dengan hebat dan kedua mataku terbeliak dengan bagian putihnya yang kelihatan sementara otot-otot dalam kemaluanku terus berdenyut-denyut dan hal ini juga menimbulkan perasaan nikmat yang luar biasa pada John karena batang kemaluannya terasa dikempot kempot oleh lobang vaginaku yang mengakibatkan sebentar lagi dia juga akan mengalami orgasme.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"..Aaarghh.. Hesty your cunt is soo tiight..! I've never crossed in my mind that your cunt so delicious..! aargh ..!" John mendengus dengus bagai kuda liar tubuhku dipeluk erat dari belakang, bibirnya menciumi tengkukku belakang telingaku dan tangannya meraih payudaraku, puting susuku yang sudah mengeras dan gatal lalu dipuntir puntirnya.. oohh sungguh luar biasaa..! kepalaku terasa kembali berputar putar, tiba tiba John mengerang keras.. tiba tiba kurasakan semburan hebat dilorong vaginaku cairan hangat dan kental yang menyembur keluar dari batang kejantanannya, rasanya lebih hangat dan lebih kental dan banyak dari punya suamiku, air mani John serasa dipompakan, tak henti-hentinya ke dalam lobang vaginaku, rasanya langsung ke dalam rahimku banyak sekali.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku dapat merasakan semburan-semburan cairan kental hangat yang kuat, tak putus-putusnya dari penisnya memompakan benihnya ke dalam kandunganku terus menerus hampir selama 1 menit, mengosongkan air maninya yang tersimpan cukup lama, karena selama ini dia tidak pernah bersetubuh dengan istrinya yang berada jauh di negaranya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">John terus menekan batang kemaluannya sehingga clitorisku ikut tertekan dan hal ini makin memberikan perasaan nikmat yang hebat, "..Aaarrgghh..!" tak kusangka, tubuhku bergetar lagi merasakan rangsangan dahsyat kembali menggulung sekujur tubuhku sampai akhirnya aku mengalami orgasme yang kedua dengan eranganku yang cukup panjaang, Tubuhku bagai layang layang putus ambruk dikasur.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku tertelungkup terengah engah, sisa sisa kenikmatan masih berdenyut denyut di vaginaku merembet keseluruh tubuhku. John membaringkan dirinya disampingku sambil mengelus punggungku dengan mesra. Seluruh tubuhku terasa tidak ada tenaga yang tersisa, ringan seenteng kapas pikiranku melayang jauh entah menyesali kejadian ini atau malah mensyukuri pengalaman yang luar biasa ini. Akhirnya aku tertidur dengan nyenyaknya karena letih.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Keesokan harinya aku terbangun dengan tubuh yang masih terasa lemas dan terasa tulang-tulangku seakan-akan lepas dari sendi-sendinya. Aku agak terkejut melihat sesosok tubuh tidur lelap disampingku, pikiranku menerawang mengingat kejadian tadi malam sambil menatap ke arah sosok tubuh tersebut, kupandangi tubuhnya yang telanjang kekar besar terlihat bulu bulu halus kecoklat-coklatan menghias dadanya yang bidang lalu bulu bulu tersebut turun kebawah semakin lebat dan memutari sebuah benda yang tadi malam 'menghajar' vaginaku, benda itu masih tertidur tetapi ukurannya bukan main.., jauh lebih besar daripada penis suamiku yang sudah tegang maksimum. Tiba tiba darahku berdesir, vaginaku terasa berdenyut, "..Oh.. apa yang terjadi pada diriku..?"</span></div><div style="text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; font-size: xx-small;"><i>source: rumahseks.blogspot.com</i></span></div></span>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-5516526118765387932011-11-16T04:25:00.000-08:002011-11-16T04:26:49.861-08:00Pemerkosaan Penuh Kenikmatan - Part 1<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Suatu saat suamiku harus meneruskan S2nya ke luar negeri untuk tugas perusahaan. Aku mengantar kepergian suamiku sampai di bandara. Demikian sejak itu, aku harus membiasakan hidupnya dengan jadwal tugas suamiku, suatu hari menjelang sore hari, setelah menyediakan makan malam di atas meja, yang pada saat ini harus disiapkan sendiri, sebab pembantuku sedang pulang kampung, karena mendadak ada keluarga dekatnya di kampung yang sakit berat.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">John, teman suamiku yang orang Italy pada waktu mereka sekolah di Inggris bersama, sedang mendapat tugas di Indonesia sementara ini tinggal dirumah. Telah hampir satu bulan John tinggal bersama kami, istrinya tetap berada di Italy. Seperti biasanya setelah selesai makan bersama, aku kembali kekamar dan karena udara diluar terasa panas aku ingin mengambil shower lalu aku mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk berpancur.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Letak kamar mandi menyambung dengan kamar tidurnya. Setelah selesai mandi, aku mengeringkan tubuhku dan dengan hanya membungkus tubuhku dengan handuk mandi, aku membuka pintu kamar mandi dan masuk ke dalam kamar tidurku. Disudut seberang kamar tidur yang tidak tertutup pintunya terlihat John sedang santai dikamarnya, rupanya dia telah selesai makan dan masuk ke kamarnya untuk nonton TV memang dia lebih senang di dalam kamar yang lantainya dilapisi karpet tebal dan udaranya dingin oleh AC.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Dengan masih dililit handuk, aku duduk di depan meja rias untuk mengeringkan dan bersisir rambut. Pada saat itu John kulihat dari cerminku mendadak bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mondar mandir di dalam ruangan kamarnya, terlihat malam ini John agak gelisah, tidak seperti biasa yang selalu menutup pintu kamarnya, malam ini dia mondar mandir dan sekali-sekali matanya yang biru kecoklatan melihat ke arahku yang sedang duduk menyisir rambutku.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Melihat John seperti itu, aku bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu untuk menutup pintu kamarku, aku sempat melihat John tersenyum padaku sambil berkata, "Hai Hesty kau cantik sekali malam ini..!".</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Tiba tiba John langsung berdiri melintas kamarnya, tanpa aba-aba salah satu kakinya menahan pintu kamarku lalu tangannya yang kekar mencoba menggapai pinggangku, tercium olehku bau alkohol dari mulutnya rupanya John baru saja minum whisky, "..John, sadar.. aku Hesty istri temanmu..!"</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">John bisa bicara dalam bahasa Indonesia, aku mencoba berbalik dan karena eratnya pegangannya di pinggangku, aku terhuyung-huyung dan aku jatuh telentang di lantai yang dilapisi karpet tebal. Kedua kakiku terpentang lebar, sehingga handuk yang tadinya menutupi bagian bawahku tersingkap, yang mengakibatkan bagian bawahku terbuka polos terlihat bagian pahaku yang putih mulus masih agak basah karena belum sempat kering dengan betul.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Rupanya minuman keras sangat mempengaruhi pikiran John yang sudah begitu lama tidak kencan dengan wanita, John dengan cepat berjalan ke arahku yang sedang telentang di lantai dan sekarang jongkok diantara kedua kakiku yang terbuka lebar itu. Dengan cepat kepalanya telah berada diantara pangkal pahaku dan tiba-tiba terasa lidahnya yang kasar dan basah itu mulai menjilati pahaku, hal ini menimbulkan perasaan yang sangat geli. Aku mencoba menarik badannya ke atas untuk menghindari serbuannya pada pahaku, akan tetapi tangannya begitu kekar tubuhnya terlihat besar dan atletis menahan tubuhku.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">John menunjukan matanya yang jalang, yang membuat aku ketakutan sehingga badanku terdiam dengan kaku. Kedua matanya melotot dengan buas melihat ke arah selangkanganku, kepalanya berada diantara kedua pahaku. Jilatannya makin naik ke atas dan tiba-tiba badanku menjadi kejang ketika bibir John itu terasa menyentuh pinggir dari belahan bibir kemaluanku dari bawah terus naik ke atas dan akhirnya badanku terasa meriang ketika lidah John yang besar basah dan kasar itu menyentuh klitorisku dan menggesek dengan suatu jilatan yang panjang, yang membuat aku terasa terbang melayang-layang bagaikan layang-layang putus ditiup angin.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"..Aaarrgghh..!" tak terasa keluar keluhan panjang dari mulutku.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Tubuhku terus bergetar-getar seperti orang kena setrum dan mataku terbeliak melihat kearah lidah John yang bolak balik menyapu belahan bibir kemaluanku dan dengan tanpa kusadari kedua pahaku makin kubuka lebar, memberikan peluang yang makin besar pada lidah John bermain-main pada belahan kemaluanku. Dengan tak dapat ditahan lagi, cairan pelumas mulai membanjiri keluar dari dalam kemaluanku dan dari cairan ini makin membuat John makin giat memainkan lidahnya terus menyapu dari bawah ke atas, mulai dari permukaan lubang anusku naik terus menyapu belahan bibir vaginaku sampai pada puncaknya yaitu pada klitorisku.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Ohh.. sshh.. gilaa.. aku dibuat melayang..! dengan cepat vaginaku menjadi basah kuyup oleh cairan birahi yang keluar terus menerus dari dalam vaginaku. Sejenak aku seakan-akan lupa diri, terbawa oleh nafsu birahi yang melanda..! akan tetapi pada saat berikut aku baru sadar akan situasi yang menimpaku.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Aduuhh benar-benar gila ini, aku terbuai oleh nafsu karena sentuhan seorang laki laki bule.. aahh.. tidak.. tidak bisa ini terjadi!", dengan cepat aku menarik tubuhku dan mencoba bergulir membalik badan untuk bisa meloloskan diri dari John.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Dengan membalik badan, sekarang aku merangkak dengan kedua tangan dan lutut dan rupanya ini suatu gerakan yang salah yang berakibat sangat sangat fatal bagiku karena dengan tiba-tiba terasa sesuatu tenaga yang besar menahan pinggangku dan ketika masih dalam keadaan merangkak itu aku menoleh kepalaku ke belakang, terlihat John dengan kedua tangannya merangkul pinggangku dan kepalanya mendekap punggungku tangannya mencoba menarik handuk yang hanya tinggal separoh melilit badanku, badannya yang berat itu menekan tubuhku.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Aku mencoba merangkak maju dan berpegang pada tepi tempat tidur untuk mencoba berdiri, akan tetapi tiba-tiba John menekan badannya yang beratnya hampir 80 Kg itu sehingga posisiku yang sudah setengah berlutut, karena beratnya badan John, akhirnya aku tersungkur ke tempat tidur dengan posisi berlutut di pinggir tempat tidur dan separuh badan tertelungkup di atas tempat tidur, di mana badan John menindih badanku. Kedua kaki John berlutut sambil bertumpu di lantai diantara kedua pahaku yang agak terkangkang dan karena posisi badanku yang tertelungkup itu, akhirnya handuk yang setengah melilit dan menutupi badanku lepas, sehingga seluruh tubuhku terbuka telanjang dengan lebar. Terdengar John mendesah melihat pinggangku yang ramping serta bongkahan pantatku yang bulat menonjol.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"..Oh..Hesty tak kusangka kau begitu sexy..!" Tubuh John makin dirapatkan ketubuhku, sehingga terasa pantatku tergesek oleh kedua pahanya yang besar dan berbulu.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Dalam usaha merenggangkan kedua kakiku, tangan John bergerak-gerak di selangkanganku dan tanpa dapat dihindari bagian bawah vaginaku tergesek-gesek oleh jari jarinya yang besar besar itu. Bagai terkena aliran listrik aku menjerit, "Ouch..! ..Joohn.. jaangaan..!"</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku mencoba melawannya, tetapi kedua tanganku tidak dapat digerakkan karena terhimpit diantara badanku sendiri. Tiba-tiba aku merasakan ada suatu benda kenyal, bulat panas terhimpit pada belahan pantatku dan tiba-tiba aku menyadari akan bahaya yang akan menimpaku, John rupanya sudah mulai beraksi dengan menggesek-gesekan batang kemaluannya pada belahan kenyal pantatku.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Auoohh.. John.. stopp..! pleasee.. aach..!" dengan panik aku mencoba menyuruhnya berhenti melakukan aksinya, akan tetapi seruan itu tidak dipedulikan oleh John malahan sekarang terasa gerakan-gerakan menusuk nusuk benda tersebut pada belahan bongkahanku mula-mula perlahan dan semakin lama semakin gencar saja. Aku menoleh ke kanan, ke arah kaca besar lemari yang persis berada di samping kanan tempat tidur, terlihat batang kemaluan orang asing tersebut telah tegang dan ya ampun.. besaar sekali..! dan terlihat batang kemaluannya yang merah berurat bagai sosis besar dengan ujungnya berbentuk agak bulat sedang menggesek gesek bagian pantatku. Rupanya Orang asing ini sudah sangat terangsang dan sekarang dia sedang berusaha memperkosaku. Aku benar-benar menjadi panik, bagaimana tidak.. aku akan diperkosa oleh teman suamiku yang tampak sedang kesetanan oleh nafsu birahinya.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tanpa kusadari sodokan-sodokan batang kemaluan John semakin gencar saja, sehingga aku yang melihat melalui cermin gerakan pantat bule yang bahenol pahanya yang kekar benar-benar membuatku terpana karena gerakan tekanan-tekanan ke depan pantatnya benar-benar sangat cepat dan gencar, terasa sekarang serangan-serangan kepala batang kemaluannya tersebut mulai menimbulkan perasaan geli pada belahan pantatku dan kadang-kadang ujung batang kemaluannya menyentuh dengan cepat lubang anusku, menimbulkan perasaan geli yang amat sangat.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Terlihat kedua kakinya melangkah ke depan, sehingga sekarang kedua pahanya yang berbulu memepeti kedua pahaku dan gerakan tekanan dan cocolan-cocolan kepala batang kemaluannya mulai terarah menyentuh bibir kemaluanku, aku menjadi bertambah panik, disamping perasaan yang mulai terasa tidak menentu, karena sodokan-sodokan kepala batang kemaluan John menimbulkan perasaan geli dan mulai membangkitkan nafsu birahiku yang sama sekali aku tidak kehendaki.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Akhirnya dengan suatu gerakan dan tekanan yang cepat, John mendorong pantatnya ke depan dengan kuat, sehingga kemaluannya yang telah terjepit diantara bibir kemaluanku yang memang telah basah kuyup dan licin itu, akhirnya terdorong masuk dengan kuat dan terbenam ujung kemaluannya kedalam vaginaku, diikuti dengan jeritan panjang kepedihan yang keluar dari mulutku.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Aduuhh..!" kepalaku tertengadah ke atas dengan mata yang melotot serta mulut yang terbuka megap-megap kehabisan udara serta kedua tangan mencengkeram dengan kuat pada kasur. Akan tetapi John, tanpa memberikan kesempatan padaku untuk berpikir dan menyadari keadaan yang sedang terjadi, dengan cepat mulai memompa batang kemaluannya dengan gerakan-gerakan yang beringas, tanpa mengenal kasihan pada istri temannya yang baru pertama kali ini menerima batang kemaluan yang sedemikian besarnya dalam vaginaku.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Aaahh..!" tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang besar, benar-benar besar sedang mulai memaksa masuk ke dalam vaginaku, memaksa bibir vaginaku membuka sebesar-besarnya, rasanya sampai sebatas kemampuan yang bisa kutolerir. Aku menoleh ke arah cermin untuk melihat apa yang sedang memaksa masuk ke dalam vaginaku itu dan.., "Aaaduuhh.. gila.. benar-benar fantastis besarnya batang penis bule ini" keluhku, terlihat bagian pangkal belakang batang kemaluan John sepanjang kurang lebih 5 cm membengkak, membentuk seperti bonggol, dan dari bagian tersebut sedang mulai dipaksakan masuk, menekan bibir-bibir kemaluanku dan secara perlahan-lahan menerobos masuk ke dalam lubang vaginaku .</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Ooohh.. aampun.. jangan John.. aku tidak sanggup kalau engkau memaksakan benda itu masuk ke dalam vaginaku!" aku memelas tak berdaya mengharapkan John akan mengerti, akan tetapi sia-sia saja, dengan mata melotot aku melihat benda tersebut mulai menghilang ke dalam liang kemaluanku, "Hesty.. nanti kalau sudah masuk semuanya dan licin kau akan merasakan kenikmatan yang kamu belum pernah rasakan sebelumnya..!"</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">John mencoba menenangkanku, kepalaku tertengadah ke atas dan mataku terbalik ke belakang sehingga bagian putihnya saja yang kelihatan, dan sekujur badanku mengejang, bongkahan tersebut terus menerobos masuk ke dalam lubang vaginaku, sampai akhirnya seluruh lubang kenikmatanku dipenuhi oleh kepala, batang kemaluan dan bongkahan pada pangkal batang kemaluan bule tersebut.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Oh.. benar-benar terasa sesak dan penuh rongga vaginaku dijelali oleh keseluruhan batang kemaluan bule tsb. Dalam keadaan itu John terus melanjutkan menekan-nekan pantatnya dengan cepat, membuat badanku ikut bergerak-gerak karena belakang batang kemaluannya telah terganjal di dalam lubang kemaluanku akibat bongkahan pada pangkal batang kemaluannya yang besar itu.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Pantat John tersebut terus bergerak-gerak dengan liarnya, sambil bibirnya menciumi pundakku yang sudah tidak ditutupi handuk, terengah-engah dan mendengus-dengus, hal ini mengakibatkan batang kemaluannya dan bongkahan tersebut mengesek-gesek pada dinding-dinding vaginaku yang sudah sangat sangat kencang dan sensitif mencengkeram, yang menimbulkan perasaan geli dan nikmat yang amat sangat.. aku mulai menyadari betapa hebatnya kenikmatan yang sedang menyelubungi seluruh sudut-sudut yang paling dalam di relung tubuhku akibat sodokan-sodokan batang kemaluan bule dalam rongga vaginaku yang menjepit erat sehingga kepalaku tergeleng-geleng ke kiri dan ke kanan dengan tak terkendali dan dengan histeris pantatku kutekan ke belakang merespon perasaan nikmat yang diberikan oleh John, yang tak pernah kualami selama ini.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Ooohh.. tidaak..!" pikirku, "Aku tak pantas mengalami ini.. aku bukan seorang maniak seks! Aku selama ini tidak pernah nyeleweng dengan siapa pun.. ta. taapii.. sekarang.. oohh seorang bule? Adduuhh! Tapii.. oohh.. enaaknya.. aghh.. akuu.. tak dapat menahan ini.. agghh.. aku tak menyadari betapa nikmaatnya.. penis besar dari seorang bule yang perkasa ini..! sshh.. aaqhh..! Ooohh.. benar juga katanya belum pernah aku merasakan begini dahsyat rasa nikmaatnyaa..!" "..Ssshh.. aachh.. apa yang harus kulakukan..?? <span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><i><b>Bersambung....</b></i></span></span></span><br />
<div style="text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; font-size: xx-small; line-height: 22px;"><i>source : rumahseks.blogspot.com</i></span></span></div></div>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-58749829436454346022011-11-16T04:15:00.000-08:002011-11-16T04:17:24.144-08:00Dosaku Terhadap Angga<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku kini benar-benar terbangun setelah mendengar dengkuran Mas Har beberapa lamanya. Kuperhatikan dada dan perutnya yang padat lemak itu naik-turun seirama dengan suara dengkur yang makin menjengkelkanku. Aku turun dari ranjang dan berjalan menuju cermin besar di kamar tidur kami. Kupandangi dan kukagumi sendiri tubuh telanjangku yang masih langsing dan cukup kencang di usiaku yang tigapuluhan. Kulitku masih cukup mulus dan putih, payudaraku tetap bulat dan kenyal, pas benar dengan bra 37B warna pink favoritku saat kuliah. Dan wajahku masih halus, semua terawat oleh kosmetik yang aku dapatkan dari uang Mas Har.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Ah, aku masih sangat menarik. Tentu saja, tanda-tanda ketuaan tak bisa dihindari, namun tubuhku belum pernah melar karena hamil, apalagi melahirkan. Aku masih ingin meniti karierku, aku ini wanita yang menikmati kekuasaan. Dan menikah dengan Mas Har membuka lebar-lebar kesempatan untuk meraih ambisi itu. Kualihkan pandangan pada sosok lelaki tambun di ranjangku. Mas Har yang dulu tampil sangat jantan, bisa sangat berubah dalam waktu 12 tahun. Rambut halus di dada dan perutnya dulu yang selalu membuatku bergairah bila dipeluknya, kini tumbuh makin lebat dan liar, sedangkan Mas Har tidak pernah mau mencukurnya. Perutnya yang kokoh dulu kini ditutupi oleh selimut lemak yang sangat tebal. Memang otot dada dan tangannya yang kekar masih bertahan. Namun kalau aku bercinta dengan Mas har sekarang, rasanya aku sedang ditiduri oleh seekor gorilla. Memuakkan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Meski begitu, hasratku akhir-akhir ini makin tak tertahankan. Seringkali, akulah yang meminta duluan ke Mas Har untuk memuaskan nafsuku. Namun gara-gara stamina Mas Har yang loyo di usianya yang setengah abad lebih, aku hampir pasti tidak terpuaskan dan kebanyakan aku sendiri yang menyelesaikan "tugas" Mas Har. Sama seperti yang terjadi sore ini, tinggal sebentar lagi aku merasakan orgasme, tiba-tiba Mas Har keluar, dan dengan napas tersengal-sengal ia membelai-belai tubuhku kemudian tertidur lelap di sampingku. Lagi-lagi harus jari-jariku sendiri yang memuaskanku. Aku sudah tak tahan. Aku tidak peduli lagi pada nilai dan norma yang berlaku bagiku sebagai perempuan. Kubulatkan tekadku, kemudian aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari bekas cumbuan suamiku yang memuakkan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Selesai sarapan Mas Har pamit padaku dan mengatakan betapa menyesalnya dia harus meninggalkanku akhir pekan ini ke Singapura, demi kepentingan lobby perusahaannya. Mas Har memang pernah menawarkan padaku untuk pergi bersamanya, tapi aku menolak dengan alasan aku lelah dengan pekerjaan kantorku dan sedang tidak ingin pergi begitu jauh hanya untuk berbelanja. Dan kesempatan ini akan aku gunakan sebaik-baiknya. Sore ini aku akan punya kegiatan yang lebih menarik dari sekedar berbelanja, di Singapura sekalipun. Supir kami mengantar Mas Har pergi dan 30 menit kemudian aku pergi menuju kantor membawa sedanku sendiri.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Setelah makan siang aku kembali ke kantor dan menyelesaikan sebagian pekerjaanku hari itu dan dua jam sebelum waktu pulang, aku menyerahkan sisa pekerjaan itu ke bawahanku. Mereka tidak terlalu senang dengan tugas mendadak itu, tapi nampaknya mereka sudah terbiasa dengan perangaiku. Mereka paham bahwa aku tidak ingin menjadi lelah, karena sepulang kerja nanti aku akan pergi bersama teman-temanku, eksekutif wanita muda yang lain. Hanya saja mereka tidak tahu kalau hari itu, aku sudah membatalkan acara jalan-jalan kami.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kukemudikan sedanku ke arah rumahku, namun kemudian berbelok menuju tempat lain. Sekitar 15 menit kemudian aku berhenti di samping sebuah lapangan basket di dalam suatu perumahan. Di sana sejumlah remaja SMU sedang bermain. Aku turun dari mobilku dan duduk di samping lapangan tempat tas-tas mereka diletakkan, lalu menyaksikan permainan mereka. Salah satu dari mereka, mengenakan kostum basket warna merah, yang kemudian melihatku, tersenyum dan melambaikan tangannya. Aku membalas dengan cara serupa. Dia adalah Angga, anak salah satu bawahanku yang sedang kutugaskan pergi ke luar kota selama beberapa hari. Hubunganku dengan keluarga mereka cukup akrab untuk mengetahui bahwa Angga mengikuti latihan basket dua kali seminggu di sana.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sepuluh menit kemudian permainan berakhir dan sejumlah remaja itu menuju ke tas mereka, yaitu ke arahku. Aku berjalan menuju Angga membawa sebotol minuman yang sudah kusiapkan pagi tadi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><br />
<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Ang, minum dulu nih. Ternyata tadi di mobil Tante masih ada sebotol", tawarku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Oh iya, Tante, makasih!", jawabnya tersengal.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Nampaknya ia masih kelelahan. Angga mengambil botol dari tanganku dan segera menghabiskan isinya. Kami berjalan menuju tasnya. Dan ia mengeluarkan handuk untuk menyeka keringatnya. Aku mengintip sebentar ke dalam tasnya dan bersyukur aku memberikan botol minumanku kepada Angga sebelum ia sempat mengambil minuman bekalnya sendiri.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sebagai pemain basket, Angga cukup tinggi. Dari tinggi badanku yang 168 cm kuperkirakan kalau tinggi Angga sekitar 180-an cm. Bisa kuperhatikan tangan Angga cukup kekar untuk anak seusianya, sepertinya olahraga basket benar-benar melatih fisiknya. Figur badannya menunjukkan potensinya sebagai atlet basket. Aku beralih ke wajahnya yang masih nampak imut walau basah oleh keringat. Dengan kulit yang kuning, wajahnya benar-benar manis. Aku tersenyum.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><br />
<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Setelah menyeka wajahnya, Angga memperhatikanku sebentar dan berkata, "Tante Nia dari kantor? Kok pake ke sini?"</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 22px;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Nggak, males aja mau ke rumah, enggak ada temannya sih. Om Harry lagi ke Singapura. Jadi tante jalan-jalan.. terus ternyata lewat deket-deket sini, sekalian aja mampir.." ujarku setengah merajuk.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Ia beralih sebentar untuk ngobrol dan bercanda dengan temannya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><br />
<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Sama dong Tante, Angga lagi males nih di rumah, nggak ada orang sih!"</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Nggak ada orang? Ibu sama adik kamu ke mana?"</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Nginep di rumah nenek, besok sore pulang. Aku disuruh jaga rumah sendirian". Angga menaruh handuknya dan duduk di sampingku.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Oh, kebetulan banget ya.." kata-kata itu tiba-tiba terlepas dari mulutku.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Yang dikatakan Angga benar-benar di luar dugaanku, tapi justru membuat keadaan jadi lebih baik. Aku tidak perlu bersusah payah untuk mencari tempat ber..</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><br />
<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Kenapa, Tante? Kebetulan gimana?"</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 22px;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Iya, kebetulan aja kita sama-sama cari teman.." Angga tersenyum.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Sebenarnya.. Ehh.. Tante ada perlu sih ke rumahmu. Ada file laporan penting yang harus diambil segera, padahal papa kamu masih di luar kota. Kira-kira bisa nggak ya, tante ke rumahmu ngambil file itu? Tante sudah bilang kok sama Papa kamu, katanya tante disuruh ngambil aja di rumah.."</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Oh, nggak apa-apa kok. Cuma mungkin agak lama ya, Tante. Soalnya aku musti cari-cari kunci cadangannya lemari papa. Biasanya selalu dikunci sih, kalau pergi-pergi. "</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Nggak masalah, Tante nggak buru-buru. Kita pergi sekarang?".</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Angga mengangguk lalu kami berjalan menuju mobilku. Angga melambaikan tangan pada teman-temannya dan meneriakkan kata-kata perpisahan. Kuperhatikan teman-teman Angga saling berbisik dan tertawa-tawa kecil melihat kami pergi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><br />
<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Di rumah benar-benar nggak ada orang yah, Ang?"</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 22px;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Cuma aku doang, Tante. Untungnya sih Mama ngasih uang lumayan buat cari makan."</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Aduh.. Kaciann.." kataku manja. "Tapi biasanya seumuran kamu pasti ada pacar yang nemenin kemana-mana kan.."</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Angga menoleh dan tersenyum padaku. "Wah, Angga nggak punya Tante. Belum ada yang mau!"</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Ah, masa? Cowok keren kaya kamu gini loh!" Kutepuk pelan lengannya, mencoba merasakan sejenak kekokohannya. "Kalau Tante sih, sudah dari dulu Angga tante sabet!"</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Angga hanya tertawa ramah, ia sudah biasa dengan gaya bercandaku yang agak genit itu. Padahal sebenarnya, sosok Angga benar-benar sudah mempesonaku saat ia diperkenalkan padaku dan Mas Har setahun yang lalu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Perjalanan ke rumah Angga memakan waktu sekitar 30 menit karena jalanan sudah penuh oleh mobil-mobil orang lain yang menuju rumah masing-masing. Dalam perjalanan aku tetap memperhatikan Angga. Aku ingin tahu apakah minuman yang tadi Angga minum sudah menunjukkan reaksinya. Biasanya aku menggunakan obat itu untuk memancing nafsu Mas Har dan mempertahankan staminanya. Aku mungkin sudah gila.. Mencoba untuk tidur dengan bocah SMU anak pegawaiku sendiri.. Tapi biarlah.. Gelegak di diriku sudah tak mampu lagi aku bendung.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tadi pagi aku memberikan dosis ekstra pada minuman yang kuberikan pada Angga, dan sekarang aku penasaran akan efeknya pada tubuh muda Angga. Bisa kulihat sekarang napas Angga mulai naik-turun lagi setelah sempat tenang duduk dalam mobil. Duduknya juga nampak sedikit gelisah. Aku menepi. Kami sudah sampai.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Ia membuka pintu dan mempersilahkan aku masuk. Aku duduk nyaman di sofa ruang tamu dan ia menuju dapur untuk menyiapkan segelas minuman buatku. Rumah Angga tidak besar, sekedar cukup untuk tinggal empat orang. Sekali lagi aku menanyakan pada diriku sendiri, apakah aku ingin melakukan hal ini.. Dan sedetik kemudian aku menjawab: aku memang benar-benar menginginkannya..</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kutanggalkan jas dan blazerku, menyisakan sebuah tank-top putih untuk melekat di bagian atas tubuhku. Tadi pagi aku sudah mematut diri di kaca dengan tank-top ini. Sebenarnya ukurannya sedikit lebih kecil dari ukuranku, hingga cukup ketat untuk memperlihatkan dengan jelas bentuk payudaraku, bahkan puting susuku. Aku tersenyum geli ketika meihat diriku di cermin pagi itu. Rok miniku kutarik sedikit lebih tinggi, dan kusilangkan kakiku sedemikian rupa hingga Angga yang nanti kembali dari dapur akan memperhatikan pahaku yang mulus.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Angga keluar beberapa menit kemudian membawakan segelas sirup dengan batu es. Ia terdiam sejenak sebelum melanjutkan langkahnya menuju meja di depanku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><br />
<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Panas banget, Ang. Makanya Tante copot blazernya", kataku setengah mengeluh.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Iya, memang di sini nggak ada AC seperti di rumah Tante".</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Suara Angga sedikit terbata, nafasnya naik-turun, dan mencoba tersenyum. Kulihat Angga juga berkeringat, tapi aku tahu hal itu bukan hanya karena panas yang ada di ruang tamu ini. Aku mengambil gelas yang dingin itu dan menggosokkannya pada bagian bawah leherku yang berkeringat. Segar sekali..</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Ahh.. Seger baget Ang. "</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Angga menelan ludahnya. Kuminum sedikit sirup itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><br />
<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Uhh.. Top banget. Enak, Ang", ujarku setengah mendesah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Hmm.. Tante.. Angga.. Angga cari kunci lemarinya papa dulu ya.." kata Angga. Anak ini pemalu juga, kataku dalam hati. "Oh, iya deh, Tante tunggu. " Angga kemudian bergegas menuju satu lemari besar di samping sofa dan mulai membuka laci-lacinya.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku bersabar sedikit lebih lama. Aku tahu dari tingkah laku Angga yang makin gelisah, kalau obat itu sebentar lagi akan benar-benar memberi efek. Setelah 10 menit mencari dan belum menemukan kuci itu. Aku berjalan ke arah Angga yang masih membungkuk, mencari kunci itu di salah satu laci.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Ang.. Apa nggak lebih baik.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Angga lalu berdiri dan membalikkan badannya menghadapku. Aku tahu dia sempat mencuri pandang ke arah dadaku sebelum melihat wajahku. Ia menelan ludahnya. Aku mendekat padanya hingga jika aku melangkah sekali lagi tubuhku akan langsung bersentuhan dengannya. Angga mencoba mundur, tapi lemari besar itu menghalanginya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Kenapa..? Tante..?", nafasnya terasa menyentuh dahiku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku mendongak sedikit, menatap wajahnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Lebih baik kamu.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tanganku meraba otot bisepnya, padat..</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Mandi dulu.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tanganku yang satu menyentuh tepi bawah kostum basketnya..</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Terus ganti baju.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kedua tanganku mulai mengangkat kausnya..</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Kan, kamu keringetan gini.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tanganku setengah meraba otot-otot perutnya yang keras sambil terus membawa kausnya ke atas..</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Nanti.. Kuncinya.. Dicari lagi.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Dadanya cukup kokoh, dan terasa sekali paru-parunya mengembang dan mengempis semakin cepat, jantungnya berdegup kencang.. Wajahku terasa panas, jantungku ikut berdetak cepat. Angga mengangkat lengannya dan berkata, "Ya Tante.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tapi suara Angga lebih mirip desahan berat. Kuangkat lagi kausnya ke atas dan Angga dengan cepat meneruskan pekerjaanku dan kemudian melemparkan kausnya ke samping. Angga sekarang bertelanjang dada, dengan celana selutut masih dikenakannya. Aku merapatkan badanku padanya namun tiba-tiba aku berhenti setelah merasakan sesuatu mengenai perutku. Aku mundur sedikit dan melihat ke arah dari mana sentuhan di perutku berasal.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Oh..!", bisikku sedikit terkejut.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Dari dalam celananya terlihat tonjolan yang cukup panjang dan besar. Penis Angga.. Siluetnya terlihat jelas dari celana basketnya yang longgar. Aku melihat wajah Angga. Ia juga melihat tonjolan di celananya itu, sedikit terkejut, kemudian melihatku. Napasnya menderu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><br />
<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Eh, maaf tante.. aku.. Nggak pernah.. Pake.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 22px;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Celana dalam? Nggak.. Pernah..?" potongku.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Ia hanya menggeleng dan kembali menatapku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku tersenyum. "Nggak apa-apa.. Lebih baik gitu.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Wajah imutnya memperlihatkan keterkejutan. Tapi aku segera kembali merapatkan tubuhku dan maju lebih berani. Kucengkram batang kemaluannya dari luar celananya. Angga napak semakin terkejut dan badannya berguncang sedikit. Kemudian semua berjalan menuruti nafsu kami yang bergelora.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Angga memelukku, membawa bibirku rapat ke bibirnya dan melakukan ciuman paling bernafsu yang pernah aku terima dalam satu dekade ini. Lidahnya bergelut liar dengan lidahku, bibirku digigitnya pelan.. Kupegang kepalanya dan kurapatkan terus dengan wajahku. Kuacak-acak rambutnya seakan aku ingin seluruh tubuhnya masuk ke dalam ragaku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Angga mencoba menyudahi ciuman itu. Aku khawatir ia akan menolak untuk bertindak lebih jauh, hingga aku tidak membiarkannya. Tapi aku sudah sulit mengatur napasku, dan akhirnya kulepaskan wajahnya. Aku tersengal, mencoba menghirup udara sebanyak-banyaknya. Ternyata Angga sama sekali tidak berhenti. Saat aku ditaklukkan nafsu saat berciuman tadi, Angga sudah berhasil melepaskan tank-topku tanpa sedikitpun aku menyadarinya. Tank-top itu kini berada di bawah kakiku. Dan kini Angga mulai menghisap dan menjilati leherku dengan buas.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Ohh.. Anngghh.." ini dia yang selama ini kudambakan, gairah dan energi yang begitu meluap..</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Lidah Angga bergerak lagi ke bawah.. Membasahi belahan dadaku.. Berputar sebentar di sekitar puting kiriku, memberikan sensasi geli yang nikmat.. Kemudian Angga melahap payudaraku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Ouuhh.. Kamu.. Ahh.. Kurang ajar yahh.. Hmmpphh.. Terusin Anngg.. Ahh.. Mmmhh.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Bocah ini.. Benar-benar bernafsu.. Ia lalu melakukan hal sama pada payudaraku yang sebelah kanan dan segera membawaku ke ambang orgasme.. Aku merasakannya.. Sedikit lagi.. Tapi ia tiba-tiba berhenti, membuatku melihat ke bawah, ingin tahu apa yang terjadi. Ia berlutut, dan mencoba melepaskan rok miniku. Tanganku bergerak cepat membantu Angga dan dua detik kemudian rok itu sudah jatuh ke lantai. Aku mencoba melepaskan pula celana dalamku, namun Angga lebih cepat.. Ia merobeknya.. Sejurus kemudian lidahnya beraksi lagi.. Dalam liang kewanitaanku..</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Anggahh.. Kamuhh.. Nggak sopann.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kumajukan pinggulku, rasanya aku ingin membenamkan seluruh wajah Angga ke dalam vaginaku.. Lidah Angga yang tak terlatih, membuatku harus membantunya menyentuh daerah yang tepat dengan menggerakkan kepala bocah itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Uuuhh.. Di sini Anngghh.. Ohh.. Yeeaahh..!!"</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Angga terus bergerilya dalam gua-ku hingga aku merasakan gelombang kenikmatan yang hebat.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Angghh.. Tante.. Mau.. Aaahh!!"</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tubuhku menggeliat seiring dengan orgasme yang melandaku. Angga dengan liar menjilati cairan-ku sampai tetes yang terakhir. Kakiku terasa lemas.. Pelan-pelan aku terduduk.. Dan kemudian berbaring di lantai.. Merasakan sisa-sisa kenikmatan yang telah Angga berikan sambil terengah-engah..</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku melihat ke arah Angga. Ia juga sedang terengah-engah. Badannya berdiri kokoh di hadapanku. Badan kekarnya yang berkeringat, berkilat oleh pantulan matahari sore yang menerobos jendela kamar. Dan.. Tak ada lagi celana basket yang melekat di badan itu. Pistolnya.. Mengacung tegak ke arahku. Batangnya begitu besar.. Pasti lebih dari 20 cm, dan tebal. Rambut tipis dari kemaluannya berlanjut ke atas menuju pusarnya. Oh.. Begitu muda dan gagah..</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><br />
<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Tante.. Aku.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Giliran Tante, Ang!"</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku berdiri, menghimpit tubuhnya dan menjilati badan remaja itu. Tangannya yang kuat mengelus mendekapku sambil mengusap punggungku. Saat kugigit-gigit putingnya, Angga mendesah perlahan dan rambutku diacaknya. Tanganku dengan mudah mendapati penisnya, kemudian kukocok pelan. Sementara itu lidahku mengembara di otot-otot perut Angga.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kini aku sampai pada pusarnya. Lidahku terus bergerak turun dan kulahap pucuk batang kejantanan Angga. Angga menggeram. Kukulum batangnya dan aku puas mendengar Angga terus mendesah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Ooohh.. Tante.. Ahh.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kucoba untuk menelan lebih dalam, tapi ukuran penis Angga terlalu besar. Sudah saatnya..</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Ayo Ang, biar tante ajarin caranya jadi lelaki.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kuajak dia berbaring di lantai, lalu pelan-pelan aku duduk di perutnya sambil memasukkan pistol Angga ke 'sarung'-nya, memastikan agar aku mendapatkan kenikmatan yang aku mau.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Aaahh.. Angga.. Punya kamuhh.. Besaarr.. Uuhh.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku membelai dadanya, dan mulai bergerak naik-turun. Angga melenguh dan memejamkan mata, meresapi setiap gerakan yang kubuat.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Uuuhh.. Eegghh.. Aduhh.. Nggak pernah.. Angga.. Ngerasain.. Enak kaya ginihh.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Setelah mulai terbiasa dengan ritmeku, Angga membuka matanya. Tangannya memegang kedua payudaraku yang naik turun.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Tante Nia.. Oohh.. Seksi banget.. Ahh.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Ia memerasnya.. Dan terasa sangat nikmat.. Kini aku yang menghayati permainan Angga. Tapi aku segera tersadar, kali ini AKU yang akan memuaskan Angga.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku mempercepat gerakanku, sambil sesekali memutar-mutar pinggulku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Ohh.. Tante.. Terusiinn.. Enaakk.. Aahh.. Mmmhh.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tangannya beralih ke pantatku, mencoba ikut mengatur ritmeku. Kuberikan apa yang Angga minta, kujepit batangnya dan aku semakin bergoyang menggila.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><br />
<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Gini kan.. Mau kamu, Angghh.. Ehh.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Uhh.. Yaa.. Ohh.. Aaagghh.. Kenceng bangett.. Ayo tante.."</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku bagai lupa daratan, kenikmatan yang kurasa benar-benar membius, dan sebentar lagi.. Tinggal sebentar..</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><br />
<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Tantee.. Oooaagghh!! Oh, yeaahh!!"</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Annggaa.. Aaagghh.. Ohh.. Ohh.."</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku merasakan kenikmatan paling dahsyat dalam hidupku, bersamaan dengan ejakulasi Angga. Kami berpelukan, berguling sementara Angga masih meneruskan tikaman penisnya dalam vaginaku, membawaku semakin jauh dari dunia ini..</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Ohh.. Anggaa.. Ohh.. Kamu.. Udahh.. Bukan perjaka.. Lagi.. Ahh.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Ia menciumiku, memanjakan payudaraku, membelai-belai rambutku..</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Dengan napas yang tersengal-sengal Angga berbisik di telingaku,</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Duhh.. Nggak nyangkah.. Tante.. Nakal banget.. Ahh.. Tapi Angga.. Suka.. Dinakalin.. Tante.. Ehh.. Kontol Angga masih ngaceng nihh.. ehh.. Mau Tante apain lagi..?"</span><br />
<div style="text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; font-size: xx-small;"><i>source : rumahseks.blogspot.com</i></span></div></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-81999103887320457222011-11-13T08:49:00.000-08:002011-11-13T08:49:32.094-08:00Bercumbu Dengan Tetangga Depan Rumah<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Ini terjadi beberapa waktu lalu, memang sebenarnya cerita panas ini termasuk ga lazim, namun cerita seks semacam ini seru banget lo, karena awalnya hanya gurauan sekarang menjadi kisah panas yang sangat menarik, mungkin bagi anda para suami yang menginginkan hal panas maksudnya dalam seks bisa mencoba hal ini. Cerita tersebut berawal dari istriku saat akan tidur, yang mengatakan bahwa evi tetangga depan rumah aq ternyata mempunyai suami yang impoten, aq agak terkejut tidak menyangka sama sekali, karna dilihat dari postur suaminya yang tinggi tegap rasanya tdk mungkin, memang yg aku tau mereka telah berumah tangga sekitar 5 tahun tapi blm dikaruniai seorang anakpun.</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">“bener pah, td evi cerita sendiri sm mama” kata istriku seolah menjawab keraguanku,</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“wah, kasian banget ya mah, jadi dia gak bisa mencapai kepuasan dong mah?” pancingku</div><div style="text-align: justify;">“iya” sahut istriku singkat</div><div style="text-align: justify;">pikiran aku kembali menerawang ke sosok yg diceritakan istriku, tetangga depan rumahku yang menurutku sangat cantik dan seksi, aku suka melihatnya kala pagi dia sedang berolahraga di depan rumahku yang tentunya di dpn rumahku jg, kebetulan tempat tinggal aku berada di cluster yang cukup elite, sehingga tidak ada pagar disetiap rumah, dan jalanan bisa dijadikan tempat olahraga, aku perkirakan tingginya 170an dan berat mungkin 60an, tinggi dan berisi, kadang saat dia olahraga pagi aku sering mencuri pandang pahanya yang putih dan mulus karena hanya mengenakan celana pendek, pinggulnya yg besar sungguh kontras dengan pinggangnya yang ramping, dan yang sering bikin aku pusing adalah dia selalu mengenakan kaos tanpa lengan, sehingga saat dia mengangkat tangan aku dapat melihat tonjolan buah dadanya yg keliatannya begitu padat bergotang mengikuti gerakan tubuhnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></span><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Satu hal lagi yang membuat aku betah memandangnya adalah bulu ketiaknya yang lebat, ya lebat sekali, aku sendiri tidak mengerti kenapa dia tidak mencukur bulu ketiaknya, tapi jujur aja aku justru paling bernafsu saat melihat bulu ketiaknya yang hitam, kontras dengan tonjoilan buah dadanya yg sangat putih mulus. tapi ya aku hanya bisa memandang saja karna bagaimanapun juga dia adalah tetanggaku dan suaminya adalah teman aku. namun cerita istriku yang mengatakan suaminya impoten jelas membuat aku menghayal gak karuan, dan entah ide dari mana, aku langsung bicara ke istriku yang keliatannya sudah mulai pulas.</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">“mah” panggilku pelan</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“hem” istriku hanya menggunam saja</div><div style="text-align: justify;">“gimana kalau kita kerjain evi”</div><div style="text-align: justify;">“hah?” istriku terkejut dan membuka matanya</div><div style="text-align: justify;">“maksud papa?”</div><div style="text-align: justify;">Aku agak ragu juga menyampaikannya, tapi karna udah terlanjur juga akhirnya aku ungkapkan juga ke istriku,</div><div style="text-align: justify;">“ya, kita kerjain evi, sampai dia gak tahan menahan nafsunya”</div><div style="text-align: justify;">“buat apa? dan gimana caranya?” uber istriku</div><div style="text-align: justify;">lalu aku uraikan cara2 memancing birahi evi, bisa dengan seolah2 gak sengaja melihat, nbaik melihat senjata aku atau saat kamu ml, istriku agak terkejut juga</div></span><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">apalagi setelah aku uraikan tujuan akhirnya aku menikmati tubuh evi, dia marah dan tersinggung</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“papa sudah gila ya, mentang2 mama sudah gak menarik lagi!” ambek istriku tapi untunglah setelah aku beri penjelasan bahwa aku hanya sekedar fun aja dan aku hanya mengungkapkan saja tanpa bermaksud memaksa mengiyakan rencanaku, istriku mulai melunak dan akhirnya kata2 yang aku tunggu dari mulutnya terucap.</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">“oke deh pah, kayanya sih seru juga, tapi inget jangan sampai kecantol, dan jangan ngurangin jatah mama” ancam istriku.</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">aku seneng banget dengernya, aku langsung cium kening istriku. “so pasti dong mah, lagian selama ini kan mama sendiri yang gak mau tiap hari” sahutku.</div></span><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“kan lumayan buat ngisi hari kosong saat mama gak mau main” kataku bercanda istriku hanya terdiam cemberut manja.. mungkin juga membenarkan libidoku yang terlalu tinggi dan libidonya yang cenderung rendah.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Keesokan paginya, kebetulan hari Sabtu , hari libur kerja, setelah kompromi dgn istriku, kami menjalankan rencana satu, pukul 5.30 pagi istriku keluar berolahraga dan tentunya bertemu dengan evi, aku mengintip mereka dari jendela atas rumah aku dengan deg2an, setelah aku melihat mereka ngobrol serius, aku mulai menjalankan aksiku, aku yakin istriku sedang membicarakan bahwa aku bernafsu tinggi dan kadang tidak sanggup melayani, dan sesuai skenario aku harus berjalan di jendela sehingga mereka melihat aku dalam keadaan telanjang dengan senjata tegang, dan tidak sulit buatku karena sedari tadi melihat evi berolahraga saja senjataku sudah menegang kaku, aku buka celana pendekku hingga telanjang, senjataku berdiri menunjuk langit2, lalu aku berjalan melewati jendela sambil menyampirkan handuk di pundakku seolah2 mau mandi, aku yakin mereka melihat dengan jelas karena suasana pagi yang blm begitu terang kontras dengan keadaan kamarku yang terang benderang. tapi untuk memastikannya aku balik kembali berpura2 ada yang tertinggal dan lewat sekali lagi, sesampai dikamar mandiku, aku segera menyiram kepalaku yang panas akibat birahiku yang naik, hemm segarnya, ternyata siraman air dingin dapat menetralkan otakku yg panas.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"></span><span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;">Setelah mandi aku duduk diteras berteman secangkir kopi dan koran, aku melihat mereka berdua masih mengobrol. Aku mengangguk ke evi yg kebetulan melihat aku sbg pertanda menyapa, aku melihat roma merah diwajahnya, entah apa yg dibicarakan istriku saat itu. Masih dengan peluh bercucuran istriku yg masih keliatan seksi jg memberikan jari jempolnya ke aku yang sedang asik baca koran, pasti pertanda bagus pikirku, aku segera menyusul istriku dan menanyakannya</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“gimana mah?” kejarku</div><div style="text-align: justify;">istriku cuma mesem aja,</div><div style="text-align: justify;">” kok jadi papa yg nafsu sih” candanya</div><div style="text-align: justify;">aku setengah malu juga, akhirnya istriku cerita juga, katanya wajah evi keliatan horny saat dengar bahwa nafsu aku berlebihan, apalagi pas melihat aku lewat dengan senjata tegang di jendela, roman mukanya berubah.</div><div style="text-align: justify;">“sepertinya evi sangat bernafsu pah” kata istriku.</div><div style="text-align: justify;">“malah dia bilang mama beruntung punya suami kaya papa, tidak seperti dia yang cuma dipuaskan oleh jari2 suaminya aja”</div><div style="text-align: justify;">“oh” aku cuma mengangguk setelah tahu begitu,</div><div style="text-align: justify;">“trus, selanjutnya gimana mah? ” pancing aku</div><div style="text-align: justify;">“yah terserah papa aja, kan papa yg punya rencana”</div><div style="text-align: justify;">aku terdiam dengan seribu khayalan indah,</div><div style="text-align: justify;">“ok deh, kita mikir dulu ya mah”</div><div style="text-align: justify;">aku kembali melanjutkan membaca koran yg sempat tertunda, baru saja duduk aku melihat suami evi berangkat kerja dengan mobilnya dan sempat menyapaku</div><div style="text-align: justify;">“pak, lagi santai nih, yuk berangkat pak” sapanya akrab</div><div style="text-align: justify;">aku menjawab sapaannya dengan tersenyum dan lambaian tangan.</div><div style="text-align: justify;">“pucuk dicinta ulam tiba” pikirku, ini adalah kesempatan besar, evi di rumah sendiri, tapi gimana caranya? aku memutar otak, konsentrasiku tidak pada koran tapi mencari cara untuk memancing gairah evi dan menyetubuhinya, tapi gimana? gimana? gimana?</div></span><br />
<div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">sedang asiknya mikir, tau2 orang yang aku khayalin ada di dpn mataku,</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“wah, lagi nyantai nih pak, mbak yeni ada pak?” sapanya sambil menyebut nama istriku</div><div style="text-align: justify;">“eh mbak evi, ada di dalam mbak, masuk aja” jawabku setengah gugup</div><div style="text-align: justify;">evi melangkah memasuki rumahku, aku cuma memperhatikan pantatnya yang bahenol bergoyang seolah memanggilku untuk meremasnya.</div></span><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">aku kembali hanyut dengan pikiranku, tapi keberadaan evi di rumahku jelas membuat aku segera beranjak dari teras dan masuk ke rumah juga, aku ingin melihat mereka, ternyata mereka sedang asik ngobrol di ruang tamu, obrolan mereka mendadak terhenti setelah aku masuk,</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">“hayo, pagi2 sudah ngegosip! pasti lagi ngobrolin yg seru2 nih” candaku</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">mereka berdua hanya tersenyum.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></span><br />
<div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">Aku segera masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku, aku menatap langit2 kamar, dan akhirnya mataku tertuju pada jendela kamar yang hordengnya terbuka, tentunya mereka bisa melihat aku pikirku, karena di kamar posisinya lebih terang dari diruang tamu, tentunya mereka bisa melihat aku, meskipun aku tidak bisa melihat mereka mengobrol?</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">reflek aku bangkit dari tempat tidur dan menggeser sofa kesudut yg aku perkirakan mereka dapat melihat, lalu aku lepas celana pendekku dan mulai mengocok senjataku, ehmm sungguh nikmat, aku bayangkan evi sedang melihatku ngocok dan sedang horny, senjataku langsung kaku.</div></span><br />
<div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">tapi tiba2 saja pintu kamarku terbuka, istriku masuk dan langsung menutup kembali pintu kamar.</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“pa, apa2an sih pagi2 udah ngocok, dari ruang tamu kan kelihatan” semprot istriku</div><div style="text-align: justify;">“hah?, masa iya? tanyaku pura2 bego.</div></span><br />
<div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">“evi sampai malu dan pulang tuh” cerocosnya lagi, aku hanya terdiam,</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">mendengar evi pulang mendadak gairahku jadi drop, aku kenakan kembali celanaku.</div><div style="text-align: justify;">sampai siang aku sama sekali belum menemukan cara untuk memancingnya, sampai istriku pergi mau arisan aku cuma rebahan di kamar memikirkan cara untuk menikmati tubuh evi,</div><div style="text-align: justify;">” pasti lagi mikirin evi nih, bengong terus, awas ya bertindak sendiri tanpa mama” ancam istriku “mama mau arisan dulu sebentar”</div><div style="text-align: justify;">aku cuma mengangguk aja</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></span><br />
<div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">Lima menit setelah istriku pergi, aku terbangun karna di dpn rumah terdengar suara gaduh, aku keluar dan melihat anakku yg laki bersama teman2nya ada di teras rumah evi dengan wajah ketakutan, aku segera menghampirinya, dan ternyata bola yang dimainkan anakku dan teman2nya mengenai lampu taman rumah evi hingga pecah, aku segera minta maaf ke evi dan berjanji akan menggantinya, anakku dan teman2nya kusuruh bermain di lapangan yg agak jauh dari rumah.</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“mbak evi, aku pamit dulu ya, mau beli lampu buat gantiin” pamitku</div></span><br />
<div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">“eh gak usah pak, biar aja, namanya juga anak2, lagian aku ada lampu bekasnya yg dari developer di gudang, kalau gak keberatan nanti tolong dipasang yang bekasnya aja” aku lihat memang lampu yang pecah sudah bukan standar dr developer, tapi otakku jd panas melihat cara bicaranya dengan senyumnya dan membuat aku horny sendiri.</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“kalau gitu mbak tolong ambil lampunya, nanti aku pasang” kataku</div><div style="text-align: justify;">“wah aku gak sampe pak, tolong diambilin didalam” senyumnya.</div></span><br />
<div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">kesempatan datang tanpa direncanakan, aku mengangguk mengikuti langkahnya, lalu evi menunjukan gudang diatas kamar mandinya, ternyata dia memanfaatkan ruang kosong diatas kamar mandinya untuk gudang.</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“wah tinggi mbak, aku gak sampe, mbak ada tangga?” tanyaku</div><div style="text-align: justify;">“gak ada pak, kalau pake bangku sampe gak” tanyanya</div><div style="text-align: justify;">“coba aja” kataku.</div></span><br />
<div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">Evi berjalan ke dapur mengambil bangku, lambaian pinggulnya yang bulat seolah memanggilku untuk segera menikmatinya, meskipun tertutup rapat, namun aku bisa membayangkan kenikmatan di dalam dasternya.</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">lamunanku terputus setelah evi menaruh bangku tepat didepanku, aku segera naik, tapi ternyata tanganku masih tak sampai meraih handle pintu gudang,</div><div style="text-align: justify;">“gak sampe mba” kataku</div></span><br />
<div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">aku lihat evi agak kebingungan,</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“dulu naruhnya gimana mbak? ” tanyaku</div><div style="text-align: justify;">“dulu kan ada tukang yang naruh, mereka punya tangga”</div><div style="text-align: justify;">“kalau gitu aku pinjem tangga dulu ya mba sama tetangga”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku segera keluar mencari pinjaman tangga, tapi aku sudah merencanakan hal gila, setelah dapat pinjaman tangga aluminium, aku ke rumah dulu, aku lepaskan celana dalamku, hingga aku hanya mengenakan celana pendek berbahan kaos, aku kembali ke rumah evi dgn membawa tangga, akhirnya aku berhasil mengambil lampunya. dan langsung memasangnya, tapi ternyata dudukan lampunya berbeda, lampu yang lama lebih besar, aku kembali ke dalam rumah dan mencari dudukan lampu yg lamanya, tp sudah aku acak2 semua tetapi tidak ketemu jg, aku turun dan memanggil evi, namun aku sama sekali tak melihatnya atau sahutannya saat kupanggil, “pasti ada dikamar: pikirku “wah bisa gagal rencanaku memancingnya jika evi dikamar terus”</div></span><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">aku segera menuju kamarnya, namun sebelum mengetuknya niat isengku timbul, aku coba mengintip dari lubang kunci dan ternyata….</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">Aku dapat pemandangan bagus, aku lihat evi sedang telanjang bulat di atas tempat tidurnya, jari2nya meremas buah dadanya sendiri, sedangkan tangan yang satunya menggesek2 klitorisnya, aku gemetar menahan nafsu, senjataku langsung membesar dan mengeras, andai saja tangan aku yang meremas buah dadanya… sedang asik2nya mengkhayal tiba2 evi berabjak dari tempat tidurnya dan mengenakan pakaian kembali, mungkin dia inget ada tamu, aku segera lari dan pura2 mencari kegudang, senjataku yang masih tegang aku biarkan menonjol jelas di celana pendekku yang tanpa cd.</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“loh, nyari apalgi pak?” aku lihat muka evi memerah, ia pasti melihat tonjolan besar di celanaku</div></span><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“ini mbak, dudukannya lain dengan lampu yang pecah” aku turun dari tangga dan menunjukan kepadanya, aku pura2 tidak tahu keadaan celanaku, evi tampak sedikit resah saat bicara.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“jadi gimana ya pak? mesti beli baru dong” suara evi terdengar serak, mungkin ia menahan nafsu melihat senjataku dibalik celana pendekku, apalagi dia tadi sedang masturbasi.</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">Aku pura2 berfikir, padahal dalam hati aku bersorak karena sudah 60% evi aku kuasai, tapi bener sih aku lagi mikir, tapi mikir gimana cara supaya masuk dalam kamarnya dan menikmati tubuhnya yang begitu sempurna??</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“kayanya dulu ada pak. coba aku yang cari” suara evi mengagetkan lamunanku, lalu ia menaiki tangga, dan sepertinya evi sengaja memancingku, aku dibawah jelas melihat paha gempalnya yang putih mulus tak bercela, dan ternyata evi sama sekali tidak mengenakan celana dalam, tapi sepertinya evi cuek aja, semakin lama diatas aku semakin tak tahan, senjataku sudah basah oleh pelumas pertanda siap melaksanakan tugasnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></span><br />
<div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">Setelah beberapa menit mencari dan tidak ada juga, evi turun dari tangga, tapi naas buat dia ( Atau malah sengaja : ia tergelincir dari anak tangga pertama, tidak tinggi tapi lumayan membuatbya hilang keseimbangan, aku reflek menangkap tubuhnya dan memeluknya dari belakang, hemmm sungguh nikmat sekali, meskipun masih terhalang celana dalam ku dan dasternya tapi senjataku dapat merasakan kenyalnya pantat evi, dan aku yakin evi pun merasakan denyutan hangat dipantatnya, “makasih pak” evi tersipu malu dan akupun berkata maaf berbarengan dgn ucapan makasihnya</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“gak papa kok, tapi kok tadi seperti ada yg ngeganjel dipantatku ya”?” sepertinya evi mulai berani, akupun membalasnya dgn gurauan,</div></span><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“oh itu pertanda senjata siap melaksanakan tugas”</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">“tugas apa nih?” evi semakin terpancing</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">aku pun sudah lupa janji dgn istriku yang ga boleh bertindak tanpa sepengetahuannya, aku sudah dikuasai nafsu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></span><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“tugas ini mbak!” kataku langsung merangkulnya dalam pelukanku</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">aku langsung melumat bibirnya dengan nafsu ternyata evipun dengan buas melumat bibirku juga, mungkin iapun menunggu keberanianku, ciuman kami panas membara, lidah kami saling melilit seperti ular, tangan evi langsung meremas senjataku, mungkin baru ini dia melihat senjata yang tegang sehingga evi begitu liar meremasnya, aku balas meremas buah dadanya yang negitu kenyal, meskipun dari luar ali bisa pastiin bahwa evi tidak mengenakn bra, putingnya langsung mencuat, aku pilin pelan putingnya, tanganku yang satu meremas bongkahan pantatnya yang mulus, cumbuan kami semakin panas bergelora</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">tapi tiba2</div></span><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“sebentar mas!” evi berlari ke depan ternyata ia mengunci pintu depan, aku cuma melongo dipanggil dengan mas yang menunjukan keakraban</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“sini mas!” ia memanggilku masuk kekamarnya</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">aku segera berlari kecil menuju kamarnya, evi langsung melepas dasternya, dia bugil tanpa sehelai benangpun di depan mataku. sungguh keindahan yang benar2 luar biasa, aku terpana sejenak melihat putih mulusnya badan evi. bulu kemaluannya yang lebat menghitam kontras dengan kulitnya yg bersih. lekuk pinggangnya sungguh indah.</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">tapi hanya sekejab saja aku terpana, aku langsung melepas kaos dan celana pendekku, senjataku yang dari tadi mengeras menunjuk keatas, tapi ternyata aku kalah buas dengan evi. dia langsung berjongkok di depanku yang masih berdiri dan melumat senjataku dengan rakusnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></span><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Lidahnya yang lembut terasa hangat menggelitik penisku, mataku terpejam menikmati cumbuannya, sungguh benar2 liar, mungkin karna evi selama ini tidak pernah melihat senjata yang kaku dan keras, kadang ia mengocoknya dengan cepat, aliran kenikmatan menjalari seluruh tubuhku, aku segera menariknya keatas, lalu mencium bibirnya, nafasnya yang terasa wangi memompa semangatku untuk terus melumat bibirnya, aku dorong tubuhnya yang aduhai ke ranjangnya, aku mulai mengeluarkan jurusku, lidahku kini mejalari lehernya yang jenjang dan putih, tanganku aktif meremas2 buah dadanya lembut, putingnya yang masih kecil dan agak memerah aku pillin2, kini dari mataku hanya berjarak sekian cm ke bulu ketiaknya yang begitu lebat, aku hirup aromanya yang khas, sungguh wangi. lidahku mulai menjalar ke ketiak dan melingkari buah dadanya yang benar2 kenyal.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Dan saat lidahku yang hangat melumat putingnya evi semakin mendesah tak karuan, rambutku habis dijambaknya, kepalaku terus ditekan ke buah dadanya. aku semakin semangat, tidak ada sejengkal tubuh evi yang luput dari sapuan lidahku, bahkan pinggul pantat dan pahanya juga, apalagi saat lidahku sampai di kemaluannya yang berbulu lebat, setelah bersusah payah meminggirkan bulunya yang lebat, lidahku sampai juga ke klitorisnya, kemaluannya sudah basah, aku lumat klitnya dengan lembut, evi semakin hanyut, tangannya meremas sprey pertanda menahan nikmat yang aku berikan, lidahku kini masuk ke dalam lubang kemaluannya, aku semakin asik dengan aroma kewanitaan evi yang begitu wangi dan menambah birahiku.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tapi sedang asik2nya aku mencumbu vaginanya, evi tiba2 bangun dan langsung mendorongku terlentang, lalu dengan sekali sentakan pantatnya yang bulat dan mulus langsung berada diatas perutku, tangannya langsung menuntun senjataku, lalu perlahan pantatnya turun, kepala kemaluanku mulai menyeruak masuk kedalam kemaluannya yang basah, namun meskipun basah aku merasakan jepitan kemaluannya sangat ketat. mungkin karna selama ini hanya jari saja yang masuk kedalam vaginanya, centi demi centi senjataku memasuki vaginanya berbarengan dengan pantat evi yang turun, sampai akhirnya aku merasakan seluruh batang senjataku tertanam dalam vaginanya, sungguh pengalaman indah, aku merasakan nikmat yang luar biasa dengan ketatnya vaginanya meremas otot2 senjataku, evi terdiam sejenak menikmati penuhnya senjataku dalam kemaluannya, tapi tak lama.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">Pantatnya yang bahenol dan mulus nulaik bergoyang, kadang ke depan ke belakang, kadang keatas ke bawah, peluh sudah bercucuran di tubuh kami, tanganku tidak tinggal diam memberikan rangsangan pada dua buah dadanya yang besar, dan goyangan pinggul evi semakin lama semakin cepat dan tak beraturan, senjataku seperti diurut dengan lembut, aku mencoba menahan ejakulasiku sekuat mungkin, dan tak lama berselang, aku merasakan denyutan2 vagina evi di batang senjataku semakin menguat dan akhirnya evi berteriak keras melepas orgasmenya, giginya menancap keras dibahuku</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Evi orgasme, aku merasakan hangat di batang senjataku, akhirnya tubuhnya yang sintal terlungkup diatas tubuhku, senjataku masih terbenam didalam kemaluannya,aku biarkan dia sejenak menikmati sisa2 orgasmenya setelah beberapa menit aku berbisik ditelinganya, “mba, langsung lanjut ya? aku tanggung nih” evi tersenyum dan bangkit dari atas tubuhku, ia duduk dipinggir ranjang, “makasih ya mas, baru kali ini aku mengalami orgasme yang luar biasa” ia kembali melumat bibirku.aku yang masih terlentang menerima cumbuan evi yang semakin liar, benar2 liar, seluruh tubuhku dijilatin dengan rakusnya, bahkan lidahnya yang nakal menyedot dan menjilat putingku, sungguh nikmat, aliran daraku seperti mengalir dengan cepat, akhirnya aku ambil kendali, dengan gaya konvensional aku kemabli memasukkan senjataku dalam kemaluannya, sudah agak mudah tapi tetap masih ketat menjepit senjataku, pantatku bergerak turun naik, sambil lidahku mengisap buah dadanya bergantian, aku liat wajah evi yang cantik memerah pertanda birahinya kembali naik, aku atur tempo permainan, aku ingin sebisa mungkin memberikan kepuasan lebih kepadanya, entah sudah berapa gaya yang aku lakukan, dan entah sudah berapa kali evi orgasme, aku tdk menghitungnya, aku hanya inget terakhir aku oake gaya doggy yang benar2 luar biasa, pantatnya yang besar memberikan sensasi tersendiri saat aku menggerakkan senjataku keluar masuk. dan memang aku benar2 tak sanggup lagi menahan spermaku saat doggy, aku pacu sekencang mungkin, pantat evi yang kenyal bergoyang seirama dengan hentakanku,tapi aku masih ingat satu kesadaran “mbak diluar atau didalam?” tanyaku parau terbawa nafsu sambil terus memompa senjataku</div></span><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;">Evipun menjawab dengan serak akibat nafsunya ” Didalam aja mas, aku lagi gak subur”</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">dan tak perlu waktu lama, selang beberapa detik setelah evi menjawab aku hentakan keras senjataku dalam vaginanya, seluruh tubuhku meregang kaku, aliran kenikmatan menuju penisku dan memeuntahkan laharnya dalam vagina evi, ada sekitar sepuluh kedutan nikmat aku tumpahkan kedalam vaginanya, sementara evi aku lihat menggigit sprey dihadapannya, mungkin iapun mengalami orgasme yg kesekian kalinya.</div><div style="text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; font-size: xx-small;"><i>source : http://ceritaseks.ceritadewasapanass.org</i></span></div></span>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-36355324460847671092011-11-13T08:14:00.000-08:002011-11-13T08:19:04.070-08:00Bermain Seks Dengan Seorang Bule<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Ini berawal ketika aku melakukan meeting di kantor, cerita panas ini akhirnya dapat kuceritakan karena memang sungguh siapapun pasti akan berdebar jika mendengarkan cerita ini, sunggu panas sehingga mungkin andapun akan ngiri, o ya kantorku bergerak dalam bidang software, kami membuat beberapa software dan membahas tentang sofware baru yang akan di louncing bilan ini, disitu aku sebenarnya sudah merasa boring, bosan sekali.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Begitu seriusnya meeting tersebut, hingga makan siangpun dilakukan di ruang meeting dengan membeli nasi kotak. Shit! Because having lunch is my favorite time in the office.. He.. He..</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Jam 3.15 selesai jugalah segala macam cobaan ini. Aku bergegas kembali ke ruanganku bersama Lia, sekretarisku. Di lobby tampak resepsionis baru, Dian, tersenyum sambil menganggukkan kepala tanda hormat. <span id="more-27"></span>Kubalas senyumnya sambil memperhatikan Noni yang duduk di sebelah Dian. Resepsionis yang satu lagi ini tampak jengah dan pura-pura tidak melihatku. Memang akhir-akhir ini dia tampak ketakutan bila bertemu, mungkin karena sering aku pakai dia untuk memuaskan nafsu birahiku.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Resepsionis baru Dian, adalah bekas pegawai salon langgananku. Aku rekrut dia karena memang kantorku butuh resepsionis cadangan kalau-kalau Noni tidak masuk. Tetapi alasan utama adalah karena bentuk fisik terutama buah dadanya yang amat mengusik nafsu kelelakianku.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Lia kembali ke mejanya, sedangkan aku masuk ke ruanganku. Sesampai di dalam, kuhempaskan tubuhku di kursi sambil menghela nafas panjang. Kubuka laptopku untuk browsing internet guna menghilangkan penat. Aku buka situs “barely legal teens” yang menampilkan ABG bule yang cantik-cantik. Melihat gambar-gambar itu, tiba-tiba aku teringat pengalamanku beberapa tahun yang lalu ketika aku masih kuliah di Amerika.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku tinggal di sebuah apartemen di daerah Anaheim, California. Apartemenku ini terletak tak jauh dari Disneyland, sehingga banyak turis yang berkunjung ke daerah itu. Aku mengambil pasca sarjana di sebuah universitas yang tak jauh dari apartemenku. Singkat kata, lokasi apartemenku ini strategis sekali, kemana-mana dekat.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kadang kala di akhir pekan, bila tidak ada acara lain, aku berkunjung ke rumah sepupuku di Long Beach. Sepupuku ini, Linda, berusia jauh lebih tua dariku, dan mempunyai anak laki-laki remaja. Namanya Franky, berumur 17 tahun, dan waktu itu duduk di bangku SMA/high school.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Pada suatu hari, aku mendapat undangan bbq dari Linda, sepupuku itu. Kukebut Honda Civic-ku menembus belantara highway menuju Long Beach. Tak lama, akupun sampai di rumahnya yang mempunyai pekarangan cukup luas.</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Hi.. Bert, ayo masuk” Linda menyapaku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Sombong nih udah lama nggak ke sini”</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Sedang sibuk nih, banyak tugas” alasanku.</span></div><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Memang beberapa minggu ini aku menghabiskan akhir minggu bersama-sama dengan teman-temanku.</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Hi.. Oom Robert” Franky menyapaku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Gimana notebook-nya sudah nggak pernah ngadat lagi khan?”</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Nggak Frank.. Kamu memang jago” pujiku.</span></div><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Franky ini memang terkenal pintar, dan hobby komputer. Notebook-ku yang rusak bisa dia perbaiki, sedangkan saat aku bawa ke toko tempat aku membeli, aku disarankan untuk membeli yang baru saja. Wajahnya pun ganteng, hanya saja dia agak sedikit feminin. Berkacamata, selalu berpakaian rapi, dengan rambut kelimis disisir ke samping, membuatnya tampak smart, santun, dan.. Anak Mami.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Ini Oom, kenalin my special friend” katanya.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Agak kaget juga aku melihat gadis ABG yang muncul dari dalam. Dia gadis bule seusia Franky, dengan tubuh yang tinggi semampai dan rambut pirang sebahu.</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Hi.. I am Kirsten” katanya menyapaku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Hello.. I am Robert. Nice to meet you” kataku sambil menatap matanya yang berwarna biru.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Hebat juga kamu Frank” kataku menggoda. Diapun tertawa senang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kami pun lalu ke halaman belakang, dimana bbq diadakan. Beberapa tamu telah datang. Freddy, suami Linda tampak sedang mempersiapkan peralatannya. Akupun kemudian berbincang basa-basi dengannya.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sepanjang acara, kadang aku lirik Kirsten, ABG bule itu. T-shirt warna hijau ketatnya memperlihatkan tonjolan buah dadanya yang terbungkus BH. Karena ukuran buah dadanya yang besar, saat dia berjalan, buah dadanya itupun bergoyang-goyang menggemaskan. Ditambah dengan celana pendek jeans yang memperlihatkan pahanya yang mulus menambah indahnya pemandangan saat itu. Celana jeans yang pendek itu kadang memperlihatkan sebagian bongkahan pantatnya. Memang saat itu sedang musim panas, sehingga mungkin wajar saja berpakaian minim seperti itu.</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Bert, kita mau minta tolong nih. Aku dan Freddy mau ke pesta penikahan temanku di New York. Tolong ya kamu jagain rumah sama si Franky. Tolong awasin dia supaya nggak macem-macem” Linda meminta bantuanku ketika kami telah menyantap makan malam kami.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Yach OK deh.. Asal ada oleh-olehnya saja” jawabku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Beres deh..” sahut Linda sambil tertawa.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Memang perlu juga nih pergantian suasana untuk beberapa hari”, pikirku.</span></div><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">*****</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Frank.. Oom pergi dulu ke kampus. Ada tugas kelompok nih. Pulangnya agak malam, OK. Take care, and behave”</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Iya Oom.. Jangan kuatir.” jawabnya sambil memakan cerealnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sesampai di kampus, aku pun mulai menyelesaikan tugas bersama kelompokku. Ternyata cepat selesai juga tugas tersebut. Setelah makan siang di cafetaria, akupun kembali ke rumah sepupuku.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tiba di depan rumah sepupuku itu, tampak sebuah mobil lain sedang parkir di halaman rumah. Akupun tak ambil pusing dan masuk ke ruang tamu lewat pintu belakang. Saat duduk si sofa, tiba-tiba kudengar suara-suara mencurigakan dari dalam kamar Franky. Akupun mengendap-endap menuju jendela kamarnya yang terkuak sedikit. Di dalam kulihat Kirsten sedang menciumi Franky dengan bernafsu.</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Come on open your mouth a little bit” katanya sambil kemudian terus menciumi Franky yang tampak kewalahan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Here touch my breasts” Kirsten menarik tangan Franky untuk kemudian diletakkannya di dadanya yang terbungkus tank top warna pink.</span></div><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku terbeliak melihat pemandangan ini, dan tiba-tiba saja akalku berjalan. Aku bergegas ke ruanganku untuk mengambil videocam yang kugunakan kemarin untuk merekam pesta bbq. Saat aku kembali mengintip ke kamar Franky, tampak Kirsten mengangkat tank topnya sehingga menampakkan buah dadanya yang mulus dan ranum di depan wajah Franky.</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“You may kiss them.. Come on.. Suck my breasts” katanya. Franky masih tampak terdiam bengong sehingga Kirstenpun tampak tak sabar dan menarik kepalanya menuju buah dadanya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Ahh.. Shit.. Yeah.. Suck it.. That’s right.. Ahh” erangnya ketika Franky mulai menghisapi buah dadanya yang putih mulus berputing merah muda itu.</span></div><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kemaluanku memberontak di dalam celanaku, tapi tetap aku berkonsentrasi merekam semua adegan ini.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Now it’s my turn. I want to suck your cock. I want to taste Indonesian cock” Kirsten berkata seperti itu sambil berlutut di depan Franky. Dibukanya celana Franky sehingga tinggal celana dalamnya saja yang masih tertinggal.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kirsten mulai menjilati kemaluan Franky dari luar celana dalamnya, sambil matanya menatap menggoda ke arah Franky.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“You like that? Hmm.. You like that? ” erangnya menggoda.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Ohh..” tiba-tiba Franky mengejang dan tampak cairan ejakulasinya membasahi celana dalamnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Shit.. Franky.. You came already?” tampak Kirsten kecewa.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“You’ve never done this before huh?”</span></div><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Frankypun tertunduk lesu, sementara Kirsten dengan sedikit kesal membenahi pakaiannya dan kembali bangkit berdiri. Saat itu aku mengambil keputusan untuk menerjang masuk ke dalam. Pintu ternyata tidak terkunci, dan mereka tampak kaget melihat aku masuk membawa video camera.</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“What the hell are you doing?!!” tanyaku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Oh anu Oom.. Nggak kok.. Anu..” Franky tampak terbata-bata tidak bisa menjawab.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“It is not what it looks like. Nothing happened, sir..” Kirstenpun tampak agak sedikit ketakutan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Hey.. I got all the proof here” sahutku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“I am going to tell your Mom and your parents too, Kirsten”</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Please don’t.. Sir” tampak Kirsten mulai panik dan mencoba merayuku agar menyimpan rahasia ini. Sementara Franky tampak pucat pasi sambil mengenakan kembali pakaiannya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Stay here.. I want to talk with both of you” kataku sambil keluar membawa videocam meninggalkan mereka berdua. Kusimpan baik-baik barang bukti ini.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sekembalinya ke ruangan itu, Franky dan Kirsten tampak gelisah duduk di tepi ranjang. Persis seperti maling yang tertangkap di tayangan Buser SCTV He. He..</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“You won’t tell anybody, will you sir? ” tanya Kirsten berharap.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Well.. It depends. If you let me fuck you.. I won’t” jawabku.</span></div><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku memang horny sekali melihat Kirsten saat itu. Dengan rok mini dan tank top-nya, tampak kesegaran tubuh ranum ABG bule ini.</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Lho kok..” tanya Franky kaget.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Iya Frank. Oom pengen ngerasain pacarmu ini. Ngerti!! Sekalian kamu bisa belajar gimana lelaki sejati make love. Biar nggak malu-maluin” jawabku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“You want to taste real indonesian cock, don’t you? You little slut” kataku sambil meremas-remas rambut pirang Kirsten.</span></div><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Akupun lalu duduk di samping gadis remaja bule ini di ranjang. Kuremas-remas pundaknya yang mulus.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Pindah sana.. Duduk di kursi!!” perintahku pada Franky.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kutarik wajah cantik Kirsten, dan kukulum bibirnya. Sementara tanganku meremas-remas buah dadanya dari balik tank topnya. Pertama kali dia tak memberikan reaksi, akan tetapi setelah beberapa lama, dia mulai mengerang nikmat.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Hmm.. Hmm” erangnya ketika tanganku merogoh ke balik tanktopnya dan memilin puting buah dadanya yang telah mengeras.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kuangkat ke atas tank topnya sehingga buah dadanya yang tak tertutup BH mencuat menantang di depan wajahku.</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“You want me to suck your breast?” tanyaku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Hmm.. Yeah.. Please sir..” jawabnya mendesah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Ahh.. Sstt.. Oh yeah..” erangnya lagi ketika buah dadanya aku hisap sambil tanganku memainkan puting buah dadanya yang lain.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Ini namanya nipple, Frank. Cewek biasanya suka kalau bagian ini dijilat dan dihisap. Ngerti?” kataku sambil menunjukkan cara menjilat dan menghisap puting buah dada kekasih cantiknya ini. Sementara Kirsten makin mengerang tak karuan menerima kenikmatan yang diberikan mulutku di dadanya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Ok now it is your turn to suck my cock. You want it, right?” tanyaku sambil berdiri menghadapnya yang duduk di atas ranjang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Come on open your present, you naughty girl!!” perintahku lebih lanjut.</span></div><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tangan halus Kirstenpun mulai membuka retsleting celanaku. Karena tak sabar, akupun membantunya membuka celana itu berikut celana dalamnya. Tampak kemaluanku sudah berdiri tegak dengan gagahnya di depan wajah cantik Kirsten.</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Is it big enough for you, Kirsten?” tanyaku sambil meremas-remas rambut pirangnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Yes, sir.. Very big..” jawabnya sambil tangannya mengelus-elus kemaluanku. Matanya yang biru indah tampak sedang mengagumi kemaluanku yang besar.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“What are you waiting for? Come on suck my big Indonesian cock. Let your boyfriend watch!!” perintahku sambil sedikit mendorong kepalanya ke arah kemaluanku.</span></div><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kirstenpun mulai mengulum kemaluanku. Sesekali dijilatinya batang kemaluanku sambil matanya menatapku menggoda.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“You like it, huh?” tanyaku sambil meremas remas rambutnya gemas.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Yes.. Very much, sir” katanya sambil tersenyum manis.</span></div><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tangannya yang halus mengocok-ngocok kemaluanku. Dijilatinya kepala kemaluanku, dan kemudian dikulumnya lagi senjata pamungkasku. Mulutnya yang berbibir tipis khas orang bule tampak penuh disesaki kemaluanku. Kusibakkan rambutnya yang jatuh menutupi, sehingga pipinya yang menonjol menghisapi kemaluanku tampak jelas tertampang di hadapan Franky.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Lihat Frank.. Cewekmu suka banget kontol Oom. Makanya kalau punya kontol yang besar..” kataku menggoda Franky.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Di atas kursi, Franky terdiam bengong melihat pacar bulenya yang cantik sedang dengan lahap menghisapi kemaluanku. Tampak Franky mulai terangsang karena dia mulai memegang-megang kemaluannya sendiri.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“OK.. It’s time to fuck you” kataku sambil melepas baju yang kukenakan sehingga aku sekarang sudah telanjang bulat.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku duduk di kursi di hadapan Franky dan kuminta Kirsten untuk menghampiriku. Kusuruh dia duduk dipangkuan membelakangiku. Kuciumi pundak Kirsten yang masih mengenakan tank topnya, dan kuraba pahanya yang putih menggairahkan itu. Sesampai di celana dalamnya, kusibakkan celana itu ke samping sehingga tampak vaginanya yang bersih tak berbulu, merekah mengundang. Kupermainkan jariku di vaginanya, dan kuusap-usap klitorisnya. Tubuh Kirsten agak sedikit melonjak sambil dia mengerang-erang kenikmatan.</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Yeaah.. That’s it.. That’s it” desahnya sambil menggelinjang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Ini namanya klitoris, Frank. Ini daerah paling sensitif. Catat itu!” kataku. Franky tampak masih mengusap-usap kemaluannya sendiri melihat kekasih bulenya kukerjai.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“You want me to fuck you now?” tanyaku pada Kirsten yang terus menerus mengerang dan mendesah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Please.. Please..” jawabnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“But your boyfriend is looking” kataku lagi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“I don’t care. Please fuck me, sir..” Kirsten menjawab sambil meraba-raba buah dadanya sendiri. Tanganku masih mengusap-usap kemaluan gadis remaja cantik ini sementara mulutku menciumi pundaknya yang bersih mulus.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Franky tiba-tiba berdiri dari kursi dan menuju Kirsten. Tangannya mengusapi rambut Kirsten sementara tangannya yang lain mulai membuka retsleting celana yang dikenakannya.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Hey!! Mau ngapain kamu? Nggak usah ikut-ikut. Balik duduk sana. Kamu lihat saja dulu!!” perintahku. Dengan menurut Frankypun kembali duduk menatap pacarnya yang sedang akan disetubuhi Oomnya.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kirsten mengarahkan kemaluanku ke vaginanya. Ketika dia merendahkan tubuhnya, sedikit demi sedikit kemaluanku pun memasuki tubuhnya.</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Hmm.. Oh my god.. Ohh..” erangnya ketika vaginanya disesaki kemaluanku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“You like that?” tanyaku.</span></div><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kirsten tak menjawab, akan tetapi dia mulai menaik turunkan tubuhnya di atas pangkuanku. Badannya agak aku condongkan ke belakang hingga aku dapat menciumi bibirnya, tatkala kemaluanku memompa vagina ABG bule cantik ini. Tanganku menarik tanktopnya ke atas sehingga buah dadanya yang berayun-ayun menggemaskan dapat aku remas sepuas hati.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Perhatikan baik-baik Franky. Begini caranya memuaskan pacarmu!!” kataku di sela-sela erangan Kirsten.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Setelah beberapa lama, aku turunkan tubuh Kirsten dari pangkuanku, dan kutarik dia menuju ranjang. Kurebahkan tubuhku di ranjang dan Kirsten kemudian menaiki tubuhku.</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“I want to ride your big dick. Is it Ok, sir?” tanyanya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Yes.. Do it. Let your boyfriend watch and learn!” kataku.</span></div><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kembali vagina sempit Kirsten menjepit nikmat kemaluanku. Tubuh padatnya tampak naik turun menikmati kelelakianku, terkadang digesek-gesekkannya pantatnya maju mundur menambah sensasi nikmat yang aku rasakan.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Oh my god.. So big.. Yes.. Yess.. Oh yess..” erang Kirsten sambil terus memompa kemaluanku.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kulihat Franky sekarang sedang mengocok kemaluannya sendiri. Mungkin sudah tidak tahan dia melihat pacarnya aku setubuhi.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Ohh.. I am cumming.. Yeahh..” jerit Kirsten sambil menjatuhkan tubuhnya dipelukanku.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tampak butiran keringat membasahi keningnya. Kuusap rambutnya dan kuciumi wajahnya yang cantik itu.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“OK I want to cum in your pretty face. Suck it again” perintahku.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kirstenpun kemudian menciumi wajahku, leherku kemudian menghisap puting dadaku. Kemudian dengan gaya menggoda, dia menjilati perutku dan terus menuju ke bawah. Tak lama kembali mulutnya menghisapi kemaluanku dengan bernafsu.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Look at your boyfriend while you are sucking my cock!!” perintahku.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kirsten pun menoleh ke kiri ke arah Franky sementara kemaluanku masih menyesaki mulutnya. Tangannya menyibakkan rambutnya sendiri, sehingga pacarnya dapat melihatnya dengan jelas ketika dia mengulum kemaluanku.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Ehmm.. Ehmm..” erangnya sambil tangannya mengocok bagian bawah batang kemaluanku yang tidak muat masuk ke dalam mulutnya.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku memandang Franky sambil mengelus-elus rambut pirang pacarnya yang cantik ini. Tampak makin cepat Franky mengocok kemaluannya sendiri sambil menatap Kirsten yang sedang menghisapi kemaluanku.</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Ahh” Tak lama Frankypun menjerit ketika dia mengalami orgasme. Sementara Kirsten, pacarnya, masih menikmati kemaluanku dengan lahap.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Oh shit.. I am cumming..” jeritku.</span></div><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kirsten membuka mulutnya ketika cairan ejakulasiku tersembur keluar mengenai wajah dan mulutnya.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;">Mengenang kejadian itu, terasa nafsu birahiku timbul. Terlebih setelah melihat gambar di notebookku dimana seorang laki-laki sedang dihisap kemaluannya oleh seorang wanita, sementara dia melahap buah dada wanita yang lain dengan rakusnya.</div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Masih ada waktu untuk melakukan seperti itu”, pikirku setelah melihat jam tanganku. Memang sore itu aku ada janji untuk latihan driving dengan seorang teman.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Lia.. Tadi bapak sudah pulang belum?” tanyaku lewat telepon pada sekretarisku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Sudah Pak.. Sehabis meeting tadi langsung pulang” jawabnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">“Kalau gitu kamu kemari sebentar. Ajak Dian juga”, perintahku lebih lanjut. Memang enak punya karyawati cantik.</span></div><div style="text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: xx-small;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">source : </span>http://ceritaseks.ceritadewasapanass.org/</i></span></div>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-85302087565648238052011-11-13T08:07:00.000-08:002011-11-13T08:19:51.033-08:00Cewek Kembar Bermain Seks<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Cerita ini berawal saat aku masih sekolah di bandung, aku mempunyai seorang cewek yang cantik, kami berpacaran sudah cukup lama, sekitar 2 tahun yang lalu tepatnya.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Hubungan kita masih lancar-lancar saja waktu itu. Kalau nggak saya yang telepon kadang dia. Dan kalau saya kangen, pulang sekolah langsung cabut ke Bandung untuk menengok dia, pagi-pagi jam 2 langsung dari Bandung ke sekolah lagi. Soal menginap, biasanya saya sering tidur di kamarnya kalau di rumah sepi banget. Ibunya sih sudah liberal banget, maklum blasteran bule. Masih muda banget tuh ibunya<span id="more-29"></span>.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Waktu itu masih 35 tahun, kadang malah kalau jalan sama saya berdua menemani dia belanja disangka teman-teman.. “Eh James, siapa tuh cewek loe, tua amat?” Hahahahhaha… dia punya anak dua, kembar, Sisti dan Siska. Kembar, putih, tinggi, lucu, soal body nggak usah saya ceritakan deh, tahu Jeniffer Lopez? nah kayak gitu tuh si kembar. Siska juga sudah punya pacar kebetulan sobat saya juga.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Hubungan kita sudah dekat banget. Sejak awal memang saya sudah “ngeseks” sama dia. Dan orang tuanya sama saya sudah nggak ada masalah kalau misalnya salah satu datang terus menginap (soal “ngeseks” nggak tahu tentu saja). Ceritanya nich kembar berdua datang ke Jakarta mau belanja. Jadi minta ditemani oleh saya untuk jalan-jalan keliling Jakarta. Kebetulan di Jakarta rumah mereka lagi direnovasi. Saya suruh saja menginap di rumah saya. Lagian orang tua saya lagi pergi, jadi kosong. “Ok deh”, kata mereka. Malamnya terus kita jalan-jalan ke Zanzibar, janjian sama teman. Saya nggak berani minum banyak-banyak soalnya pulangnya nyetir. Tapi tuh si kembar dicekokin sama teman-teman banyak banget sampai nggak kepalang maboknya.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Akhirnya jam 4 kita pulang dan setelah berusaha keras merayu Siska buat turun joget-joget dari meja, terus menggotong Sisti ke mobil bla.. bla.. bla.. sampai deh di rumah. Sampai di kamar akhirnya tanpa ba bi bu lagi kita langsung tidur bertiga, biarpun AC jalan tapi gara-gara mabok tetap saja kepanasan. Akhirnya saya buka celana panjang saya hingga tinggal CD saja, terus saya menggeletak di tengah-tengah mereka. Tapi berhubung kepala saya pusing dan tahu dong, kalau mabok bawaannya tegang mulu. Saya mulai meraba-raba Sisti (biar mabok tapi saya bisa bedain pacar saya yang mana).</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Pertama-tama saya selipkan tangan saya kedalam kemejanya. Terus jemari saya menjelajah kemana-mana di dalam BH-nya. Lama banget saya memainkan putingnya, dipelintir-pelintir terus dielus-elus lagi. “James… buka saja belakangnya biar lega”, kata Sisti tiba-tiba. “Tapi jangan ribut ya, nggak enak sama Siska, lagian kamu gila ya… sodaraku disebelah!” bisiknya. “Ah biar saja, kamu juga mau khan…” kata saya nggak sabar sambil melepaskan tali BH-nya sama buka kemejanya, habis itu saya cium-ciumi payudaranya, kadang-kadang saya jilat-jilat pentilnya pakai lidah membuat lingkaran di. Kemudian naik lagi ke lehernya, saya cium-ciumi belakang kupingnya sampai si Sisti menggelinjang-gelinjang. Lalu turun lagi ke bawah mencium-ciumi ujung dadanya yang merah kecil sambil saya cubit-cubit kecil ujung satunya dengan tangan kanan saya. “Sudah James… cepet donk… buka celanaku sudah nggak kuat nih, ahh James… tega ih kamu! jangan lama-lama dong say…!” Karena saya juga nggak tahan, saya buka juga celana hipster hitamnya sekalian sama celana dalamnya.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Terus terang saya paling suka memainkan wanita, bukan karena nikmat tapi saya suka banget lihat tampang mereka kalau dimainin pakai lidah terus bibir vaginanya digigit-gigit, sepertinya kejatuhan surga, nikmat banget.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sekitar sepuluh menit saya memainkan vaginanya sampai kepala saya didekap sama kakinya, keras banget. Tangannya mendorong-dorong kepala saya buat menjilat lebih dalam lagi. “Jamesss, masukiin dongg! cepet!” katanya. “Mm… tapi basahin dulu punyaku… mau nggak?” kata saya. “Iya… sini Sisti isepp!” Akhirnya kita tukar posisi, saya di bawah dan dia mulai menghisap penis saya. Biarpun saya sering senggama sama wanita lain, kalau soal menghisap kayaknya cewek saya masih paling jago. Penis saya sih nggak panjang-panjang amat hanya 15 cm tapi gede dan berhubung bibir cewek saya kecil jadi dia rada-rada kesusahan buat menghisapnya. Ujungnya sama dia dijilat-jilat dulu terus dimasukan sebagian. di dalamnya sama Sisti dimainkan pakai lidah, dikeluarkan lagi, dihisap lagi sampai ke ujungnya terus didiamkan di mulutnya. Yang membuat saya paling nggak kuat kalau samasaya dikenyot-kenyot kayak menghisap jolly. Serasa isinya mau keluar semua. Saking saya keenakan sampai nggak sadar tangan saya pegang kepalanya buat menahan agar penis saya nggak dikeluarkan dari mulutnya. “Aahh mm… terusss sayangg!” desah saya sambil masih menahan kepalanya, kayaknya dia sudah mulai kesusahan napas.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tiba-tiba bibir saya dicium dan begitu buka mata ternyata Siska. Dia ternyata kebangun mendengar erangan kita tapi diam saja, tapi nggak kuat juga akhirnya. Saya cium juga dia. “James, jahat ih kamu berdua… nggak mikir apa aku lagi bobo?” katanya. “Sis… sorry habis sudah konak neh…” “Tahu nggak James jadinya… Siska khan jadinya horny banget!” “Ok deh Sis… ma’ap… jadi mesti gimana dong?” “mm… kamu cium-cium punyaku kayak ke Sisti lagi dong? mau nggak?” “Ok… buka gih celananya aku isepin sini…” Siska buka celana sama kaosnya, terus naik ke atas mukaku. Sisti ternyata nggak keberatan, sama-sama sudah horny berat sih berdua. Akhirnya kita main threesome, saya hisap vagina Siska terus Sisti naik ke penis saya. “Aahh Jamesss… emang kamu top banget deh… terusss jilat itunya sayang…!”</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Enggak lama kita tukar posisi, saya suruh Sisti tiduran, terus Siska saya minta telungkup. Jadi saya masukin penis saya lewat belakang (doggy style), ahh ternyata nggak kalah sama vagina kembarannya, sama-sama masih rapat! Sambil saya mensetubuhi si Siska, tangan saya menjelajah vagina Sisti, saya masukan jari tengah saya kedalam sambil jari saya yang lain mulai berusaha memegang analnya, saya nggak pernah senggama lewat anal cuma kalau sekarang pegang-pegang doang sih sering, nambah sensasi</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Ternyata saking keenakan, mereka berdua ciuman, sambil tangannya memegang payudara kembarannya, saya jadi tambah napsu sekali melihatnya. Akhirnya saya pindah ke Sisti, saya angkat salah satu kakinya terus saya masukan penis saya dari samping. Huwiii, ini salah satu favorit saya juga. Enggak kebayang rasanya paha saya kegesek-gesek sama pahanya, terus penis saya masuk lewat pinggirnya, rasanya lain banget daripada saya di atas. Siska kemudian mulai memainkan lidahnyaSisti sambil memegang vaginanya. “Ahh Jammesss bentar lagi sayanggg… aahh…” ternyata Sisti sudah sampai klimaks, saya pindah untuk melakukan hal yang sama-sama Siska cuma kali ini saya minta dia membalikkan badan sambil tiduran, terus saya masukan dari belakang. “Aahh Jamesss tegaa ih kamu… nikmat banget tuhh truss trusss!” “Siska… rapetin kaki kamu donk… iya gitu sayang…!” Ini posisi yang buat saya cepat keluar. Kakinya dirapatkan terus saya kocok-kocok dari belakangnya. “Siska aku mau keluar nich.. di dalem yaa…” kata saya. “Jangan Jamesss!” kata Siska. “Sini aku isep saja ya.. dikeluarin di mulut Siska!” saya masukan ke mulutnya, ternyata Sisti juga nggak mau kalah, yang ada kayak rebutan. Gila juga ternyata Siska menghisapnya. Sambil menghisap tangannya mengocok-ngocok penis saya. Sisti lagi menciumi biji saya. “Ahh Siss… Jamess keluarrr nichh!” Akhirnya saya keluarkansaya di mulutnya sambil saya tahan kepalanya dia agar menghisap terus.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Selesai itu kita bertiga langsung tidur kecapaian. Pagi-paginya bangun, yang ada malah cekikikan. “Eh Siska bandel ya! ngapain saja sama si Aryo kalau berdua yo hahahah”, goda saya sama Sisti. “Ah kalian juga sama hihihihhih”, katanyaCerita ini berawal saat aku masih sekolah di bandung, aku mempunyai seorang cewek yang cantik, kami berpacaran sudah cukup lama, sekitar 2 tahun yang lalu tepatnya.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Hubungan kita masih lancar-lancar saja waktu itu. Kalau nggak saya yang telepon kadang dia. Dan kalau saya kangen, pulang sekolah langsung cabut ke Bandung untuk menengok dia, pagi-pagi jam 2 langsung dari Bandung ke sekolah lagi. Soal menginap, biasanya saya sering tidur di kamarnya kalau di rumah sepi banget. Ibunya sih sudah liberal banget, maklum blasteran bule. Masih muda banget tuh ibunya<span id="more-29"></span>.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Waktu itu masih 35 tahun, kadang malah kalau jalan sama saya berdua menemani dia belanja disangka teman-teman.. “Eh James, siapa tuh cewek loe, tua amat?” Hahahahhaha… dia punya anak dua, kembar, Sisti dan Siska. Kembar, putih, tinggi, lucu, soal body nggak usah saya ceritakan deh, tahu Jeniffer Lopez? nah kayak gitu tuh si kembar. Siska juga sudah punya pacar kebetulan sobat saya juga.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Hubungan kita sudah dekat banget. Sejak awal memang saya sudah “ngeseks” sama dia. Dan orang tuanya sama saya sudah nggak ada masalah kalau misalnya salah satu datang terus menginap (soal “ngeseks” nggak tahu tentu saja). Ceritanya nich kembar berdua datang ke Jakarta mau belanja. Jadi minta ditemani oleh saya untuk jalan-jalan keliling Jakarta. Kebetulan di Jakarta rumah mereka lagi direnovasi. Saya suruh saja menginap di rumah saya. Lagian orang tua saya lagi pergi, jadi kosong. “Ok deh”, kata mereka. Malamnya terus kita jalan-jalan ke Zanzibar, janjian sama teman. Saya nggak berani minum banyak-banyak soalnya pulangnya nyetir. Tapi tuh si kembar dicekokin sama teman-teman banyak banget sampai nggak kepalang maboknya.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Akhirnya jam 4 kita pulang dan setelah berusaha keras merayu Siska buat turun joget-joget dari meja, terus menggotong Sisti ke mobil bla.. bla.. bla.. sampai deh di rumah. Sampai di kamar akhirnya tanpa ba bi bu lagi kita langsung tidur bertiga, biarpun AC jalan tapi gara-gara mabok tetap saja kepanasan. Akhirnya saya buka celana panjang saya hingga tinggal CD saja, terus saya menggeletak di tengah-tengah mereka. Tapi berhubung kepala saya pusing dan tahu dong, kalau mabok bawaannya tegang mulu. Saya mulai meraba-raba Sisti (biar mabok tapi saya bisa bedain pacar saya yang mana).</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Pertama-tama saya selipkan tangan saya kedalam kemejanya. Terus jemari saya menjelajah kemana-mana di dalam BH-nya. Lama banget saya memainkan putingnya, dipelintir-pelintir terus dielus-elus lagi. “James… buka saja belakangnya biar lega”, kata Sisti tiba-tiba. “Tapi jangan ribut ya, nggak enak sama Siska, lagian kamu gila ya… sodaraku disebelah!” bisiknya. “Ah biar saja, kamu juga mau khan…” kata saya nggak sabar sambil melepaskan tali BH-nya sama buka kemejanya, habis itu saya cium-ciumi payudaranya, kadang-kadang saya jilat-jilat pentilnya pakai lidah membuat lingkaran di. Kemudian naik lagi ke lehernya, saya cium-ciumi belakang kupingnya sampai si Sisti menggelinjang-gelinjang. Lalu turun lagi ke bawah mencium-ciumi ujung dadanya yang merah kecil sambil saya cubit-cubit kecil ujung satunya dengan tangan kanan saya. “Sudah James… cepet donk… buka celanaku sudah nggak kuat nih, ahh James… tega ih kamu! jangan lama-lama dong say…!” Karena saya juga nggak tahan, saya buka juga celana hipster hitamnya sekalian sama celana dalamnya.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Terus terang saya paling suka memainkan wanita, bukan karena nikmat tapi saya suka banget lihat tampang mereka kalau dimainin pakai lidah terus bibir vaginanya digigit-gigit, sepertinya kejatuhan surga, nikmat banget.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sekitar sepuluh menit saya memainkan vaginanya sampai kepala saya didekap sama kakinya, keras banget. Tangannya mendorong-dorong kepala saya buat menjilat lebih dalam lagi. “Jamesss, masukiin dongg! cepet!” katanya. “Mm… tapi basahin dulu punyaku… mau nggak?” kata saya. “Iya… sini Sisti isepp!” Akhirnya kita tukar posisi, saya di bawah dan dia mulai menghisap penis saya. Biarpun saya sering senggama sama wanita lain, kalau soal menghisap kayaknya cewek saya masih paling jago. Penis saya sih nggak panjang-panjang amat hanya 15 cm tapi gede dan berhubung bibir cewek saya kecil jadi dia rada-rada kesusahan buat menghisapnya. Ujungnya sama dia dijilat-jilat dulu terus dimasukan sebagian. di dalamnya sama Sisti dimainkan pakai lidah, dikeluarkan lagi, dihisap lagi sampai ke ujungnya terus didiamkan di mulutnya. Yang membuat saya paling nggak kuat kalau samasaya dikenyot-kenyot kayak menghisap jolly. Serasa isinya mau keluar semua. Saking saya keenakan sampai nggak sadar tangan saya pegang kepalanya buat menahan agar penis saya nggak dikeluarkan dari mulutnya. “Aahh mm… terusss sayangg!” desah saya sambil masih menahan kepalanya, kayaknya dia sudah mulai kesusahan napas.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 19px;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tiba-tiba bibir saya dicium dan begitu buka mata ternyata Siska. Dia ternyata kebangun mendengar erangan kita tapi diam saja, tapi nggak kuat juga akhirnya. Saya cium juga dia. “James, jahat ih kamu berdua… nggak mikir apa aku lagi bobo?” katanya. “Sis… sorry habis sudah konak neh…” “Tahu nggak James jadinya… Siska khan jadinya horny banget!” “Ok deh Sis… ma’ap… jadi mesti gimana dong?” “mm… kamu cium-cium punyaku kayak ke Sisti lagi dong? mau nggak?” “Ok… buka gih celananya aku isepin sini…” Siska buka celana sama kaosnya, terus naik ke atas mukaku. Sisti ternyata nggak keberatan, sama-sama sudah horny berat sih berdua. Akhirnya kita main threesome, saya hisap vagina Siska terus Sisti naik ke penis saya. “Aahh Jamesss… emang kamu top banget deh… terusss jilat itunya sayang…!”</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Enggak lama kita tukar posisi, saya suruh Sisti tiduran, terus Siska saya minta telungkup. Jadi saya masukin penis saya lewat belakang (doggy style), ahh ternyata nggak kalah sama vagina kembarannya, sama-sama masih rapat! Sambil saya mensetubuhi si Siska, tangan saya menjelajah vagina Sisti, saya masukan jari tengah saya kedalam sambil jari saya yang lain mulai berusaha memegang analnya, saya nggak pernah senggama lewat anal cuma kalau sekarang pegang-pegang doang sih sering, nambah sensasi</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span><br />
<div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">. Ternyata saking keenakan, mereka berdua ciuman, sambil tangannya memegang payudara kembarannya, saya jadi tambah napsu sekali melihatnya. Akhirnya saya pindah ke Sisti, saya angkat salah satu kakinya terus saya masukan penis saya dari samping. Huwiii, ini salah satu favorit saya juga. Enggak kebayang rasanya paha saya kegesek-gesek sama pahanya, terus penis saya masuk lewat pinggirnya, rasanya lain banget daripada saya di atas. Siska kemudian mulai memainkan lidahnyaSisti sambil memegang vaginanya. “Ahh Jammesss bentar lagi sayanggg… aahh…” ternyata Sisti sudah sampai klimaks, saya pindah untuk melakukan hal yang sama-sama Siska cuma kali ini saya minta dia membalikkan badan sambil tiduran, terus saya masukan dari belakang. “Aahh Jamesss tegaa ih kamu… nikmat banget tuhh truss trusss!” “Siska… rapetin kaki kamu donk… iya gitu sayang…!” Ini posisi yang buat saya cepat keluar. Kakinya dirapatkan terus saya kocok-kocok dari belakangnya. “Siska aku mau keluar nich.. di dalem yaa…” kata saya. “Jangan Jamesss!” kata Siska. “Sini aku isep saja ya.. dikeluarin di mulut Siska!” saya masukan ke mulutnya, ternyata Sisti juga nggak mau kalah, yang ada kayak rebutan. Gila juga ternyata Siska menghisapnya. Sambil menghisap tangannya mengocok-ngocok penis saya. Sisti lagi menciumi biji saya. “Ahh Siss… Jamess keluarrr nichh!” Akhirnya saya keluarkan di mulutnya sambil saya tahan kepalanya dia agar menghisap terus.</span></div><div style="line-height: 19px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Selesai itu kita bertiga langsung tidur kecapaian. Pagi-paginya bangun, yang ada malah cekikikan. “Eh Siska bandel ya! ngapain saja sama si Aryo kalau berdua yo hahahah”, goda saya sama Sisti. “Ah kalian juga sama hihihihhih”, katanya.</span><br />
<div style="text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; font-size: xx-small;"><i>source : http://ceritaseks.ceritadewasapanass.org/</i></span></div></div>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-24922531749596346072011-11-12T22:33:00.000-08:002011-11-13T08:36:42.100-08:00Bercumbu Dengan Heru Teman Suamiku<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Heru, 32 th, adalah teman sekantor suamiku yang sebaya dengannya sedangkan aku berumur 28 th. Mereka sering bermain tenis bersama, entah mengapa setiap Heru datang kerumah menjemput suamiku ia selalu menyapaku dengan senyumnya yang khas, sorotan matanya yang dalam selalu memandangi diriku sedemikian rupa apalagi sewaktu aku memakai daster yang agak menerawang tatapannya seakan menembus menjelajahi seluruh tubuhku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku benar benar dibuat risih oleh perlakuannya, sejujurnya aku merasakansesuatu yang aneh pada diriku, walaupun aku telah menikah 2 tahun yang lalu dengan suamiku, aku merasakan ada suatu getaran dilubuk hatiku ditatap sedemikian rupa oleh Heru. Suatu hari suamiku pergi keluar kota selama 4 hari. Pas di hari minggu Heru datang kerumah maksud hati ingin mengajak suamiku bermain tenis, pada waktu itu aku sedang olahraga dirumah dengan memakai hot pant ketat dan kaos diatas perut.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Ketika kubuka pintu untuknya ia terpana melihat liku liku tubuhku yang seksi tercetak jelas di kaos dan celana pendekku yang serba ketat itu. Darahku berdesir merasakan tatapannya yang tajam itu. Kukatakan padanya suamiku keluar kota sejak 2 hari lalu, dia hanya diam terpaku dengan senyumannya yang khas tidak terlihat adanya kekecewaan diraut mukanya, tiba-tiba ia berkata "..Hesty mau tidak gantiin suamimu, main tenis dengan saya.." Giliran aku yang terpana selama menikah belum pernah aku pergi keluar dengan laki laki selain suamiku tetapi terus terang aku senang mendengar ajakannya, dimataku Heru merupakan figure yang cukup 'gentleman'.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sementara aku masih ragu-ragu tiba tiba dengan yakin ia berkata "..Cepet ganti pakaian aku tunggu disini.." Entah apa yang mendorongku untuk menerima ajakannya aku langsung mengangguk sambil berlari kekamarku untuk mengganti pakaian. Dikamar Aku termangu hatiku dagdigdug seperti anak SMU sedang berpacaran lalu aku melihat diriku dicermin kupilih baju baju tenisku lalu ketemukan rok tenis putihku yang supermini lalu kupakai dengan blous 'you can see' setelah itu kupakai lagi sweater, wouw.. cukup seksi juga aku ini.., setelah itu aku pakai sepatu olahragaku lalu cepat cepat aku temui Heru didepan pintu "..Ayo Her aku sudah siap.." Heru hanya melongo melihat pakaianku. Jakunnya terlihat naik turun.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Singkat kata aku bermain tenis dengannya dengan penuh ceria, kukejar bola yang dipukulnya, rok miniku berkibar, tanpa sungkan aku biarkan matanya menatap celana dalamku, ada perasaan bangga dan gairah setiap matanya menatap pantatku yang padat bulat ini.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Saking hotnya aku mengejar bola tanpa kuduga aku jatuh terkilir, Heru menghampiriku lalu mengajakku pulang. Setiba di rumah, kuajak Heru untuk mampir dan ia menerimanya dengan senang hati. Heru memapahku sampai ke kamar, lalu membantuku duduk di ranjang. Dengan manja kuminta ia mengambilkan aku minuman di dapur, Heru mengambilkan minuman dan kembali ke kamar mendapatkan aku telah melepas sweater dan sedang memijat betisku sendiri. Ia agak tersentak melihatku, karena aku telah menanggalkan sweaterku sekarang tinggal memakai blous "you can see" longgar yang membuat ketiak dan buah dadaku yang putih mulus itu mengintip nakal, posisi kakiku juga menarik rokmini olahragaku hingga pahaku yang juga putih mulus itu terbuka untuk menggoda matanya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tampak sekali ia menahan diri dan mengalihkan pandangan saat memberikan minuman kepadaku. Memang "gentleman" pria ini. penampilannya agak kaku tetapi disertai sikap yang lembut, kombinasi yang tak kudapatkan dari suamiku, ditambah berbagai macam kecocokan di antara kami. Mungkin inilah yang mendorongku untuk melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang wanita yang sudah bersuami. Aku menggeser posisiku mendekatinya, lalu kucium pipinya sebagai ucapan terimakasihku. Heru terkejut, namun tak berusaha menghindar bahkan ia menggerakan wajahnya sehingga bibirku beradu dengan bibirnya. Kewanitaanku bangkit walaupun aku tahu ini adalah salah tetapi tanpa kusadari ia mencium bibirku beberapa saat sebelum akhirnya aku merespon dengan hisapan lembut pada bibir bawahnya yang basah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kami saling menghisap bibir beberapa saat sampai akhirnya aku yang lebih dulu melepas ciuman hangat kami. "Her.." kataku ragu. Kami saling menatap beberapa saat. Komunikasi tanpa kata-kata akhirnya memberijawaban dan keputusan yang sama dalam hati kami, lalu hampir berbarengan, wajah kami sama-sama maju dan kembali saling berciuman dengan mesra dan hangat, saling menghisap bibir, lalu lama kelamaan, entah siapa yang memulai, aku dan Heru saling menghisap lidah dan ciuman pun semakin bertambah panas dan bergairah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Ciuman dan hisapan berlanjut terus, sementara tangan Heru mulai beralih dari betisku, merayap ke pahaku dan membelainya dengan lembut. Darahku semakin berdesir. Mataku terpejam. Entah bagaimana pria bukan suamiku ini bisa menyentuh ragaku selembut ini, semakin kupejamkan mataku semakin melayang perasaanku, dan menikmati kelembutan yang memancing gairah ini. Kembali Heru yang melepas bibirnya dari bibirku. Namun kali ini, dengan lembut namun tegas, ia mendorong tubuhku sambil satu tangannya masih terus membelai pahaku, membuat kedua tanganku yang menahanku pada posisi duduk tak kuasa melawan dan akupun terbaring pasrah menikmati belaiannya, sementara ia sendiri membaringkan tubuhnya miring di sisiku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Heru mengambil inisiatif mencium bibirku kembali, yang serta merta kubalas dengan hisapan pada lidahnya. Mungkin saat itu gairahku semakin menggelegak akibat tangannya yang mulai beralih dari pahaku ke selangkanganku, membelai barang milikku yang paling sensitif yang masih terbalut celana dalam itu dengan lembut namun pasti.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Mmhh.. Heruu..sudah terlalu jauh Her.." desahku di sela-sela ciuman panas kami. Aku agak lega saat tangan kekarnya meninggalkan selangkanganku, namun ia mulai menarik blousku hingga terlepas dari jepitan rokku, lalu ia loloskan dari kepalaku. Buah dadaku yang montok dan puting susuku membayang menggoda dari BH-ku yang tipis dan seksi, membuatnya semakin penasaran. Ia kembali mencium bibirku, namun kali ini lidahnya mulai berpindah-pindah ke telinga dan leherku, untuk kembali lagi ke bibir dan lidahku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Permainannya yang lembut dan tak tergesa-gesa ini membuatku terpancing menjadi semakin bergairah, sampai akhirnya ia mulai memainkan tangannya meraba-raba dadaku dan sesekali menyelipkan jarinya ke balik BH menggesek-gesek putingku yang saat itu sudah tegak mengacung. Tanpa kusadari aku mulai memainkan kaos bajunya, dan setelah bajunya kusingkap terlihat tampilan otot di tubuhnya. Aku melihat dada bidang dan kekar, serta perut sixpacknya di depan mataku. Tak lama ia pun memutuskan untuk mengalihkan godaan bibirnya ke buah dadaku yang masih terbalut BHku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Diciumi buah dadaku sementara tangannya merogoh ke balik punggungku untuk melepas kait BH-ku. Sama sekali tidak ada protes dariku iapun melempar BH-ku ke lantai sambil tidak buang waktu lagi mulai menjilati putingku yang memang sudah menginginkan ini dari tadi. "Ooohh.. sshh.. aachh.. Heruu.." desahku langsung terlontar tak tertahankan begitu lidahnya yang basah dan kasar menggesek putingku yang terasa sangat peka.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Heru menjilati dan menghisap dada dan putingku di sela-sela desah dan rintihku yang sangat menikmati gelombang rangsangan demi rangsangan yang semakin lama semakin menggelora ini, "..Oooh Heru suuddhaah.. Herr.. stoop..!!" tetapi Heru terus saja merangsangku bahkan tangannya mulai melepas celananya, sehingga kini ia benar-benar telanjang bulat. Penisnya yang besar dan berotot mengacung tegang, karuan aku terbelalak melihatnya, besar dan perkasa lebih perkasa dari penis suamiku, vaginaku tiba tiba berdenyut tak karuan. Oh..tak kupikirkan akibat dari keisenganku tadi yang hanya ingin mencium pipinya saja sekarang sudah berlanjut sedemikian jauh.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Heru melepas putingku lalu bangkit berlutut mengangkangi betisku. Ia menarik rokku dan membungkukkan badannya menciumi pahaku. Kembali bibirnya yang basah dan lidahnya yang kasar menghantarkan rangsangan hebat yang merebak ke seluruh tubuhku pada setiap sentuhannya di pahaku. Apalagi ketika lidahnya menggoda selangkanganku dengan jilatannya yang sesekali melibas pinggiran CD ku, semili lagi menyentuh bibir vaginaku. Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan merintih pasrah melawan gejolak birahi, rasa penasaranku menginginkan lebih dari itu tapi akal sehatku masih menyatakan bahwa ini perbuatan yang salah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Akhirnya, dengan menyibakkan celana dalamku, Heru mengalihkan jilatannya kerambut kemaluanku yang telah begitu basah penuh lendir birahi. "ggaahh.. Heeruu..stoop..ohh.." bagaikan terkena setrum rintihanku langsung menyertai ledakan kenikmatan yang kurasakan saat lidah Heru melalap vaginaku dari bawah sampai ke atas, menyentuh klitorisku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kini kami sama-sama telanjang bulat. Tubuh kekar berotot Heru berlutut di depanku. Lobang vaginaku terasa panas, basah dan berdenyut-denyut melihat batang penisnya yang tegang besar kekar berotot berbeda dengan punya suamiku yang lebih kecil. Oohh..betul betul luar biasa napsu birahiku makin mengebu gebu. Entah mengapa aku begitu terangsang melihat batang kemaluan yang bukan punya suamiku.Oooh begitu besar dan perkasa, pikiranku bimbang karena aku tahu sebentar lagi aku akan disetubuhi oleh sahabat suamiku, anehnya gelora napsu birahiku terus mengelegak.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kupasrahkan diriku ketika Heru membuka kakiku hingga mengangkang lebar lebar, lalu Heru menurunkan pantatnya dan menuntun penisnya ke bibir vaginaku. Kerongkonganku tercekat saat kepala penis Heru menembus vaginaku."Hngk! Besaar..sekalii..Heer.." Walau telah basah berlendir, tak urung penisnya yang demikian besar kekar berotot begitu seret memasuki liang vaginaku yang belum pernah merasakan sebesar ini, membuatku menggigit bibir menahan kenikmatan hebat bercampur sedikit rasa sakit.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tanpa terburu-buru, Heru kembali menjilati dan menghisap putingku yang masih mengacung dengan lembut, kadang menggodaku dengan menggesekkan giginya pada putingku, tak sampai menggigitnya, lalu kembali menjilati dan menghisap putingku, membuatku tersihir oleh kenikmatan tiada tara, sementara setengah penisnya bergerak perlahan dan lembut menembus vaginaku. Ia menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur dengan perlahan, memancing gairahku semakin bergelora dan lendir birahi semakin banyak meleleh di vaginaku, melicinkan jalan masuk penis berotot ini ke dalam liang kenikmatanku tahap demi tahap.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Lidahnya yang kasar dan basah berpindah-pindah dari satu puting ke puting yang lain, membuat kepalaku terasa semakin melayang didera kenikmatan yang semakin bergairah. Akhirnya napsu birahikulah yang menang laki laki perkasa ini benar benar telah menyeretku kepusaran kenikmatan menghisap seluruh pikiran jernihku dan yang timbul adalah rangsangan dahsyat yang membuatku ingin mengarungi permainan seks dengan sahabat suamiku ini lebih dalam.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Ouuch.. sshh.. aachh.. teruuss.. heeruu.. masukin penismu yang dalaam..!! oouch.. niikmaat.. heerr..!! Baru kali ini lobang vaginaku merasakan ukuran dan bentuk penis yang bukan milik suamiku, yang sama sekali baru ..besaar dan perkasaa.., aku merasakan suatu rangsangan yang hebat didalam diriku. Seluruh rongga vaginaku terasa penuuh, kurasakan begitu nikmatnya dinding vaginaku digesek batang penisnya yang keras dan besaar..!</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Akhirnya seluruh batang kemaluannya yang kekar besar itu tertelan kedalam lorong kenikmatanku, memberiku kenikmatan hebat, seakan bibir vaginaku dipaksa meregang, mencengkeram otot besar dan keras ini. Melepas putingku, Heru mulai memaju-mundurkan pantatnya perlahan, "..oouch.. niikmaat.. heeruu..!!" aku pun tak kuasa lagi untuk tidak merespon kenikmatan ini dengan membalas menggerakan pantatku maju-mundur dan kadang berputar menyelaraskan gerakan pantatnya, dan akhirnya napasku semakin tersengal-sengal diselingi desah desah penuh kenikmatan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"hh.. sshh.. hh.. Heerruu.. oohh ..suungguuhh.. niikmmaat sahyangghh.." Heru membalas dengan pertanyaan "Ohh.. Hestyy nikmatan mana dengan penis suamimu..?" otakku benar benar terhipnotis oleh kenikmatan yang luar biasa..! jawabanku benar benar diluar kesadaranku "Ohh ssh Heruu. penismu besaar sekalii..! jauh lebih nikmaat ..!! Heru makin gencar melontarkan pertanyaan aneh aneh, "..hh..Hesty lagi diapain memekmu sama kontolnya Heru..?" aku bingung menjawabnya, "Bilang lagi dientot..!" Heru memaksaku untuk mengulangnya, tapi dasar aku lagi terombang ambing oleh buaian birahi akupun tidak malu malu lagi mengulangnya "hh.. hh.. sshh.. mmhh..lagi dientot sayaang.."</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Terus menerus kami saling memberi kenikmatan, sementara lidah Heru kembali menari di putingku yang memang gatal memohon jilatan lidah kasarnya. Aku benar benar menikmati permainannya sambil meremas-remas rambutnya. Rasa kesemutan berdesir dan setruman nikmat makin menjadi jadi merebak berpusat dari vagina dan putingku, keseluruh tubuhku hingga ujung jariku. Kenikmatan menggelegak ini merayap begitu dahsyat sehingga terasa seakan tubuhku melayang. Penisnya yang dahsyat semakin cepat dan kasar menggenjot vaginaku dan menggesek-gesek dinding vaginaku yang mencengkeram erat.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Hisapan dan jilatannya pada putingku pun semakin cepat dan bernapsu. Aku begitu menikmatinya sampai akhirnya seluruh tubuhku terasa penuh setruman birahi yang intensitasnya terus bertambah seakan tanpa henti hingga akhirnya seluruh tubuhku bergelinjang liar tanpa bisa kukendalikan saat kenikmatan gairah ini meledak dalam seluruh tubuhku. Desahanku sudah berganti dengan erangan erangan liar kata kataku semakin vulgar. "Ahh.. Ouchh.. entootin terus sayaang.. genjoott.. habis memekku..!! genjoott.. kontolmu sampe mentok..!!" Ooohh.. Herruu.. bukan maiin.. eennaaknyaa.. ngeentoot denganmu..!!" mendengar celotehanku, Heru yang kalem berubah menjadi semakin beringas seperti banteng ketaton dan yang membuat aku benar benar takluk adalah staminanya yang bukan maiin perkasaa.., tidak pernah kudapatkan seperti ini dari suamiku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku benar benar sudah lupa siapa diriku yang sudah bersuami ini, yang aku rasakan sekarang adalah perasaan yang melambung tinggi sekali yang ingin kunikmati sepuas puasnya yang belum pernah kurasakan dengan suamiku. Heru mengombang ambingkan diriku di lautan kenikmatan yang maha luas, seakan akan tiada tepinya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Akhirnya aku tidak bisa lagi menahan gelombang kenikmatan melanda seluruh tubuhku yang begitu dahsyatnya menggulung diriku "Ngghh.. nghh .. nghh.. Heruu.. Akku mau keluaar..!!" pekikanku meledak menyertai gelinjang liar tubuhku sambil memeluk erat tubuhnya mencoba menahan kenikmatan dalam tubuhku, Heru mengendalikan gerakannya yang tadinya cepat dan kasar itu menjadi perlahan sambil menekan batang kemaluannya dalam dalam dengan memutar mutar keras sekalii.. Clitorisku yang sudah begitu mengeras habis digencetnya. "..aacchh.. Heruu.. niikmaat.. tekeen.. teruuss.. itilkuu..!!"</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Ledakan kenikmatan orgasmeku terasa seperti 'forever' menyemburkan lendir orgasme dalam vaginaku, kupeluk tubuh Heru erat sekali wajahnya kuciumi sambil mengerang mengerang dikupingnya sementara Heru terus menggerakkan sambil menekan penisnya secara sangat perlahan, di mana setiap mili penisnya menggesek dinding vaginaku menghasilkan suatu kenikmatan yang luar biasa yang kurasakan dalam tubuhku yang tidak bisa kulontarkan dengan kata kata.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Beberapa detik kenikmatan yang terasa seperti 'forever' itu akhirnya berakhir dengan tubuhku yang terkulai lemas dengan penis Heru masih di dalam vaginaku yang masih berdenyut-denyut di luar kendaliku. Tanpa tergesa-gesa, Heru mengecup bibir, pipi dan leherku dengan lembut dan mesra, sementara kedua lengan kekarnya memeluk tubuh lemasku dengan erat, membuatku benar-benar merasa aman, terlindung dan merasa sangat disayangi. Ia sama sekali tidak menggerakkan penisnya yang masih besar dan keras di dalam vaginaku. Ia memberiku kesempatan untuk mengatur napasku yang terengah-engah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Setelah aku kembali "sadar" dari ledakan kenikmatan klimaks yang memabukkan tadi, aku pun mulai membalas ciumannya, memancing Heru untuk kembali memainkan lidahnya pada lidahku dan menghisap bibir dan lidahku semakin liar. Sekarang aku tidak canggung lagi bersetubuh dengan teman suamiku ini. Gairahku yang sempat menurun tampak semakin terpancing dan aku mulai kembali menggerak-gerakkan pantatku perlahan-lahan, menggesekkan penisnya pada dinding vaginaku. Respon gerakan pantatku membuatnya semakin liar dan aku semakin berani melayani gairahnya yang memang tampaknya makin liar saja.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Genjotan penisnya pada vaginaku mulai cepat, kasar dan liar. Aku benar-benar tidak menyangka bisa terangsang lagi, biasanya setelah bersetubuh dengan suamiku setelah klimax rasanya malas sekali untuk bercumbu lagi tapi kali ini Heru memberiku pengalaman baru walau sudah mengalami klimax yang maha dahsyat tadi tapi aku bisa menikmati rangsangannya lagi oleh genjotan penisnya yang semakin bernapsu, semakin cepat, semakin kasar, hingga akhirnya ledakan lendir birahiku menetes lagi bertubi-tubi dari dalam vaginaku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Lalu Heru memintaku untuk berbalik, ooh ini gaya yang paling kusenangi "doggy style" dengan gaya nungging aku bisa merasakan seluruh alur alur batang kemaluan suamiku dan sekarang aku akan merasakan batang yang lebih besar lebih perkasa oohh..! dengan cepat aku berbalik sambil merangkak dan menungging kubuka kakiku lebar, kutatap mukanya sayu sambil memelas "..Yeess..Herr..masukin kontol gedemu dari belakang kelobang memekku.." Heru pun menatap liar dan yang ditatap adalah bokongku yang sungguh seksi dimatanya, bongkahan pantatku yang bulat keras membelah ditengah dimana bibir vaginaku sudah begitu merekah basah dibagian labia dalamku memerah mengkilat berlumuran lendir birahiku mengintip liang kenikmatanku yang sudah tidak sabar ingin melahap batang kemaluannya yang sungguh luar biasa itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sambil memegang batang penisnya disodokannya ketempat yang dituju â€Bleess.." ..Ooohh.. Heruu.. teruss.. Herr.. yang.. dalaam..!! mataku mendelik merasakan betapa besaar dan panjaang batang penisnya menyodok liang kenikmatanku, urat urat kemaluannya terasa sekali menggesek rongga vaginaku yang menyempit karena tertekuk tubuhku yang sedang menungging ini. Hambatan yang selalu kuhadapi dengan suamiku didalam gaya 'doggy style' ini adalah pada waktu aku masih dalam tahap 'menanjak' suamiku sudah terlalu cepat keluar, suamiku hanya bisa bertahan kurang dari dua menit.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tetapi Heru sudah lebih dari 15 menit menggarapku dengan gaya 'doggy style' ini tanpa ada tanda tanda mengendur. Oh bukan maiin..! bagai kesurupan aku menggeleng gelengkan kepalaku, aku benar benar dalamkeadaan ekstasi, eranganku sudah berubah menjadi pekikan pekikan kenikmatan, tubuhku kuayun ayunkan maju mundur, ketika kebelakang kusentakan keras sekali menyambut sodokannya sehingga batang penis yang besaar dan panjaang itu lenyap tertelan oleh kerakusan lobang vaginaku. kenikmatanku bukan lagi pada tahap "menanjak" tapi sudah berada di awang-awang di puncak gunung kenikmatan yang tertinggi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Hngk.. ngghh..Heruu..akuu mau keluaar lagii.. aargghh..!!" aku melenguh panjang menyertai klimaksku yang kedua yang kubuat semakin nikmat dengan mendorong pantatku ke belakang keras sekali menancapkan penisnya yang besar sedalam-dalamnya di dalam vaginaku, sambil kukempot kempotkan vaginaku serasa ingin memeras batang kemaluannya untuk mendapatkan seluruh kenikmatan semaksimum mungkin.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Setelah mengejang beberapa detik diterjang gelombang kenikmatan, tubuhku melemas dipelukan Heru yang menindih tubuhku dari belakang. Berat memang tubuhnya, namun Heru menyadari itu dan segera menggulingkan dirinya, rebah di sisiku. Tubuhku yang telanjang bulat bermandikan keringat terbaring pasrah di ranjang, penuh dengan rasa kepuasan yang maha nikmat yang belum pernah aku rasakan sebelumnya dengan suamiku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Heru memeluk tubuhku dan mengecup pipiku, membuatku merasa semakin nyaman dan puas. "Hesty aku belum keluar sayang..! tolongin aku isepin kontolku sayaang..!" Aku benar benar terkejut aku sudah dua kali klimaks tapi Heru belum juga keluar, bukan main perkasanya. biasanya malah suamiku lebih dulu dari aku klimaksnya kadang kadang aku malah tidak bisa klimaks dengan suamiku karena suamiku suka terburu buru.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Merasa aku telah diberi kepuasan yang luar biasa darinya maka tanpa sungkan lagi kuselomot batang kemaluannya kujilat jilat buah zakarnya bahkan selangkangannya ketika kulihat Heru menggeliat geliat kenikmatan, "..Ohh yess Hes.. nikmat sekalii.. teruss hes.. lumat kontolku iseep yang daleemm.. ohh.. heestyy.. saayaangg..!!" Heru mengerang penuh semangat membuatku semakin gairah saja menyelomot batang kemaluannya yang besar, untuk makin merangsang dirinya aku merangkak dihadapannya tanpa melepaskan batang kemaluannya dari mulutku, kutunggingkan pantatku kuputar putar sambil kuhentak hentakan kebelakang, benar saja melihat gerakan erotisku Heru makin mendengus dengus bagai kuda jantan liar, dan tidak kuperkirakan yang tadinya aku hanya ingin merangsang Heru untuk bisa cepat ejakulasinya malah aku merasakan birahiku bangkit lagi vaginaku terasa berdenyut denyut clitorisku mengeras lagi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Ohh.. beginikah multiple orgasme yang banyak dibicarakan teman temanku? Selomotanku makin beringas, batang yang besar itu yang menyumpal mulutku tak kupedulikan lagi kepalaku naik turun cepat sekali, Heru menggelinjang hebat, akhirnya kurasakan vaginaku ingin melahap kembali batang kemaluannya yang masih perkasa ini, dengan cepat aku lepas penisnya dari mulutku langsung aku merangkak ke atas tubuhnya kuraih batang kemaluannya lalu kududuki sembari ku tuju ke vaginaku yang masih lapar itu. Bleess.. aachh..aku merasakan bintang bintang di langit kembali bermunculan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"..Ooohh..Hesty..kau sungguuh seksxyy.. masuukin kontolku..!!" Heru memujiku setinggi langit melihat begitu antutiasnya aku meladeninya bahkan bisa kukatakan baru pertama kali inilah aku begitu antusias, begitu beringas bagai kuda betina liar melayani kuda jantan yang sangat perkasa ini. "..Yess.. Heruu.. yeess.. kumasukkan kontolmu yang perkasa ini..!" kuputar-putar pinggulku dengan cepatnya sekali kali kuangkat pantatku lalu kujatuhkan dengan derass sehingga batang penis yang besar itu melesak dalaam sekali..</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"..aachh.. Heestyy.. putaar.. habiisiin kontoolku.. eennakk.. sekaallii..!!" giliran Heru merintih mengerang bahkan mengejang-ngejangkan tubuhnya, tidak bisa kulukiskan betapa nikmatnya perasaanku, tubuhku terasa seringan kapas jiwaku serasa diombang ambing di dalam lautan kenikmatan yang maha luas kucurahkan seluruh tenagaku dengan memutar menggenjot bahkan menekan keras sekali pantatku, kali ini aku yang berubah menjadi ganas dan jalang, bagaikan kuda betina liar aku putar pinggulku dan bagai penari perut meliuk meliuk begitu cepat.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Batang kemaluannya kugenjot dan kupelintir habiss.. bahkan kukontraksikan otot-otot vaginaku sehingga penis yang besar itu terasa bagai dalam vacum cleaner terhisap dan terkenyot didalam liang vaginaku. Dan yang terjadi adalah benar benar membuatku bangga sekali, Heru bagai Layang-layang putus menggelinjang habis kadang mengejangkan tubuhnya sambil meremas pantatku keras sekali, sekali-kali ingin melepaskan tubuhku darinya tapi tidak kuberikan kesempatan itu bahkan kutekan lagi pantatku lebih keras, batang penisnya melesak seluruhnya bahkan rambut kemaluannya sudah menyatu dengan rambut kemaluanku, clitorisku yang lapar akan birahi sudah mengacung keras makin merah membara tergencet batang kemaluannya. Badanku sedikit kumiringkan ke belakang, buah zakarnya kuraih dan kuremas-remas, "..Ooohh.. aachh.. yeess.. Heess.. yeess..!!"Heru membelalakan matanya sama sekali tidak menyangka aku menjadi begitu beringass..begitu liaar.. menunggangi tubuhnya, lalu Heru bangkit, dengan posisi duduk ia menylomot buah dadaku... aachh tubuhku semakin panaas.. kubusungkan kedua buah dadaku. "..selomot.. pentilku.. dua. duanya.. Herr..yeess..!! ...sshh.. ...oohh..!! mataku menjadi berkunang kunang, "..Ooohh.. Hestyy.. nikmatnya bukan main posisi ini..! batang kontolku melesak dalam sekali menembus memekmu..!" Heru mendengus-dengus kurasakan batang penisnya mengembung pertanda spermanya setiap saat akan meletup, "..Ohh.. sshh..aahh.. Heruu ..keluaar.. bareeng..sayaannghh..!! jiwaku terasa berputar putar..! "..yess..Hess..aku… keluarkan diluar apa didalam..?". "..Ohh.. Heru kontoolmu.. jaangaahhn..dicabuut..keluarin.. didalaam..!!</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tiba tiba bagaikan disetrum jutaan volt kenikmatan tubuhku bergetar hebat sekalii..! dan tubuhku mengejang ketika kurasakan semburan dahsyat di dalam rahimku, "..aachh. jepiit kontoolku.. yeess.. sshh.. oohh.. nikmaatnya.. memekmu Hestyy..!!" Heru memuncratkan air maninya di dalam rongga vaginaku, terasa kental dan banyak sekali. Akupun mengelinjang hebat sampai lupa daratan "..Nggkkh.. sshh.. uugghh.. Heerru.. teekeen kontoolmu.. sampe mentookkhh.. sayaahng.. aarrgghh..!! gelombang demi gelombang kenikmatan menggulung jiwaku, ooh benar benar tak kusangka makin sering klimaks makin luar biaasaa rasa nikmatnya jiwaku serasa terbetot keluar terombang ambing dalam lautan kenikmatan yang maha luas. Kutekan kujepit kekepit seluruh tubuhnya mulai batang penisnya pantatnya pinggangnya bahkan dadanya yang kekar kupeluk erat sekali.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Seluruh tetes air maninya kuperas dari batang kemaluannya yang sedang terjepit menyatu di dalam liang vaginaku. aarrgghh.. Nikmatnya sungguh luar biaasaa!! Oohh Heru aku kuatir akan ketagihan dengan batang penismu yang maha dahsyat ini!! Akhirnya perlahan lahan kesadaranku pulih kembali, klimaks yang ketiga ini membuat tubuhku terasa lemas sekali, Heru sadar akan keterbatasan tenagaku, akhirnya ia membaringkan tubuhku di dadanya yang kekar, aku merasakan kenyamanan yang luar biasa, kepuasanku terasa sangat dihargainya. Tiga kali klimaks bukanlah hal yang mudah bagiku untuk mendapatkannya didalam satu kali permainan seks.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Heru telah menaklukan diriku luaar.. dalaam..!! akan kukenang kejadian ini selama hidupku. Tiba tiba Heru melihat jam lalu dengan muka sedih ia mengatakan kepadaku bahwa ia harus menemui seseorang 10 menit lagi, akupun tak kuasa menahannya, aku hanya mengangguk tak berdaya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sepeninggal Heru dari rumah, aku termenung sendirian di ranjang. Suatu kejadian yang sama sekali tak terpikir olehku mulai merebak dalam kesadaranku. Aku telah menikmati perbuatan seks dengan sahabat suamiku bahkan harus kuakui, aku betul betul menikmati kedahsyatan permainan seks dengan sahabat suamiku itu. Tetapi aku telah mengkhianati suamiku. Aku mulai merasakan sesuatu yang salah, sementara di lain pihak, aku sangat menikmatinya dan sangat mengharapkan Heru melakukannya lagi terhadapku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Hati dan akal sehat terpecah dan menyeretku ke dua arah yang berlawanan. Pergumulan batin terjadi membuatku limbung. Akhirnya kuputuskan untuk mencoba melupakan Heru. Setelah beberapa minggu dalam kondisi seperti ini, hatiku makin tidak menentu, makin kucoba melupakannya makin terbayang seluruh kejadian hari itu, aku masih merasakan tubuhnya yang kekar berkeringat napasnya yang mendengus dengus terngiang sayup sayup terdengar suaranya memanggilku 'sayang'. Heru berhenti bertugas di kantor suamiku. Entah itu keinginannya sendiri atau memang ia dialih tugaskan, aku tidak tahu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Namun hingga kini, pergumulan batin dalam diriku masih terus berlangsung. Di lain pihak aku tetap ingin mencintai suamiku, walaupun ia tak bisa memberikan apa yang telah diberikan Heru padaku. Aku masih merindukan dan menginginkan sentuhan tangan kekar Heru, dimanakah kau berada Heru..?</span><br />
<div style="text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; font-size: xx-small;"><i>source : rumahseks.blogspot.com</i></span></div></div>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-58603565009821042042011-11-12T22:30:00.003-08:002011-11-13T08:41:16.451-08:00Bercinta Dengan Istri Orang Kaya<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku sedang menyantap makan siang di sebuah cafe yang terletak di lantai dasar gedung kantorku. Hari itu aku ditemani Pak Erwan, manajer IT perusahaanku dan Lia, sekretarisku. Biasanya aku makan siang hanya dengan Lia, sekretarisku, untuk kemudian dilanjutkan dengan acara bobo siang sejenak sebelum kembali lagi ke kantor. Tetapi hari itu sebelum aku pergi, Pak Erwan ingin bertemu untuk membicarakan proyek komputerisasi, sehingga aku ajak saja dia untuk bergabung menemaniku makan siang.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku dan Pak Erwan berbincang-bincang mengenai proyek implementasi software dan juga tambahan hardware yang diperlukan. Memang perusahaanku sedang ingin mengganti sistem yang lama, yang sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan yang terus berkembang. Sedangkan Lia sibuk mencatat pembicaraan kita berdua.</span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sedang asyik-asyiknya menyantap steak yang kupesan, tiba-tiba HPku berbunyi. Kulihat caller idnya.. Dari Santi.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Hallo Pak Robert. Kapan nih kesini lagi" suara merdu terdengar diseberang sana.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Oh iya. Nanti sebentar lagi saya ke sana. Saya sedang makan siang nih. Bapak tunggu sebentar ya" jawabku.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"He.. He.. Sedang nggak bisa ngomong ya Pak" Santi menggoda.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Betul Pak.. OK sampai ketemu sebentar lagi ya" kataku sambil menutup pembicaraan.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Dari klien" kataku.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku sangat hati-hati tidak mau affairku dengan Santi tercium oleh mereka. Hal ini mengingat Pak Arief, suami Santi, adalah manajer keuangan di kantorku. Kebetulan Pak Arief ini sedang aku kirim training ke Singapore, sehingga aku bisa leluasa menikmati istrinya.</span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Seusai menikmati makan siang, aku berkata pada Lia bahwa aku akan langsung menuju tempat klienku. Seperti biasa, aku minta supaya aku tidak diganggu kecuali kalau ada emergency. Kamipun berpisah.. Mereka kembali ke lantai atas untuk bekerja, sedangkan aku langsung menuju tempat parkir untuk berangkat mengerjai istri orang he.. He..</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Setelah kesal karena terjebak macet, sampai jugalah aku di rumah Santi. Hari sudah menjelang sore. Bayangkan saja, sudah beberapa jam aku di jalan tadi. Segera kuparkirkan Mercy silver metalik kesayanganku, dan memencet bel rumahnya. Santi sendiri yang membukakan pintu. Dia tersenyum gembira melihat kedatanganku.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Aih.. Pak Robert kok lama sih" katanya.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Iya.. Tadi macet total tuh.. Rumah kamu sih jauh.. Mungkin di peta juga nggak ada" candaku.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Bisa aja Pak Robert.." jawab Santi sambil tertawa kecil.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Dia tampak cantik dengan baju "you can see" nya yang memperlihatkan lengannya yang mulus. Buah dadanya tampak semakin padat dibalik bajunya. Mungkin karena sudah beberapa hari ini aku remas dan hisap sementara suaminya aku "asingkan" di negeri tetangga.</span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kamipun masuk ke dalam rumah dan aku langsung duduk di sofa ruang keluarganya. Santi menyuguhkan orange juice untuk menghilangkan dahagaku. Nikmat sekali meminum orange juice itu setelah lelah terjebak macet tadi. Dahagakupun langsung hilang, tetapi setelah melihat Santi yang cantik, dahagaku yang lainpun muncul. Aku masih bernafsu melihat Santi, meskipun telah lima hari berturut-turut aku setubuhi dia.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Kucium bibirnya sambil tanganku mengelus-elus pundaknya. Ketika aku akan membuka bajunya, dia menahanku.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Pak.. Santi ada hadiah nih untuk bapak"</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Apaan nih?" jawabku senang.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ini ada teman Santi yang mau kenal sama bapak. Orangnya cantik banget."</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Lalu dia bercerita kalau dia berkenalan dengan seorang wanita, Susan, saat dia sedang berolahraga di gym. Setelah mulai akrab, merekapun bercerita mengenai kehidupan seks mereka. Singkat cerita, Susan menawarkan untuk berpesta seks sambil bertukar pasangan di rumah mereka.</span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Dia ingin coba ini bapak. Katanya belum pernah lihat yang sebesar punya Pak Robert" kata Santi sambil meraba-raba kemaluanku.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Saya sih OK saja" jawabku riang.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Oh ya.. Nanti pura-pura saja Pak Robert suamiku" kata Santi sambil pamit untuk menelpon kenalan barunya itu.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku dan Santi kemudian meluncur menuju rumah Susan di kawasan Kemang. Untung jalanan Jakarta sudah agak lengang. Tak lama kamipun sampai di rumahnya yang luas. Seorang satpam tampak membukakan pintu garasi. Santipun menjelaskan kalau kami sudah ada janji dengan majikannya. Susan menyambut kami dengan ramah.</span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Ini perkenalkan suami saya"</span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Seorang laki-laki paruh baya dengan kepala agak botak memperkenalkan diri. Namanya Harry, seorang pengusaha properti yang sukses. Santipun memperkenalkan diriku pada mereka.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Aku kagum pada rumah mereka yang sangat luas. Dengan perabot-perabot yang mahal, juga koleksi lukisan-lukisan pelukis terkenal yang tergantung di dinding. Bayangkan saja betapa kayanya mereka, karena orang sekelas aku saja kagum melihat rumahnya yang sangat wah itu.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tetapi aku lebih kagum melihat Susan. Wanita ini memang cantik sekali. Terutama kulitnya yang putih dan mulus sekali. Ibaratnya kalau dihinggapi nyamuk, si nyamuk akan jatuh tergelincir. Disamping itu bodynya tampak seksi sekali dengan buah dada yang besar dan bentuk tubuh yang padat. Sekilas mengingatkan aku pada bintang film panas di jaman tahun 80-an.. Entah siapa namanya itu.</span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Merekapun menyuguhkan makan malam. Kamipun bercerita basa-basi ngalor ngidul sambil menikmati hidangan yang disediakan. Ditengah makan malam itu, Santi pamit untuk ke toilet. Dengan matanya dia mengajakku untuk mengikuti dia.</span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Pak, habis ini pulang aja yuk" kata Santi berbisik perlahan setelah keluar dari ruang makan.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Kenapa?" tanyaku.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Habisnya Santi nggak nafsu lihat Pak Harry itu. Sudah tua, botak, perutnya buncit lagi".</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku tertawa geli dalam hati. Tetapi aku tentu saja tidak menyetujui permintaan Santi. Aku sudah ingin menikmati istri Pak Harry yang cantik sekali seperti boneka itu. Kupaksa saja Santi untuk kembali ke ruang makan.</span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Setelah makan, kamipun ke ruang keluarga sambil nonton video porno untuk membangkitkan gairah kami. Tak lama, seorang gadis pembantu kecil datang untuk menyuguhkan buah-buahan. Tetapi mungkin karena kaget melihat adegan di layar TV home theater itu, tanpa sengaja dia menjatuhkan gelas kristal sehingga pecah berkeping-keping. Kulihat tampak Susan melotot memarahi pembantunya itu, sedangkan si pembantu kecil itu tampak ketakutan sambil meminta maaf berkali-kali.</span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Adegan di TV tampak semakin hot saja. Tampak Pak Harry mulai mengerayangi tubuh Santi di sofa seberang. Sedangkan Santi tampak ogah-ogahan melayaninya.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Sebentar Pak.. Santi mau lihat filmnya dulu"</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku tersenyum mendengar alasan Santi ini. Sementara itu Susan minta ijin ke dapur sebentar. Akupun mencoba menikmati adegan di layar TV. Meskipun sebenarnya aku tidak perlu lihat yang seperti ini, mengingat tubuh Susan sudah sangat mengundang gairahku. Tak lama akupun merasa ingin buang air kecil, sehingga akupun pamitan ke belakang.</span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Setelah dari toilet, aku berjalan melintasi dapur untuk kembali ke ruang keluarga. Kulihat di dalam, Susan sedang berkacak pinggang memarahi gadis kecil pembantunya tadi.</span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Ampun non.. Sri nggak sengaja" si gadis kecil memohon belas kasihan pada majikannya, Susan yang cantik itu.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Nggak sengaja nggak sengaja. Enak saja kamu bicara ya. Itu gelas harganya lebih dari setahun gaji kamu tahu!!" bentak Susan.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Gajimu aku potong. Biar tau rasa kamu.."</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Si gadis kecil itu terdiam sambil terisak-isak. Sementara wajah Susan menampakkan kepuasan setelah mendamprat pembantunya habis-habisan. Mungkin betul kata orang, kalau wanita kurang dapat menyalurkan hasrat seksualnya, cenderung menjadi pemarah. Melihat adegan itu, aku kasihan juga melihat si gadis pembantu itu. Tetapi entah mengapa justru hasrat birahiku semakin timbul melihat Susan yang sepertinya lemah lembut dapat bersikap galak seperti itu.</span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Dasar bedinde.. Verveillen!!" Susan masih terus berkacak pinggang memaki-maki pembantunya. Dengan tubuh yang putih bersih dan tinggi, kontras sekali melihat Susan berdiri di depan pembantunya yang kecil dan hitam.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Ampun non.. Nggak akan lagi non.."</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Oh Pak Robert.." kata Susan ketika sadar aku berada di pintu dapur. Diturunkannya tangan dari pinggangnya dan beranjak ke arahku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Sedang sibuk ya?" godaku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Iya nih sedang kasih pelajaran ik punya pembantu" jawabnya sambil tersenyum manis.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Yuk kita kembali" lanjutnya.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kamipun kembali ke ruang keluarga. Kulihat Santi masih menonton adegan di layar sementara Pak Harry mengelus-elus pahanya. Aku dan Susanpun langsung berciuman begitu duduk di sofa. Aku melakukan "french kiss" dan Susanpun menyambut penuh gairah.</span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kutelusuri lehernya yang jenjang sambil tanganku meremas buah dadanya yang membusung padat. Susanpun melenguh kenikmatan. Tangannya meremas-remas kemaluanku. Dia kemudian jongkok di depanku yang masih duduk di sofa, sambil membuka celanaku. Celana dalamku dielusnya perlahan sambil menatapku menggoda. Kemudian disibakkannya celana dalamku ke samping sehingga kemaluankupun mencuat keluar.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Oh..my god.. Bener kata Santi.. Very big.. I like it.." katanya sambil menjilat kepala kemaluanku.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kemudian dibukanya celana dalamku, sehingga kemaluankupun bebas tanpa ada penghalang sedikitpun di depan wajahnya. Dielus-elusnya seluruh kemaluan termasuk buah zakarku dengan tangannya yang halus. Tingkah lakunya seperti anak kecil yang baru mendapat mainan baru.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Kemaluankupun mulai dihisap mulut Susan dengan rakus. Sambil mengulum dan menjilati kemaluanku, Susan mengerang,emmhh.. emhh, seperti seseorang yang sedang memakan sesuatu yang sangat nikmat. Kuelus-elus rambutnya yang hitam dan diikat ke belakang itu.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sambil menikmati permainan oral Susan, kulihat suaminya sedang mendapat handjob dari Santi. Tampak Santi mengocok kemaluan Pak Harry dengan cepat, dan tak lama terdengar erangan nikmat Pak Harry saat dia mencapai orgasmenya. Santipun kemudian meninggalkan Pak Harry, mungkin dia pergi ke toilet untuk membersihkan tangannya.</span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sementara itu Susan masih dengan bernafsu menikmati kemaluanku yang besar. Memang kalau kubandingkan dengan kemaluan suaminya, ukurannya jauh berbeda. Apalagi setelah dia mengalami orgasme, tampak kemaluan Pak Harry sangat kecil dan tertutup oleh lemak perutnya yang buncit itu. Tak heran bila istrinya sangat menikmati kemaluanku.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Tak lama Santipun kembali muncul di ruang itu, dan menghampiriku. Susan masih berjongkok di depanku sambil mempermainkan lidahnya di batang kemaluanku. Santi duduk di sampingku dan mulai menciumiku. Dibukanya bajuku dan puting dadakupun dihisapnya. Nikmat sekali rasanya dihisap oleh dua wanita cantik istri orang ini. Seorang di atas yang lainnya di bawah. Sementara Pak Harry tampak menikmati pemandangan ini sambil berusaha membangkitkan kembali senjatanya yang sudah loyo.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kuangkat baju Santi dan juga BHnya, sehingga buah dadanya menantang di depan wajahku. Langsung kuhisap dan kujilati putingnya. Sementara tanganku yang satu meremas buah dadanya yang lain. Sementara Susan masih mengulum dan menjilati kemaluanku.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Setelah puas bermain dengan kemaluanku, Susan kemudian berdiri. Dia kemudian melepaskan pakaiannya hingga hanya kalung berlian dan hak tingginya saja yang masih melekat di tubuhnya. Buah dadanya besar dan padat menjulang, dengan puting yang kecil berwarna merah muda. Aku terkagum dibuatnya, sehingga kuhentikan kegiatanku menghisapi buah dada Santi. Susan kemudian menghampiriku dan kamipun berciuman kembali dengan bergairah.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Ayo isap susu ik " pintanya sambil menyorongkan buah dada sebelah kanannya ke mulutku. Tak perlu dikomando lagi langsung kuterkam buah dadanya yang kenyal itu. Kuremas, kuhisap dan kujilati sepuasnya. Susanpun mengerang kenikmatan.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Setelah itu, dia kembali berdiri dan kemudian berbalik membelakangiku. Diapun jongkok sambil mengarahkan kemaluanku ke dalam vaginanya yang berambut tipis itu. Kamipun bersetubuh dengan tubuhnya duduk di atas kemaluanku menghadap suaminya yang masih berusaha membangunkan perkakasnya kembali. Kutarik tubuhnya agak kebelakang sehingga aku dapat menciumi kembali bibirnya dan wajahnya yang cantik itu.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Eh.. Eh.. Eh.." dengus Susan setiap kali aku menyodokkan kemaluanku ke dalam vaginanya. Aku terus menyetubuhinya sambil meremas-remas buah dadanya dan sesekali menjilati dan menciumi pundaknya yang mulus.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Sementara itu Santi bersimpuh di ujung sofa sambil meraba-raba buah zakarku, sementara aku sedang menyetubuhi Susan. Terkadang dikeluarkannya kemaluanku dari vagina Susan untuk kemudian dikulumnya. Setelah itu Santi memasukkan kembali kemaluanku ke dalam liang surga Susan.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Setelah beberapa menit, aku berdiri dan kuminta Susan untuk menungging di sofa. Aku ingin menggenjot dia dari belakang. Kusetubuhi dia "doggy-style" sampai kalung berlian dan buah dadanya yang besar bergoyang-goyang menggemaskan. Kadang kukeluarkan kemaluanku dan kusodorkan ke mulut Santi yang dengan lahap menjilati dan mengulumnya. Benar-benar nikmat rasanya menyetubuhi dua wanita cantik ini.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Ahh.. Yes.. Yes.. Aha.. Aha.. That's right.. Aha.. Aha.." begitu erangan Susan menahan rasa nikmat yang menjalari tubuhnya. Hal itu menambah suasana erotis di ruangan itu.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sementara Pak Harry rupanya telah berhasil membangunkan senjatanya. Dihampirinya Santi dan ditariknya menuju sofa yang lain di ruangan itu. Santipun mau tak mau mengikuti kemauannya. Memang sudah perjanjian bahwa aku bisa menikmati istrinya sedangkan Pak Harry bisa menikmati "istriku".</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Sementara itu, aku masih menggenjot Susan secara doggy-style. Sesekali kuremas buah dadanya yang berayun-ayun akibat dorongan tubuhku. Kulihat Pak Harry tampak bernafsu sekali menyetubuhi Santi dengan gaya missionary. Tak beberapa lama kudengar erangan Pak Harry. Rupanya dia sudah mencapai orgasme yang kedua kalinya.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Santipun tampak kembali pergi meninggalkan ruangan. Sementara aku masih menyetubuhi Susan dari belakang sambil berkacak pinggang. Setelah itu kubalikkan badannya dan kusetubuhi dia lagi, kali ini dari depan. Sesekali kuciumi wajah dan buah dadanya, sambil terus kugenjot vaginanya yang sempit itu.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"Ohh.. Aha.. Aha.. Ohh god.. I love your big cock.." Susan terus meracau kenikmatan.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Tak lamapun tubuhnya mengejang dan dia menjerit melepaskan segala beban birahinya. Akupun sudah hampir orgasme. Aku berdiri di depannya dan kusuruh dia menghisap kemaluanku kembali. Sementara, aku lirik ke arah Pak Harry, dia sedang memperhatikan istrinya mengulumi kemaluanku. Kuremas rambut Susan dengan tangan kiriku, dan aku berkacak pinggang dengan tangan kananku.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tak lama akupun menyemburkan cairan ejakulasiku ke mulut Susan. Diapun menelan spermaku itu, walaupun sebagian menetes mengenai kalung berliannya. Diapun menjilati bersih kemaluanku.</span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Thanks Robert.. I really enjoyed it" katanya sambil membersihkan bekas spermaku di dadanya.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"No problem Susan.. I enjoyed it too.. Very much" balasku.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Setelah itu, kamipun kembali mengobrol beberapa saat sambil menikmati desert yang disediakan. Kamipun berjanji untuk melakukannya lagi dalam waktu dekat.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Dalam perjalanan pulang, Santi tampak kesal. Dia diam saja di dalam mobil. Akupun tidak begitu menghiraukannya karena aku sangat puas dengan pengalamanku tadi. Akupun bersenandung kecil mengikuti alunan suara Al Jarreau di tape mobilku.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"We're in this love together.."</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Kenapa sih sayang?" tanyaku ketika kami telah sampai di depan rumahnya.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Pokoknya Santi nggak mau lagi deh" katanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Habis Santi nggak suka sama Pak Harry. Udah gitu mainnya cepet banget. Santi nanggung nih."</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Akupun tertawa geli mendengarnya.</span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Kok ketawa sih Pak Robert.. Ayo.. Tolongin Santi dong.. Santi belum puas.. Tadi Santi horny banget lihat bapak sama Susan make love" rengeknya.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">"Wah sudah malam nih.. Besok aja ya.. Lagian saya ada janji sama orang".</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Ah.. Pak Robert jahat.." kata Santi merengut manja.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Besok khan masih ada sayang" hiburku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Tapi janji besok datang ya.." rengeknya lagi saat keluar dari mobilku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"OK so pasti deh.. Bye"</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sebenarnya aku tidak ada janji dengan siapa-siapa lagi malam itu. Hanya saja aku segan memakai Santi setelah dia disetubuhi Pak Harry tadi. Setidak-tidaknya dia harus bersih-bersih dulu.. He.. He.. Mungkin besok pagi saja aku akan menikmatinya kembali, karena Pak Arief toh masih beberapa hari lagi di luar negeri.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Kukebut mobilku mengarungi jalan tol di dalam kota. Semoga saja aku masih dapat melihat film bagus tayangan HBO di TV nanti.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"></span></span><br />
<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; font-size: xx-small;"><i>source : rumahseks.blogspot.com</i></span></span></span></div></div><div style="color: black; line-height: normal; text-align: justify;"></div></div>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-15549627610860617892011-11-12T22:28:00.000-08:002011-11-13T08:23:31.694-08:00Aku Puas Sekali Hari Ini<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku (sebut saja Aswin), umur hanpir 40 tahun, postur tubuh biasa saja, seperti rata-rata orang Indonesia, tinggi 168 cm, berat 58 kg, wajah lumayan (kata ibuku), kulit agak kuning, seorang suami dan bapak satu anak kelas satu Sekolah Dasar. Selamat mengikuti pengalamanku.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Cerita yang aku paparkan berikut ini terjadi hari Senin. Hari itu aku berangkat kerja naik bis kota (kadang-kadang aku bawa mobil sendiri). Seperti hari Senin pada umumnya bis kota terasa sulit. Entah karena armada bis yang berkurang, atau karena setiap Senin orang jarang membolos dan berangkat serentak pagi-pagi. Setelah hampir satu jam berlari ke sana ke mari, akhirnya aku mendapatkan bis.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Dengan nafas ngos-ngosan dan mata kesana kemari, akhirnya aku mendapat tempat duduk di bangku dua yang sudah terisi seorang wanita. Kuhempaskan pantat dan kubuang nafas pertanda kelegaanku mendapatkan tempat duduk, setelah sebelumnya aku menganggukkan kepala pada teman dudukku. Karena lalu lintas macet dan aku lupa tidak membawa bacaan, untuk mengisi waktu dari pada bengong, aku ingin menegur wanita di sebelahku, tapi keberanianku tidak cukup dan kesempatan belum ada, karena dia lebih banyak melihat ke luar jendela atau sesekali menunduk.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Tiba-tiba ia menoleh ke arahku sambil melirik jam tangannya.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Mmacet sekali ya?" katanya yang tentu ditujukan kepadaku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Biasa Mbak, setiap Senin begini. Mau kemana?" sambutku sekaligus membuka percakapan.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Oh ya. Saya dari Cikampek, habis bermalam di rumah orang tua dan mau pulang ke Pondok Indah," jawabnya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Belum sempat aku buka mulut, ia sudah melanjutkan pembicaraan,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Kerja dimana Mas?"</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Daerah Sudirman," jawabku.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Obrolan terus berlanjut sambil sesekali aku perhatikan wajahnya. Bibirnya tipis, pipinya halus, dan rambutnya berombak. Sedikit ke bawah, dadanya tampak menonjol, kenyal menantang. Aku menelan ludah. Kuperhatikan jarinya yang sedang memegang tempat duduk di depan kami, lentik, bersih terawat dan tidak ada yang dibiarkan tumbuh panjang. Dari obrolannya keketahui ia (sebut saja Mamah) seorang wanita yang kawin muda dengan seorang duda beranak tiga dimana anak pertamanya umurnya hanya dua tahun lebih muda darinya. Masa remajanya tidak sempat pacaran. Karena waktu masih sekolah tidak boleh pacaran, dan setelah lulus dipaksa kawin dengan seorang duda oleh orang tuanya. Sambil bercerita, kadang berbisik ke telingaku yang otomatis dadanya yang keras meneyentuh lengan kiriku dan di dadaku terasa seer! Sesekali ia memegangi lenganku sambil terus cerita tentang dirinya dan keluarganya. "Pacaran asyik ya Mas?" tanyanya sambil memandangiku dan mempererat genggaman ke lenganku. Lalu, karena genggaman dan gesekan gunung kembar di lengan kiriku, otakku mulai berpikiran jorok. "Kepingin ya?" jawabku berbisik sambil mendekatkan mulutku ke telinganya. Ia tidak menjawab, tapi mencubit pahaku.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Tanpa terasa bis sudah memasuki terminal Blok M, berarti kantorku sudah terlewatkan. Kami turun. Aku bawakan tasnya yang berisi pakaian menuju kafetaria untuk minum dan meneruskan obrolan yang terputus. Kami memesan teh botol dan nasi goreng. Kebetulan aku belum sarapan dan lapar. Sambil menikmati nasi goreng hangat dan telor matasapi, akhirnya kami sepakat mencari hotel. Setelah menelepon kantor untuk minta cuti sehari, kami berangkat.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sesampai di kamar hotel, aku langsung mengunci pintu dan menutup rapat kain horden jendela. Kupastikan tak terlihat siapapun. Lalu kulepas sepatu dan menghempaskan badan di kasur yang empuk. Kulihat si Mamah tak tampak, ia di kamar mandi. Kupandangi langit-langit kamar, dadaku berdetak lebih kencang, pikiranku melayang jauh tak karuan. Senang, takut (kalau-kalau ada yang lihat) terus berganti. Tiba-tiba terdengar suara tanda kamar mandi dibuka. Mamah keluar, sudah tanpa blaser dan sepatunya. Kini tampak di hadapanku pemandangan yang menggetarkan jiwaku. Hanya memakai baju putih tipis tanpa lengan. Tampak jelas di dalamnya BH hitam yang tak mampu menampung isinya, sehingga dua gundukan besar dan kenyal itu membentuk lipatan di tengahnya. Aku hanya bisa memandangi, menarik nafas serta menelan ludah.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Mungkin ia tahu kalau aku terpesona dengan gunung gemburnya. Ia lalu mendekat ke ranjang, melatakkan kedua tangannya ke kasur, mendekatkan mukanya ke mukaku, "Mas.." katanya tanpa melanjutkan kata-katanya, ia merebahkan badan di bantal yang sudah kusiapkan. Aku yang sudah menahan nafsu sejak tadi, langsung mendekatkan bibirku ke bibirnya. Kami larut dalam lumat-lumatan bibir dan lidah tanpa henti. Kadang berguling, sehingga posisi kami bergantian atas-bawah. Kudekap erat dan kuelus punggungnya terasa halus dan harum. Posisi ini kami hentikan atas inisiatifku, karena aku tidak terbiasa ciuman lama seperti ini tanpa dilepas sekalipun. Tampak ia nafsu sekali. Aku melepas bajuku, takut kusut atau terkena lipstik. Kini aku hanya memakai CD. Ia tampak bengong memandangi CD-ku yang menonjol. "Lepas aja bajumu, nanti kusut," kataku. "Malu ah.." katanya. "Kan nggak ada yang lihat. Cuma kita berdua," kataku sambil meraih kancing paling atas di punggungnya. Dia menutup dada dengan kedua tangannya tapi membiarkan aku membuka semua kancing. Kulempar bajunya ke atas meja di dekat ranjang. Kini tinggal BH dan celana panjang yang dia kenakan. Karena malu, akhirnya dia mendekapku erat-erat. Dadaku terasa penuh dan empuk oleh susunya, nafsuku naik lagi satu tingkat, "burung"-ku tambah mengencang.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Dalam posisi begini, aku cium dan jilati leher dan bagian kuping yang tepat di depan bibirku. "Ach.. uh.." hanya itu yang keluar dari mulutnya. Mulai terangsang, pikirku. Setelah puas dengan leher dan kuping kanannya, kepalanya kuangkat dan kupindahkan ke dada kiriku. Kuulangi gerakan jilat leher dan pangkal kuping kirinya, persis yang kulakukan tadi. Kini erangannya semakin sering dan keras. "Mas.. Mas.. geli Mas, enak Mas.." Sambil membelai rambutnya yang sebahu dan harum, kuteruskan elusanku ke bawah, ke tali BH hingga ke pantatnya yang bahenol, naik-turun.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Selanjutnya gerilyaku pindah ke leher depan. Kupandangi lipatan dua gunung yang menggumpal di dadanya. Sengaja aku belum melepas BH, karena aku sangat menikmati wanita yang ber-BH hitam, apalagi susunya besar dan keras seperti ini. Jilatanku kini sampai di lipatan susu itu dan lidahku menguas-nguas di situ sambil sesekali aku gigit lembut. Kudengar ia terus melenguh keenakan. Kini tanganku meraih tali BH, saatnya kulepas, ia mengeluh, "Mas.. jangan, aku malu, soalnya susuku kegedean," sambil kedua tangannya menahan BH yang talinya sudah kelepas. "Coba aku lihat sayang.." Kataku memindahkan kedua tangannya sehingga BH jatuh, dan mataku terpana melihat susu yang kencang dan besar. "Mah.. susumu bagus sekali, aku sukaa banget," pujiku sambil mengelus susu besar menantang itu. Putingnya hitam-kemerahan, sudah keras.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kini aku bisa memainkan gunung kembar sesukaku. Kujilat, kupilin putingnya, kugigit, lalu kugesek-gesek dengan kumisku, Mamah kelojotan, merem melek, "Uh.. uh.. ahh.." Setelah puas di daerah dada, kini tanganku kuturunkan di daerah selangkangan, sementara mulut masih agresif di sana. Kuusap perlahan dari dengkul lalu naik. Kuulangani beberapa kali, Mamah terus mengaduh sambil membuka tutup pahanya. Kadang menjepit tangan nakalku. Semua ini kulakukan tahap demi tahap dengan perlahan. Pertimbanganku, aku akan kasih servis yang tidak terburu-buru, benar-benar kunikmati dengan tujuan agar Mamah punya kesan berbeda dengan yang pernah dialaminya. Kuplorotkan celananya. Mamah sudah telanjang bulat, kedua pahanya dirapatkan. Ekspresi spontan karena malu.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Kupikir dia sama saja denganku, pengalaman pertama dengan orang lain. Aku semakin bernafsu. Berarti di hadapanku bukan perempuan nakal apalagi profesional. Kini jari tengahku mulai mengelus perlahan, turun-naik di bibir vaginanya. Perlahan dan mengambang. Kurasakan di sana sudah mulai basah meski belum becek sekali. Ketika jari tengahku mulai masuk, Mamah mengaduh, "Mas.. Mas.. geli.. enak.. terus..!" Kuraih tangan Mamah ke arah selangkanganku (ini kulakukan karena dia agak pasif. Mungkin terbiasa dengan suami hanya melakukan apa yang diperintahkan saja). "Mas.. keras amat.. Gede amat?" katanya dengan nada manja setelah meraba burungku. "Mas.. Mamah udah nggak tahan nikh, masukin ya..?" pintanya setengah memaksa, karena kini batangku sudah dalam genggamannya dan dia menariknya ke arah vagina. Aku bangkit berdiri dengan dengkul di kasur, sementara Mamah sudah dalam posisi siap tembak, terlentang dan mengangkang. Kupandangi susunya keras tegak menantang.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Ketika kurapatkan "senjataku" ke vaginanya, reflek tangan kirinya menangkap dan kedua kakinya diangkat. "Mas.. pelan-pelan ya.." Sambil memejamkan mata, dibimbingnya burungku masuk ke sarang kenikmatan yang baru saja dikenal. Meski sudah basah, tidak juga langsung bisa amblas masuk. Terasa sempit. Perlahan kumasukkan ujungnya, lalu kutarik lagi. Ini kuulangi hingga empat kali baru bisa masuk ujungnya. "Sret.. sret.." Mamah mengaduh, "Uh.. pelan Mas.. sakit.." Kutarik mundur sedikit lagi, kumasukkan lebih dalam, akhirnya.. "Bles.. bles.." barangku masuk semua. Mamah langsung mendekapku erat-erat sambil berbisik, "Mas.. enak, Mas enak.. enak sekali.. kamu sekarang suamiku.." Begitu berulang-ulang sambil menggoyangkan pinggul, tanpa kumengerti apa maksud kata "suami".</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Mamah tiba-tiba badannya mengejang, kulihat matanya putih, "Aduuh.. Mas.. aku.. enak.. keluaar.." tangannya mencengkeram rambutku. Aku hentikan sementara tarik-tusukku dan kurasakan pijatan otot vaginanya mengurut ujung burungku, sementara kuperhatikan Mamah merasakan hal yang sama, bahkan tampak seperti orang menggigil. Setelah nafasnya tampak tenang, kucabut burungku dari vaginanya, kuambil celana dalamnya yang ada di sisi ranjang, kulap burungku, juga bibir vaginanya. Lantas kutancapkan lagi. Kembali kuulangi kenikmatan tusuk-tarik, kadang aku agak meninggikan posisiku sehingga burungku menggesek-gesek dinding atas vaginanya. Gesekan seperti ini membuat sensasi tersendiri buat Mamah, mungkin senggamanya selama ini tak menyentuh bagian ini. Setiap kali gerakan ini kulakukan, dia langsung teriak, "Enak.. terus, enak terus.. terus.." begitu sambil tangannya mencengkeram bantal dan memejamkan mata. "Aduuhm Mas.. Mamah keluar lagi niikh.." teriaknya yang kusambut dengan mempercepat kocokanku.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Tampak dia sangat puas dan aku merasa perkasa. Memang begitu adanya. Karena kalau di rumah, dengan istri aku tidak seperkasa ini, padahal aku tidak pakai obat atau jamu kuat. Kurasakan ada sesuatu yang luar biasa. Kulirik jam tanganku, hampir satu jam aku lakukan adegan ranjang ini. Akhirnya aku putuskan untuk terus mempercepat kocokanku agar ronde satu ini segera berakhir. Tekan, tarik, posisi pantatku kadang naik kadang turun dengan tujuan agar semua dinding vaginanya tersentung barangku yang masih keras. Kepala penisku terasa senut-senut,</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Mah.. aku mau keluar nikh.." kataku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"He.. eeh.. terus.. Mas, aduuh.. gila.. Mamah juga.. Mas.. terus.. terus.."</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Crot.. crot.." maniku menyemprot beberapa kali, terasa penuh vaginanya dengan maniku dan cairannya. Kami akhiri ronde pertama ini dengan klimaks bareng dan kenikmatan yang belum pernah kurasakan. Satu untukku dan tiga untuk Mamah.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Setelah bersih-bersih badan, istirahat sebentar, minum kopi, dan makan makanan ringan sambil ngobrol tentang keluarganya lebih jauh. Mamah semakin manja dan tampak lebih rileks. Merebahkan kepalanya di pundakku, dan tentu saja gunung kembarnya menyentuh badanku dan tangannya mengusap-usap pahaku akhirnya burungku bangun lagi. Kesempatan ini dipergunakan dengan Mamah. Dia menurunkan kepalanya, dari dadaku, perut, dan akhirnya burungku yang sudah tegang dijilatinya dengan rakus. "Enak Mas.. asin gimana gitu. Aku baru sekali ini ngrasain begini," katanya terus terang. Tampak jelas ia sangat bernafsu, karena nafasnya sudah tidak beraturan. "Ah.." lenguhnya sambil melepas isapannya. Lalu menegakkan badan, berdiri dengan dengkul sebagai tumpuan. Tiba-tiba kepalaku yang sedang menyandar di sisi ranjang direbahkan hingga melitang, lalu Mamah mengangkangiku.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Posisi menjadi dia persis di atas badanku. Aku terlentang dan dia jongkok di atas perutku. Burungku tegak berdiri tepat di bawah selangkangannya. Dengan memejamkan mata, "Mas.. Mamah gak tahaan.." Digenggamnya burungku dengan tangan kirinya, lalu dia menurunkan pantatnya. Kini ujung kemaluanku sudah menyentuh bibir vaginanya. Perlahan dan akhirnya masuk. Dengan posisi ini kurasakan, benar-benar kurasakan kalau barang Mamah masih sempit. Vagina terasa penuh dan terasa gesekan dindingnya. Mungkin karena lendir vaginanya tidak terlalu banyak, aku makin menikmati ronde kedua ini. "Aduuh.. Mas, enak sekali Mas. Aku nggak pernah sepuas ini. Aduuh.. kita suami istri kan?" lalu.. "Aduuh.. Mamah enak Mas.. mau keluar nikh.. aduuh.." katanya sambil meraih tanganku diarahkan ke susunya. Kuelus, lalu kuremas dan kuremas lagi semakin cepat mengikuti, gerakan naik turun pantatnya yang semakin cepat pula menuju orgasme.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Akhirnya Mamah menjerit lagi pertanda klimaks telah dicapai. Dengan posisi aku di bawah, aku lebih santai, jadi tidak terpancing untuk cepat klimaks. Sedangkan Mamah sebaliknya, dia leluasa menggerakkan pantat sesuai keinginannya. Adegan aku di bawah ini berlangsung kurang lebih 30 menit. Dan dalam waktu itu Mamah sempat klimaks dua kali. Sebagai penutup, setelah klimaks dua kali dan tampak kelelahan dengan keringat sekujur tubuhnya, lalu aku rebahkan dia dengan mencopot burungku. Setelah kami masing-masing melap "barang", kumasukkan senjataku ke liang kenikmatannya. Posisinya aku berdiri di samping ranjang. Pantatnya persis di bibir ranjang dan kedua kakinya di pundakku. Aku sudah siap memulai acara penutupan ronde kedua. Kumulai dengan memasukkan burungku secara perlahan. "Uuh.." hanya itu suara yang kudengar. Kumaju-mundurkan, cabut-tekan, burungku. Makin lama makin cepat, lalu perlahan lagi sambil aku ambil nafas, lalu cepat lagi. Begitu naik-turun, diikuti suara Mamah, "Hgh.. hgh.. " seirama dengan pompaanku.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Setiap kali aku tekan mulutnya berbunyi, "Uhgh.." Lama-lama kepala batanganku terasa berdenyut.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Mah.. aku mau keluar nikh.."</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Yah.. pompa lagi.. cepat lagi.. Mamah juga Mas.. Kita bareng ya.. ya.. terus.." Dan akhirnya jeritan..</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">"Aaauh.." menandai klimaksnya, dan kubalas dengan genjotan penutup yang lebih kuat merapat di bibir vagina, "Crot.. crott.." Aku rebah di atas badannya. Adegan ronde ketiga ini kuulangi sekali lagi. Persis seperti ronde kedua tadi.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Pembaca, ini adalah pengalaman yang luar biasa buat saya. Luar biasa karena sebelumnya aku tak pernah merasakan sensasi se-luar biasa dan senikmat ini. Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi, meski aku tahu alamatnya. Kejadian ini membuktikan, seperti yang pernah kubaca, bahwa selingkuh yang paling nikmat dan akan membawa kesan mendalam adalah yang dilakukan sekali saja dengan orang yang sama. Jangan ulangi lagi (dengan orang yang sama), sensasinya atau getarannya akan berkurang. Aku kadang merindukan saat-saat seperti ini. Selingkuh yang aman seperti ini.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"></span></span><br />
<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; font-size: xx-small;"><i>source : rumahseks.blogspot.com</i></span></span></span></div></div><div style="color: black; line-height: normal; text-align: justify;"></div></div>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-40905029946933931822011-11-09T07:48:00.000-08:002011-11-13T08:25:24.952-08:00Mahasiswi Perawan ML Dengan Nikmat<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Waktu itu saya masuk sebuah sekolah akademik diploma 1 tahun di Bandung, dan ternyata semua mahasiswi-mahasiswinya di sini lumayan cakep-cakep juga. Setelah 2 minggu lewat saya mulai akrab dengan semua mahasiswa-mahasiwa sekampus, dan terus terang di jurusan saya (Manajemen Informatika), perempuannya hanya sedikit sekali, dan kampus ini juga baru berdiri jadi belum begitu terkenal.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Setelah tiga minggu belajar di kampus ini, ternyata ada mahasiswi baru yang cantik, putih dan bercahaya, pakaiannya juga biasa-biasa saja tetapi semua laki-laki di kelasku, melongok melihat dia. Yaa ampun, cantik benar nih. Jam mata kuliah pertama selesai dan anak-anak laki-laki di kelasku banyak yang kenalan tapi terus terang hanya saya dan temanku berdua bisa dibilang cool, kami hanya keluar dan makan di kantin. Saya benar-benar belum punya nyali untuk dekat dengan wanita-wanita di kampus waktu itu. Dan dengan si mahasiswi baru itu pun kenalnya sangat lama sekali. Sebut saja nama panggilannya Ani. Saya yang baru memasuki dunia baru di perkuliahan, dan melihat cewek-cewek di kampus pun begitu menggebu-gebu nafsu birahiku. Tapi saya hanya punya pikiran dan perasaan sama si Ani ini, mungkin banyak cowok lainnya berpikiran dan berperasaan begitu juga, tapi saya tidak PD, dan saya itu bisa dibilang pendiam dan rata-rata menurut teman-teman, saya ini punya wajah lumayan ganteng. Yaa.. itu sih menurut teman-temanku.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Waktu perkuliahan pun terus berjalan, dan setelah 3 bulan lebih saya mulai akrab dengan Ani ini dan mulai sering ngobrol (sebelumnya hanya kenal senyum saja, ataupun hanya menanyakan tugas mata kuliah). Dan ternyata Dia ini lagi cuti kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta hukum terkenal di Bandung, tapi saya lupa waktu itu dia semester berapa, yang saya ingat waktu itu saya berumur 19 tahun dan dia berumur 22 tahun. Dan ternyata dia sudah punya pacar. Waduh hatiku lemas, walaupun sudah jarang ketemu tetapi statusnya masih resmi pacaran.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Saat kami berdua ngobrol, dia suka curhat tetapi saya suka mencuri pandangan ke arah buah dadanya yang indah menawan itu. Waduh pokoknya bulat tegap dan sedikit runcing, begitu juga kulitnya tidak satupun bekas goresan luka, hanya putih mulus dan pantatnya bulat menantang. Kalau dilihat dari belakang, waduh.. membuat kemaluan saya berdiri tegap dan ingin kuremas-remas dan ditancap dari belakang. Bayangkan kalau berjalan dia berlenggang-lenggok. Dia memiliki rambut yang indah, hitam dan panjang, berhidung mancung, berbibir tipis, alis dan bulu mata yang lentik (tapi seperti cewek bule). Dan memang cewek ini anak seorang yang kaya raya. Dan kami pun menjadi dekat dan akrab, tapi tidak tahu dia itu sukanya bareng dan jalan sama saya saja. Padahal kan banyak teman cewek di kampus itu ataupun cowok yang lain. Yaa.. tapi saya pun sangat senang sekali bisa jalan bareng sama Ani, Dia pun sering mengajak saya main ke rumahnya. Namun itu tidak pernah terjadi, mungkin saya tidak biasa main ke rumah cewek. Dan akhirnya dia ingin main ke rumah saya, waduh saya juga bingung karena saya juga belum pernah kedatangan teman cewek apalagi seperti dia, tapi dia terus memaksa saya.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Suatu hari di kampus, mata kuliah satu sudah selesai dan harus masuk lagi untuk mata kuliah yang kedua, tapi waktunya sore hari, dan ketika sudah selesai mata kuliah satu, kami pun merasa BT kalau di kampus saja, dan Ani memaksa saya untuk main ke rumah saya, katanya ingin tahu tempat tinggal saya dan sekaligus ingin curhat. Ya untungnya rumah saya itu hanya ada saudara saya (karena saya tidak tinggal bersama orang tua) dan rumah itu milik nenek saya. Oleh karena itu kehidupan saya bebas dan saling cuek sama anggota keluarga lainnya di rumah itu. Tidak ada saling curiga atau hal apapun, yang penting tidak saling merugikan satu sama lain.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Kami pun berdua pergi ke rumah saya. Siang bolong, ketika sudah sampai di rumah, Ani saya persilakan masuk ke kamar saya dan ternyata saya tidak grogi atas kedatangan cewek cantik ini. Dan ketika baru mengobrol sebentar lalu dia bicara, Ted panas yaah hawa di Bandung sekarang ini.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Iya nih! sambil kubawakan minuman dingin yang sangat sejuk sekali.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ted.. boleh nggak saya buka baju, kamu jangan malu Ted, saya masih pake pakaian dalam kok, habis panass siihh..</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Waduh memang saya merasa malu waktu itu dan sedikit deg-degan jantungku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Aduuh gimana kamu ini, emang kamu nggak malu sama aku? bantahku.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Tapi kan dia sudah ngomong kalau dia masih memakai pakaian dalam. Kemudian saya keluar kamar sebentar untuk mengambil makanan ringan di lemari es, dan ketika saya memasuki kamar lagi, ya ampun.. pakaian dalam sih pakaian dalam tapi kalau ternyata kalau itu BH yang super tipis dan kelihatan puting susunya. Waduh, saya sangat grogi waktu itu dan saya pun sering memalingkan wajah, tapi tidak dapat dipungkiri, kemaluan saya pun berereksi dan aliran darah saya pun mengalir tidak karuan, apalagi hawa sedang panas-panasnya.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Ayo sekarang kamu mau curhat lagi? kataku.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Nggak sih Ted, saya udah minta putus sama dia (pacarnya-red) dan dia setuju untuk resmi putus.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ya udah.. abis gimana lagi, katanya.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Dalam hatiku, asyik dia sudah putus, dan saya pun berpura-pura bersedih, karena memang kasihan melihat wajahnya sedikit pucat dan sedikit menangis. Dia memelukku sambil sedikit bicara kepadaku, tapi itu lho anuku tidak bisa diam dan semakin panas saja suhu tubuhku. Ketika kuelus rambut dan punggungnya, eh dia menciumku dan kubalas ciumannya dan dia membalas lagi, semakin lama kami berciuman dan dia memasukkan lidahnya ke mulutku. Waduh, ini benar-benar mengasyikan dan terus terang ini adalah pertama kali bagiku. Dan dia pun mengeluarkan suara desahan yang sangat lembut dan sensual, dan dituntunnya tanganku ke buah dadanya, langsung saja kuremas-remas dan BH-nya pun kubuka. Wow, buah dada yang sangat indah, putih, bulat berisi dan mancung serta puting yang bagus, sedikit warna merah di seputar putingnya dan berwarna coklat di puncaknya, sekali-kali kupelentir putingnya dan dia pun mendesah kuat, Ssstthh ha.. hah.. aahh.. okhs Ted, bagus Ted, eenakk, suaranya yang kecil dan merdu. Dia membuka bajuku dan aku kini dibuatnya telanjang, tapi aku hanya pasrah saja, tidak ada rasa malu lagi.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Apa kamu sering melakukan ini sama pacar kamu? kataku.</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Iya Ted, tapi nggak sering.. aaksshh.. kata dia sambil mendesah, tanganku diarahkannya ke liang kemaluannya, dan langsung kuelus-elus sambil lidahku menjilat putingnya yang indah itu. Sedikit-sedikit kuselingi dengan gigitan ringan tepat di puncaknya, dan dia menggeliat keenakan. Dan kemaluannya pun basah. Kubuka celananya dan celana dalamnya secara perlahan.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Oh iya, kami melakukannya di sofa kamarku tepat di depan TV dan stereo-set. Dan kami lagi sedang mendengarkan lagu-lagu rock barat tahun 70-an, ketika kubuka CD-nya, yes.. dia memiliki kemaluan yang bagus, bulu sedikit, dan memang dia masih perawan, dengan pacarnya juga hanya melakukan oral sex. Tetapi saya belum berani untuk menjilat kemaluannya, saya hanya mengesekkan tangan saya ke bibir kemaluannya. Eh ternyata dia turun dari sofa dan menghisap batang kemaluanku, Aaakshh.. hsstt oks! dia menjilati biji pelerku dan dia mengisap kemaluanku lagi sambil dipegang dan dikocoknya. Waduuhh.. enak sekalii akkhhss.. aliran-aliran darahku mengalir dengan serentak dan ingin kumasukkan kemaluanku ke liang kemaluannya, tapi apa dia mau? Beberapa menit kemudian.. Ted, kamu punya barang gede enggak, kecil enggak, panjang enggak and pendek enggak, tapi bener Ted, saya sangat suka kamu punya barang, katanya sambil berdiri dan lubang kemaluannya dihadapkannya ke wajahku aku semakin tidak kuat saja.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Langsung saja kujilat liang kemaluannya. Wah agak bau juga nih, tapi bau yang enak. Semakin lama semakin asyik dan sangat enak, dan dia pun merintih-rintih kecil, Uwuuhh oo.. sstt akhs.. akhs.. akhs.. oohh aahh.. sstth, sambil tubuhnya agak bergerak nggak karuan, mungkin jilatanku belum pintar tapi kulihat dia sedang keasyikan menikmati jilatanku. Lalu dia berdiri dan menarik tubuhku ke lantai. Di situ kami berciuman lagi, entah kenapa aku merasakan sesuatu yang hangat di sekitar liang kemaluannya, kuingin batang kemaluanku dimasukkannya ke lubang kemaluannya. Soalnya aku masih ragu. Tapi saya memberanikan untuk bicara.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">An, kamu masih perawan nggak?</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Iya.. aksshh.. sstt.. sstt aakhs, katanya. Ternyata dugaanku benar.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Tapi sama pacar kamu itu?</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Iya tapi kalau aku sama dia hanya oral aja, kata Ani.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Tapi Ted, gimana kalau kita ini sekarang.. dia tidak melanjutkan pembicaraannya.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Okh.. ookh.. okh.. sstt.. dia mencoba untuk memasukan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya dengan bantuan tangannya. Dengan begitu, aku pun berusaha untuk memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya, dan secara perlahan kugesekkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya dan sedikit demi sedikit kumasukkan kemaluanku, tapi ini hanya sampai kepala aja, dan.. Ooohh aakksshh.. ahh.. ah.. aahh.. oohh.. sset, dia merintih- rintih. Aku terus menggenjot dia.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Ted, ternyata pedih juga, aahh! katanya.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Tapi teruskan saja Ted...</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Kulihat wajahnya memang mengkhawatirkan juga, tapi yang kurasakan adalah kenikmatan, meskipun itu masih tersendat-sendat dan sedikit kehangatan, Ookkhhss.. sstt, aduh nikmatnya, kataku. Dan memang ada sedikit darah di batang kemaluanku dan yes.. semua batang kemaluanku masuk, dan benar-benar nikmat tiada tara, dan hilanglah perawannya dan perjakaku.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Ssstt.. sstt.. desahannya yang merdu dan menggairahkan apalagi didukung oleh kecantikannya dan mulus kulitnya. Dan kami masih melakukan gaya konvensional dan terus kugenjot naik turun, naik turun dan tumben, aku masih kuat dan menahan kenikmatan ini, karena kalau aku sedang onani, tidak selama ini. Di lantai itu kami melakukannya serasa di surga. Assh.. asshh.. aakss.. oohh.. aksh.. sstt, dia menjerit-jerit tapi biarlah kedengaran oleh saudaraku, yang lagi nonton TV di ruang keluarga. Karena pasti suara jeritan Ani ini kedengaran. Terus Ted, aduhh Ted kok enak sih.. aakss ssttss.. katanya sambil merem melek matanya dan bibirnya yang aduhai melongo ke langit dan langsung kujilat lidahnya. Duuhh aahss sstt duh An, aku mau keluar nih! kataku. Uuhhss sstt jangan dulu dong Ted.. bentar lagi aja, katanya. Tapi memang saya waktu itu sudah nggak kuat, ehh ternyata.. Sss oohh akkhhss.. oohh, duh Ted boleh deh sekarang, kamu dikeluarinnya di sini aja, sambil ditunjukanya ke arah payudaranya. Dan.. Creett.. cret.. cret.. crret dan air maniku yang banyak itu menyemprot ke payudaranya dan sekitar lehernya. Selesailah main-main sama Ani, dan waktu pun menunjukan arah jam 5 lebih dan memang kami sudah telat untuk pergi lagi ke kampus memasuki pelajaran Mata Kuliah kedua.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Kami berdua terkulai dan ketiduran di lantai itu dalam keadaan masih telanjang, dan lagu di stereo tape-ku pun sudah lama habis. Bangun-bangun sudah hampir jam 19.00, kami pun bergegas berpakaian dan aku pergi ke kamar mandi untuk mandi, sesudah saya selesai mandi dia juga mandi, dan akhirnya kami pergi jalan-jalan sekalian mencari makan. Kami pergi ke daerah Merdeka dan makan. Sesudah itu kami nonton di Bioskop. Di Bandung Indah Plaza (BIP), lupa lagi waktu itu kami nonton apa. Sesudah selesai nonton Ani tidak mau pulang dia ingin menginap di rumah saya. Waduh celaka juga nih anak, ketagihan atau dia lagi ada masalah dengan keluarga di rumahnya. Setelah kami berbincang-bincang, ternyata dia tinggal tidak bersama orang tuanya, sama seperti saya. Dia tinggal bersama bibinya, dan memang tidak ada perhatian bibinya kepada Ani. Dan kami berdua pulang ke rumah saya dengan membawa makanan ringan, minuman (beer dan Fanta). Sesampainya di rumahku, kami berdua mengobrol lagi sambil menonton TV, dan kusuruh dia tidur duluan, kamipun tidur sambil berpelukan terbuai terbawa oleh mimpi indah kami berdua.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">sejak saat itulah kami resmi berpacaran, dengan begitu makin sering juga kami melakukan perbuatan nikmat seperti yang telah kami lakukan sebelumnya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; font-size: xx-small;"><i>source : rumahseks.blogspot.com</i></span></div></div></div>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-70737266185350841672011-11-09T07:41:00.000-08:002011-11-13T08:29:28.182-08:00Bercumbu Mesra Di Atas Meja Sekolah<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Aku seorang gadis bersekolah di SMA, namaku Shinta. Aku anggota cheerleader PCT. Pada suatu hari, ada pertandingan basket antara anak melawan anak SMA 8 di sekolahku. Aku sebagai anggota tim cheerleader PCT, berpakaian minim, memberi support kepada tim sekolahku ... pada tengah2 pertandingan, salah satu pemain cadangan tim SMA 8 tersenyum padaku .... dia bukannya melihat teman2nya bermain, melainkan memandangiku terus. Ketika babak pertama usai, dia datang menghampiriku, dan kami berkenalan ... sebut saja namanya Indra. Setelah kami berkenalan, lalu kami bercakap2 sebentar di kantin sma.</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Setelah tidak berapa lama ... tiba2 dia berbisik di telingaku, katanya ," Kamu cantik sekali deh Shinta .." sambil matanya tertuju pada belahan dadaku ... mukaku langsung merah ... kaget dan dadaku berdetak kencang. Tiba2 terdengar suara "PRITTTTTTTT....!!!" tanda bahwa babak ke-2 akan dimulai ... aku langsung mengajaknya balik ke lapangan.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Dalam perjalanan ke lapangan, kami melewati kelas2 kosong ... tiba2 dia menarik tanganku masuk ke dalam kelas 3 Fis 1 ... lalu dia langsung menutup pintu ... aku langsung bertanya padanya," ada apa indra ... babak ke-2 udah mau mulai nih ... kamu gak takut dicariin pelatih kamu ??". Dia tidak membalas pertanyaanku, melainkan langsung memelukku dari belakang, dan dia berbisik lagi padaku,"Badan kamu bagus ya sekali ya Shin .." Aaaahhhh. aku tak bisa berbuat apa2 selain berbalik badan dan menatap matanya .... dan tersenyum padanya.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Dia langsung mencium bibirku dan aku yang belum pernah berciuman dengan cowo, tidak bisa berbuat apa2 selain membiarkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Setelah kira2 5 menit bercumbu, mulai tangannya meraba dan meremas dadaku...aku pasrah saja padanya, karena terus terang aku belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini. Tangannya masuk kedalam baju cheers no.3 ku itu, dan mulai memainkan puting payudaraku, lalu dia menyingkapkan bajuku dan memeloroti rokku hingga aku tinggal mengenakan BH dan celana dalam saja.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Lalu ia membuka baju basket dan celananya, sehingga ia hanya mengenakan celana dalam saja. Tampak jelas padaku bahwa "burung"-nya sudah tegang dibaik celana dalamnya. Ia memegang tanganku dan menuntun tanganku kedalam celana dalamnya. Aku merasakan "burung"-nya yang besar dan tegang itu dan ia memintaku untuk meremas-remas burungnya itu. Ia memaksaku untuk membuka celana dalamnya, setelah aku membuka celana dalamnya, tampak jelas burungnya yang sudah ereksi ... besar juga pikirku ... hampir sejengkal tanganku kira2 panjangnya.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Baru sekali itu aku melihat kemaluan cowo secara langsung, biasanya aku hanya meihat dari "Blue" film saja kalau aku diajak nonton bersama teman2 dekatku. Ketika aku masih terpana melihat burungnya, dia melepas BH dan celana dalamku, tentu saja dengan sedikit bantuanku.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Setelah ia menyingkirkan pakaian dalamku, badannya yang tinggi dan atletis layaknya sebagai seorang pemain basket itu, menindih badanku diatas meja kelas dan ia mulai menjilati puting payudaraku sampai aku benar2 menggeliat keeenakan, kurasakan basah pada bibir kemaluanku, aku baru tau bahwa inilah yang akan terjadi padaku kalau aku benar2 terangsang. Lalu tangannya yang kekar itu mulai meraba bibir kemaluanku dan mulai memainkan klitorisku sambil sesekali mencubitnya. Aku yang benar2 terangsang tidak bisa berbuat apa2 selain mendesah dan menggeliat di atas meja.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Cukup lama ia memainkan tangannya pada kemaluanku, lalu ia mulai menjilati bibir bagian bawah kemaluanku dengan nafsunya, tangan kanannya masih memainkan klitorisku. Tak lama aku bertahan pada permainannya itu, kira-kira 5 menit kemudian, aku merasakan darahku naik ke ubun2 dan aku merasakan sesuatu kenikmatan yang amat sangat nikmat, badanku meregang dan aku merasakan cairan hangat mengalir dari liang kemaluanku itu, Indra tanpa ragu menjilati cairan yang keluar sedikit demi sedikit itu dengan nafsunya sampai hanya air liurnya sajalah yang membasahi kemaluanku itu.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Badanku terasa lemas sekali ... lalu Indra duduk di atas pinggir meja dan memandangi wajahku yang sudah basah bermandikan keringat. Ia berkata padaku sambil tersenyum," Kamu tampak cape banget ya Shin ..." Aku hanya tersenyum. Dia mengambil baju basketnya dan mengelap cucuran keringat pada wajahku, aku benar2 kagum padanya, "Baik banget nih cowo" pikirku ... Seperti sudah mengerti, aku jongkok di hadapannya, lalu mulai mengelus ngelus burungnya, sambil sesekali menjilati dan menciuminya, aku juga tak tau bagaimana aku bisa bereaksi seperti itu, yang ada di pikiranku hanya membalas perbuatannya padaku, dan cara yang kulakukan ini pernah kulihat dari salah satu film yang pernah kutonton.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Indra hanya meregankan badannya ke belakang sambil mengeluarkan suara2 yang malah makin membuatku ingin memasukkan burungnya ke dalam mulutku, tak berapa lama kemudian aku memegang pangkal kemaluannya itu dan mulai mengarahkannya masuk kedalam mulutku, terasa benar ujung burungnya itu menyentuh dinding tenggorokanku ketika hampir semua bagian batang kemaluannya masuk kedalam mulutku, lalu aku mulai memainkan burungnya didalam mulutku, terasa benar kemaluanku mulai mengeluarkan cairan basah lagi tanda kalau aku sudah benar2 terangsang padanya.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Kira2 5 menit aku melakukan oral sex pada Indra, tiba2 badan Indra yang sudah basah dengan keringat itu mulai bergoyang goyang keras sambil ia berkata." aaaaarghhh.....aku udah gak tahan lagi nih Shin.. aku mau keluarr..." aku yang tidak benar2 memerhatikan omongannya itu masih saja terus memainkan burungnya, sampai kurasakan cairan hangat kental putih dan rada asin muncrat dari lubang kemaluan Indra, aku langsung mengeluarkan burungnya itu dan seperti kesetanan, aku malah menelan cairan spermanya, dan malah menghisap burungnya sampai cairan spermanya benar2 habis.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Aku duduk sebentar di bangku kelas, dan kuperhatikan Indra yang tiduran di meja sambil mencoba memelankan irama nafasnya yang terengah-engah itu.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Aku hanya tersenyum padanya, lalu Indra bangun dan menghampiriku. Dia juga hanya tersenyum padaku. Cukup lama kami berpandangan dengan keadaan bugil dan basah berkeringat. "Kamu cantik dan baik banget ya Shin" katanya tiba2 aku hanya tertawa kecil dan mulai mencium bibirnya. Indra membalas dengan nafsu sambil memasukkan tangannya kedalam lubang kemaluanku cukup lama kami bercumbu, lalu ia berkata," Shin boleh nggak aku emm itu" "itu apa Ndra ??" tanyaku. "Itu .. masa kamu gak tau sih ??" balasnya lagi.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Sebelum aku menjawab aku merasakan kepala batang kemaluanya sudah menyentuh bibir kemaluanku cresttt creest terasa ada yang terobek dalam kemaluanku dan sedikit darah keluar kemudian indra berkata " shin kamu ternyata masih perawan !!!" aku hanya bisa tersenyum dan merasakan sedikit perihi kemaluanku terasa agak serat waktu setengah kemaluanya masuk ke vaginaku. digerak-gerakan perlahan batang kemaluanya yang besar tapi setelah agak lama entah mengapa rasa sakit itu hilang dan yang ada hanya ada rasa geli, enak dan nikmat ketika indra menggoyangkan badannya maju mundur pelan pelan aku tak tahan lagi seraya mendesah kecil keenakan..kemudian semakin cepat saja indra memainkan jurusnya yang maju mundur sesekali menggoyangnya kekiri kekanan.dan dipuntir- puntir putingku yang pink yang semakin membuatku menggelepar gelepar seperti ikan yang dilempar kedaratan.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Keringat sudah membasahi badan kita berdua aku sadari kalau saat itu tindakan kita berdua bisa saja dipergoki orang tapi aku rasa kemungkinanya kecil karena kelas itu agak terpencil .ahhhh ahhhh ahhh aku mendesah dengan suara kecil karena takut kedengarann orang lain ..kullihat tampang indra yang menutup matanya dan terenggah- engah nafasnya. cukup lama juga indra bermain denganku memang benar kata orang kalau atlit itu kuat dalam bersenggama ..ahhhhh awww..awwww geli dalam lubang kemaluanku tak tertahankan tiba-tiba kurasakan seuatu yang lain yang belum pernah kurasakan, cairan hangat kurasakan muncrat dari dalam vaginaku .oh itu mungkin yang kata orang orgasme pikirku..badanku terasa rileks sekali dan mengejang. ditutup mulutku oleh indrap mungkin ia takut kalu aku mendesah kekerasan.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Meja kelas yang agak tua itu bergoyang goyang karena ulah kita berdua .aku masih merasakan bagimana indra berusaha untuk mencapai puncak organsmenya iya lalu duduk di bangku dan menyuruhku untuk duduk di kemaluan nya .aku menurut saja dan pelan-pelan aku duduk di kemaluannya . Indra memegang pinggulku dan menaik turunkan diriku .aku merasakan belum pernah aku merasakan kenikmatan yg seperti ini .aku mendesah desah dan indra semakin semangat menaik turunkan diriku .lalu badan indra mengejang dan berkata,"shin aku mau keluarrrrrr " sekarang malah giliranku yg semangat memacu gerakan tubuhku agar indra bisa juga mencapai klimaks nya .tapi lama indra mengeluarkan burungnyna dan terdengar ia mendesah panjang, "Ahhhhhh shin ..aku keluar .ku liat air maninya kececeran di lantai dan sebagian ada yg ke meja .lalu kami berdua duduk lemas dengan saling berpandangan. ia berkata, "kamu nyesel yah shin?" aku menggeleng sambil berkata, "ngak koq ndra .sekalian buat pengalaman bagiku ."</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Aku teringat kalo orang orang di luar kelas sangat banyak yg menonton pertandingan lalu aku buru buru mengenakan pakaianku dan menyuruh indra juga untuk memasang pakainnya .sebelum keluar iya bertanya padaku, "shin kapan kita bisa 'begituan' lagi? Dan aku menjawab terserah kamu ndra .tapi nanti setelah pertandingan selesai kamu tunggu aku yah di pintu gerbang lalu nanti kita jalan jalan.." Ia tersenyum dan mengangguk lalu kami berdua keluar kelas dan sengaja berpisah ..</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Begitulah pengalamanku, tak kusadarai ternyata melakukan hubungan seks itu sangatlah nikmat dan aku berniat untuk merasakannya lagi.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; font-size: xx-small;"><i>source : rumahseks.blogspot.com</i></span></div></div><div style="color: black; line-height: normal; text-align: justify;"></div></div>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-37240013468072542992011-11-09T07:39:00.000-08:002011-11-13T08:27:34.869-08:00Si Gina Keenakan Saat Bermain Seks<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Ini cerita kejadian pada waktu aku sedang ada masalah dengan pacarku, namanya Gina, tinggi badannya 160 cm, berat 57 kg, kulit putih bersih, bra 36B. Namaku panggil saja Andi. Pacarku itu sangat seksi karena bokongnya menonjol ke belakang dan pinggangnya kecil jadi kata temanku dia sangat montok.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Masalahnya kami sedang bosan satu sama lain, karena hubungan kami sudah 2 tahun sementara untuk pikiran menikah masih dibahas tidak kunjung selesai karena ada faktor X diantara kami. Untuk menghilangkan kebosanan pada saat kami berhubungan badan dia sering membayangkan yang melakukan hal ini dengan batang kemaluan yang besar dan hot, batang kemaluanku sendiri panjangnya 15 cm dan diameter 2,5 cm, katanya kurang? dan karena saat itu aku sedang sibuk kerja di kantor maka kalau sedang berhubungan badan, biasanya bisa 30 menit di luar pemanasan, pemanasan biasanya 30 menit juga mulai dari atas sampai menjilat liang kemaluan, sekarang pemanasan 15 menit dan hubungan badan 5 menit. Wah, dia protes setiap selesai berhubungan badan, sudah pasti saya keluar duluan sementara dia naik saja belum. Sementara saya juga tidak terpikir untuk menyeleweng dan dia juga menjaga perasaan saya dengan tidak menyeleweng, tapi yang terjadi kami sering berantem kecil-kecilan dan dia kalau diajak berhubungan badan sering malas.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Ceritanya sendiri kami jalan-jalan malam itu kurang lebih jam 9.00 malam berkeliling di daerah Thamrin. Sambil jalan kami membicarakan masalah hubungan badan, dia protes karena kondisiku yang tidak berubah. Dia bicara begini, Andi, aku bosen nih kamu kalau hubungan sekarang cepet banget, kan Gina belum puas, katanya merengek.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Habis aku lagi capai sih.. kataku.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ah, gitu terus alasannya.. katanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Yaa bukan gitu dong.. tapi lagi bener tidak fit, kataku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Tapi aku kan jadi suntuk nih, kepalaku sering nyut-nyutan, aku jadi kepengen banget badanku digerayangin sama cowok lain! Aku pengen gituan yang hot yang lama 2 jam dan batang kemaluannya gede, kata Gina.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Enak kali ya.. sama bule, katanya menyambung.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Memang kamu berani Gin.. kataku sedikit cemburu tapi ada perasaan lain ingin menantang dia.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Yaa, iyalah.. tapi aku kan tidak enak sama kamu, katanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Memang kamu pengen batang kemaluan yang gede dan yang hot? tanyaku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Yaa.. habis kamu kalau hubungan sepertinya sudah tidak full lagi tegangnya dan mana cepet lagi. Pusing aku, tahu! katanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Yaa.. sudah kalau gitu sini kamu tiduran biar tidak pusing.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Kemudian jok kursinya dia mundurkan dan dia rebahan di pangkuanku, tangan kiriku langsung membelai rambutnya.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Terus kupijat kepalanya dan ternyata dia keenakan, lalu merem pelan-pelan. Tanganku turun ke leher, pundak dan ke dadanya. Kuremas perlahan, dia diam saja, kancing bajunya satu persatu kubuka sambil mobil jalan terus berputar di sekitar Monas dan Sabang. Perlahan tanganku meremas buah dadanya ternyata sudah mengeras. Dadanya montok, bentuknya bulat penuh dengan puting berwarna merah jambu. Ketika kusuruh melepas branya, dia langsung membuka kancing branya dan melepas bra tersebut sehingga buah dadanya yang montok itu menantang keluar kedua-duanya karena bajunya sudah kupinggirkan ke samping. Dengan leluasa tangan dan jari-jariku bermain meremas dan memijat pelan putingnya yang telah mengeras.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Akkhh.. desah Gina keenakan.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Mhh.. enak Gin.. tanyaku.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Iyyaa.. desahnya keenakan.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Jari tanganku lalu turun ke bawah mengusap perut dan pusarnya, terus ke bawah membuka kancing celana jeans-nya dan menarik reitsletingnya. Srett.. terbuka sudah dan perlahan jari ini menyentuh bulu-bulu halus di atas bibir kemaluannya. Kemudian kuremas perlahan dan kuusap.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Aakhh.. Andii.. keenakan rupanya dia dan.., Aduuhh, aku pengen batang kemaluan yang gede Ndii.. Wah mulai deh dia ingin berhubungan badan.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Yang lamaa.. yang hot.. akhh.. desah dia keenakan.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Jariku naik turun dari dada ke sekitar liang kemaluannya, dengan perasaan cemburu aku bertanya kepadanya, Kamu mau sama yang gede kayak bule Gin..? tanyaku.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Mauu.. desahnya sambil badannya bergetar.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Wah, kepalang tanggung nih pikiranku jadi kotor.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Kamu pengen yang hot yaa? tanyaku lagi.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Akhh.. aahh iyaa.. katanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ya sudah kamu cari aja.. kataku penasaran ingin membuktikan kepadanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Pikir-pikir dari pada dia main di belakang lebih baik terus terang kalau memang berani.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Ketika di jalan sekitar McDonald, kulihat ada bule sendirian di pinggir jalan sedang berdiri, badannya besar dan tinggi. Aku melihat dia sedang mencari bantuan. Ketika kulihat, dia juga melihat. Setelah sekali putar kulihat dia masih di tempat, sementara jariku sedang merayap di sekitar bibir kemaluan Gina, kemudian mobil kupinggirkan. Ehh, bule itu mendekati mobil kami, Gina tidak tahu kalau kaca jendela kubuka. Dia pikir aku ke pinggir karena capai keliling terus, jadi dia biarkan saja dadanya terbuka dengan putingnya yang mengeras dan bulu-bulu halus yang terlihat dari luar. Bule tersebut mendekat dari sisi pintu Gina dan melihat ke dalam sambil berbicara,</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Maukah anda menolong saya.. ups.. maaf.. katanya sambil terbelalak matanya.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Dia kaget melihat posisi Gina terlihat buah dadanya yang putih mulus keluar dengan puting yang telah mengeras dan bulu halus kemaluan Gina terpampang tepat di wajahnya. Karena badannya menjorok ke dalam pada saat berbicara.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Gina tidak kalah kaget. Lhoo? dia segera bangkit dari tidurnya dan merapikan kemejanya.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Kok kamu tidak bilang kalau ada orang sih.. wajahnya merah karena malu.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Sudah tidak apa-apa.. kataku tersenyum, lalu aku bilang ke bulenya, Maaf, ini pacar saya. Apa yang bisa saya bantu.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Setelah tenang sedikit sambil melihat ke Gina dia bilang, Mobil saya rusak dan tidak ada bantuan, kata si bule.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Mobil saya rusak dan saya sudah minta tolong teman saya tapi teman saya sedang pergi jadi saya tunggu di sini, katanya lagi.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ya sudah, anda masuk saja ke belakang, kataku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ooh ya, terima kasih.. katanya sambil melirik ke arah Gina.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Dia naik dan duduk di belakang. Sementara Gina masih kaget sedikit tapi melihat bule itu ganteng (katanya) dia perlahan protes, Aku kan malu.. katanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Katanya pengen bule, kataku berbisik.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Tapi kan tidak begini dong.. katanya merajuk.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Kulihat dia tidak marah berarti dia juga kemungkinan suka.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Aah ya, saya Andi, kataku bersalaman, Dan ini Gina..</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Sambil tersenyum mereka berdua bersalaman dan terus mengobrol basa-basi dari mana dan seterusnya. Setelah basa-basi selesai lalu dia bilang, Kamu punya body bagus Gin..</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Gina mencubit pahaku, Aku kan maluu..</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Terus aku bilang, Katanya kamu pengen tahu Gin, gedenya seberapa, kataku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Yaa, aku kan cuma.. kata dia tidak meneruskan karena si bule (namanya Chalued) menyeletuk.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Kalau kamu pengen tahu, kamu lihat saja, katanya sambil tersenyum.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Tidak apa-apa kok.. kata si bule.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Aku yang sudah penasaran sejak tadi oleh keinginan Gina terus menimpali, Ya sudah Gin.. kamu ke belakang saja Gin.. kataku.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Aakhh, tidak ahh. Gila kali.. kata Gina tersenyum.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ya tidak, kan cuma lihat saja biar kamu tidak penasaran, kataku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Eeh, si bule bilang mengenai hal tersebut tidak jadi masalah kalau di negaranya (Prancis) di sana mereka sudah bebas kalau suka ya bilang suka.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Kalau kamu penasaran ya lihat saja, katanya tersenyum.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Karena terus diajak bicara dan Gina antusias mendengarnya akhirnya dia mau juga ke belakang.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Lihat saja yaa.. kata Gina tersenyum malu.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Kemudian kujalankan mobil ke jalan Menteng, sementara Chal kulihat segera membuka kancing celananya dan reitsletingnya terus menarik ke bawah celananya. Gina yang duduk di sampingnya melihat keluar jendela sampai Chal mengeluarkan batang kemaluannya yang besar walaupun belum tegang sekali.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Hai.. lihat ini, katanya sambil tangan kirinya memegang batang kemaluannya sendiri dan tangan kanannya memegang tangan kiri Gina.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Gina melihat batang kemaluan bule itu dan terlihat wajahnya menegang terpaku melihat batang kemaluan yang besar berwarna putih dengan kepala batang kemaluan seperti topi baja. Sementara aku menyetir terus dan dapat melihat melalui spion atas kelakuan mereka berdua di belakang.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Kamu lihat ini dan pegang saja! kata Chal.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Wihh takut akhh.. desah Gina dengan suara serak.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Tidak apa-apa biar kamu tidak penasaran lagi, kata Chal.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Gina terpaku melihat batang kemaluan Chal di samping tangannya. Chal mengambil inisiatif, langsung dia mencium pipi Gina perlahan, karena Gina diam saja maka wajah Gina dipegangnya dan.. Gila dia mencium bibir Gina dengan perlahan dan perlahan kulihat Gina membalas ciuman itu dengan membuka bibirnya serta merta Chal melumat bibir itu dan memasukkan lidahnya.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Emmhh.. desah Gina perlahan.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Kamu suka Gin.. bisik Chal di kuping Gina.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Melihat reaksi positif dari Gina, tangan kiri Gina diarahkan untuk memegang batang kemaluan besar yang telah menyembul dari atas celananya. Ternyata Chal sudah melepaskan celananya berikut celana dalamnya sampai di paha. Walaupun belum keras tapi sudah berdiri tegak batang kemaluan itu berikut bijinya yang ditutupi rambut kemaluan. Gina mulai memegang batang kemaluan itu dan ternyata walaupun masih lemas jari telunjuk dan ibu jarinya tidak dapat bersentuhan (membuat bentuk huruf O) membuat Gina penasaran dan melihat secara jelas bentuk batang kemaluan bule tersebut dan mendesah, Aakkhh gedee bangeet.. desahnya dengan suara parau dan wajah memerah.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Wah, kudengar dia sudah birahi, panik juga aku. Kemudian Chal sambil mencium telinga Gina berbisik, Kamu kocokin dong.. desah si bule tidak tahan keenakan.</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Wah sudah lupa mereka berdua, katanya hanya lihat saja, kok minta dipegangi dan dikocok lagi. Eeh, ternyata Gina menuruti permintaan Chal dan perlahan jari-jari tangannya meremas dan mulai mengurut ke atas dan ke bawah dan dalam relatif singkat batang kemaluan bule tersebut berdiri dengan kokohnya di tangan Gina. Panjangnya lebih dari batang kemaluanku atau lebih kurang 22 cm dan diameternya sekitar 4 sampai 5 cm.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Emmhh.. akhh.. desah mereka berdua di jok belakang.</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Makin lama semakin hot saja mereka berdua, sementara tangan Gina terus mengocok kejantanan Chal. Chal pun dengan nafsunya mengulum bibir Gina dan jemarinya dengan cepat membuka kancing kemeja Gina, karena Gina belum mengancingkan semua kancingnya (sengaja barangkali) maka kemeja tersebut dengan cepat terbuka semua dan dengan sigap tangan dan jari Chal langsung meremas susu Gina yang ternyata telah mengeras dan menonjol.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Akhh enak Chal.. desah Gina menggelinjang. Baju itu disingkirkan ke samping dan begitu bibir Gina dilepas ciumannya maka mulut Chal langsung mendekat ke dada Gina sambil terus meremas perlahan. Puting Gina dihisap sambil dijilat, gundukan daging dada berganti-ganti sehingga, Akhh.. uuff.. erang Gina keenakan. Wajah Gina sudah menengadah ke atas dengan posisi pasrah, sementara tangan kirinya terus mengocok batang kemaluan Chal yang besar dan penuh digenggamannya dengan makin cepat, kadang-kadang diremas batang kemaluan itu dengan kuat tanda dia sudah tidak tahan karena rangsangan yang ada pada sekujur tubuhnya dan bergetar badannya.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Ooohh.. Anndii.. desahnya keenakan lupa kalau yang sedang bersamanya itu si Chal. Tangan kanan Gina menekan kepala Chal ke dadanya sementara tangan kirinya sudah tidak beraturan mengocok batang kemaluan besar dan menariknya ke atas seakan-akan ingin digesekkan atau dimasukkan ke dalam liang kemaluannya sendiri dan seakan-akan memaksa untuk segera dituntaskan semuanya.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Chal menyadari yang diminta Gina dan tangan kiri Chal segera membuka kancing celana Gina dan menarik ke bawah reitsleting celana Gina. Tahu atau pura-pura tidak tahu Gina membiarkan tangan itu membuka reitsleting dan dengan mengangkat sedikit pantat Gina tangan Chal itu berhasil meloloskan celana panjang berikut celana dalam Gina yang berwarna hitam tipis terbawa tertarik ke bawah. Celana itu tertarik hingga di tengah paha Gina di atas dengkul Gina sedikit. Tersembul sudah batang paha Gina yang putih mulus dan gundukan kemaluan Gina yang ditutupi oleh rambut kemaluannya yang halus berwarna hitam ikal.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Kamu mulus sekali Ginn.. bisik Chal sambil tangannya mengusap paha jenjang milik Gina.</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Ahh kamuu.. Gina tersenyum keenakan dan mata memerah. Keadaan mereka berdua sudah sama-sama dengan celana yang telah merosot dan posisi celana mereka berdua telah berada di atas dengkul masing-masing. Gina hanya mendesah dan menggelinjangkan pinggulnya sambil merenggangkan paha atasnya ketika jari-jari Chal itu mulai merayap perlahan, mengelus dan menekan sekitar atas kemaluan Gina yang ditumbuhi bulu-bulu halus dan menyebarkan aroma yang khas dari kemaluan Gina. Mereka benar-benar telah tidak memperhatikanku yang membawa mobil dengan perlahan sekali dan terus memperhatikan kelakuan mereka berdua yang sudah seperti orang kepanasan.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Mereka sama-sama mendesah dan mengerang perlahan.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Saya suka sekali wanita Indonesia.. desah Chal.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Wanginya sangat enak sekali, kata Chal sambil mendesah.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Emmhh.. desah Gina sambil mengerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Sementara batang kemaluanku sendiri sudah kukeluarkan sejak tadi dan perlahan kukocok sendiri, Sialan, makiku dalam hati, cemburu tapi enak juga aku melihatnya serasa menonton film BF beneran di depan mata lagi. Jari bule itu mulai menyentuh belahan kemaluan dan mengusap perlahan terus dari atas ke bawah. Belahan kemaluan Gina sudah terlihat basah dan menjadi licin di sekitar belahan tersebut dan semakin lama menyebarkan aroma yang membuat Chal dan aku menjadi makin terangsang. Tangan Gina sudah terlepas dari mengocok batang kemaluan itu dan kedua tangan itu terkulai lemas meremas kepala Chal dan kadang-kadang mengusap punggung Chal dengan sangat merangsang sekali. Chal sabar sekali sementara tangan kiri dan jarinya terus membelai belahan kemaluan Gina, tangan kanannya terlihat meremas buah dada Gina, sementara itu mulutnya menghisap puting Gina yang telah mengeras serta menjilati permukaan dari gundukan buah dada Gina atau mengulum bibir Gina dengan emosi yang teratur.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Kurang lebih 20 menit Chal telah merangsang sekujur tubuh Gina sementara baju Gina telah terlepas membuat dia leluasa menggerayangi sekujur tubuh putih mulus itu. Terlihat Gina tersenyum puas dan memasrahkan diri sepenuhnya untuk diraba dan diremas oleh jari Chal dan Chal pun menciumi seluruh tubuh Gina yang telah polos sampai ke punggung pun dia ciumi dengan penuh gairah. Suatu pemandangan yang eksotik dan luar biasa, kupandangi kekasihku digerayangi dan dilumat habis seluruh badannya dan wajahnya tapi aku tidak cemburu, malah terasa puas dan bernafsu sendiri melihat adegan tersebut.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Sungguh sensasi luar biasa. Gina sudah bugil setengah badan ke atas tanpa sehelai benang pun di tubuh atasnya terlihat tonjolan buah dadanya yang putih bulat penuh mengeras dengan puting merah jambu dan sementara itu celana panjang Gina telah merosot sampai ke bawah dengkulnya sehingga dengan makin leluasa jemari bule tersebut meremas gumpalan daging kemaluan Gina dan jari tengahnya terus menggesek belahan kemaluan tersebut. Chal terus membelai belahan kemaluan Gina tanpa dia berusaha memasukkan jari tengah tersebut ke dalam kemaluan Gina yang telah terpampang dengan pasrah. Sementara Gina telah dalam posisi setengah rebahan dengan kaki terbuka atau bisa disebut mengangkangkan kakinya.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Chal melihat Gina sudah pasrah dan seluruh badannya bergetar seperti menahan sesuatu segera merubah posisi badannya menghadap ke Gina. Dia berlutut di depan Gina yang telah mengangkangkan kakinya sehingga posisi badannya sekarang telah berada di antara kedua kaki Gina yang mengangkang lebar dan lubang kemaluannya yang telah terlihat jelas telah basah. Karena posisi yang sempit di belakang mobil maka Chal mendorong dan melipat kursi di sampingku ke depan.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Wah aku takut juga kalau sampai batang kemaluan Chal yang panjang dan besar itu telah siap-siap mengarahkan ke belahan kemaluan Gina yang telah menantikan dengan mata terpejam dan mulut yang terbuka dengan desahan, Jangan Chal.. desah Gina.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Takuut.. erang Gina.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Tidak apa-apa.. sakitnya hanya sebentar, desah Chal sambil mengambil posisi sementara tangannya terus merayap di sekujur tubuh Gina.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Tapi aku takut tidak muaat.. nanti kemaluanku robeek.. kata Gina sambil ketakutan melihat batang kemaluan Chal yang benar-benar luar biasa besarnya telah berada di depan permukaan kemaluannya.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Kamu harus mencobanya Gin.. pelan-pelan saja.. desah Chal sambil mulai mengarahkan batang kemaluannya ke lubang kemaluan Gina yang telah terbuka sedikit akibat jari-jari Chal yang terus membelai belahan kemaluan Gina. Rupanya Gina benar-benar takut dan membuatku juga ketakutan. Wah, bahaya nih kalau sampai ada apa-apa aku juga yang ketimpa pulungnya, kami berdua juga nanti menanggung resikonya. Mobil segera kupinggirkan di sisi jalan yang agak gelap dan kuhentikan secara perlahan. Setelah kurasa aman di sekitar jalan aku segera membalikkan tubuhku ke belakang untuk melihat lebih jelas lagi.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Kamu jangan takut, saya tempelkan saja dahulu batang kemaluan ini sampai kamu nanti mau.. kata Chal merayu sambil lidahnya menjilati sekitar kuping Gina. Gina yang keenakan lalu membiarkan Chal melanjutkan aksinya, dengan menjepit pinggang Chal dengan kedua kakinya, Gina melihat batang kemaluan Chal yang besar itu ditempelkan tepat di belahan kemaluan Gina yang telah basah hanya setengah ke bawah menempel tepat di lubang kemaluan Gina sedangkan setengah lagi berada di atas belahan Gina, Gina merasa dengan posisi yang aman menerima kuluman Chal dan merasakan batang kemaluan besar milik Chal mulai secara perlahan menggeser di belahan kemaluannya.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Oohh.. Chal.. enaakk.. emmhh.. erang Gina.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Uuuff.. desah Chal keenakan.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Yaa enakk Gin.. kata Chal.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Teruss digeseek dan ditekan Chal.. pinta Gina.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ya sayang.. kata Chal mulai mempercepat gesekan di belahan kemaluan Gina. Dengan cara naik turun posisi badan Chal terlihat seperti ingin naik dan tidak.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Tekan teruuss Chal.. erang Gina yang makin lama semakin keenakan.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Enaakk.. oohh.. puasin aku Chal.. ahkk.. desah Gina dengan suara yang telah parau.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Posisi kaki Gina telah mengangkang dengan lebar membuat Chal lebih leluasa menggerakkan badannya kadang naik-turun dan kadang mendorongkan batang kemaluannya ke depan sehingga lebih menekan belahan kemaluan Gina. Kulihat kemaluan Gina telah terbelah bibir kemaluannya karena tekanan batang kemaluan Chal yang terus bergerak menekan belahan bibir kemaluan Gina, sementara terlihat batang kemaluan Chal mulai mengambil posisi setengah ke atas, batangnya yang menggeser belahan bibir kemaluan Gina dengan sedikit tekanan yang terus menerus. Kepala batang kemaluan Chal mulai secara beraturan menyentuh dan mendorong klitoris Gina yang telah terbuka.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Aahh.. aduuhh.. ennaakk.. sshh, desah Gina sementara tangan Gina telah berada di belakang punggung Chal dan sambil menekan pantat Chal, Gina membetulkan arah gerakan batang kemaluan Chal yang terus berusaha mendobrak klitoris Gina.</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Emh.. uff.. erang Chal menahan sesuatu. Aku tahu dia sudah ingin menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan Gina tapi kerena Gina tidak mengatakannya dia berusaha menahan keinginannya yang telah di kepalanya.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Chal.. Chal.. eeng.. Gina bergumam, aku tahu kalau Gina telah siap dimasuki oleh batang kemaluan besar itu. Terlihat tangan Gina gerakannya sekarang mendorong dan menarik pantat Chal sedangkan posisi kepala batang kemaluan Chal telah terbenam melewati klitoris Gina. Terlihat batang kemaluan itu mulai bergerak mengikuti arahan Gina mencoba untuk terus menerobos liang kemaluan Gina yang terasa sempit sekali untuk ukuran batang kemaluan sebesar Chal. Kepala Gina sudah menengadah ke atas dengan mata terbelalak tinggal putihnya, sementara mulutnya terbuka mengerang, Ahhkk.. sakiitt.. ahh.. Chal menahan aksinya dengan mulai menarik kepala batang kemaluannya yang telah terbenam di dalam kemaluan Gina. Dia melihat Gina dan ada perasaan sedikit takut dan ragu untuk meneruskan aksinya.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Ginaa.. Ginnaa.. akhh, desah Chal meminta kepastian kesiapan Gina apakah seluruh batang kemaluannya dapat menerobos masuk ke dalam kemaluan Gina. Tapi Gina sudah tidak dapat berkata-kata karena mulutnya hanya dapat menganga terbuka.</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Ekhh.. akkhh.. oohkk, dengan keraguan Chal terus melanjutkan aksinya dengan posisi sama seperti sebelumnya. Terlihat batang kemaluan Chal terus berusaha menekan lubang kemaluan Gina dengan kepala batang kemaluannya yang besar itu, tapi dia menarik kembali ketika Gina mulai seperti orang tercekik dan mulutnya yang mengerang kesakitan.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Uuff.. uff.. uuff.. desah Chal sambil terus memajukan dan menarik pantatnya dan makin lama semakin cepat dan terlihat begitu liar gerakan keduanya. Kepala batang kemaluan Chal terus menekan klitoris Gina berulang-ulang kadang masuk kadang di luar bibir kemaluan. Akhh.. akhh.. akhh.. engg.. engg.. aakhh.. eengg.. Gina mencengkeram pantat Chal kuat-kuat dan akibat sundulan kepala batang kemaluan, Oohh.. akuu.. keluaarr.. Chal.. uuff.. aahh.. enaak.. erang Gina kelonjotan dan bergetar seluruh badan Gina di dalam pelukan Chal. Chal merasakan siraman air hangat dari dalam lubang kemaluan Gina yang terus mengalir membasahi batang dan kepala batang kemaluannya, membuat batang kemaluan itu menjadi mengkilap dan basah.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Kamuu.. keluar Giinn.. sayaa.. jugaa mauu.. uuff.. uuff.. aahh.. aahh.. desah Chal dengan nafas berirama, nafasnya terdengar keras.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Eeennakk.. oohh akuu.. puaass, Gina terus mengerang karena terus merasakan sundulan kepala batang kemaluan Chal di dalam kemaluan dan gesekan batang kemaluan Chal di bibir dan dinding luar kemaluannya. Ternyata hanya sebatas leher kepala batang kemaluan Chal yang dapat terbenam di dalam lubang kemaluan Gina dan terasa terus menggesek dinding kemaluan Gina terus menerus.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Teruss.. Chal.. tekan teruuss.. oohh.. oohh.. benar enak.. ahh.. Gina tersenyum puas melihat Chal masih terus berusaha memberikan rangsangan di sekitar dinding kemaluannya. Chal melihat Gina tersenyum dan ikut tersenyum puas.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Kamu puass.. Gin.. enak.. kan.. senyum Chal sambil menjilat bibirnya sendiri dengan lidahnya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Biar kamuu.. puaas Ginn.. kata Chal sambil terus menghujamkan sepertiga batang kemaluannya ke dalam liang kemaluan Gina.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Terdengar bunyi, Sleepp.. ahhkk.. sleepp.. brreet.. rupanya kemaluan Gina terus semakin basah dan semakin licin untuk batang kemaluan Chal yang terjepit di lubang kemaluan Gina.</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Gilaa.. kamuu rapat sekali lubangnya.. uuffhh.. susah.. Ginn.. untuk masuk.. Chal penasaran sekali dengan kemaluan Gina yang terlalu sempit. Gila memang, batang kemaluan Chal yang besar itu berhasil menggelosor keluar masuk di lubang kemaluan Gina, posisi Gina sudah ditindih oleh badan Chal. Kulihat mereka berdua telah telanjang bulat saling merapatkan dan menggesekkan badannya. Sementara kulihat juga pantat Chal melakukan irama naik turun dan kadang diselingi gerakan mendorong dan menarik.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Benar-benar membuat penasaran karena gerakan Chal, aku merubah posisi duduk ke belakang mereka, tanpa mereka sadari aku melihat dengan jelas batang kemaluan Chal yang besar dan panjang itu sebagian telah keluar masuk di dalam kemaluan Gina, sementara gerakan mereka makin lama semakin lincah karena kemaluan Gina terus mengeluarkan cairan yang membuat batang kemaluan Chal terus dapat menerobos dinding kemaluan Gina.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Aakkhh.. uuff.. eennak.. aahh.. teruuss.. tekan.. sayang.. aahh.. ngg.. aku mau batang kemaluan gedee.. ahh enaak ngentot.. Gina kelojotan dihujami batang kemaluan bule walaupun belum semua batang kemaluan Chal masuk menembus kemaluan Gina. Tangan Gina terus memberikan remasan di pantat Chal dan kadang menekan pantat itu ke bawah.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Kamuu kuat.. Ginaa.. kemaluan kamu masih sempit.. sayang.. oohh.. nikmatnya.. kemaluan.. kamuu.. enak.. adduuhh batang kemaluan sayaa.. dijepit aah enak.. haa.. haa.. mhh.. ennak.. Chal tersenyum melihat Gina merem-melek keenakan. Sleep.. poof.. sleep.. poof.. breett.. aahh.. sleep.. breet.. breet.. gerakan pantatnya menekan dua kali dan memutar dua kali pada saat posisinya menekan, terlihat pantatnya kempes memberikan tekanan agar batang kemaluannya lebih masuk lagi ke dalam kemaluan Gina setelah 2 sampai 3 kali menekan batang kemaluannya ke dalam pada saat menekan terakhir, pantat Chal memutar ke kiri dua dan ke kanan dua kali.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Gila, Gina sudah tidak sempat lagi bergerak, posisinya hanya mengangkangkan kakinya lebar-lebar terlihat jari-jari kakinya menegang dan tangannya hanya dapat memegang punggung Chal dan sekali menjambak rambut Chal kadang-kadang seperti orang kehilangan pegangan menggapai-gapai mencari pegangan. Sementara nafasnya terdengar tidak beraturan yang ada hanya lenguhan dan lenguhan disertai erangan panjang.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Dengan gerakan itu Chal telah melakukan gerakan menghujamkan kemaluan Gina yang tadinya hanya menggesek-gesek bibir kemaluan Gina, sekarang batang kemaluannya telah masuk menembus dinding kemaluan Gina yang sempit dan basah. Terlihat bibir kemaluan Gina tertarik keluar dan terdorong masuk mengikuti gerakan batang kemaluan Chal, tiga puluh menit mereka berdua saling menerima dan memberikan kepuasan. Terlihat keringat telah membasahi badan mereka berdua.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Kamuu berbalik Gina.. desah Chal, lalu Chal menarik batang kemaluannya, terdengar bunyi Plooff.. dan Gina mengambil posisi menunggingkan pantatnya (gaya anjing) dengan satu kaki di atas jok dan satu kaki di karpet mobil sementara tangannya memegang sandaran jok belakang ini, posisi yang disukai bule dan tentunya kami juga. Melihat bibir kemaluan Gina dengan jelas telah terbuka sehingga terlihat cairan di pinggiran kemaluan Gina yang telah banyak mengeluarkan air kewanitaannya. Sementara klitorisnya terus bergerak mencari sesuatu untuk digesekkan, Chal mengambil posisi tepat di belakang pantat Gina setelah lima kali meremas bongkahan daging pantat Gina dengan remasan penuh nafsu. Sekali menguakkan kemaluan Gina dengan jarinya terlihat daging dalam kemaluan Gina yang berwarna merah karena terlalu lama digesekkan batang kemaluan Chal. Dengan sedikit demi sedikit Chal mulai menempelkan kepala batang kemaluannya dibelahan kemaluan Gina dan terus menggesekkan kepala batang kemaluan tersebut ke atas dan ke bawah belahan kemaluan Gina.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Aahh.. ennaak.. Chal.. desah Gina terpejam.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Nikmatnya batang kemaluan kamuu.. enak.. Chal.. setelah delapan gesekan naik turun Gina mendesah.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Masukin Chal.. aku mau ngentot.. yang enak.. aahhk, dengan sedikit hentakan kepala batang kemaluan Chal mulai menerobos dinding kemaluan Gina. Perlahan melakukan gerakan maju mundur dan makin lama semakin terasa gerakan pantat Chal. Terlihat mulai membuat batang kemaluan Chal sebagian tenggelam di dalam kemaluan Gina.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ahhk.. aakhh.. uuff.. ahkk.. enaak.. aahh.. oohhkk.. yaa.. teruus.. akhh.. haak! haak! hak! Chal terlihat mengeram dengan nafas yang memburu begitu juga Gina.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ookk.. yak.. yak.. Chal mulai dengan gerakan sepenuhnya tangannya memegang pinggul Gina untuk menahan gerakan akibat dorongan batang kemaluan Chal yang menghujam semakin dalam ke dalam kemaluan Gina.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Hee.. aakhh.. okh.. nafas Chal memburu dengan cepat sementara gerakan batang kemaluannya di dalam kemaluan Gina terus keluar masuk dan kadang berputar seperti mengebor kemaluan Gina.</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Akhh.. aakhh.. eennak.. giila.. gila.. aakhh.. aduh.. duh.. gila.. mentok.. ahh.. batangnya mentook.. aahk ennak mmffhh.. terus.. yaa terus.. erang Gina. Sementara kepalanya terdorong dan berputar menambah makin seksi dilihat oleh Chal.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Giinaa.. enak.. aahk.. akhh.. gilaa.. masuk.. semuaa.. Ginn.. enaak.. mmffhh aakhh puas, gilaa.. kamu.. kuat aakh.. Chal terus menghujamkan batang kemaluannya dalam-dalam ke lubang kemaluan Gina. Sementara Gina hanya bisa mengerang dan menjerit ketika kepala batang kemaluan Chal mentok di dinding rahimnya.</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Aku keluarr lagi.. Chal.. aahk ah.. ahk enak.. erang Gina terpejam.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Telah 20 menit Chal memainkan batang kemaluannya di dalam kemaluan Gina, keringatnya telah menetes ke punggung Gina. Sementara punggung Gina telah terdapat lima bekas gigitan Chal, tiga di pundak Gina dua di leher belakang Gina. Sungguh buas si Chal ini kalau sedang bersetubuh, kadang-kadang tangannya meremas buah dada Gina dan meremas serta menarik ke bawah sehingga memberikan dorongan lebih menekan batang kemaluan Chal. Gina benar-benar sudah lemas dan tidak bertenaga lagi. Kepalanya sudah rebah ke jok mobil, sementara tangannya terkulai lemas, terlihat rambutnya telah basah semua dan badannya telah bermandikan keringat.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Aahk Chal, aku.. lemes.. gila.. keluarin Chal.. pinta Gina memelas.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Yaa.. akh yak.. duh.. yaa.. Ginn.. aku keluarin.. huu.. huuf.. aakh.. enaak kemaluan kamu.. akh aku mau keluarr.. aakh akh gila! Enaak.. ahh.. aku mamu keluaar.. aahh.. hak.. haakk.. uuff.. oohk.. kamu hebat Ginn.. Chal melakukan gerakan sangat cepat menghentakkan batang kemaluannya sampai berbunyi, Cepaak.. cepakk.. beradu pantat Gina dengan paha Gina dan bunyi peraduan kemaluan dan batang kemaluan.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Breet.. bret.. plooff.. broot.. ploof.. brot.. broot.. poof.. broot.. ahk.. ya.. Gina yang mengetahui Chal mulai menghentakkan batang kemaluannya dalam-dalam melakukan gerakan liar memutar dan menghisap serta memijat batang kemaluan Chal dengan lubang kemaluannya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Akuu juga.. mau keluar.. ahh.. lagi.. Chal.. gila.. aahh.. ahh.. keluaar.. haa.. enak.. Chal tersenyum puas sambil tangannya meremas payudara Gina dan mulutnya mencium bibir Gina yang telah terkulai lemas di jok mobilku.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Keadaan menjadi hening lebih kurang lima menit, Chal tetap dalam posisi memeluk Gina dari belakang kudengar mereka berbisik dan berbicara perlahan sementara batang kemaluan Chal walaupun sudah mengeluarkan maninya di dalam kemaluan Gina terlihat masih berada di dalam kemaluan Gina, belum menyusut mengecil dan terlepas. Setelah saling membersihkan keringat dengan tissue, kami pulang dengan perasaan masing-masing puas telah saling memberikan kepuasan kepada pasangannya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; font-size: xx-small;"><i>source : rumahseks.blogspot.com</i></span></span></div></div><div style="color: black; line-height: normal; text-align: justify;"></div></div>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-71235009985847992352011-11-09T07:30:00.000-08:002011-11-13T08:30:51.664-08:00Sensasi Kenikmatan Gadis 12 Tahun<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Lia adalah yang tergolong imut dan manis untuk gadis seusianya. Entah kenapa, aku ingin sekali bersetubuh dengan Lia, aku ingin menikmati rasanya lubang kelamin Lia, yang kubayangkan pastilah masih sangat sempit. Ahhh.. nafsuku kian membara karena memikirkan hal itu. Aku mencoba mencari akal, bagaimana caranya agar keperawanan Lia bisa kudapatkan dan kurasakan. Kutunggu saja waktu tepatnya dengan sabar. Tidak terasa, selesailah film panas yang sedang kami tonton. Suara Lia akhirnya memecahkan keheningan.</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Oom, tuh tititnya berdiri lagi. kata Lia sambil menunjuk ke arah batang kemaluanku yang memang sedang tegang.Iya nih Lia, tapi biarin saja deh, gimana dengan filmnya? jawabku santai.Bagus kok Oom, persis seperti apa yang papa dan mama lakukan, dan Lia ada beberapa pertanyaan buat Oom nih. Lia sepertinya ingin menanyakan sesuatu.Pertanyaannya apa? tanyaku.Kenapa sih, kalo olahraga gituan harus masukin titit ke apa tuh, Lia ngga ngerti? tanya Lia.Oh itu.., itu namanya titit dimasukkan ke lubang kencing atau disebut juga lubang memek, pasti papa Lia juga melakukan hal itu ke mama kan? jawabku menerangkan.Iya benar Oom, papa pasti masukin tititnya ke lubang yang ada pada memek mama. Lia membenarkan jawabanku.Itulah seninya olahraga beginian Lia, bisa dilakukan sendiri, bisa juga dilakukan berdua, olahraga ini khusus untuk dewasa. kataku memberi penjelasan ke Lia.Lia sudah boleh ngga Oom.. melakukan olahraga seperti itu? tanya Lia lagi.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Ouw.. inilah yang aku tunggu.. dasar rejeki.. selalu saja datang sendiri.Boleh sih, dengan satu syarat jangan bilang sama mama dan papa. jelasku.Terang saja aku membolehkan, sebab itulah yang kuharapkan.Lia harus tahu, jika Lia melakukan olahraga beginian akan merasa lelah sekali tetapi juga akan merasakan enak. tambahku.Masa sih Oom? Tapi kayaknya ada benarnya juga sih, Lia lihat sendiri mama juga sepertinya merasa lelah tapi juga merasa keenakan, sampai menjerit-jerit lho Oom, malahan kadang seperti mau nangis. Lia yang polos rupanya sudah mulai tertarik dan sepertinya ingin tahu bagaimana rasanya.Emang gitu kok. Ee, mumpung masih siang nich, mama Lia juga masih lama pulangnya, kalo Lia memang ingin olahraga beginian, sekarang saja gimana? aku sudah tidak sabar ingin melihat pesona kemaluannya Lia, pastilah luar biasa.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Ayolah! Lia mengiyakan.Memang rasa ingin tahu anak gadis seusia Lia sangatlah besar. Ini adalah hal baru bagi Lia. Segera saja kusiapkan segala sesuatunya di otakku. Aku ingin Lia merasakan apa yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Kaos singlet yang menempel di tubuhku telah kulepas. Aku sudah telanjang bulat dengan batang kejantananku mengacung-ngacung keras dan tegang. Baru pernah seumur hidupku, aku telanjang di hadapan seorang gadis belia berumur 12 tahun. Lia hanya tersenyum-senyum memandangi batang kemaluanku yang berdiri dengan megahnya. Mungkin karena kebiasaan melihat papa dan mamanya telanjang bulat, sehingga melihatku telanjang bulat merupakan hal yang tidak aneh lagi bagi Lia.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Kusuruh Lia untuk membuka seluruh pakaiannya. Awalnya Lia protes, tetapi setelah kuberitahu dan kucontohkan kenapa mama Lia telanjang bulat, dan kenapa ceweknya Tarzan juga telanjang bulat, sebab memang sudah begitu seharusnya. Akhirnya Lia mau melepas pakaiannya satu persatu. Aku melihat Lia melepaskan pakaiannya dengan mata tidak berkedip. Pertama sekali, lepaslah pakaian sekolah yang dikenakannya, lalu rok biru dilepaskan juga. Sekarang Lia tinggal mengenakan kaos dalam dan celana dalam saja.Di balik kaos dalamnya yang cukup tebal itu, aku sudah melihat dua benjolan kecil yang mencuat, pastilah puting susunya Lia yang baru tumbuh. Baru saja aku berpikiran seperti itu, Lia sudah membuka kaos dalamnya itu dan seperti apa yang kubayangkan, puting susu Lia yang masih kuncup, membenjol terlihat dengan jelas di kedua mataku. Puting susu itu begitu indahnya. Lain sekali dengan yang biasa kulihat dan kurasakan dari wanita malam langgananku, rata-rata puting susu mereka sudah merekah dan matang, sedangkan ini, aku hanya bisa menelan ludah.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Payudara Lia memang belum nampak, sebab karena faktor usia. Akan tetapi puting susunya sudah mulai menampakkan hasilnya. Membenjol cukup besar dan mencuat menantang untuk dinikmati. Warna puting susu Lia coklat kemerahan, aku melihat puting susu itu menegang tanpa Lia menyadarinya. Lalu Lia melepaskan juga celana dalamnya. Kembali aku dibuatnya sangat bernafsu, kemaluan Lia masih berupa garis lurus, seperti kebanyakan milik anak-anak gadis yang sering kulihat mandi di sungai. Vagina yang belum ditumbuhi bulu rambut satu pun, masih gundul. Aku sungguh-sungguh melihat pemandangan yang menakjubkan ini. Terbengong-bengong aku dibuatnya.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Oom, udah semua nih, udah siap nih Oom.Aku tersentak dari lamunan begitu mendengar Lia berbicara.Oke, sekarang dimulai yaaa?Kuberi tanda ke Lia supaya tiduran di sofa. Pertama sekali aku meminta ijin ke Lia untuk menciuminya, Lia mengijinkan, rupanya karena sangat ingin atau karena Lia memang sudah mulai menuruti nafsunya sendiri, aku kurang tahu. Yang penting bagiku, aku merasakan liang perawannya dan menyetubuhinya siang ini.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Aku ciumi kening, pipi, hidung, bibir dan lehernya. Kupagut dengan mesra sekali. Kubuat seromantis mungkin. Lia hanya diam seribu bahasa, menikmati sekali apa yang kulakukan kepadanya.Setelah puas aku menciuminya, Lia, boleh ngga Oom netek ke Lia? tanyaku meminta.Tapi Oom, tetek Lia kan belon sebesar seperti punya mama. kata Lia sedikit protes.Ngga apa-apa kok Lia, tetek segini malahan lebih enak. kilahku meyakinkan Lia.Ya deh, terserah Oom saja, asalkan ngga sakit aja. jawab Lia akhirnya memperbolehkan.Dijamin deh ngga sakit, malahan Lia akan merasakan enak dan nikmat yang tiada tara. jawabku lagi.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Segera saja kuciumi puting susu Lia yang kiri, Lia merasa geli dan menggelinjang-gelinjang keenakan, aku merasakan puting susu Lia mulai mengalami penegangan total. Selanjutnya, aku hisap kedua puting susu tersebut bergantian. Lia melenguh menahan geli dan nikmat, aku terus menyusu dengan rakusnya, kusedot sekuat-kuatnya, kutarik-tarik, sedangkan puting susu yang satunya lagi kupelintir-pelintir.Oom, kok enak banget nihhh oohhh enakkk desah Lia keenakan.Lia terus merancau keenakan, aku sangat senang sekali. Setelah sekian lama aku menyusu, aku lepaskan puting susu tersebut. Puting susu itu sudah memerah dan sangat tegangnya. Lia sudah merasa mabuk oleh kenikmatan. Aku bimbing tangannya ke batang kemaluanku.</span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Lia, kocok dong tititnya Oom Agus. aku meminta Lia untuk mengocok batang kemaluanku.Lia mematuhi apa yang kuminta, mengocok-ngocok dengan tidak beraturan. Aku memakluminya, karena Lia masih amatir, sampai akhirnya aku justru merasa sakit sendiri dengan kocokan Lia tersebut, maka kuminta Lia untuk menghentikannya. Selanjutnya, kuminta Lia untuk mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, tanpa bertanya Lia langsung saja mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, aku terpana sesaat melihat vagina Lia yang merekah. Tadinya kemaluan itu hanya semacam garis lurus, sekarang di hadapanku terlihat dengan jelas, buah klitoris kecil Lia yang sebesar kacang kedelai, vaginanya merah tanpa ditumbuhi rambut sedikit pun, dan yang terutama, lubang kemaluan Lia yang masih sangat sempitnya. Jika kuukur, hanya seukuran jari kelingking lubangnya.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Aku lakukan sex dengan mulut, kuciumi dan hisap kemaluan Lia dengan lembut, Lia kembali melenguh. Lenguhan yang sangat erotis. Meram melek kulihat mata Lia menahan enaknya hisapanku di kemaluannya. Kusedot klitorisnya. Lia menjerit kecil keenakan, sampai tidak berapa lama.Oom, enak banget sih, Lia senang sekali, terussinnn pinta Lia.Aku meneruskan menghisap-hisap vagina Lia, dan Lia semakin mendesah tidak karuan. Aku yakin Lia hampir mencapai puncak orgasme pertamanya selama hidup.Oommm ssshhh Lia mau pipis nich..Lia merasakan ada sesuatu yang mendesak ingin keluar, seperti ingin kencing.Tahan dikit Lia tahan yaaa sambil aku terus menjilati, dan menghisap-hisap kemaluannya.Udah ngga tahan nich Oommm aahhhTubuh Lia mengejang, tangan Lia berpegangan ke sofa dengan erat sekali, kakinya menjepit kepalaku yang masih berada di antara selangkangannya.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Lia ternyata sudah sampai pada klimaks orgasme pertamanya. Aku senang sekali, kulihat dari bibir lubang perawannya merembes keluar cairan cukup banyak. Itulah cairan mani nikmatnya Lia.Oohhh Oom Agus Lia merasa lemes dan enak sekali apa sih yang barusan Lia alami, Oom? tanya Lia antara sadar dan tidak.Itulah puncaknya Lia.., Lia telah mencapainya, pingin lagi ngga? tanyaku.Iya.. iya.. pingin Oom jawabnya langsung.Aku merasakan kalau Lia ingin merasakannya lagi. Aku tidak langsung mengiyakan, kusuruh Lia istirahat sebentar, kuambilkan semacam obat dari dompetku, obat dopping dan kusuruh Lia untuk meminumnya. Karena sebentar lagi, aku akan menembus lubang perwannya yang sempit itu, jadi aku ingin Lia dalam keadaan segar bugar.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Tidak berapa lama, Lia kulihat telah kembali fit.Lia tadi Lia sudah mencapai puncak pertama, dan masih ada satu puncak lagi, Lia ingin mencapainya lagi kan..? bujukku.Iya Oom, mau dong Lia mengiyakan sambil manggut-manggut.Ini nanti bukan puncak Lia saja, tetapi juga puncak Oom Agus, ini finalnya Lia kataku lagi menjelaskan.Final? Lia mengernyitkan dahinya karena tidak paham maksudku.Iya, final.., Oom ingin memasukan titit Oom ke lubang memek Lia, Oom jamin Lia akan merasakan sesuatu yang lebih enak lagi dibandingkan yang tadi. akhirnya aku katakan final yang aku maksudkan.Ooh ya, tapi.. Oom.. apa titit Oom bisa masuk tuh? Lubang memek Lia kan sempit begini sedangkan tititnya Oom.. gede banget gitu Lia sambil menunjuk lubang nikmatnya.Pelan-pelan dong, ntar pasti bisa masuk kok.. cobain ya..? pintaku lagi.Iya deh Oom Lia secara otomatis telah mengangkangkan kakinya selebar-lebarnya.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Kuarahkan kepala kemaluanku ke lubang vagina Lia yang masih super sempit tersebut. Begitu menyentuh lubang nikmatnya, aku merasa seperti ada yang menggigit dan menyedot kepala kemaluanku, memang sangat sulit untuk memasukkannya. Sebenarnya bisa saja kupaksakan, tetapi aku tidak ingin Lia merasakan kesakitan. Kutekan sedikit demi sedikit, kepala kemaluanku bisa masuk, Lia mengaduh dan menjerit karena merasa perih. Aku menyuruhnya menahan. Efek dari obat dopping itu tadi adalah untuk sedikit meredam rasa perih, selanjutnya kutekan kuat-kuat.BlusssLia menjerit cukup keras, Ooommm tititnya sudaaahhh masuk kkaahhh?Udah sayang tahan ya kataku sambil mengelus-ngelus rambut Lia.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Aku mundurkan batang kemaluanku. Karena sangat sempitnya, ternyata bibir kemaluan Lia ikut menggembung karena tertarik. Kumajukan lagi, kemudian mundur lagi perlahan tetapi pasti. Beberapa waktu, Lia pun sepertinya sudah merasakan enak. Setelah cairan mani Lia yang ada di lubang perawannya semakin membanjir, maka lubang kenikmatan itu sudah sedikit merekah. Aku menggenjot maju mundur dengan cepat. Ahhh.. inikah kemaluan perawan gadis imut. Enak sekali ternyata. Hisapannya memang tiada duanya. Aku merasa keringat telah membasahi tubuhku, kulihat juga keringat Lia pun sudah sedemikian banyaknya.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Sambil kuterus berpacu, puting susu Lia kumainkan, kupelintir-pelintir dengan gemas, bibir Lia aku pagut, kumainkan lidahku dengan lidahnya. Aku merasakan Lia sudah keluar beberapa kali, sebab aku merasa kepala batang kemaluanku seperti tersiram oleh cairan hangat beberapa kali dari dalam lubang surga Lia. Aku ganti posisi. Jika tadi aku yang di atas dan Lia yang di bawah, sekarang berbalik, aku yang di bawah dan Lia yang di atas. Lia seperti kesetanan, bagaikan cowboy menunggang kuda, oh enak sekali rasanya di batang kemaluanku. Naik turun di dalam lubang surga Lia.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sekian lama waktu berlalu, aku merasa puncak orgasmeku sudah dekat. Kubalik lagi posisinya, aku di atas dan Lia di bawah, kupercepat gerakan maju mundurku. Lalu aku peluk erat sekali tubuh kecil dalam dekapanku, kubenamkan seluruh batang kemaluanku. Aku menegang hebat.Crruttt crrutttCairan maniku keluar banyak sekali di dalam lubang kemaluan Lia, sedangkan Lia sudah merasakan kelelahan yang amat sangat. Aku cabut batang kemaluanku yang masih tegang dari lubang kemaluan Lia. Lia kubiarkan terbaring di sofa. Tanpa terasa, Lia langsung tertidur, aku bersihkan lubang kelaminnya dari cairan mani yang perlahan merembes keluar, kukenakan kembali semua pakaiannya, lalu kubopong gadis kecilku itu ke kamarnya. Aku rebahkan tubuh mungil yang terkulai lelah dan sedang tertidur di tempat tidurnya sendiri, kemudian kucium keningnya. Terima kasih Lia atas kenikmatannya tadi. Malam pun tiba.</span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Keesokan harinya, Lia mengeluh karena masih merasa perih di vaginanya, untungnya Tante Linda tidak tahu. Hari berlalu terus. Sering kali aku melakukan olahraga senggama dengan Lia, tentunya tanpa sepengetahuan Oom Joko dan Tante Linda.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></span></div>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-28257331168641097322011-11-07T07:25:00.000-08:002011-11-13T08:33:00.942-08:00Maen Seks Sama Vina Si Gadis Seksi<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Vina kutemui ketika mengantar dan menghadiri wisuda adikku, Feby si bungsu di sebuah universitas terkenal di Bandung. Ketika itu aku berperan menjadi sopir keluarga karena harus mengantar jemput keluarga yang datang dari Sumatra. Si bungsu ini adalah cewek terakhir di keluargaku yang menjadi sarjana. Dalam usia 21 tahun, dengan otaknya yang encer ia menjadi sarjana tercepat di keluargaku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Eh bukan mau cerita tentang Feby nih, tetapi temannya, si Vina mojang geulis yang wajahnya Bandung banget itu. Mereka sama-sama wisuda, meski dari jurusan yang berbeda. Feby di HI, sedang Vina di Ekonomi. Pendek cerita, usai mengantar Feby adikku dan orang tua dari Medan ke arena wisuda, tiba tiba datang perintah dari Feby.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Bang, please, darurat nih, tolong jemput temanku Vina di Salon XX, udah jam segini bokap nyokapnya belum nyampe. Ntar nggak dapat tempat duduk lagi.. katanya dengan wajah memelas.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">OK, putri duyung, yang dekat PLN itu kan? Ah, gimana aku bisa tahu wajahnya?</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Yang paling cantik di salon dan pakai kebaya krem, itu sudah pasti Vina! Jangan coba merayu, ntar aku kasih tahu kakak di rumah lho..</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">OK bawel.. Meski macet, cuma 5 menit kemudian aku telah mencapai salon tempat Vina menunggu. Wah, itu dia, pikirku melihat cewek pakai kebaya krem tengah memijit- mijit ponsel. Sialan si Feby, nomor HP-nya tidak diberi kepadaku. Begitu dekat aku langsung menyapanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Vina ya?</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Hmm.. Bang John ya, sorry nih merepotkan, bokap masih jauh di jalan Bang..</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Oh, nggak pa-pa Vin, santai aja, lagian kan dekat..<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Aku membukakan pintu Taft bututku dan dengan sedikit kesulitan dia naik. Tubuhnya dibalut kebaya, benar-benar seksi. Kututup pintu dan pelan pelan aku jalankan mobil. Aku bisa memperkirakan Vina tingginya 167 cm, beratnya sekitar 50-51 kg. Dengan model kebaya yang dadanya agak tinggi, payudaranya pasti berkisar 36B. Usianya pastilah masih seumur dengan adikku Feby, 21 atau 22 tahun. Bandingkan dengan aku yang sudah 35 tahun. Lho buat apa lagi dibandingkan, maksudku ini adalah cewek tipeku.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Bang, Kakak nggak ikut?</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Kakak siapa Vin? tanyaku berlagak bego.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Kakak istri Abang.. Buset, kapan dia kenalan sama bini gue ya, pikirku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Oh, ada di rumah Vin, eh di sekolah antar si kecil.. Alamak, kok jadi grogi gini gue.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Beberapa kali Vina ke rumah ama Feby, Abang selalu di luar kota..</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Hehehe.. Biasalah Vin, cari sesuap nasi ama segenggam berlian..</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Hihihi.. Si Abang bisa aja..</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Hmm.. Kamu udah ada yang dampingi nih di wisuda nanti..? tanyaku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Belom nih Bang.. Cariin dong..</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ah, masak cewek secakep kamu nggak ada yang dampingi..<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Aku mulai memasang jerat. Benar saja, wajahnya langsung bersemu merah. Aku tahu bahwa Vina ini adalah tipe cewek yang ramah, sedikit cerdas tetapi sialnya dia juga termasuk grup penggoda, hehehe..<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Terus, ntar mau kerja atau lanjut nih Vin? tanyaku basa basi agar tidak terlalu ketahuan sedang menebar jerat.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Bokap bilang sih lanjut ke Amrik, gue sih masih pengen main dulu Bang..</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Lho disuruh sekolah kok malah main.. belum puas main sama teman teman..?</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Iya nih Bang, cowok gue belum tamat hahaha..</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Lho tadi bilangnya belum ada pendamping..?<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Karena keasyikan mengobrol, kami tahu-tahu sudah sampai di gerbang masuk. Feby melambai-lambai dan kemudian mendekat.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Hi Vin, ngobrol apa sama Abang gue? Hati hati lo, gue kurang percaya tuh sama Abang gue.. Ah, sialan si Feby menjelekkanku lagi.</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Ah, nggak kok Vin.. Lagian kalau gue dirayu juga berarti gue emang cantik, hihihi..<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Aku tinggalkan mereka menuju tempat parkir. Buset dah, benar-benar nasib seorang sopir, habis mengantar penumpang eh tamu masih juga harus keringatan mencari tempat parkir. Tapi karena habis ngobrol sama cewek keren lelahnya tidak terasa juga. Hmm.. Vina, aku suka lihat wajahnya, bodinya alamak. Kulitnya yang putih bersih tampaknya dirawat dengan baik. Semasa kuliah dulu aku suka mengatakan bahwa cewek-cewek seperti Vina ini Bandung sekali atau Jawa sekali sesuai dengan asalnya. Aku sih, Sumatra sekali, hehehe. Menurut istriku aku tidak ganteng-ganteng amat, yang ganteng mah si Mamat, hehehe.. Memang istriku sekarang bukan yang pertama tapi yang terakhir juga bukan.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Usai wisuda aku masih harus mengantar adikku Feby, orang tua, istri dan kedua anakku ke restoran Sunda untuk merayakan hari bahagia si bungsu bawel itu. Ketika tiba di parkiran, Feby mengangsurkan ponselnya dengan berbisik. Barangkali takut dilihat oleh istriku.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Bang, sini nih, Vina mau ngomong.. Awas jangan rayu-rayu ya.. ujarnya.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Halo.. Vina ya.. Selamat ya Vin, sampai tadi lupa ngucapin selamat, hehe..</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Makasih Bang, makasih banget lo jemputannya.. Hmm.. Ntar kapan-kapan, Abang Vina undang datang ya.. Kubayangkan Vina dengan senyum manisnya. Dia mau ngundang aku dan keluarga atau aku sendiri ya, pikirku agak surprise. Ah, gue yakin dia ngundang aku sendiri nih! Gak papa-lah ge-er dikit.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">OK deh, sayang.. Uppss, baru kenal gue bilang apa tadi?</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Sayang nih.. Ntar ditimpuk sama bini loh Bang..</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Hehehe.. Nice to meet you Vin, salam sama keluarga ya.. kataku, yang ini agak keras agar Feby nggak curiga. Sedang istriku sibuk bermain dengan kedua anakku, jadi nggak perlu kuatir. Ah, sial lagi.. Aku tidak sempat mencatat nomor HP-nya. Tapi toh nanti malam masih bisa lihat di ponsel Feby kok, pikirku mulai keluar isengnya. Dua minggu setelah acara wisuda tersebut tiba tiba aku menerima SMS.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Bang, lagi di mana nih.. Ada acara nggak? Vina Hah? Gak salah nih, pikirku. Dengan pura pura menahan diri, 5 menit kemudian baru aku jawab dengan menelepon langsung. Tengsin dong SMS balik.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Hai Vin, apa kabar? Aku lagi di Jakarta nih.. Lagi makan nih ama teman-teman di.. kataku menyebut suatu tempat di Plaza Senayan.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Nah, itu dia.. Vina juga lagi di Jakarta nih Bang, lagi boring..</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Lho.. Aku pikir jadi ke Amrik kataku sekenanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Males Bang, Vina lagi di tempat sodara nih.. Abang kapan pulang Bandung?</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Lusa.. Kamu?</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Iya, boleh dong kita pulang bareng.. Vina naik kereta Bang Buset dah, benar kan kata gue, Vina tipe penggoda.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Hmm.. Gimana ya.. kataku sok ragu, padahal udah pengen banget.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Kita lihat nanti ya, Vin. Ntar sore Abang telepon kamu. Eh, Feby tahu nggak kamu ada di Jakarta?</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Nggak Bang, mau Vina kasih tahu sama Feby dan istri Abang?</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Haha.. Bukan gitu maksudku, ok deh ntar jam 5 sore Abang telepon kepastiannya ya.. kataku bersorak.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Memang kalau rejeki nggak bakal lari ke mana-mana. Cepat-cepat aku bereskann tugasku di Jakarta. Sebetulnya sore ini juga sudah selesai tapi teman-teman di Jakarta seperti biasa suka mengajak main bilyar dan karaoke. Jadi sorry friends, kali ini aku ada urusan penting, mesti cabut. Jam 5 sore aku telepon Vina. Aku bertanya dia sedang apa, kalau boring mengapa tidak jalan-jalan bersama saudara atau teman-temannya.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Abang ada acara nggak ntar malam? Ajakin Vina nonton dong? Katanya dari seberang sana.</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Ok Vin, gue takut macet, gimana kalau kita ketemuan di 21?<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Pendek cerita, Vina dengan jeans ketat dan T-shirtnya aku temui di 21. Dia sudah beli tiket untuk berdua. Mentang-mentang kaya, tiket saja dibelikan olehnya. Aku tidak ingat apa judulnya. Yang jelas begitu masuk gedung bioskop, aku gandeng tangan Vina seperti yang diinginkannya. Vina memulai sinyal dengan mengatakan sedang boring, ingin jalan dan sebagianya.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Kubelai rambutnya dan seperti sudah kuduga, dia merebahkan bahunya sepanjang film berputar. Tak ada penolakan ketika jemariku menyusup ke balik T-shirt dan branya. Semua lancar. Ia melenguh ketika kupelintir putingnya dan kuelus perutnya. Ketika jemariku menyusup ke sela-sela pahanya, ia berbisik..<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Jangan di sini Bang..</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Itu sudah sesuai dengan harapanku dan harapannya. Aku juga sudah tegang sekali ketika keluar dari gedung bioskop. Di dalam mobil, seperti harimau kehausan kami berciuman dengan gairah. Aku suka suara lenguhnya, kepasrahannya ketika kusedot putingnya dan jariku menelusup ke celah-celah memeknya yang sudah basah sekali. Tubuh Vina bergetar. Aku ingin membuatnya menjadi wanita yang sesungguhnya ketika berhubungan intim.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Vina, Abang pengen jilat memek kamu sayang..</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Hmm.. terus Bang, Vina udah nggak tahann..<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Bulu-bulu halus memeknya kusibak, kelentitnya yang sudah mengeras sungguh nikmat dikulum. Aromanya sungguh harum dan bentuknya tampak terawat. Tubuhnya sampai bergetar getar menahan nikmat. Tangannya aku arahkan meremas kontolku. Tetapi ternyata dia lebih suka blow job. Pada saat yang sama aku tidak menyia-nyiakan kesempatan meremas dadanya yang montok. Apa boleh buat, di mobil yang sempit ini harus terjadi pergumulan yang menggairahkan. Aku pastikan tidak ada manusia yang melihat kegaduhan nikmat ini. Jangan sampai kepergok Satpam karena bisa malu.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Sedotan lidahnya sungguh membuatku melayang jauh. Tanganku tak henti meremas payudaranya yang indah dengan puting kecoklatan yang sudah mengeras. Pada saat lain aku pelintir dan sedot putingnya hingga membuatnya semakin basah. Karena di depan terlau sempit, aku mengajaknya pindah ke jok belakang. Vina dengan tak sabar melepas celana dalam hitamnya. Aku sungguh terangsang melihat wanita dengan CD hitam, sepertinya Vina tahu selera seksku, heheh..<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Tampaknya Vina adalah tipe cewek blowjob mania karena ia terus saja mengoral batangku. Kupikir hobinya ini sejalan dengan hobiku mengoral memek cewek. Kuberi isyarat agar ia mengambil posisi 69 dengan aku di bawah. Vina mengangguk lemah. Aku suka melihat matanya yang sayu. Gila, memek si Vina memang OK, masih kelihatan garis vertikalnya dengan kelentit yang sungguh imut dan mengeras. Segera kuremas pantatnya dan kujilat perlahan paha dalamnya sebelum memasuki area memeknya. Vina melenguh hingga aku makin terangsang dengan suaranya yang sendu.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Ouhh.. Please Johnn.. Kamu apain memekku say, enak bangett!</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Hmm.. hanya suara itu yang keluar dari mulutku sambil menyeruput cairan memeknya yang mulai banjir. Sementara jemari Vina yang halus masih menggenggam kontolku</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Say.. Vina nggak tahan.. Vina mau keluar sayang.. Terus terus.. Isep kacangku.. Ahh!<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Aku memang selalu ingin memuaskan cewek-cewek yang making love denganku. Menurutku ini adalah salah satu rahasia cewek-cewek selalu ketagihan ngentot denganku. Perlakukanlah wanita dengan gentle, jangan egois. Mereka adalah makhluk yang butuh perhatian dan belaian. Jangan bersikap bodoh meninggalkan mereka meraung-raung karena tak terpuaskan. Ada saat tertentu kapan kita membuat mereka tak bisa berhenti. Vina akhirnya mencapai orgasme. Ia terduduk lemah namun tangannya masih menggenggam batangku yang masih ngaceng dan berdenyut-denyut.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Makasih ya Bang, Abang sungguh laki-laki yang baik! Sekarang Vina pengen memuaskan Abang.. Nah lo, benar kan kataku, jika puas wanita sebetulnya tidak egois.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Iya Vina cantik, kamu istirahat dulu.. Gak usah terburu-buru, kita masih punya waktu sampai besok kan?</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ih, Abang nakal.. katanya sambil meremas kontolku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Sekarang Vina pengen lagi Bang.. Pengen dimasukin sama kontol Abang..</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Tapi kamu kan masih perawan Say..?</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Lho kok Abang tahu sih?</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Kan Abang sudah periksa tadi, hehehe..</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ihh.. Nakal deh.. Vina jadi malu.. katanya manja.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Vin, Abang sayang kamu, tetapi untuk memerawani kamu Abang sungguh nggak tega..</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Tapi kan Vina yang mau.. Please Bang.. Vina rela</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Vin, kalau dengan oral saja kamu bisa orgasme, ngapain harus sampai berdarah?<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Yang benar benar tidak kuduga, Vina menangis. Wah, kacau deh.. Tapi aku tidak ingin bicara lagi. Perlahan kukecup bibirnya, kuhapus airmatanya dan benar pemirsa eh pembaca, gairahnya mulai naik kembali. Segera dikulumnya kontolku. Hmm.. Enak sekali. Dan aku kembali mengajaknya ke posisi VW (Vosisi Wenakk), favoritku mengerjai memek cewek dari belakang alias posisi 69. Aku berkonsentrasi agar kali ini spermaku dapat muncrat di mulutnya. Tipe cewek pehobi blowjob adalah penyelesaian akhir harus di mulutnya. Kusedot kelentit Vina dengan lembut tetapi kuat dan itu cukup membuatnya makin menguatkan sedotannya pada kontolku. Memek Vina memang beraroma perawan, cairannya sungguh kental dan aku senang menelannya. Kontolku berkedut-kedut seakan mau muncrat, tetapi kutahan. Aku ingin kali ini aku dan Vina mencapai orgasme bersamaan.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Ohh.. Johnn.. Fuck me please, pengen keluar say.. Ouhh.. teriaknya.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Itu adalah pertanda bahwa kurang dari 1 menit lagi dia akan mengalami orgasme. Jadi sebetulnya orgasme bisa diukur alias terukur. Kupercepat sedotanku pada kedelai Vina yang memerah sambil tanganku berusaha meraih payudara dan putingnya. Kuremas untuk memberi extra kenikmatan padanya.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Auhh.. Johnn.. Vina keluar.. Ahh.. Ahh.. lenguhnya panjang.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Dan seperti yang kuperhitungkan akhirnya aku juga mengeluarkan pejuku dan muncrat ke wajahnya. Dapat kurasakan mulut Vina menyeruput kontolku dengan cepat. Aku sampai kehabisan kata-kata untuk melukiskan bagaimana perasaan nikmatku! Kupeluk Vina dan kubelai rambutnya, sambil say thanks! Aku tahu bahwa Vina bakal ketagihan. Aku sebenarnya ingin menceritakan lanjutan perjalanan yang menggairahkanku ke Bandung dengan Vina. Seluruh sensasi yang aku dan Vina dapatkan.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"> </span></span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Ternyata Vina juga menyukai ngentot sambil berdiri. Di beberapa lokasi kami terpaksa berhenti mencari tempat rimbun pepohonan. Vina segera menyender di batang pohon dan dengan nafas terengah-engah melepaskan celananya. Posisi yang menggairahkan. Dengan berjongkok aku isep memeknya yang cepat basah itu. Kadang ia menungging dan aku sedot itilnya dari belakang. Aku juga mencapai orgasme dengan menggosok-gosok memeknya dengan batangku. Percaya atau tidak bahwa Vina masih tetap perawan sampai akhirnya dia berangkat ke Wisconsin, USA untuk melanjutkan studi. Sekarang aku masih merindukannya. Ia masih sering merngirim SMS dengan untaian kata kata, jilat, jilat dan jilat say. Entahlah, apakah masih ada cewek yang seperti dia di antara pembaca, i do hope!</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; font-size: xx-small;"><i>source : rumahseks.blogspot.com</i></span></span></div></div><div style="color: black; line-height: normal; text-align: justify;"></div></div>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-91087147765404296552011-11-07T07:22:00.000-08:002011-11-13T08:33:58.962-08:00Ayu Gadis Perawan Make Love<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Cewek ini namanya Ayu, dia temen dari Dian anak SMP sebelah rumah kost gue. Sore itu gue lagi nongkrong di depan kost</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">sambil maen gitar,hampir setengah jam gue di depan, Dian terlihat pulang tapi kali ini sama temen-temennya.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">eh, Dian baru pulang sekolah ya? kok ampe jam segini? maen dulu ya? gue becandain si dian. Enggak kok mas, tadi ada les</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">di sekolah. oh gitu ya gue jawab dengan santai. trus bawa temen banyak mau ada acara apa? tanya gue lagi. mau belajar</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">kelompok mas, eh kenalin dong mas temen-temen Dian!! Dian nyuruh gue kenalan ma temen-temennya. ni mas Hendra namanya</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">sahut Dian. salah satunya ya si Ayu itu, uh cakep juga si Ayu ini masih kecil tapi bodinya udah mantap beda ma temen lainnya,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">dalam hati gue terpesona liat si Ayu. mas, Dian kedalem dulu ya!, oh iya-iya.belajar yang akur ya! sambil tersenyum</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Dian masuk kerumahnya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Malam harinya gue ke rumah Dian karena emang gue dah biasa main kesitu. Gue ngobrol dan becanda-becanda ma Dian,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">eh, temen Dian yang namanya Ayu tadi manis juga ya? ,kenapa mas? naksir ya? dasar si Dian ga bisa jaim dikit,ceplas-ceplos</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Dian punya nomer telponnya ga? mas minta ya? Dianpun masuk kekamar dan keluar membawa handphone, ni cari aja sendiri yang</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">dinamain Ayoe ya mas..kata Dian.gue langsung catet nomornya si Ayu. udah mas? tanya Dian. udah nih? makacih ya besok</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">mas beliin coklat deh ,bener ya mas! kata Dian bersemangat karena coklat emang kesukaan dia banget.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Tanpa berlama-lama gue coba sms si Ayu, hei Ayu lagi ngapain? masih inget gue ga? tadi gue yang dikenalin Dian waktu kamu</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">maen dirumahnya. eh si Ayu pun balas sms gue oh iya ayu masih inget dong, kan baru tadi.. he he... sms pun berlanjut terus.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">sehari, dua hari, tiga hari gue ma Ayu smsan,gue coba iseng ngajak dia keluar. Ga gue sangka dia mau gue ajak keluar. hari minggu</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">gue ma Ayu janjian ketemu dan kami pun jalan-jalan muter-muter kota pake motor, ga kerasa udah sore banget dah waktunya</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">pulangin si Ayu. tepat di jalan masuk gang dekat rumahnya,Ayu bilang dah mas nyampe sini aja nganternya!.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">gue tanya kenapa? mas ga boleh tau rumah Ayu ya?, ga pa pa kok mas lain waktu kan bisa ,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">oh ya udah, besok maen lagi ya? ajak gue.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">iya mas jawab Ayu.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Selang beberapa hari Ayu maen kerumah Dian,gue kebetulan ada di depan rumah Dian, eh mas Hendra, Dian ada dirumah ga mas?</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">tanya Ayu.oh tadi ada di belakang,masuk aja! sekalian aja gue minta dia mampir ke kost gue ntar mampir ke tempat mas ya!</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">dia cuma senyum-senyum</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Gue masuk ke kamar kost dan tiduran sambil dengerin musik dari komputer gue, kebetulan waktu itu anak-anak kost pada pergi</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">entah kemana jadi kost sepi banget kaya kuburan. Sambil tiduran otak ngeres gue jalan, bayangin si Ayu ada di kamar gue dan</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">gue bisa have a fun ma dia berdua di kamar. ga nahan bodinya masih kecil tapi dah montok semua, depan belakang mantap</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Saat setengah tertidur, terdengar ada suara dari luar memanggil nama gue. masmas Hendra gue bangun dari kasur dan</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">keluar,gue kaget ternyata si Ayu yang ada di depan. Ayu, ada apa? Dian ga ada ya? tanya gue .ada kok mas tadi cuma bentar</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">dirumah Diannya.sekarang Ayu boleh maen di sini ga mas? , oh, tentu boleh dong..masa ga boleh dalam hati gue pun berkata</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">pucuk di cinta Ayu pun tiba,kami pun masuk ke dalam rumah kost. Rumah kost gue emang disediain tempat buat terima tamu tapi jarang</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">dipake karena biasanya anak-anak kalo terima tamu langsung di kamar masing-masing,lebih santai katanya.mau di sini aja apa</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">di dalem Ayu? gue coba tawarin ke Ayu. dah disini aja mas.. jawabnya. kami pun ngobrol ini itu,saat asik ngobrol,becanda,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">gue pun mulai nakal megang-megang tangan Ayu lalu gue beraniin cium pipinya. Ayu kaget, wajahnya berubah jadi kemerahan karena malu.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">ih mas kok nakal sih sambil mukul-mukul gue. gue pegang tangannya dan gue cium pipi yang satunya, wajah Ayu pun makin</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">memerah. gue elus pipinya dan mau gue cium bibirnya, ga mau ah mas katanya. tapi gue tetep maksa cium dia dan akhirnya</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">bibir manisnya berhasil gue lumat perlahan, Ayu pun memejamkan mata menikmati ciuman dari gue.. gue tambah bernafsu menciumi</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">bibir Ayu dan mulai memainkan lidah gue. beberapa saat kami berciuman, gue lepas ciuman gue. Ayu di kamar aja yuk! ajak gue.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">nti takut ada orang liat kalo disini.. Ayu cuma diam dengan wajah yang masih malu-malu, gue gandeng tangannya masuk ke</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">kamar kost gue dan pintu gue kunci. kok dikunci pintunya mas? tanya Ayu polos.ga pa pa!! jawab gue.gue lanjutin ciumin</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">bibir Ayu sambil mendekap tubuhnya dan mulai meraba bodinya,meremas pantatnya. Saat gue coba meraba susunya,dia mencoba</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">menahan tangan gue tapi karena kalah kuat dengan gue, gue tetep aja berhasil meraba dan meremas-remas susunya sambil</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">terus berciuman, tangan Ayu masih coba menahan tangan gue meraba kedua susunya.lama berciuman gue rebahin tubuh Ayu di</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">kasur dan gue menindih tubuhnya. gue lepas ciuman di bibirnya,mulai menciumi lehernya, meremas lembut susunya kiri kanan,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">gue coba buka kancing bajunya tapi Ayu mencegah jangan mas..! tapi tetep aja gue paksa buka kancing bajunya satu persatu</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">sehingga terlihat penyangga susunya yang berwarna putih lalu perlahan gue lepas bajunya.gue buka pengait branya</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">sambil menciumi bibir dan leher Ayu dan melepasnya dari tubuh Ayu. terlihat payudara Ayu masih sangat indah,kencang dengan</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">puting kecil berwarna kemerahan. Ayu hanya memejamkan matanya dan menggigit bibirnya sendiri saat gue mulai menjilati</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">puting dan meremas susunya,terus bergantian kanan kiri dengan meninggalkan tanda merah bekas cupangan gue. Ayu pun semakin</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">menikmati cumbuan itu,susunya pun terasa mengeras tanda dia telah terangsang, terdengar desahan-desahan lirih dari bibirnya,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">kedua tangannya menjambak rambut gue. emhhukhhmasss.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">gue lepas baju juga celana pendek gue, tinggal celana dalam aja yang keliatan ga muat menampung penis gue yang udah berdiri</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">dari tadi. ihmas kok dilepas semua.., udah sempit nih Ayu.. jawab gue. gue kembali menindih tubuh Ayu dan kali ini</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">gue cium lembut mulai dari kening berlanjut kedua matanya dan pipinya kembali melumat bibirnya,lehernya, susunya lalu turun</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">ke perut,desahan Ayu terdengar kembali ehhh. massmmmh lama gue bermain di daerah susu dan perutnya,gue coba buka</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">kancing dan resleting celana Ayu, mas jangan mas..Ayu ga mau.. cegah Ayu tegas.gue coba ngertiin Ayu dan kembali menciumi</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">bibirnya.setelah dua kali mencoba dan ga diijinin,sambil gue lumat bibirnya tangan kanan gue kembali mencoba membuka resletingnya,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">ternyata kali ini Ayu hanya diam dan merelakan gue lepas celana panjangnya.sekarang kami berdua hampir bugil dengan hanya memakai</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">celana dalam.gue ciumin pahanya,perutnya,susunya,bibirnya dan menindih tubuh Ayu lagi,kali ini gue gesek-gesekkan penis gue ke</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">memek Ayu sambil bermain lidah di mulut Ayu. Ayu sedikit mengangkangkan kakinya sehingga gue gampang menggesekkan penis gue.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">cukup dengan gesek-gesekan alat kelamin, gue kembali menciumi leher,susunya lalu perut dan akhirnya sampai ke memek Ayu yang masih</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">tertutup celana dalam. Ayu menggeliat keenakkan dan meremas rambut gue dengan keras waktu gue ciumin bagian memeknya..</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">eehhmhhmasss..ahhh. beberapa saat gue sudahi ciumin di memek Ayu dan melepas celana dalam gue.Ayu masih terbaring di kasur.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ayu..mas pengen diciumin kaya mas ciumin punya ayu tadi dong.. minta gue merayu. Ayu menggelengkan kepalanya.ayo dong sayang!!</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">rayu gue. Ayu belom pernah mainan itu..mas jawabnya. sekarang Ayu coba deh..!!. gue deketin penis gue ke wajah Ayu,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">ayo sayang!! rayu gue lagi. dengan malu-malu Ayu pegang penis gue dan dengan ragu Ayu ciumin penis gue.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">uh.. enak sayang..sedot sayang.. Ayu pun mulai terbiasa dan tau apa yang harus diperbuat,Ayu mengocok penis gue di mulutnya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">beberapa saat Ayu mengulum penis gue,dia bilang mas, udah ya mas.. iya sayang. jawab gue. kini giliran gue lagi membuat</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ayu keenakkan, gue cium bibirnya dan menciumi memeknya lagi.Ayu mendesah keenakkan ehhhmm..mmmhh.. saat Ayu sedang</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">terbuai gue lepaskan celana dalamnya.tubuh Ayu yang tanpa penutup apa-apa itu benar-benar bikin gue ga tahan, putih,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">bersih dan mulus.bagian memeknya baru mulai ditumbuhi rambut-rambut halus keliatan seksi banget.gue lumat lagi bibir Ayu sambil</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">tangan gue mengelus-elus memeknya,gue pijit lembut klitorisnya.gue beralih mencium dan memainkan lidah di memeknya, gue gigit</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">ringan klitorisnya,Ayu menggeliat dan menjambak rambut gue dengan keras,masss.Ayu mau kee..luu..ar.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ayu mendapatkan orgasme pertamanya,memeknya basah dengan cairan yang keluar.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">akhhh.ehhhmmm Ayu terus mendesah karena orgasmenya.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Ayu mau yang lebih enak lagi? tanya gue setengah merayu..,gimana mas?.. tanya Ayu polos.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">caranya mas masukin punya mas ke memek Ayu, ga mau ah maskan belom boleh..sakit katanya mas jawabnya.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">ga kok ga sakit..enak banget malah rayu setan gue. Ayu hanya diam dan gue mulai mencumbunya lagi.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">mas masukin sekarang yah,bisik gue di telinganya. kakinya gue kangkangin,terlihat wajah ragu Ayu saat gue arahkan penis gue</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">ke memeknya,gue cium dulu kening dan bibir Ayu.. gue gesek-gesekkan penis gue ke memek Ayu yang masih basah oleh cairan orgasmenya</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">dan memulai penetrasikan penis gue sedikit demi sedikit,memeknya terasa sempit banget walau baru kepala penis gue yang masuk</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">ke lubang senggamanya,gue keluarin penis gue dan penetrasi lagi lebih dalam. mas.saakit mas rintih Ayu.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">gue cabut penis gue yang belum ada setengahnya masuk ke lubang memek Ayu. gue cium lagi bibir Ayu</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">tahan ya sayang!! bisik gue. kembali gue penetrasikan penis gue perlahan lebih dalam dan lebih dalam lagi,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">terlihat darah keluar dari memek Ayu. Ayu menjerit kesakitan akhhsaakittt mas kini penis gue benar-benar ditelan dan</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">terasa terjepit lubang senggama Ayu.terlihat setitik air mata mengalir dari sudut matanya.wajah Ayu masih menahan sakit karena</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">keperawanannya robek oleh penis gue.gue diam beberapa saat agar Ayu mampu menguasai sakit di memeknya sambil menciuminya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">setelah dia agak tenang, gue mulai menarik dan mendorong penis gue,maju mundur perlahan. gue terus mengocokkan penis gue</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">di memeknya perlahan,terasa lubang senggama Ayu sudah bisa menerima penis gue,gue percepat gerakan penis gue. Ayu pun sudah</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">tidak lagi merintih kesakitan tapi berbalik mulai merasakan kenikmatan.. akhhhukhhmass..akhh..desah Ayu keenakan.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">gue ciumin bibir Ayu sambil terus mengocok penis gue di memeknya. ukhhhakhhh..ehhmm desahan nikmat kami berdua.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ayu mendekap erat tubuh gue, Ayumau ke..luar lagi bisiknya,terasa cairan hangat menyemprot kepala penis gue,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ayu orgasme yang kedua kali.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">penis gue terus keluar masuk di memek Ayu..beberapa saat setelah Ayu orgasme yang kedua, gue merasa sudah hampir mencapai orgasme.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">gue mempercepat gerakan penis gue.. mas udah mau keluar Ayu.. , akhhh.uhhh.. Ayu ju..gaa ternyata Ayu orgasme duluan.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">merasa sudah di pucuk,gue cabut penis gue dan menumpahkan sperma gue di perut Ayu. akhhmmmmhh</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">kami berdua terkulai berdampingan, gue menyeka keringat di kening Ayu dan mengecupnya. makasih ya sayang bisik gue,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ayu hanya tersenyum kecil.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">gue bersihin sperma di tubuh Ayu yang terkulai lemas dan darah di memeknya dengan handuk kecil.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">bobo aja bentar sayang, nti mas bangunin.. kata gue. tak lama Ayu pun terlelap dan gue tutupi tubuhnya dengan selimut.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">gue pandangi wajah Ayu, memang manis banget anak ini,beruntung banget gue bisa dapetin dia dalam hati gue berkata.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Waktu sudah menunjukkan jam lima sore, gue cium pipi Ayu buat bangunin dia. bangun sayang dah sore.. kata gue.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Ayu pun bangun, saat akan berdiri Ayu masih merasa perih di memeknya..akhh.. rintih Ayu sambil menggigit bibirnya.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Ayu perlahan mengenakan semua pakaiannya kembali. kamar mandi mana mas? tanya Ayu. oh itu dibelakang.. kata gue,</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">sambil menunjuk kamar mandi. terlihat Ayu berjalan pelan menahan sakit di kemaluannya menuju kamar mandi.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">setelah selesai dari kamar mandi Ayu pamit pulang. mas Ayu pulang dulu ya, dah sore banget katanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">iya, Ayu jangan lewat depan rumah dian ya, lewat samping aja saran gue.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">sebelum pulang gue cium lagi kening dan bibir Ayu</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">jangan bilang sapa-sapa ya sayang!!!bisik gue.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Ayu hanya mengangguk hati-hati ya Ayu!!..<br />
<br />
<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; font-size: xx-small;"><i>source : rumahseks.blogspot.com</i></span></div></div><div style="color: black; line-height: normal; text-align: justify;"></div></div></span></span>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-62505800867429313072011-11-07T07:19:00.000-08:002011-11-13T08:34:42.956-08:00Rena Gadis SMU Yang Menggoda<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Perkenalkan namaku Roy sampai sekarang aku masih melanjutkan kuliah di sebuah universitas di Magelang. Umurku masih 20 tahun. Cerita ini berawal ketika aku dan temanku Ronald, Jefry dan Rudi yang senang bermain game online ataupun sekedar bermain internet, membuka sebuah game centre dan warnet yang terletak di daerah Magelang Utara. Pada dasarnya sih kami membuka usaha itu cuman iseng-iseng aja. Yah dari pada nggak ada kerjaan ataupun malah menghabiskan uang untuk main game atau main internet di tempat lain, mendingan buat sendiri toh bisa nambah uang buat jajan dan beli rokok.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Belum lama usaha kami buka, kami seperti setengah kaget dan senang. Bagaimana kami tidak senang, kebanyakan user kami adalah cewek-cewek SMU dengan postur tubuh yang sangat mempesona, bahkan bisa diibaratkan buah apple yang siap di petik. Dan juga masih banyak gadis-gadis muda yang main ke tempat kami. Dengan keramahan teman-teman ysng selalu sopan dan romantis dalam melayani pelangan, yah kami memang cukup professional. Bahkan postur tubuh kami dan wajah kami juga cukup lumayan mungkin itu juga salah satu faktor yang membuat mereka tertarik untuk selalu datang berkunjung.</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Di antara gadis-gadis yang masih segar itu ada satu yang sangat istimewa di mataku dan teman-temanku. Namanya Rena dia cukup cantik, bukan hanya cantik, luar biasa mungkin dan istimewa tentunya. Terkadang dia datang dengan Karina, Monica dan Cindy teman-teman Rena yang juga tidak kalah cantik, tapi lebih istimewa Rena tentunya dan akhirnya suatu kesempatan, dia datang sendiri ke tempat kami. Ketika dia baru duduk aku sapa,</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">”Loh temennya mana Ren”, dia hanya menjawab,</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">“Dah pada balik, pada mau les katanya”.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Lalu aku berbalik ke mejaku dan berusaha mencuri-curi untuk sekedar melihat lekuk tubuhnya dari balik monitor komputerku.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">15 menit sudah aku memandangnya, eh dia membalas pandanganku, aku kaget juga jangan-jangan dia marah, eh dia malah tersenyum. Karena penasaran dia sedang apa aku mencoba melakukan remote anything ke komputernya, yah kami biasanya menyebutnya dengan kata-kata SPY, gitu deh bahasa gaulnya. Aku kaget juga setelah tau bahwa dia membuka situs-situs yang berhubungan dengan sex dan pornografi. Mukaku memerah, entah suka atau benci, tapi yang jelas kaget sekali. Dengan nekat kucoba mendekati komputernya, lalu kutanya dia,</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">“Hayooooo Rena lagi buka apa”,</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Karena tanpa persiapan dia langsung kelabakan seperti anak ayam kehilangan induknya dan dengan cepat dia menutup kolom situs-situs tersebut. Tapi dengan cepat aku menjawab,</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">”Ngga papa lah ama gue ini, nyantai aja lagi”.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Langsung saja muka dia memerah, entah malu atau takut. Lalu dia menjawab,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">“Emangnya tadi Roy liat Rena lagi buka apa?”, tanyanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">“Liatlah, ngga perlu ke sini juga Roy bisa liat dari komputer Roy “, jawabku sambil mengedipkan mata, lalu dia tertawa kecil dan tersenyum manis seperti gadis yang masih polos.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Lalu dengan cepat aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini aku langsung berkata,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">“Mau di temenin ngga Ren biar Roy cariin situs-situs yang lebih bermutu”.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Dia diam sejenak lalu menjawab,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">“Ya udah Roy duduk di sebelah Rena aja”, katanya lembut penuh arti.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Waduh bakalan seru nih batinku, untung aja temen-temenku yang lain pada bermain basket di dekat situ, jadi semuanya lancar tanpa hambatan. Kami sempet ngobrol sejenak, dan dari situ kuketahui bahwa dia anak pejabat di kota ini, dalam batinku aku berkata wah ternyata anak pejabat neh.</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Lalu mulai kucarikan dia situs-situs porno yang belum pernah dia lihat, kulihat raut mukanya berubah seperti cacing kepanasan tangannya tak bisa diam, aku lihat dia sangat terangsang dengan gambar-gambar dan video yang aku carikan lewat internet. Wah cepet honey dia batinku, lalu tak kubiarkan dia hanya melihat saja, lalu aku berbisik,</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">“Ren dari pada liat, punyaku nganggur neh, kan sayang kalo di diemin”, ia kaget kukira dia marah.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Eh ternyata dia malah langsung memegang senjataku yang dari tadi sudah on ketika aku duduk di sebelahnya, kontan saja aku kaget dan senang. Lalu dengan cepat aku juga merangsang dia dengan memegang payudara yang sangat indah itu dari belakang.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Untung warnet lagi sepi batinku dalam hati, anehnya saat itu tak ada satupun pelanggan yang datang, yah mungkin di karenakan hujan yang cukup deras. Kulihat dia kurang puas memegang senjataku jika terhalang oleh celana pendekku, lalu dia mencoba memelorotkan celanaku hingga batang kemaluanku bisa dalam posisi enak untuk di kocok oleh tangannya yang lembut itu. Dan dia berkata,</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">“Roy punya kamu gede juga ya”,</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Aku hanya terdiam. Tanpa sadar aku sangat menikmatinya, hingga aku hampir berteriak</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">“Aah… uchhhh… ahhh terus Ren” lalu Rena dengan cepat menutup mulutku dengan ciuman bibirnya yang lembut dan sangat sensual itu.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Wah untung sepi coba klo banyak orang tadi di sini bakalan berabe batinku. Setelah dia puas dia mencium bibirku, dia melanjutkan dengan menciumi kemaluanku, sungguh luar biasa gadis anak pejabat yang masih polos ini melakukan hal-hal dalam sex yang sangat mengairahkan.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Aku di buat sangat puas olehnya bahkan aku dibuat tak berdaya, 10 menit kemudian aku mengangkat kepalanya dan aku bisikan mesra di telinganya, Ren gantian masak kamu terus yang muasin aku kamu kan belom puas, dia tersenyum pertanda iya. Langsung saja aku puaskan dia di antara sekat-sekat yang menjadi pembatas di antara komputer-komputer di warnet ini. Dia kulihat sangat menikmati permainanku, aku mencoba sedikit membuka bajunya untuk melepas Bhnya.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Karena kami melakukannya di tempat umum aku mencoba untuk menahan diriku untuk tidak mencoba menelanjanginya, sehingga aku tetap merangsang payudaranya di balik seragam sekolahnya, tanpa bisa melihat payudaranya yang berukuran 34 b itu. Dia terdengar mendesah lembut dan sangat sexy,</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">“Aah ah… u ah.. hhhhhh… ahhhhh” terdengar dari mulut nya.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Berkali-kali kupilin puttingnya dia mengelinjang hebat sekali, dan meracau tidak karuan.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">”Aah uh. Roy terus sayanggggg… Royyy…ahhhhhh”.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Setelah merangsang buah dadanya aku langsung mencoba mengelus vaginanya dengan jariku, karena dia memakai rok SMU sehingga tidak sulit untuk melakukannya. Kurasakan vaginanya sudah sangat basah di karenakan rangsanganku di buah dadanya tadi, bulu-bulu kemaluanya juga kuraba, wow sangat rapi batinku. Aku berusaha tidak memasukan jariku ke vaginanya karena dia masih perawan.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Kucoba merangsang dia lewat gesekan-gesekan lembut di tanganku, kurasakan badannya kejang dan keringat keluar dari seragam sekolahnya yang tanpa memakai Bh itu.Dia berulang kali mendesah,</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">“Roy ampunnn Roy sayang yuyy nikmattttt………”.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Padahal itu baru kugesek dengan tangan bagaimana klo kumasukan senjataku ke dalam vaginanya batinku.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Setelah 10 menit melakukan itu dia berteriak.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">“AahhhhHH… hhhhh… SSSshhhhhh”, dan seketika itu juga dia mengalami orgasme pertamanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Kemudian dia terkulai lemas di pelukanku, sambil membelai dia aku membenarkan posisi celanaku dan dia juga mencoba membenarkan letak posisi seragam dan roknya itu.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Lalu aku mengambilkan air minum untuk dia lalu berkata,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">“Yah gitu aja dah jebol gimana klo ML bisa-bisa Rena ngga bisa bangun 2 hari gara-gara kehabisan stamina dong”. candaku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Lalu dia menjawab,</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">”Eh enak aja kan tadi baru training, jadi ya butuh pelatihan dolo kayak tadi”.</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Aku hanya tertawa kecil, eh malah dia langsung bilang Roy mau ngajarin Rena yang lebih expert lagi ngga, klo mau abis ini aja kita pergi mau ngga tanyanya. Sejenak aku berpikir tapi langkah-langkah kaki datang menuju tempat itu dan kulihat wajah-wajah teman-temanku muncul, diantaranya Ronald, Jefry dan Rudi.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Langsung saja kusapa,</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">“Abis basket kalian”, dengan tersenyum Jefry hanya menjawab,</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">”Daripada ngurusin basket mendingan ngurusin Rena”.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Mereka pun semua tertawa dan kulihat Rena juga tersenyum nakal dan berusaha menunggu jawabanku. Lalu setelah teman-teman ke belakang aku bisikan ke telinga Rena…</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">“Ya udah tar gue ajarin yang lebih hot lagi ya,” Rena tersenyum dan aku pergi berkemas untuk pergi bersama dengan Rena.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Setelah itu kami pergi dengan meminjam mobil milik Ronald. Dalam perjalanan aku bertanya,</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">“Mau kemana ini Ren?”,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Dia menjawab.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">”Di rumah Rena aja kan Papa Mama sedang pergi ke Jakarta kak Adi sedang ke Jogja”,</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Aku kaget dan berkata,</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">”Bener nih di rumahmu?”,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">“Iya bener” katanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Setelah kami sampai di rumahnya aku kaget juga dengan rumahnya yang besar seperti istana itu wah gede banget rumahnya dan juga indah.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Setelah memarkir mobilku aku di bimbing Rena untuk masuk ke rumahnya. Wah tampaknya dia terlihat tidak sabar. Lalu aku menunggunya mandi sambil nonton tv dan menikmati hidangan yang sangat enak, kayak Raja nih batinku.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Setelah dia selesai mandi, ia menghampiriku hanya dengan memakai handuk yang dia balutkan di tubuhnya, ketika melihatnya, tenggorokanku seperti tidak dapat menelan kue-kue yang tadi aku makan, dan dengan segera Rena mengambil jus jeruk yang ada di meja kamarnya lalu meminumnya, setelah itu mencium bibirku dan mengalirkan jus jeruk yang telah dia minum tadi seolah-olah induk yang memberikan makan anak-anaknya.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Setelah itu dia membuka handuknya yang tadi membungkus tubuhnya yang putih mulus dan sexy itu. Wah payudaranya benar-benar luar biasa kencang dan besar, tak kusangka anak SMU kelas tiga sudah matang, bulu-bulu halus yang ketika di warnet tadi aku pegang, aku bisa melihatnya dengan jelas. Sungguh pemandangan yang luar biasa.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Tanpa segan-segan lagi dia memintaku untuk menservicenya.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Dia berkata,</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">”Ayo kok malah diem katanya mau ngajarin”, ucapnya,</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Aku berkata,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">“Kamu cantik banget Ren tubuhmu juga sexy”.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Tanpa menunggu dia bicara langsung saja kubenamkan kepalaku di payudaranya itu dan mencoba untuk merangsang salah satu bagian sensitif itu, lalu dia mulai mendesah seperti tadi,</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">“Aah… OuchHhh… uhhhhhh… Ahhhhhh……..”,</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Dia sangat menikmatinya bahkan sesekali dia menjambak rambutku, kulihat payudaranya sangat kencang dan kenyal sekali sesekali aku meremas-remasnya dan aku pun juga sangat menikmatinya, payudara yang indah. Lalu kuteruskan dengan menciumi bagian kewanitaannya, dia terlihat memejamkan mata sangat menikmatinya, dan dia meremas-remas payudaranya sendiri mencoba merangsang tubuhnya sebaik mungkin. Ketika klitorisnya kuhisap-hisap dia sangat kewalahan dan berteriak-teriak,</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">“Roy aduhh enak ah… ouchhhh… ahhhHh… uhh”.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">5 menit kemudian, giliran dia merangsang diriku. Kulihat dia mengocok penisku dengan lembut dan menghisapnya bagaikan permen lollipop yang sangat manis,</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">“Oohh… ahhhhhhh… hahhhh”,</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Aku sangat menikmatinya, dia menjilati batang kemaluan dan tidak ketinggalan buah zakarku juga ikut dia hisap.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Aku sudah tak bisa berkata apa-apa lagi selain menikmati permainanya. Ketika aku hampir memuntahkan laharku aku mencoba melepaskan senjataku dari hisapannya dan gengamannya, lalu kubaringkan dia diranjangnya dan aku berbicara mesra,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">”Tahan ya sayang, pertama-tama sakit tapi nanti juga enak kok”, kataku.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Dia mengangguk pertanda iya. Kucoba membobol vaginanya ternyata sangat sulit, pada usaha pertama melesat dan setelah kuoleskan kream di vaginanya, pada usaha ketiga aku berhasil memasukkan separo penisku ke dalam kemaluannya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Dia menjerit kesakitan,</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">“Royy sakitT Royyyyyy ampunnNnNnnnnn”, jeritnya, tapi aku tetap melakukannya dan bless seluruh batang kemaluanku sekarang berada di dalamnya bersamaan dengan bercak-bercak darah keperawanannya.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Kubiarkan diam sejenak supaya vaginanya terbiasa menerima kehadiran benda asing itu, setelah kurasakan vaginanya bisa menerima penisku, kucoba menarik maju mundur.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Jeritan sakit yang tadi dia ucapkan berganti dengan desahan-desahan wanita yang sedang mengalami persetubuhan yang sangat nikmat. Dan tidak henti-hentinya dia selalu mendesah dan setengah berteriak.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">“Aah terus Roy sayang kocok terus bikin Rena puas ah ouchhhhh shhhhh terus kocok jangan berhenti sayangggg… “, rancaunya, aku juga sangat menikmati denyutan-denyutan di dalam vaginanya itu, gerakan menghisap yang sangat nikmat sekali di alami oleh penisku kemudian aku membalikan posisinya supaya kami bisa melakukan doggy style.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Lalu kusuruh dia berdiri dan bersandar di depan kaca meja riasnya dan kumasukan senjataku dari belakang sehingga aku bisa menikmati keindahan tubuhnya dan payudaranya serta paras cantik wajahnya dari kaca tersebut.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">15 menit kejadian itu berlangsung kudengar dia berteriak,</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">“Aahhhh Roy aku keluarrrrrrrrrrr…….”, oh tampaknya dia baru saja mendapatkan orgasme pertamanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Kucabut penisku dari dalam vaginanya dan membiarkan Rena istirahat sebentar.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Setelah cukup istirahat. Dia mengajakku untuk melanjutkannya di kamar mandinya yang seperti kolam renang itu karena sangat luas.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Kontan saja karena terburu nafsu aku langsung tancap gas dan segera memasukan penisku ke dalam vaginanya yang merah merekah itu. Aku sangat menikmati guyuran shower yang membasahi tubuh kami, seolah-olah membasahi jiwa yang kekeringan akan kehausan sex.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Rena terus merancau dan akhirnya aku sangat merasakan kenikmatan yang luar biasa, penisku yang dari tadi disedot kurasakan sangat membengkak dan mencapai klimaks sampai ubun-ubun rasanya, aku berteriak,</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">“Rena aku mauuuuuuu keeeeluuuarrrrrrrrrrrrrrrrrr mauuu diii kelluariinnn dii mannna?”. jeritku menahan nikmat,</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Dia sambil ngos-ngosan bilang</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">“Di dalam ajjjaaaaa”,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">“Ngga papa Rennn”,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">“Laggiii masaaaaaa tiiiidakkk suburrrrrr”,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Dan Rena juga tampak merancau lagi dan berteriak,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">“Yaaaa uuu daaa hhhhh kii taaa ssssaaammaa saaammaaaaaaaaaaaaaaaa”.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Aku tak dapat menahan lagi dan jebolah pertahananku kusemburkan maniku di dalam vaginanya dia juga tampak mencapai orgasme keduanya.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Setelah itu dia masih menjilati kemaluanku dan membersihkan sisa-sisa maniku, lalu kami mandi bersama.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Setelah selesai aku pamit pulang, aku pamit dengan mengecup kening Rena dan berkata pelajarannya udah cukup kan, dia hanya tersenyum dengan lembut sungguh seperti gadis yang sangat polos dan berkata ,</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">“Roy besok kesini ya ajak Ronald, Jefry ama Rudi, jangan lupa loh “.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Aku cukup bingung kok ngajak yang lain segala ya batinku. Lalu selepas jam 6 malam esoknya kami ber 4 berkunjung ke rumah Rena. Betapa kagetnya kami ketika di sana kami disambut dengan mesra oleh keempat gadis yang sangat cantik di antaranya Karina, Monica, Cindy dan Rena tentunya, lalu tanpa basa-basi lagi mereka berkata.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">“Wah wah kak Roy jahat kok kita-kita kemaren ngga diajak sech, yang di ajak cumin Rena aja, ngga suka ya ma kita-kita?“, kontan saja aku sendiri kaget.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Dan teman-temanku juga ikutan binggung, lalu tanpa rasa malu Rena menjawab</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">“Roy kemaren ma aku ML loh”.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Aku kaget kenapa dia membuka rahasiaku tapi sebelum aku sempat bicara Rena menjawab</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">“Jadi hari ini Ronald, Jefry ama Rudi ngajarin Karina, Monica and Cindy, terus Rena tentunya ama Roy dong”, katanya.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Tentu saja teman- teman ku ngga jadi marah malah jadi senang, lalu aku berkata dalam hati wah rejeki mereka juga neh. Lalu kami pergi ke daerah Kaliurang dan menyewa sebuah villa di sana dan melewati hari dan malam penuh akan nafsu, gairah dan kehausan akan sex.</div></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"><div style="text-align: justify;">Dan sampai sekarang jika ada waktu kami masih melakukannya baik di kamar mandi warnetku, di rumah Rena, di hotel atau villa.</div></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Bahkan sekarang banyak pelanggan wanitaku menjadi kekasihku hanya untuk semalam/one night stand. Begitu juga dengan teman-temanku Ronald, Jefry dan Rudi mereka juga kalang kabut menerima order dari para wanita yang kesepian. Tapi atas dasar suka sama suka, maaf kami bukan Gigolo.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; font-size: xx-small;"><i>source : rumahseks.blogspot.com</i></span></span></div></div><div style="color: black; line-height: normal; text-align: justify;"></div></div>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4736673696921549058.post-81534429858755450592011-11-07T07:16:00.000-08:002011-11-14T08:23:46.178-08:00Sandra Dan Tukang Kebun Lagi Bercinta<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipr9QMdOJeYSFtoh2lQklQVKEFG8c_7CORJaKafX9RypzCX8zhchGhXO5jwGW8qUEzOLKN2Ugw7wZPO7nB7WjVVHWhQ6V2cqKA-1t2cuOC5OVJ_6lStTBMPGDEaKqVjFQw5g-fZuE7vzA/s1600/new+cinema+biru.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipr9QMdOJeYSFtoh2lQklQVKEFG8c_7CORJaKafX9RypzCX8zhchGhXO5jwGW8qUEzOLKN2Ugw7wZPO7nB7WjVVHWhQ6V2cqKA-1t2cuOC5OVJ_6lStTBMPGDEaKqVjFQw5g-fZuE7vzA/s1600/new+cinema+biru.png" /></a></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Namaku Sandra, umurku baru 14, tinggal bersama kedua orangtuaku di sebuah kompleks perumahan elite di Jakarta. Tapi karena kesibukan yang padat, kedua orangtuaku sering tidak dirumah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Biar ku ceritakan dahulu mengenai aku, agar kalian punya gambarannya. Tinggiku 147cm, beratku hanya 45kg, kulitku putih mulus tanpa cacat sekecil apapun, maklum, aku anak keturunan chinese yang sangat terawat. aku anak tunggal kesayangan yang bisa dibilang agak 'kuper', dikarenakan lingkunganku yang selalu dibatasi oleh kedua ortu ku. teman-2x ku pun hanya beberapa, itupun kebanyakan cewek semua. Jadi pengetahuanku mengenai kehidupan sangat sedikit, apalagi mengenai sex, bisa dibilang nol besar. sampai umur seginipun aku tak pernah tahu apa itu sex, kehamilan, kontol anak laki, ciuman, dll. selebihnya bayangin aja sendiri betapa 'kuper'nya aku ini.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Ok, aku lanjutkan ceritaku. Dirumahku yang lumayan besar itu, hanya ada aku dan pembantu-2x ku. yang 2 orang adalah pembantu rumah tangga, yang satu Bi Yem, orangnya udah tua banget, sedang satunya adalah cucunya yang berumur 1 tahun dibawah umurku, 13 thn, panggilannya No, adalah kacungku. seorang lagi adalah tukang kebunku yang sudah tua, Pak Mat, umurnya sudah sekitar 65 tahun, dan seorang lagi sopir papaku, namanya Bang Jun, umurnya sekitar 30 tahunan. Itulah isi rumahku saat ortuku tidak dirumah.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Pada suatu hari, aku pulang dari sekolah, kedua ortuku udah bepergian keluar negeri lagi untuk waktu yg tidak tentu. sopirku minta ijin untuk pulang karena ada suatu urusan, bi Yem sepagian pergi dengan cucunya untuk menengok saudaranya di Tangerang selama 1 hari. Jadilah aku dan pak Mat berdua aja.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Selesai makan siang, aku duduk-2x di halaman belakangku yang luas. Disana pak Mat sedang menyirami kebun. Iseng-2x aku jalan-2x didekat pak Mat, dan kugoda dia dengan menginjak selang airnya. Bingung karena air tidak keluar, dia lihat kebelakang da ketahuan bahwa selang airnya sedang ku injak, setelah injakkan kulepas, pak Mat mengarahkan air yang telah menyembur tadi ke arahku sambil ketawa-tawa.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Tapi apa yg terjadi, air membasahi tubuh dan kausku, pada saat itu aku hanya mengenakan kaus panjang sebatas atas lutut, tanpa mengenakan BH, hanya celana dalam aja. Kontan, bentuk tubuhku terlihat jelas dari balik kausku tsb. Buah dadaku yg cukup besar untuk ukuran tubuh dan umurku itu terlihat jelas sekali menantang, bayangkan, 32B dengan tinggiku yg hanya 147cm dan agak ceking, maklum, bagaimana sih tubuh anak perempuan yg masih SMP. Tubuhku yang masih sangat muda dan ranum belum tersentuh itu, dipandangi oleh pak Mat dengan melongo. Entah gimana mulanya, tahu-2x pak Mat telah mendekati ku dan meremas buah dadaku, aku hanya bisa diam dan bengong krn aku tidak pernah diperlakukan seperti itu sebelumnya. pak Mat adalah tukang kebun keluarga kami yg telah lama ikut keluargaku, bisa dibilang, dia sudah ada sejak aku masih bayi. Jadi, keluarga kami sangat mem-percayainya. pak Mat berkata 'non, susu non besar juga yah..., enak nggak diginiin?' sambil tangannya terus meremas-remas susuku. Aku yg belum mengerti apa yg sedang dilakukannya menjawab 'agak geli pak, tapi koq enak ya... pak Mat sedang mijitin aku yahh?' tanyaku manja. 'iya. kan dari kecil pak Mat yg ngerawat kamu. Mau nggak pa Mat ajarin sesuatu?' tanyanya. 'ajarin apa sih, pak?' tanyaku polos. 'setiap anak yang mau dewasa harus diajarin ini supaya nanti nggak malu ama temen-2x kamu, mau nggak?' desaknya. 'iya deh' sahutku. Tanpa banyak bicara lagi, pak Mat mengajakku ke biliknya di ujung halaman belakang rumahku yg besar itu. Memang bilik untuk pegawai kami ada diujung belakang rumahku.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Setelah masuk kebiliknya, dia tutup pintunya lalu dikuncinya dari dalam. 'non tahu apa itu kontol?' pancingnya. 'apa sih kontol itu, pak Mat. koq aku nggak pernah dengar sih?' tanyaku dengan wajah serius. Setelah itu dia melepas seluruh pakaian dan celananya sampai telanjang bulat. aku yang masih polos itu diam aja sambil memperhatikan dengan seksama, aku sama sekali tidak mengerti bahwa aku akan mendapat pengalaman yg tak terlupakan sampai sekarang. Setelah telanjang, dia menggenggam kontolnya dan menunjukkan padaku, 'Nah, ini adalah kontol, non. Semua anak yg mau dewasa harus tahu ini. bukan hanya tahu tapi juga harus merasakannya. coba non pegang, nanti aku ajarkan lagi' ujarnya sambil gemetar menahan nafsu. Aku coba pegang kontolnya yang besar itu, ya ampun aku hampir tak dapat memegangnya dengan kedua tanganku. 'Sekarang coba kocokkan seperti ini' sambil memberi contoh' aku laksanakan perintahnya, kukocok kontolnya dengan gemas, habis makin lama makin besar dan panjang sih. 'Nah, non pernah ngemut permen kan? coba sekarang kau lakukan seperti itu pada kontolku' nadanya semakin bergetar. Dia berdiri disamping tempat tidurnya dan aku duduk disamping tempat tidurnya sambil membimbing kontol yg ada di genggamanku ke arah mulut ku yg mungil dan merah itu. Aku masukkan kedalam mulutku dengan susah payah, besar sekali pikirku. jadi kujilati dulu kepala kontolnya dengan seksama. pak Mat mendesah-2x sambil mendongakkan kepalanya. kutanya 'kenapa pak, sakit ya, maafkan aku pak.' 'ah nggak koq, malah enak sekali lho, terusin, terusin, jangan berhenti, nanti kalo kau masukkan kedalam mulutmu, kontol ku jangan terkena gigimu yah, terusin' ujarnya sambil merem melek kenikmatan. Aku teruskan aksiku, aku jilatin kontolnya mulai dari kepala kontolnya sampai ke pangkal batang, aku terusin ke buah pelirnya, semua aku jilatin seperti aku jilatin permen kesukaan ku, sekarang aku coba untuk memasukkan kedalam mulutku lagi, udah bisa masuk, udah licin terkena ludahku, aku mulai menyukai ajarannya. Pak Mat memegangi kepalaku dengan satu tangannya sambil memaju-mundurkan pantatnya, seperti orang ngentot. Sedang tangan satunya lagi meremas susuku sebelah kanan. Gerakannya semakin lama semain cepat, akhirnya dia berkata 'aduh non, sebentar lagi aku mau keluarin pejuh ku, nanti kau rasakan gimana rasanya yah. setelah itu harus kau telan' perintahnya, tapi belum lama dia berkata itu, aku merasakan suatu cairan keluar dari kontolnya, rasanya aneh, kurasakan sekali lagi lalu kutelan dengan 2 kali telan karena pejuhnya ternyata banyak sekali. pada saat pejuhnya keluar, terdengar suara pak Mat menggeram keras dan panjang. ' Nnnnggghhh.......ggnnnnnhh....hhhkkkkhh...'</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">'Aduh non, enak sekali mulutmu itu. kontol pak Mat enak nggak?' tanyanya dengan terputus-2x kepuasan. 'Mmmhh, enak pak. pejuh nya juga enak, aku nggak pernah makan seperti ini, ada lagi nggak pak?' tanyaku kurang puas. 'sebentar lagi non akan merasakan yag lebih enak dari tadi, mau nggak?' tanyanya sambil melepasi kaus dan celana dalamku. setelah aku telanjang, dia tidurkan aku diatas ranjangnya, sambil susuku diremasnya terus. Dia jilati seluruh tubuhku, mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. dijilatinya pula seluruh bongkah susuku, disedotnya pentilku sampai aku gemetar. Kakiku dan kedua pahaku yg mulus itu dibukanya sambil dielus-2x dengan satu tangan masih di susuku. Setelah itu memekku dijilatin dengan lidahnya yg kasar. wuihh rasanya nggak keruan, geli banget deh, rasanya pengen pipis. Bukan hanya bibir memekku aja yg dijilatinnya, tapi lidahnya juga masuk kelubang memekku, aku jadi menggelinjang-2x nggak terkontrol, wajahku merah sekali sambil terdongak keatas. Sementara itu diapun naik ke atas ranjang sambil mengarahkan kontolnya ke wajahku, aku tahu apa yg diinginkannya, ku pegang kontolnya yg sudah agak mengecil. kusedot lagi kontolnya, masih ada sisa pejuhnya diujung kepala kontolnya, kujilatin. Jadi posisi ku ada dibawahnya sambil menjilati kontolnya, dia ada diatas ku sambil memasukkan lidahnya kelubang memekku. Setelah kontolnya sudah keras dan panjang lagi, dan memekku sudah banjir dengan ludahnya, dia cabut kontolnya dari mulutku.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Dia berbalik posisi, sekarang wajahnya diatas wajahku, dan kontolnya mengarah ke memekku. Pak Mat berkata 'non akan merasakan sakit sedikit, tapi setelah itu non akan merasakan kenikmatan yg luar biasa. Non kuat menahan sakit kan?' aku merasa tertantang dan menjawab singkat 'kuat pak'.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Setelah itu dia mulai memasukkan kontolnya yg besar dan panjang itu ke lubang memekku. pantatnya semakin didorong dan didorong, sampai aku merem menahan sakit dan perih di memekku. setelah itu dia gerakkan kontolnya keluar dan masuk dimemekku yg masih sempit itu. 'wuah, non, sempit betul memekmu, sampai sakit kontolku dibuatnya, ini memang rejekiku, dapat memek gadis sekecil dirimu, tak pernah terbayang dibenakku aku akan menikmati tubuhmu, keperawananmu, memekmu yg sempit ini, ternyata ngentot dengan anak juragan lebih enak dari segalanya. ooohhhh....mmhhh...aaahhh....' pak Mat menggumam tak keruan.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Aku mulai merasakan nikmat yg tak terkatakan, luar biasa enak sekali rasanya. secara naluri aku gerakkan pantatku ke kanan dan ke kiri, mengikuti gerakan kontolnya yg keluar masuk, wuihh tambah nikmat. kulihat wajah pak Mat yg sudah tua dan kempot itu serasa menikmati sekali gesekkan kontolnya dilubang memekku itu. Apabila ada yang melihat kejadian itu, pasti mereka bakal mengira bahwa aku sedang diperkosa oleh orang tua itu, karena kalau dilihat fisiknya, aku lebih cocok jadi cucunya, umurnya udah 65thn, sedang umurku baru 14thn, wajahnya dan tubuhnya udah keriput dan kempot, kulitnya kasar dan hitam karena sering terbakar matahari, selain itu dia juga orang pribumi. Sedang tubuhku yg masih muda ini, putih bak pualam, karena aku seorang putri seorang boss, keturunan chinese, terawat bersih, kulitku mulus, wajah ku yg imut ini cantik seperti anak orang jepang. Sungguh perpaduan yg sangat berbeda, Tapi bila dilihat lebih dekat, ternyata si orang tua itu tidak memperkosaku, tubuhnya yg hitam berada di atas tubuhku yang putih mulus, bergoyang-goyang maju mundur, kepalanya memperhatikan kontolnya sendiri yang sedang keluar masuk dilubang memek seorang anak kecil baru berusia 14 thn, anak juragannya sendiri, seorang anak keturunan chinese, rupanya dia tidak habis pikir bagaimana untung nasibnya mendapat kesempatan mencicipi tubuh anak juragannya yang masih perawan itu.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Selang beberapa saat, pak Mat mengajak ganti posisi, aku pasrah aja. Aku disuruhnya nungging seperti anjing, dan dia menyodokkan kontolnya dari arah belakang ke memek ku. Nikmat sekali permainan ini pikirku. 'Ennngghh... mmhh.. mmmhh...' desahnya tak keruan. Belakangan aku baru tahu bahwa pak Mat telah menduda selama 7 tahun ditinggal istrinya meninggal. pantas saja dia melampiaskan nafsunya padaku, yang cocoknya jadi cucunya itu.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Sambil menggoyang pantatnya maju mundur, dia memegangi pinggulku dengan erat, kalian pasti tidak tahu bagaimana enaknya rasaku pada saat itu. selama tubuhku dinikmatinya, aku telah mencapai puncak sampai 4 kali, sampai lemas tubuhku dibuatnya. Tapi pak Mat tidak mau tahu, dia tetap menggarap tubuhku dengan nikmat.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 22px;">Tidak kurang dari 15 menit di genjot tubuhku dari belakang seperti itu, setelah itu dia cepat-cepat lepas kontolnya dari memekku dan memasukkan kemulutku sambil mengerang keras. Aku tahu apa yg diinginkannya, aku sedot keras kontolnya, pejuhnya muncrat didalam mulutku berulang-ulang, banyak sekali. 'crottt, croooth.., crooootttthh...' hampir penuh oleh pejunya mulutku dibuatnya. aku sedot lagi sampai habis, wah enak sekali, aku makin terbiasa makan pejuhnya, dan rasanya tambah terasa nikmat. Terutama aku sangat suka melihat reaksi nya saat pejuhnya keluar. Aku merasa memekku agak membengkak akibat disodok oleh kontol pak Mat yg besar itu.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Setelah istirahat beberapa menit, dia bertanya padaku 'gimana non? enak kan?', 'enak sekali pak, rasanya nikmat sekali, tak dapat dilukiskan dengan kata-2x' sahutku. 'Kapan-2x ajarkan aku lagi ya, pak? boleh kan?' tanyaku polos, pak Mat terkejut 'wah, non pengen lagi yah? boleh, boleh, kapan saja non mau, panggil saja pak Mat. Tapi non jangan bilang siapa-siapa ya. nanti aku tak bisa mengajarkan non yg lain lho.' dalam hati pak Mat berpikir, wah, lumayan juga kalo aku bisa menikmati tubuhnya setiap hari, aku bisa jadi muda lagi, nih. Sambil memandangiku dan tubuhku, dia berkata dalam hati, tak pernah terbayangkan olehku bakal bisa mendapatkan keperawanan dan menikmati tubuh non-ku, anak juraganku sendiri, padahal aku tahu dia dari kecil. Ternyata nikmat juga tubuhnya yg mungil ini, tahu gini sudah dari umur 12 dulu seharusnya kunikmati tubuhnya. Udah putih, mulus, tanpa cacat sedikitpun bak pualam, wajahnya yg cantik mungil, mulutnya yg kecil dan selalu merah, hmmm, ternyata enak juga ngentot dengan anak kecil, apalagi keturunan chinese, kaya'an nya lebih hot deh, membuat kontolku jadi lebih muda dan segar saja, pikirnya.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Setelah berpakaian, aku kembali kekamarku dan tertidur kelelahan. Setelah kejadian hari itu, aku sering di entot pak Mat, dimana saja, di kamarnya, dikamarku sendiri, diruang tamu, digudang, di dapur, bahkan di kamar mandi sekalipun, pokoknya dimana saja dan dimana ada kesempatan, pak Mat tidak menyia-2xkan tubuhku yg mungil itu. Dan aku semakin lama semakin ketagihan kontolnya.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;">Akhir-2x ini aku baru sadar bahwa aku telah menyerahkan keperawananku, tubuhku dan segalanya kepada tukang kebunku sendiri. Apalagi orangnya udah tua agak peyot, tapi kontolnya masih boleh juga. Sejak saat itu, aku jadi ketagihan dan ingin merasakan kontol-2x orang lain, tidak pandang bulu. Aku bahkan lebih terangsang dengan orang dari kalangan yang bukan orang berada. Entah kenapa aku lebih suka memberikan tubuhku yang masih muda dan mungil ini untuk dinikmati mereka, rasanya ada sesuatu didalam tubuhku yang membuatku lebih terangsang. Mungkin karena pengalaman pertamaku dengan tukang kebunku sendiri, kali.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 22px;"></span><br />
<div style="color: #333333; line-height: 22px; text-align: justify;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; font-size: xx-small;"><i>source : rumahseks.blogspot.com</i></span></div></div><div style="color: black; line-height: normal; text-align: justify;"></div></div>cinemabiruhttp://www.blogger.com/profile/10043434650528345719noreply@blogger.com