tag:blogger.com,1999:blog-32227251912713070422024-03-13T10:00:28.437+07:00Majid Hamidi NanlohyAnti Virus Design Fonts Info Journalisme Koperasi Mancanegara Multimedia Music Network Sejarah SEO Software Template Tutorial Vector Weblog WisataMajid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.comBlogger319125tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-35676129551447565602010-03-24T23:17:00.003+07:002010-03-24T23:20:22.081+07:00Logo Koperasi Dekopin<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzDk_DAmcpRbzdyqNKz4ZK04n10TLPM7lXnd7KEt88honw2JwWHaK_sBOKpiJmtaE68M3clw0C9nAd2HPPv064QmGXgayHMLX7BeX1LL_-IrRUJuaNgbumIwDDhtRLv1LIcx7FvcS2oOht/s1600/Logo+Dekopin.jpg"><img style="cursor: pointer; width: 320px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzDk_DAmcpRbzdyqNKz4ZK04n10TLPM7lXnd7KEt88honw2JwWHaK_sBOKpiJmtaE68M3clw0C9nAd2HPPv064QmGXgayHMLX7BeX1LL_-IrRUJuaNgbumIwDDhtRLv1LIcx7FvcS2oOht/s320/Logo+Dekopin.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5452235944338533522" border="0" /></a><br /><br />Untuk Logo Koperasi Indonesia "Tulisan Dekopin"nya dihilangkan, OkMajid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-1327268420191174682010-03-24T23:09:00.001+07:002010-03-24T23:11:49.458+07:00Logo Hari Koperasi (Harkop) 63 di Jawa Timur<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgnOFmztmhqXSb0MN-sxseLrV_LprrM4NyR1dgIvekJSq37RPf0oj61WWhbC0QoVVv6ukERMBT8DpK5skxXTN7I8QbE3t7V-T_b2RL6nVTWRhMJ9KmpO8ryzw3kfRi0eABoQs5i_hd3tp0/s1600/Logo+Harkop_63_OK.jpg"><img style="cursor: pointer; width: 320px; height: 312px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgnOFmztmhqXSb0MN-sxseLrV_LprrM4NyR1dgIvekJSq37RPf0oj61WWhbC0QoVVv6ukERMBT8DpK5skxXTN7I8QbE3t7V-T_b2RL6nVTWRhMJ9KmpO8ryzw3kfRi0eABoQs5i_hd3tp0/s320/Logo+Harkop_63_OK.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5452233590826667858" border="0" /></a>Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-71732754743406565392010-02-09T14:49:00.001+07:002010-02-09T14:49:24.986+07:00Lowongan Design GraphisTuk para kawula muda yang saya hormati, barang kali ada kawan-kawan yang mau ikut gabung untuk posisi Design Graphis baik freelance maupun tetap hubungi saya via chatbox di blog saya. Sertakan Alamat email dan hasil karya. Diharuskan benar-benar sudah terbiasa mengerjakan majalah dan aneka produk cetakan. Mahir Adobe Photoshop, Coreldraw, Adobe Ilustrator, Adobe Indesign, sedikit mengerti untuk guard virus. Secepatnya...ya, soalnya saya mau resign (mengundurkan diri dengan hormat). Saya harap keberadaan kawan-kawan yang serius tidak membawa efek tidak bagus buat saya. Karena saya ingin yang menggantikan saya standarnya mengerti komputer PC dan MAC. Thank'sMajid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-3518351434321410882009-12-29T23:18:00.002+07:002009-12-29T23:22:34.534+07:00Koperasi Peternak Bandung Selatan-KPBS PangalenganSepanjang 38 tahun kiprahnya, KPBS Pangalengan telah berhasil memancangkan tonggak-tonggak pencapaian yang mengagumkan. Memiliki IPS, akan dipancangkan menjadi target berikutnya, sebagai pencapaian tertinggi.<br /><br />Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS), boleh jadi merupakan contoh konkret dari wujud peran koperasi sebagai sokoguru perekonomian setempat. Koperasi ini memainkan peran yang cukup dominan dalam menggerakkan roda perekonomian di daerah yang menjadi wilayah kerjanya. Selain Kecamatan Pangalengan, wilayah kerja KPBS juga menembus dua kecamatan lain, yaitu Kertasari dan Pacet. Semuanya masih dalam wilayah Kabupaten Bandung.<br /><br />Penduduk di tiga kecamatan tersebut, memang banyak yang berprofesi sebagai peternak sapi perah. Maklum, sejak jaman kolonial Belanda, wilayah ini dijadikan sebagai basis peternakan sapi perah. Ketika itu, di sana ada empat perusahaan Belanda yang menguasai peternakan sekaligus sebagai prosesing susu, yaitu De Friesche Terp, Almanak, Van Der Els dan Big Man. Untuk pemasarannya, digarap oleh sebuah perusahaan bernama Bandungche Melk Center (BMC).<br /><br />Kejayaan perusahaan-perusahaan Belanda itu mendadak luruh, ketika era kolonial Belanda berganti dengan pendudukan Jepang. Saat itu, semua sapi-sapinya dibiarkan dipelihara oleh penduduk setempat, sebagai usaha keluarga. Tapi, usaha itu cenderung berjalan apa adanya.<br /><br />Lantas, para peternak berpikir untuk mengembangkan usahanya, hingga berkelanjutan. Dari sinilah muncul ide untuk membentuk koperasi. Maka, pada November 1949 berdirilah sebuah koperasi yang diberi nama Gappsip (Gabungan Petani Peternak Sapi Indonesia Pangalengan).<br /><br />Dengan berkoperasi, para peternak merasakan manfaat yang sebelumnya tidak diperoleh, karena banyak kegiatan yang bisa dilakukan secara bersama, sehingga lebih efisien. Namun, keadaan ekonomi dan politik nasional yang labil saat itu, kerap mengguncang usaha para peternak, yang sudah tentu berimbas pada Gappsip.<br /><br />Puncaknya, pada 1961, Gappsip lempar handuk lantaran tak kuasa lagi menahan guncangan. Akibatnya, tataniaga persusuan di Bandung Selatan yang dingin, sebagian besar diambil alih oleh kolektor alias tengkulak. Tentu saja, keadaan ini membikin usaha peternak “menggigil”.<br /><br />Mereka banyak menelan kerugian, lantaran harus pasrah menerima harga yang ditetapkan si tengkulak. Bahkan, tak sedikit yang harus gigit jari, karena susu yang sudah disetor cuma dibayar dengan janji kosong.<br /><br />Keadaan yang nyaris mematikan usaha peternakan sapi di Pangalengan dan sekitarnya tersebut, berlangsung hingga 1963. Gappsip pun dibiarkan meregang nyawa. Tapi, bukan berarti para peternak lantas hilang kepercayaannya pada koperasi. Pada 22 Maret 1969, sejumlah tokoh masya¬rakat dan peternak, sepakat untuk membentuk koperasi baru. Namanya, Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS).<br /><br />Belajar dari pengalaman dengan Gappsip dan sadar akan keterbatasan, kali ini para pengurus KPBS giat mela¬kukan lobi ke berbagai pihat terkait, untuk mendapatkan dukungan. Hasil¬nya, dukungan penuh bukan cuma da¬tang dari Pemerintah Daerah Tingkat II Bandung, Gubernur Jawa Barat, tetapi juga Dirjen Peternakan bahkan lembaga Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), UNICEF.<br /><br />Namun, dukungan tersebut umumnya masih terbatas pada pembinaan di bidang produksi. Sedangkan pemasarannya, masih bergantung pada Industri Pengolah Susu (IPS). Di sini, lagi-lagi persoalan pelik datang meng¬hadang. IPS menetapkan jadwal ketat untuk penerimaan susu, yang hanya berlangsung pada hari kerja. Padahal, yang namanya kegiatan memerah susu sapi, tak mengenal hari libur. Peternak dan sapinya, sudah tentu tidak bekerja seperti orang kantoran.<br /><br />Setelah menetapkan jadwal yang oleh peternak dirasa ganjil, IPS kemudian malah melansir aturan baru yang bikin pusing. Susu yang diterima masuk pabrik, hanya yang sudah melalui proses pendinginan atawa pasteurisasi. Nah, alat untuk proses itu masih sangat terbatas dimiliki koperasi.<br /><br />Dengan segala kemampuan yang dimilikinya, KPBS berusaha untuk mendorong peternak un¬tuk keluar dari zona ketergantungan pada IPS. Caranya, dengan menjual sebagian susu murni ke konsumen secara langsung. Tapi, terobosan mulia ini tidak berjalan mulus. Selain kualitas susu yang tidak stabil, lebih mengenaskan lagi, kerap terjadi praktik curang oleh pengecer untuk menangguk untung sesaat, yaitu mengoplos susu dengan air, atau dengan susu kualitas yang lebih jelek.<br /><br />Tapi, kali ini, koperasi dan para peternak yang menjadi anggotanya, tidak sudi lagi mengibarkan bendera putih. Dalam rapat anggota yang berlangsung pada 1976, diputuskan untuk memasang target tinggi: Mendirikan milk treatment (MT), semacam pabrik yang memiliki mesin untuk memproses susu. Jika MT sudah berdiri, KPBS bisa menyerap susu peter¬nak kapan saja, tidak perlu bergantung pada jadwal IPS. Tingkat kerusakan susu di tingkat peternak dan koperasi pun, bisa diminimalisir.<br /><br />Pengurus KPBS pun melakukan berbagai langkah konkret, untuk menggapai target tinggi tersebut. Salah satunya yang paling penting, adalah melakukan pendekatan pada IPS, dalam hal ini PT Ultra Jaya. Dalam proposal yang diajukan disebutkan, PT Ultra Jaya diminta membantu biaya pem¬ba¬ngunan MT, yang pengembaliannya diangsur selama lima tahun.<br /><br />Setelah melewati perundingan alot, akhirnya proposal tersebut diterima. Lagi pula, dengan adanya MT, pihak Ultra Jaya sendiri diuntungkan, karena bakal menerima pasokan susu yang kualitasnya terjamin. Di samping tidak perlu lagi pusing meladeni komplain peternak soal jadwal penerimaan susu.<br /><br />Pada 1979, MT yang dibangun bekerja sama dengan Ultra Jaya itu pun, sudah siap dan mulai dioperasikan. Pada 1982, terjadi peralihan manajemen MT dari Ultra Jaya, sehingga 100 persen dikelola oleh KPBS. Bahkan setahun kemudian, pinjaman dari Ultra Jaya sudah bisa dilunasi.<br /><br />Dengan MT yang sudah dimiliki dan dikelola secara penuh, KPBS dapat mendongkrak tingkat pelayanannya pada anggota. Bahkan, koperasi ini juga dapat membantu menerima susu dari koperasi/KUD susu di Jawa Barat.<br /><br />Terobosan yang lain dilakukan KPBS, adalah dalam soal pengadaan sapi. Pada 1988, dengan bantuan kredit ringan dari pemerintah, berhasil didatangkan sapi perah dari New Zealand, Australia dan Amerika Serikat. Pinjaman yang berjangka waktu tujuh tahun, bisa dilunasi lebih cepat, lima tahun.<br /><br />Selanjutnya, pengadaan sapi dari luar negeri, dapat dilakukan secara mandiri. Misalnya, pada 1994, KPBS mampu mendapatkan 2.400 sapi dara bunting dan 1 ekor pejantan unggul.<br /><br />Aspek pemasaran, juga tak lepas dari sasaran terobosan. Pada 1997, KPBS merintis pemasaran susu langsung ke konsumen, berupa susu hasil pasteurisasi dalam kemasan cup dan bantal. Merek yang digunakan, “KPBS Pangalengan”. Saat ini, produksi susu KPBS Pangalengan rata-rata mencapai 10 ribu liter per hari, yang dihasilkan oleh 18 ribu ekor sapi milik anggota.<br /><br />Setelah cukup berhasil dengan beberapa terobosannya, pengurus KPBS yang dipimpin Tavip Danu¬widjaja, lantas menancapkan target tertinggi, yaitu memiliki IPS sendiri, seperti yang sudah berhasil dilakukan oleh koperasi sejenis di sejumlah negara, antara lain India. “Mereka bisa, mengapa kita tidak?” ujar Tavip.<br /><br />Namun, jalan untuk mencapai target itu, memang masih terjal. Tingkat produksi yang dihasilkan, misalnya, masih belum memenuhi skala ekonomi sebuah IPS. Lain halnya jika koperasi-koperasi susu di seluruh Indonesia, mempunyai target yang sama, dan mau bersatu untuk mewujudkannya.<br /><br />KPBS bukan lagi koperasi yang cuma menghimpun susu sapi dari anggotanya, untuk disetor pada Industri Pengolah Susu (IPS). Koperasi yang masa kejayaan awalnya dihela oleh (alm) Daman Danuwidjaja ini, sekarang telah menjelma menjadi badan usaha yang bergerak dari hulu hingga hilir, dalam pola agribisnis.<br /><br />Secara garis besar, pola agribisnis KPBS bergerak dalam empat bidang, yaitu pra-budidaya, proses budidaya, pemasaran hasil budidaya, dan penunjang usaha. Kegiatan dalam pra-budidaya meliputi penyediaan bibit, pakan ternak, peralatan dan obat-obatan.<br /><br />Sedangkan proses budidaya meliputi manajemen koperasi, manajemen beternak sapi perah, penyetoran susu ke Tempat Pelayanan Koperasi (TPK), pelaporan keadaan sapi (sakit, berahi, kelahiran, mutasi, dsb), penampungan susu dan pngolahan susu. Sedangkan untuk pemasarannya, sebagian disetor ke IPS, sebagian lagi dijual langsung ke konsumen. Namun penjualan ke IPS masih dominan.<br /><br />Adapun usaha penunjang, antara lain meliputi pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan terhadap peternak, pelayanan kesehatan peternak sekaligus ternaknya, asuransi, pelayanan usaha dan kebutuhan anggota, operasional Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sampai pariwisata. “BPR KPBS pernah tercatat sebagai yang terbaik di Jawa Barat,” cetus Tavip Danuwidjaja, Ketua KPBS.<br /><br />Kegiatan yang masuk dalam kategori penunjang, memang tidak semuanya dilakukan secara penuh oleh koperasi. Sebagian dikelola lewat kerja sama dengan pihak lain yang berkompeten. Untuk bidang lain yang ditangani secara langsung pun, KPBS berusaha melibatkan pihak lain yang berkompeten, antara lain dihimpun dalam tim konsultan. <br />Tampaknya, KPBS berusaha untuk menjalankan setiap bidang usahanya, secara profesional.Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-73825351369053897702009-12-29T23:12:00.002+07:002009-12-29T23:18:48.983+07:00Pusat Koperasi Unit Desa Jabar-Puskud JabarJika memang benar-benar dikelola sesuai kaidah bisnis, usaha koperasi tak akan kalah dengan pelaku usaha lainnya. Walau dalam perjalannya Pusat KUD Jabar tanpa dukungan fasilitas maupun program usaha Pusat KUD, buktinya Pusat KUD Jawa Barat, hingga kini tetap eksis. Padahal kebijakan penyaluran pupuk, penyaluran komoditi Bulog dan tata niaga cengkeh, sudah lama dicabut. Tentunya hal ini menujukkan, betapa koperasi kalau dikelola sengguh-sungguh, tak kalah dengan pelaku usaha lainnya.<br /><br />Tak sulit untuk membuktikan, eksisnya bisnis Pusat KUD Jabar. Sebagai misal, amati saja tongkrongan kantornya, selain besar juga megah. Penampilan kantor yang berada di jalan Sorkarno Hatta No. 641 Bandung ini, setidaknya bisa memberikan legitimasi akan kebonafitannya. Sekadar diketahui, lokasi kantor ini, juga dikenal dengan nama By Pass, yang merupakan jalan raya terpanjang dan terbesar di kota Bandung, melintang dari barat perbatasan Cimahi hingga ke Cibiru di perbatasan Sumedang.<br /><br />Boleh jadi, gedung berlantai dua ni adalah juga kantor terbesar yang pernah dimiliki koperasi di kota Bandung. Saking besarnya, tak urung tiga koperasi lainnya juga menompang berkantor di kota Bandung. Saking besarnya, tiga koperasi lainnya tak urung turut menompang berkantor di sana, yaitu Perwakilan Inkopti Jakarta, Puskopwan Jabar dan Koperasi Penjamin Kredit Koperasi.<br /><br />Masih kurang. Di jalan yang sama, tak jauh dari sana masih ada dua bangunan terpisah lainnya yang dimiliki Pusat KUD Jabar. Satu digunakan sebagai kantor khusus operasional Direktorat Simpan Pinjam, dan lainnya berupa toko Swalayan “Citra Utama”. Itu belum termasuk dua unit toko, yaitu “Citra Fokus dan Citra Salawa serta satu show room yang berada ditempat lainnya. Dengan semua fenomena ini, jelaslah sudah bisnis Pusat KUD Jabar masih berbunga-bunga.<br /><br />Tanpa bermaksud membanding-bandingkan dengan Pusat KUD lain, boleh jadi Pusat KUD yang satu ini memang memiliki kelebihan tersendiri. Paling tidak kelebihan itu tercermin dari kemampuannya menambah timbunan kekayaannya. Sebab tak rahasia, bhawa tak sedikit diantara Pusat KUD, jangankan bertambah hartanya, mempertahankan asset yang adapun bersusah payah. Jadi tak heran, bila Wahyudi Basuki SH, Sekretaris Induk KUD, menilai Pusat KUD Jabar masih tetap yang terbaik. “Banyak sudah RAT Pusat KUD yang saya hadiri, tapi suasananya di Bandung ini sedikit lain, sejuk serta menggairahkan. Semangat ber-RAT dari KUD-KUD masih tampak begitu bergairah. Dengan gambaran ini, serta ditaqmbah dengan keberhasilan mengelola usaha, saya nilai Pusat KUD Jabar masih yang terbaik” ujar Wahyudi dalam sabutannya pada RAT koperasi ini bulan Juni lalu.<br /><br />Penilaian yang sama juga diutarakan oleh Remi Tjahari, SE, MPIA, Kepala Dinas Koperasi UKM Jabar. Bahwa, laporan tahun buku 2003, khususnya bidang keuangan Pusat KUD Jabar sangat mantap. Likuiditasnya yaitu perbandingan aktiva lancar kewajiban lancar mencapai nilai 499, atau sangat likuid. Begitu pula solvabilitasnya, yakni perbandingan antara aktiva dengan kewajiban sangat tinggi, angkanya 751 %. “Bayangkan aktivanya 42,8 miliar, sedang kewajibannya cuma Rp. 5,7 miliar. Itu artinya sangat-sangat bisa memenuhi kewajiban” kata Remi Tjahari.<br /><br />Pusat KUD Jabar dalam perjalanannya yang sudah memasuki usia 30 tahun, memang tidak sekalipun pernah merugi. Setiap tahun selalu mampu menyisihkan SHU. Tahun 2003 misalnya, tercatat Rp. 634 juta dan tahun 2002 Rp. 780,4 juta. Dengan tambahan perolehan SHU ini, maka modal sendiri yang kini dimiliki koperasi ini tak kurang dari Rp. 36,9 miliar. Itu belum termasuk dalam bentuk kekayaan lainnya, berupa tanah, gedung, kenderaan, mesin-mesin senilai Rp. 10 miliar lebih.<br /><br />Lantas, di mana sesungguhnya kiat sukses koperasi ini? Ternyata, kiatnya berada pada mantapnya pengelolaan manajemennya. Sebagai misal dalam pengelolaan bisnis, tidak dicapur aduk satu dengan lainnya. “Kita pilah-pilah secara otonom dan ditangani secara profesional” ujar Atang Sumpena, Ketua Umum Pusat KUD Jabar.<br /><br />Diakui Atang Sumpena, solidnya kinerja sesama pengurus maupun dengan Manager serta karyawan, juga tak bisa dipisahkan dari keberhasilan ini. Sebagai misal kata dia, sekecil apapun, problema yang dihadapi senantiasa disikapi dengan bijaksana. Pembagian tugas kerja di koperasi ini, memang sudah ditata sedemikian rupa.<br /> <br />Bicara tentang usaha yang ditangani, sesungguhnya, tidak jauh berbeda dengan yang dulu-dulu, ketika masih zaman kemudahan. Core bisnisnya tetap mengarah pada sektor pertanian dan selalu terkaita dengan kepentingan anggota. Kalaupuan ada yang bertambah misalnya penyaluran semen dan batu bara, itupun tetap terkait dengan kebutuhan sejumlah KUD.<br /><br />Tapi jangan lupa, lanjut Atang Sumperna. Meskipun ada kemiripan usaha dengan yang dulu, jangan dikira masih berbau program. “Pupuk misalnya, meskipun tetap kita tangani, itu dibeli dari pabrikan sebagaimana layaknya transaksi bisnis murni. Kita memang telah ditunjuk sebagai salah satu Distributor dari pupuk Kujang. Begitu pula dengan sembako, gula serta terigu yang ada di perkulakan, tidak ada hubungannya dengan urusan Bulog, semua didapat di pasar bebas. “Sekarang kan tidak ada lagi yang namanya program-programan” kilah Atang Sumpena, seakan memberikan gambaran, tanpa kemudahan pun, Pusat KUD Jabar tetap mampu berdiri tegak.<br /><br />Tahun 2003, tak kurang dari 38.259 ton pupuk yang diperdagangkan oleh koperasi ini dengan volume usaha Rp. 50 miliar lebih. Pupuk itu disalurkan kepada KUD anggotanya melalui lima Koordinator Daerah (Korda) yang, masing-masing dipimpin oleh seorang manager.<br /><br />Ada belasan unit usaha yang ditangani oleh koperasi ini, dan semuannya mampu memberikan kontribusi pada kocek Pusat KUD. Unit usaha itu dibagi dalam empat devisi kegiatan, yaitu devisi simpan pinjam, devisi agri bisnis, devisi perdagangan, dan devisi perkulakan. Devisi agri bisnis (menglola pabrik beras di Karawang dan Indramayu, kemudian jasa angkutan pupuk, angkutan Sub Dolog, angkutan matrial dan angkutan umum), devisi perdagangan (mengelola pemasaran pupuk, semen dan sayur mayur), devisi perkulakan (mengelola swalayan Citra Utama, toko Citra Fokus, toko Citra Salawa, penyaluran sembako dan usaha show room). <br /><br />Simpan pinjam boleh dikatakan merupakan bisnis andalan dari Pusat KUD Jabar. Bahkan juga menjadi usaha yang paling banyak terkait dalam melayani kebutuhan anggota. Maklum, unit ini sengaja dibentuk, khusus untuk melayani permodalan KUD. “Tidak sepeserpun dari Rp. 8 miliar dana yang dikelola unit ini memnaglir selain ke KUD” kata Amin Ruhendi, Direktur Direktorat Simpan Pinjam.<br /><br />Pada tahun buku 2003, unit ini mengucurkan dana sekitar Rp. 7 miliar lebih, dan itu diberikan kepada 197 KUD. Kemudian dari perputaran usaha ini, diperoleh SHU Rp. 455,7 juta. Bandingkan dengan SHU keseluruhan, Rp. 634 juta, itu berarti sebagaian besar pendapatan Pusat KUD dipasok unit ini.<br /><br />Ada yang menarik dari pola penyaluran yang dianut simpan pinjam ini. Transaksinya, berlangsung antara Devisi Simpan Pinjam Pusat KUD dengan Unit Simpan Pinjam KUD. Jadi KUD yang tak memiliki unit simpan pinjam, jangan diharap bisa mendapat kucuran kredit dari Pusat KUD. Sistim ini dimaksudkan, selaian agar penempatan dana cukup jelas, juga sekaligus jadi ajang pembinaan terhadap USP dimasud. Besarnya pinjaman ke masing-masing KUD, tergantung kebutuhan. Tapi berkisar antara Rp. 10 hingga Rp. 100 juta. “Sesungguhnya tahun 2003 kita mentargetkan bisa melayani KUD 268 KUD. Tapi akibat dana yang tak cukup, hanya terkayani 197 KUD.” Aku Amin Ruhendi.Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-47964821337738201602009-12-29T23:10:00.001+07:002009-12-29T23:12:29.586+07:00Koperasi Puskop Mabes TNIPuskop Mabes TNI, boleh jadi satu di antara koperasi fungsional yang medapat perhatian penuh dari pimpinan. Memanfaatkan kemudahan yang diberikan, koperasi ini mampu memupuk modal setapak demi setapak. <br /> <br />Tak sulit menemukan lokasi kantor Pusat Koperasi Markas Besar TNI (Puskop Mabes TNI). Selain tidak bergabung dengan induk di komplek Mabes TNI- Cilangkap, posisinya berada di tempat strategis. Tepatnya di Jalan Raya Bogor No. 1. Kramat Jati, Jakarta Timur. Jika Anda melintas di sana, di sisi sebelah kiri tampak papan nama cukup mentereng “Pusat Koperasi Mabes TNI”. Kantor koperasi itu kini dipimpin oleh Letkol CKL Suriadi MA.<br /><br />Mengamati papan nama, yang dibuat berupa monumen bertulisan besar, boleh jadi cukup menarik pandangan mata. Lihat pula tongkrongan kantor, lengkap dengan toko serta etalasi optiknya. Pusat koperasi ini, mungkin bisa jadi cerminan wajah koperasi TNI, khususnya di Jakarta. Lebih dari penampilan kantor yang menarik, yang jelas pengelolaan koperasi di lingkungan TNI ini tidak boleh dianggap sepele. Di mata para petinggi Mabes TNI misalnya, kinerja koperasi tampaknya tidak dilihat sebelah mata. Tegasnya, areal gedung yang luas dan representatif tersebut sepenuhnya diserahkan kepada koperasi sera digunakan sebagai kantor dan pertokoan.<br /><br />Dilihat secara kelembagaan fungsional, koperasi ini tak bisa dipisahkan dari induk kesatuannya Mabes TNI. Ambil contoh termasuk penempatan personil, diatur melalui SK Panglima TNI. Bagi Puskop Mabes, keterkaitan ini justru memberi banyak keuntungan dalam menjalankan roda bisnis. Mengapa? Sebab deengan keterkaitan itu lah, banyak kemudahan diperoleh dari induk kesatuan Mabes TNI. Seperti dikatakan Suriadi dalam laporan di forum RAT belum lama ini, dari seabrek kegiatan usaha yang dikelola, beberapa diantaranya merupakan bisnis limpahan dari kesatuan. “Sebut saja misalnya pengelolaan Wisama Loka Kesatria, Wisma Loka Bima Tama, Gelanggang Olah Raga dan Rekreasi serta Wisma Triloka di Cisarua. Semua ini merupakan kemudahan dan tentu kepercayaan yang diberikan oleh pimpinan. Wisma yang disebut terakhir, tahun buku 2003 memberikan pendapatan Rp 201 juta,” ujar Suriadi kepada PIP di kantornya.<br /> <br /> Bukan itu saja. Puskop Mabes juga diperbolehkan menjadi rekanan dinas di Babek TNI dan tahun 2003 lalu memberikan keuntungan Rp 65 juta. Bahkan dana modal pinjaman untuk menempatkan saham di Bank Yudha Bakti sebesar Rp 3 miliar juga berasal dari kesatuan. Pinjaman ini diangsur Puskop Mabes TNI secara bertahap melalui deviden yang diperoleh dari Bank Yudha Bakti.<br /><br />Tak kurang dari 10 unit usaha yang kini dikelola oleh Puskop Mabes TNI. Diantaranya, pertokoan, Wisma Triloka, pengelolaan gelora, travel biro, jasa KPR, simpan pinjam, kredit sepeda motor, sewa lapak, wartel dan jasa kredit multi guna. Itu belum termasuk delapan usaha dalam bentuk mitra usaha, yaitu PT Bank Yudha Bakti, PT Yamabri Dwi Bhakti Utama (bidang telekomunikasi), U.D. Air Mas (pemasaran minyak tanah), PT Manunggal Air Servis, pengelolaan Padang Golf Cilangkap, Rekanan Dinas, PT Djawi Jaya Lestari ( penjualan daging sapi segar) dan Optik Irma.<br /><br />Dari seluruh kegiatan usaha itu, Puskop Mabes tahun buku 2003 memperoleh pendapatan Rp 773 juta. Setelah dikurangi biaya Rp 334 juta, berati perlohen SHU senilai Rp 439 juta. Sekadar diketahui, SHU ini mengalami lonjakan Rp 200 juta lebih dibanding dengan SHU yang direncanakan Rp 269 juta. Dengan tambahan perolehan SHU tersebut, maka modal sendiri Puskop Mabes pun ikut meningkat menjadi Rp 2,1 miliar.<br /><br />Lantas untuk siapa semua hasil aktivitas usaha itu? Tentu semata-mata untuk meningkatkan kesejahteraan prajurit. Sebagai koperasi sekunder, Puskop Mabes memang tidak beranggotakan orang per orang. Namun pada gilirannya melalui primer koperasinya, sebagian SHU itu akan dinikmati oleh prajurit. “Koperasi yang didirikan di lingkungan TNI, memang untuk kepentingan prajurit,” tandas Suriadi mengingatkan. <br /><br />Dari tahun ke tahun perjalanan bisnis Puskop Mabes cenderung meningkat. Namun bukan berarti tidak ada kendala. Dalam kaitan ini Sekretaris Puskop Mabes TNI, Kapten CAJ Lina Marlina mengungkapkan, kurangnya wawasan bisnis dari para pengelola, peluang usaha yang mestinya dapat ditangkap sering bisa lepas. Kendala lain, belum optimalnya asset dinas didayagunakan. Padahal jika dikelola dengan baik, bias memiliki nilai tambah secara bisnis. “Karena itu ke depan ada pemikiran, Puskop Mabes akan membentuk suatu businesse development untuk mengoptimalkan penggunaan berbagai aktivitas usaha. Lembaga ini akan diawaki tenaga profesional yang direkrut, baik dari dalam maupun di luar koperasi,” ujar Lina Marlina.<br /><br />Sebagai koperasi sekunder, tentu saja kegiatan Puskop Mabes tidak hanya melakukan bisnis semata. Pembinaan dan pelayaan terhadap anggota primer juga dilakukan secara teratur. Antara lain, memberikan informasi dan penyuluhan berbagai aspek perkoperasian serta membantu pelayanan peminjaman uang bagi primer yang belum mampu memenuhi kebutuhan anggota. Di luar itu, pembinaan dilakukan dengan cara menghadiri rapat-rapat yang diselenggarakan anggota. Selama tahun 2003 misalnya, tak kurang menghadiri dari 13 koperasi primer menggelar RAT.<br /><br />Keanggotaan Puskop Mabes TNI saat ini, tercatat 18 primer koperasi yang tersebar di berbagai kesatuan TNI. Yaitu Primkop Bais TNI, Primkop Babek TNI, Primkop Kohanudnas, Primkop Pusjarah TNI, Primkop Ster TNI, Primkop Denma Mabes TNI, Primkop Mako Akademi TNI, Primkop Sesko TNI, Primkop Babinkum TNI, Primkop Puslitbang TNI, Primkop Paspampres, Primkop Puskes TNI, Primkop Satkomlek TNI, Primkop Setum Mabes TNI, Primkop Sintel TNI, Primkop Puspen TNI, Primkop Sat Induk Bais TNI dan Primkop Satpamwal. <br /><br />Dilihat dari segi keorganisasian koperasi, sesungguhnya Puskop Mabes TNI ini tidak berbeda dengan Pusat-pusat Koperasi lainn yang ada di jajaran TNI-Polri seluruh Indonesia. Paling tidak hal itu tercermin dari keanggotaan yang sama-sama terdiri dari koperasi tingkat primer. Kemudian tingkat kepangkatan yang memimpin juga sama, yakni antara Letnan Kolonel hingga Kolonel.<br /><br />Namun ada hal yang menjadi pembeda bagi Puskop satu ini. Segi pembedanya yaitu, tidak terkait dengan salah satu Induk Koperasi TNI. Maksudnya, sebagai pusat koperasi posisinya sejajar dengan koperasi tingkat nasional masing-masing angkatan seperti Inkopad, Inkopal dan Inkopau yang pimpinannya rata-rata berpangkat Brigadir Jenderal. Itu sebabnya, Puskop Mabes juga menjadi anggota Dekopin pusat, sebagaimana Inkopad, Inkopal, Inkopau dan Inkoppol.<br /><br />Dalam konteks itu, adanya keistimewaan dari Puskop Mabes TNI tentu bisa dimaklumi. Penjelasannya, keseluruhan personil di Mabes TNI memang hasil gabungan tiga angkatan (AD, AL dan AU). Kemudian primer koperasi di masing-masing kesatuan angkatan tersebut, tidak berada di bawah Pangdam. Selain itu, petinggi-petinggi TNI yang berada di Mabes, tentu tidak etis keanggotaan di koperasinya berada di bawah salah satu induk koperasi salah satu angkatan. Artinya, bisa dimaklumi kalau sistim komando tetap diberlakukan, tidak terkecuali dalam memposisikan Puskop Mabes TNI ini. YannesMajid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-35589631709718530082009-12-29T23:08:00.001+07:002009-12-29T23:10:53.601+07:00Koperasi Koperasi Karyawan Sari Bhakti (Kopsarbak) BogasariKini paradigma koperasi tidak semata menonjolkan sifat sosialnya tetapi dituntut menciptakan profit. Namun, tanpa melunturkan wataknya. Pengurus layak memiliki keduanya, baik ilmu bisnis maupun perkoperasian.<br /><br />Pengurus yang berwawasan bisnis akan melahirkan inovasi dan kreasi cemerlang, sedang pemahamannya terhadap perkoperasian membuat langkahnya tetap dalam koridor prinsip-prinsip dan jati diri koperasi. Jika pola ini diterapkan, niscaya tidak ada lagi koperasi amburadul atau bangkrut. Kunci kesuksesan lainnya, mempunyai kejujuran dan bertanggung jawab.<br /><br />Koperasi yang telah dapat mengimplementasikan hal tersebut, salah satunya Koperasi Karyawan Sari Bhakti (Kopsarbak). Meski banyak menghadapi tantangan, koperasi di lingkungan PT Indofood Sukses Mak¬mur Tbk, divisi Bogasari ini mampu bertahan, bahkan berkembang. Hasilnya, koperasi pun mampu berkontribusi terhadap kesejah¬teraan anggota.<br /><br />Koperasi yang di dirikan pada 18 Agustus 1981 dalam mencapai misinya itu, diimplementasikan melalui beragam kegiatan usaha. Antara lain melayani kebutuhan sembako melalui waserda, membantu kesulitan keuangan dengan beberapa jenis pinjaman dan memfasilitasi kegiatan usaha anggota melalui pinjaman produktif.<br /><br />Apa yang dilakukan tersebut, sejalan dengan misi koperasi yang bertujuan mencetak banyak anggota menjadi entrepreneur. Mengi¬ngat salah satu ukuran keberhasilan koperasi adalah bisa memfasilitasi anggota untuk melakukan usaha. Dengan demikian, amanat menyejahterakan anggota itu benar-benar mampu diwujudkan oleh koperasi, disamping sisa hasil usaha (SHU) yang dibagikan setiap tahun.<br /><br />Selain pinjaman koperasi juga melayani bermacam simpanan, seperti simpanan sukarela, deposito berjangka dan simpanan pendidikan. Dari aktivitas ini pun dapat dilihat seberapa besar partisipasi anggota terhadap koperasinya. Makin banyak anggota menyimpan, makin besar pu¬la koperasi memiliki modal murah yang bisa disistribusikan lagi pada anggota lain yang membutuhkan. Usaha lainnya adalah Wartel, penyewaan tempat usaha dan cafetaria.<br /><br />Menurut Ketua Umum Firdaus Bustaman, yang melandasi koperasi dapat menuai keberhasilan karena didasari dengan beberapa kiat. “Kunci suksesnya itu terletak pada tiga pilar yang saling mendukung, yakni pengurus, anggota, para pengelola serta dukungan dari perusahaan. “Tanpa adanya rasa kebersamaan dan saling bersinergi, di antara tiga pilar dan manajemen yang memperlakukan kami ini sebagai mitra, mustahil koperasi ini mampu tumbuh dengan baik,” jelasnya.<br /><br />Bukti dukungan partisipasi anggota yang berjumlah 2.160 orang itu, dapat dilihat dari disetujuinya kenaikan simpanan wajib dan simpanan pokok. Tepatnya pada RAT tahun buku 2003 telah menetapkan kenaikan simpanan pokok sebesar 100%, dari Rp 25 ribu menjadi Rp 50 ribu. Demikian simpanan wajib naik dari Rp 20 ribu menjadi Rp 25 ribu. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan jumlah modal sendiri/ekuitas yang terbukukan mencapai Rp 6,3 miliar.<br /><br />Adapun simpanan-simpanan lain seperti deposito, simpanan suka rela dan simpanan khsusus juga terus mengalami peningkatan setiap tahun. Misalnya, deposito dari Rp 15 miliar lebih pada tahun buku 2006 naik menjadi Rp 16 miliar lebih. Simpanan sukarela dari Rp 1,5 miliar lebih menjadi Rp 1,6 miliar dan simpanan khusus yang tahun buku sebelumnya nihil, pada tahun buku 2007 telah terbukukan senilai Rp 327 juta lebih. <br />Terciptanya kondisi tersebut, tidak lain mereka telah memahami cara-cara berkoperasi yang benar. Berkat adanya pendidikan yang dijalankan oleh kopkar pada anggota. Yang berarti pengurus telah menyadari betapa pentingnya memberikan wawasan tentang perkoperasian pada anggota. Itu berkat keaktifan pengurus menjalin sinergi dengan gerakan koperasi. Semisal bila diundang rapat atau lokakarya tentang perkoperasian oleh sekundernya Puskopkar selalu hadir. Ini berbeda dengan kebanyakan pengurus koperasi di masa lalu yang justru ‘membodohkan’ anggota dengan maksud-maksud tertentu.<br /><br />Salah satu indikator koperasi dikatakan sehat dapat dilihat dari meningkat tidaknya laporan keuangannya. Demikian kondisi keuangan Koperasi Sari Bhakti, mampu meningkatan prestasinya dari tahun ke tahun. Faktanya, koperasi beralamat di Jalan Raya Cilincing No 1 Tanjung Priuk Jakarta Utara ini, per 31 Desember 2007 telah membukukan total aktiva Rp 25 miliar, atau meningkat Rp 2 miliar dibanding tahun 2006Rp 23 miliar. Peningkatan grafik tidak dipungkiri berkat terjalinnya kerja sama yang baik antara anggota, Anggota Perwakilan Koperasi Sari Bhakti (APKSB), Pengawas, Pengurus, dan Pengelola.<br /><br />Unit simpan pinjam hingga kini masih menjadi primadona. Tak khayal, jika unit usaha ini berkontribusi pendapatan sekitar 96% dari total pendapatan, atau mencapai Rp 2,9 miliar. Setelah dipotong beban operasional sebesar Rp 1,9 miliar, koperasi berhasil mengantongi laba kotor Rp 1 miliar.<br /><br />Untuk merangsang kinerja dengan optimal, koperasi yang diperkuat dengan 8 orang karyawan juga setiap tahun meningkatkan kesejahteraannya.<br /><br />Terhadap kontribusi pendapatan pe¬merintah, koperasi ini juga setiap tahun selalu menunaikan kewajibanya membayar pajak. Tahun buku 2007 membayar pajak Rp 174 juta, atau turun dari tahun buku sebelumnya Rp 244 juta. Hal ini siring menurunya pendapatan dikarenakan pengurus menerapkan kebijakan menurunan suku bunga pinjaman dari 14% menjadi 13%, serta menaikkan suku bunga simpanan dari 9% menjadi 10%. <br />SHU setelah pajak pada tahun buku 2007 sebesar Rp 605 juta atau Rp 75 juta dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 680 juta.Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-4679560028467883052009-12-29T23:02:00.002+07:002009-12-29T23:08:21.834+07:00IKPRI-Induk Koperasi Pegawai Republik IndonesiaJajaran anggota koperasi pegawai negeri tentunya boleh berbangga hati. Pasalnya, mereka memiliki sebuah bank yang tidak saja melayani masyarakat, tapi memberi manfaat lebih bagi anggota koperasi.<br /><br />Ragam bisnis yang dikelola, sesungguhnya tidak ada yang perlu diceritakan pada sosok Induk Koperasi Pegawai-RI (IKP-RI). Bahkan, kalau boleh dibilang tidak punya kegiatan apa-apa, yang ditangani secara langsung. Tapi uniknya, induk koperasi “plat merah” ini tampil seksi sekaligus sebagai induk koperasi paling eksis di Tanah Air, baik secara kelembagaan maupun pelayanan. IKP-RI juga memiliki jaringan paling solid di seluruh Indonesia.<br /><br />Lantas, dari mana sumber dana untuk membiayai operasional organisasi dan membayar gaji pegawainya. Di sinilah letak kelebihan koperasi ini. Kendati tidak punya pendapatan apa-apa dari kegiatan langsung, tapi koperasi ini memiliki sebuah bank umum. Itulah PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE), dengan kantor pusat menyatu dengan Gedung IKP-RI di Jalan RP Soeroso, Jakarta Pusat.<br /><br />Nah, lembaga keuangan inilah yang menghidupi organisasi sekaligus sebagai unit bisnis inti IKP-RI. “Ibarat sebuah unit simpan pinjam (USP), maka bank itulah induknya USP Primer KP-RI se-Indonesia,” tutur Tasripin Mastar, Ketua I IKP-RI yang membidangi organisasi dan pendidikan.<br /><br />Dia mengungkapkan, andaikan mantan Ketua Umum IKP-RI, Prof Soemitro Djojohadikusumo, masih hidup, boleh jadi beliau akan bangga dengan pertumbuhan bisnis BKE. Ternyata, lembaga keuangan yang dirintis dan dicita-citakan sang Begawan Ekonomi ini sekarang sudah membuahkan hasil.<br /><br />BKE yang awal pembentukan hanya sebatas unit atau Lembaga Usaha Perkreditan, kini benar-benar sudah menjelma menjadi sebuah bank umum. Prof Sumitro, mantan Menteri Perdagangan yang ayahanda Prabowo Subianto ini, memang aktor utama pendirian BKE.<br />Boleh jadi banyak yang tidak tahu, kalau BKE adalah bank milik koperasi, khususnya koperasi pegawai negeri.<br /><br />Sebab, selain sebagai pendiri, saham mayoritas pada bank itu, juga dikuasai oleh IKP-RI bersama anggotanya Gabungan Koperasi Pegawai RI (GKP-RI) dan Pusat Koperasi Pegawai RI (PKP-RI). Lantaran itu sebagian besar (90 persen) dari pinjaman yang dikucurkan, juga mengalir ke pegawai negeri anggota KP-RI.<br /><br />Beruntung, koperasi ini punya bank yang pangsa pasarnya di kalangan sendiri. Sehingga risiko kemacetan dana relatif kecil. Cicilan pinjaman bagi perorangan oleh KP-RI, tinggal dipotong gaji oleh bendaharawan. Tak heran jika bank ini mampu meraup keuntungan cukup lumayan, yang kemudian seba¬gian mengucur mengisi pundi-pundi IKP-RI.<br /><br />Misalnya, pada tahun buku 2006 BKE mencatatkan dividen sebesar Rp 7,45 miliar, lalu meningkat menjadi Rp 9,8 miliar pada 2007. Dari perolehan dividen 2007, IKP-RI mendapat bagian Rp 3,9 miliar. Sementara itu, pada 2008 bagian pendapatan itu meningkat menjadi Rp 4,92 miliar, dan setelah diku¬rangi berbagai biaya, termasuk organisasi, terdapat surplus berupa sisa hasil usaha (SHU) sebesar Rp 2 miliar.<br /><br />Untuk tahun anggaran 2009, bagian pendapatan yang didapat dari dividen BKE ditargetkan sebesar Rp 6,4 miliar. “Jika target ini bisa tercapai, SHU IKP-RI akan semakin meningkat, yakni di atas Rp 2 miliar,” ujar Fahruddin Zaid, Ketua Bidang Usaha IKP-RI, di sela acara Rapat Program Kerja IKP-RI.<br /><br />BKE saat ini tercatat memiliki total aset sebesar Rp 1,2 triliun. Kantor pelayanan tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Makassar. Satu lagi cabang baru dalam proses pembukaan, yakni di kota Padang, Sumatera Barat. Menurut Tasripin, secara bertahap kantor cabang BKE akan dibuka di setiap Ibukota provinsi.<br /><br />Sekalipun tidak punya usaha yang dikelola secara langsung, bukan berarti pengurus IKP-RI berdiam diri menunggu kucuran dividen dari BKE. Ke depan sejumlah unit usaha dirancang untuk dikembangkan. Tentunya itu didukung dana investasi yang cukup. <br />Sebuah SPBU dan perhotelan akan dibangun. Tinggal tunggu waktu saja. Di luar itu, IKP-RI juga punya aset lahan seluas 36.690 m2 di Desa Sirnagalih, Jonggol, Kabupaten Bogor, yang rencananya untuk komplek perumahan.<br /><br />Koperasi ini sebelumnya punya unit usaha distribusi beras dan gabah, bekerjasama dengan pihak ketiga. Tapi, lantaran masa kontraknya sudah habis, kegiatannya tidak diperpanjang lagi. Begitu pula dengan usaha pembiayaan kepemilikan sepeda motor, kini tidak dilanjutkan lagi.<br /><br />Kendati IKP-RI meraup untung lewat BKE, tidak menjadikan pengurus lupa diri. Sebagian dana dari keuntungan itu dapat dinikmati pula oleh anggota perorangan di tingkat KP-RI. Hal itu setidaknya tercermin dari pelaksanaan pendidikan oleh masing-masing KP-RI, yang biayanya disubsidi IKP-RI.<br /><br />Misalnya, pada tahun buku 2007, IKP-RI menyediakan dana sebesar Rp 288 juta untuk pendidikan anggota. Jika setiap koperasi dianggarkan sebesar Rp 1 juta, maka sedikitnya 288 unit KP-RI, telah melaksanakan pendidikan pada tahun itu. “Pelaksanaan digilir setiap tahun, dan tahun ini diadakan di 24 provinsi” tutur Tasripin.<br /><br />Menurut Tasripin, dana itu belum termasuk biaya pendidikan bagi personal di tingkat GKP-RI, maupun PKP-RI. Sesuai misi yang diemban, pendidikan memang sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjalanan IKP-RI.<br /> <br />Eksistensi IKP-RI, juga ditandai dengan mantapnya jaringan organisasi dengan anggota di provinsi, maupun anggota perorangan di kabupaten dan kota. Hal itu setidaknya tampak dari lengkapnya data yang dimiliki hingga sampai “akar rumput”. Bahkan, nama-nama dari kepengurusan di GKP-RI maupun PKP-RI seluruh Indonesia, bisa didapat di koperasi ini.<br /><br />Tahun 2007, jumlah keanggotaan IKP-RI tercatat 34 GKP-RI/PKP-RI, dimana 7 di antaranya dalam proses pembentukan, lantaran berasal dari provinsi baru. Yaitu Banten, Maluku Utara, Bangka Belitung, Gorontalo, Papua Barat, Kepulauan Riau, dan Sulawesi Barat.<br /><br />Jumlah primer KP-RI di kabupaten/kota tercatat sebanyak 11.117 unit, dengan anggota perorangan sebanyak 2.098.791 orang. Sayangnya, jumlah keanggotaan ini, baru setara dengan 56,33 persen dari jumlah pegawai negeri/BUMN, yang pada tahun 2006 tercatat sebanyak 3.725.231 orang. Artinya, hampir separoh dari jumlah pegawai negeri belum masuk anggota koperasi.Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com15tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-1346224687375883612009-12-25T12:48:00.000+07:002009-12-25T12:49:18.373+07:00Koperasi Kospin Jasa Pekalongan-JatengDengan volume usaha lebih dari Rp 5 triliun, posisi Kospin Jasa di nomor wahid, sulit direbut koperasi lain. Dengan pengalaman yang sangat panjang, koperasi ini malah berpotensi untuk makin membesarkan skala bisnisnya.<br /><br />KOSPIN JASA adalah fenomena. Koperasi yang dibentuk di Pekalongan pada 13 Desember 1973 ini, berhasil mengembangkan bisnisnya, hingga merambah daerah lain. Koperasi ini menggambarkan kebinekaan karena sejak didirikan para pendiri hingga kini anggotanya meliputi tiga etnis, yaitu etnis Jawa, Arab dan Tionghoa. Berkat pengelolaan yang bagus dan komitmen tinggi dari para pengurus dan pengawas, koperasi yang beranggotakan 6.357 orang ini kinerjanya terus meningkat dari tahun ke tahun. <br />Kelahiran Kospin Jasa antara lain dibidani seorang tokoh koperasi nasional Ahmad Djunaed. Kini generasi ketiganya pun ikut menggawangi koperasi. Bahkan di tangan generasi kedua Zaky Arslan Djunaed, Kospin Jasa makin menebarkan jasa-jasanya pada anggota dan calon anggota membesarkan usahanya berkat pinjaman yang diberikan. Yakni sesuai cita-cita A Djunaed dan para pendiri lain yang menyepakati nama Jasa, agar benar-benar memberikan jasa atau manfaat bagi anggotanya.<br /><br />Hasilnya, kini Kospin Jasa telah memiliki hampir 100 cabang di Jawa dan Bali. Baik dalam segi aset maupun volume usahanya, terus meninggalkan koperasi-koperasi yang ada, bahkan koperasi yang usianya jauh lebih tua. Tepatnya pada 31 Desember 2008, koperasi yang tetap komitmen berbisnis pada jasa keuangan simpan pinjam secara konvensional maupun syariah, membukukan aset Rp 1.245.743.567.747 dan volume usaha Rp 5.055.742.469.966.<br /><br />Kospin Jasa bukan hanya piawai menyalurkan dan mengelola pinjaman, tetapi juga menghimpun dana masyarakat, baik anggota maupun calon anggota. Hampir semua produk simpanan yang diluncurkan, mampu menjaring dana miliaran rupiah. Contohnya, Simpanan Hari Koperasi (Harkop) diminati sebanyak 4.761 orang dengan jumlah simpanan sebesar Rp 284.958.505.905(2008).<br /><br />Contoh lain, produk tabungan haji “Labbaika”, yang selalu mengalami peningkatan. Untuk tahun 2008 kemarin jumlah jamaah haji yang melalui tabungan haji “Labbaika” sebanyak 1.273 Orang. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya terdapat peningkatan sekitar 100 jamaah. Produk lainnya adalah simpanan Mana Suka Harian, Tabungan Koperasi (Takop), Simpanan manasuka Berjangka, Tabungan Safari dan Tabungan Arta Jasa.<br /><br />Kendati bergerak di bidang jasa keuangan, Kospin Jasa tidak terpe¬ngaruh oleh krisis keuangan global, yang di Indonesia sempat membuat perbankan tiarap. Koperasi ini malah melakukan ekspansi dengan membuka empat kantor cabang baru, yaitu Yogjakarta, Semarang, Ma¬gelang dan Muntilan.Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-91411567626037583082009-12-25T12:45:00.000+07:002009-12-25T12:48:15.012+07:00KSP Kodanua JakartaInilah koperasi simpan pinjam yang mampu terus merangsek maju, nyaris menembus barikade persaingan perbankan di ibukota. Volume usahanya, Rp 99 miliar per tahun.<br /><br />Gedung cukup mentereng yang berdiri di Jalan Pemuda No. 69 itu, menandai langkah maju Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kodanua. Setelah sukses menggarap daerah “pinggiran”, koperasi ini mulai merangsek ke “tengah”, memasuki wilayah yang selama ini menjadi garapan bank.<br /><br />Di Jalan Pemuda yang jadi lokasi cabang baru KSP Kodanua itu, sudah berderet kantor cabang sejumlah bank raksasa seperti Bank Mandiri, BCA, BNI, Bank Permata dan Bank Lippo. “Ini memang target yang sudah lama kami pancangkan,” ungkap Ketua KSP Kodanua HR. Soepriyono, bangga.<br /><br />Tentu saja, keberadaan gedung bernilai sekitar Rp 1 miliar yang baru dibuka pada Juni 2003 itu, bukan untuk gagah-gagahan. Semuanya sudah berada dalam kerangka strategi pengembangan KSP Kodanua, terutama untuk menjangkau pelayanan kepada anggota dan masyarakat secara lebih luas lagi.<br /><br />Dalam lima tahun terakhir, kinerja KSP Kodanua memang makin moncer, dengan kecenderungan terus meningkat. Pada tahun buku 2002, koperasi ini mampu mencetak volume usaha Rp 99 miliar lebih, dengan perolehan sisa hasil usaha (SHU) Rp 1,5 miliar lebih. Sedangkan modal yang berhasil dihim¬pun, sudah lebih dari Rp 9 miliar. Tahun 2003 ini, volume usaha yang dicapai, kemungkinan besar bakal menembus Rp 100 miliar. Sebab, sampai Agustus kemarin saja, angka itu sudah mencapai Rp 88,9 miliar.<br />Berkantor pusat di Jl. Prof Dr Latumeten I No. 41 Jakarta Barat, KSP Kodanua gencar melakukan ekspansi dengan membuka cabang pembantu (capem) di banyak tempat, hingga menem¬bus Jakarta, dengan meman¬faatkan kebijakan pemerintah yang men¬cabut batasan wilayah kerja koperasi.<br /><br />Di wilayah ibukota saja, terdapat 4 capem. Sedangkan di Jawa Barat, beroperasi 6 capem masing-masing di Bekasi, Bogor dan kawasan Puncak, Karawang, Cikampek serta Sukabumi. Untuk Banten, Kodanua memasang capem di Ciputat, Tangerang dan Serang. Delapan dari seluruh capem itu, menempati gedung milik sendiri, termasuk yang di Jalan Pemuda itu.<br /><br />Pertimbangan pembukaan sebuah capem, yang paling utama adalah besarnya potensi bisnis skala kecil di lokasi yang akan dipilih. Sebab, sasaran utama layanan Kodanua adalah pengusaha kecil, yang selama ini memang memiliki kesulitan untuk mengakses ke bank.<br /><br />Tapi, bukan berarti kegiatan bisnis Kodanua sama sekali steril dari persaingan dengan bank. “Dari dulu, ketika main di pinggiran, persaingan itu sudah terasa,” ujar Soepriyono. Terlebih sekarang, setelah industri besar banyak yang rontok dihajar krisis, bank mulai banyak yang mengarahkan bidikannya pada pengusaha kecil, melalui kredit retailnya.<br /><br />Namun, Kodanua tidak gamang. Berbagai jurus, dipasang untuk memenangkan persaingan. Mulai dari mengoptimalkan berbagai kelebihan sebagai koperasi yang bisa mengikat loyalitas nasabah dari kelompok anggota, menciptakan produk yang menarik, sampai memaksimalkan layanannya.<br /><br />Memanfaatkan celah kelemahan bank besar yang cenderung berokratis, Kodanua bisa bergerak gesit dengan menawarkan prosedur cepat, tidak berbelit. Bahkan, seorang nasabah yang sibuk tapi membutuhkan pinjaman cepat, bisa memperoleh kebutuhannya cuma dengan mengangkat telpon. Selebihnya, tinggal menunggu petugas Kodanua datang untuk mengurusnya sampai tuntas.<br /><br />Gerak serba cepat itu, tentu saja, didukung oleh manajemen yang oke, dan mampu bekerja secara efisien. Secara periodik, Kodanua mengadakan pendi¬dikan untuk seluruh karyawannya, yang berjumlah 255 orang.<br /><br />Di samping anggota yang jumlahnya sebanyak 1.453 orang, Kodanua juga melayani nasabah yang masuk dalam kategori calon anggota, yang tercatat berjumlah 9.459 orang. Calon anggota ini, punya kesempatan untuk menjadi anggota, setelah melalui proses dan memenuhi sederet syarat. Di luar itu, ada juga nasabah yang bukan berasal dari anggota maupun non-anggota. Jumlahnya malah mencapai 11.002 ribu orang (data per Agustus 2003).<br /><br />Besarnya jumlah nasabah calon anggota dan masyarakat biasa itu, memang tak terhindarkan. Seiring dengan gerak ekspansi wilayah kerja, nasabah yang dibidik pun jadi makin luas.<br /><br />Tapi, tentu saja, layanan kepada anggota, lebih diutamakan. Di samping mendapat prioritas dalam memperoleh pinjaman, Kodanua juga memberikan layanan lain seperti bimbingan admi¬nistrasi keuangan, beasiswa untuk anak-anak mereka, serta —tentu saja— bagian sisa hasil usaha (SHU). KSP Kodanua selalu menggunakan jasa akuntan publik, untuk mengaudit keuangannya.<br /><br />Keeratan hubungan Kodanua dengan anggotanya, secara kasat mata bisa dilihat pada penyelenggaraan Rapat Anggota Rahunan (RAT). Acaranya sering digelar di sebuah auditoriaum besar, yang menampung lebih dari seribu orang.<br /><br />Embrio KSP Kodanua sebetulnya tak lebih dari kelompok arisan, yang dibentuk pada 1972 oleh para guru di Kelurahan Jelambar, Jakarta Barat. Setelah berjalan sekitar lima tahun, tepatnya 1977, berkembang ide untuk memformalkan Gurindo menjadi sebuah koperasi simpan pinjam. Dari situ, jadilah KSP Kodanua.Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-49022487337026085362009-12-25T12:41:00.001+07:002009-12-25T12:45:36.298+07:00Pusat KUD (Puskud) Jawa TimurPusat KUD (Puskud) Jawa Timur sangat getol berekspansi, bahkan terbilang unggul. Koperasi sekunder KUD ini merambah sejumlah usaha prospektif dengan membentuk perusahaan sendiri atau bermitra dengan pemain bisnis besar, seperti PT HM Sampoerna Tbk. <br /><br />Puskud Jawa Timur pantas menjadi pelopor sebagai pemilik PT karena sekunder KUD ini mempunyai saham di perusahaan, bahkan ada yang berada di bawah kendali koperasi.<br /><br />Hal itu mulai terwujud ketika tahun 1989 Puskud Jatim mencanangkan Jawa Timur menjadi provinsi koperasi. Hasil rapat pengurus dan anggota mensinergikan KUD guna menggalang kekuatan bersama menjadi daya tawar. Cara mencapai tujuan itu adalah KUD di Jawa Timur mengembangkan strategi integrasi jaringan dari hulu ke hilir.<br /><br />Kekuatan koperasi berbasis lembaga yang mengakar di tingkat desa dikaitkan dengan produksi, sedang¬kan peran koperasi sekunder melakukan kerja sama strategis dengan mitra. Tindakan tersebut berhasil menembus kelemahan pedagang dan menghilangkan sisi lemah koperasi primer. Hasil aliansi strategis dengan pelaku bisnis diluar dugaan, Puskud Jatim tidak hanya mendapatkan jaringan bisnis tapi akhirnya melahirkan anak perusahaan yang menjadi tombak koperasi untuk meraup keuntungan lebih.<br /><br />Puskud Jatim memfokuskan bisnis utama pada sektor pertanian seperti pupuk, saprotan, gaplek, cengkeh. Fokus bisnis ini sesuai dengan sejarah pendirian koperasi sekunder pada 30 Juli 1975 yang nota bene adalah beberapa KUD di Jatim yaitu KUD Sekar Lamongan, KUD Kota Madiun, KUD Desa Makmur Bondowoso, KUD Labruk Lumajang dan KUD Balong Panggang Gresik. Keberhasilan Puskud Jatim tidak lepas dari jaringan usaha yang dirintis, dengan mengembangkan manajemen modern yaitu membuat corporate plan dan melaksanakan dalam pengorganisasian koperasi. Penguasaan hulu sampai hilir dan pembagian resiko membuat Puskud Jatim dapat melampui masa sulit sekitar tahun 1985-1986.<br /><br />Usaha otonom yaitu usaha yang secara langsung dikelola Puskud meliputi bidang usaha pupuk, semen dan angkutan. Usaha cabang, yaitu usaha Puskud di kabupaten (Kab. Lumajang dan Kab. Ngawi), yang mengelola pengolahan beras. Unit usaha, yaitu penggabungan usaha yang semula berdiri sendiri digabungkan dalam usaha yang lebih besar. Usaha ini meliputi unit senkuko, percetakan, dan USP. Kerja sama Operasi (KSO), usa¬ha ini Puskud kerja sama dengan Dinas Perkebunan Provinsi Jatim (Pabrik Kopi) dan PT Juang Area Sejahtera (perdagangan kacamata). Kemitraan pada pola ini Puskud bersama KUD Tani Mulyo bermitra dengan PT HM Sampoerna dalam memproduksi sigaret.<br /><br />Kinerja Puskud Jatim menunjukkan perubahan yang cukup signifikan. Koperasi ketika berdiri hanya mempunyai lima anggota koperasi primer, 2004 sebanyak 701 KUD. Volume usaha per 31 Desember 2003 menca¬pai Rp 32,08 miliar. SHU per 31 Desember 2003 berjumlah Rp 710 juta atau Rp 59 juta per bulan. Modal sendiri per 31 Desember 2003 sebesar Rp 3,33 miliar.<br /><br />Jumlah PT anak perusahaan sebanyak delapan unit. Unit bisnis Puskud Jatim mulai dari Bank Perkreditan Rakyat bernama PT BPR Artha Mulia, pakan ternak bernama PT Samudera Omega Jaya Makmur Pasuruan, Dadi Mulyo Sejati, Ngawi, PT Rukun Jaya Makmur, Bojonegoro. Perusahaan ini bergerak dalam pelintingan sigaret bermitra dengan PT HM Sampoerna Tbk. PT Puskud Delta Utama, bergerak di bidang workshop dan perbengkelan di Malang.<br /><br />Selain itu, PT Yamido di Pasuruan yang bergerak dalam perakitan mesin-mesin pertanian merek Yanmar. PT SPBU Prambon, bergerak dalam penyaluran BBM (pompa bensin). PT Tri Mitra Medika Sejahtera Surabaya, bergerak di bidang rumah sakit dan pelayanan kesehatan. Kepemilikan saham Puskud Jatim pada masing-masing anak perusahaan tersebut di atas 50%.<br /><br />Puskud mampu menyerap tenaga kerja sebesar 7.607 orang dari tiga Perusahaan Terbatas dan satu MPS yang bergerak dalam pelintingan sigaret, PT Rukun Jaya Makmur, PT Warahma Biki Makmur, PT Artha Mulia Bumi Mukti, PT Puskud Delta Utama Malang, PT RS Surabaya Medical Service dan PT Samudera Omega Jaya Makmur. Penyerapan tenaga kerja paling besar di perusahaan pelintingan rokok karena dalam operasi awalnya menggunakan tenaga manusia/manual.<br /><br />Melaksanaan strategi di bidang usaha, Puskud Jatim menggunakan tiga strategi, yaitu usaha pusat, usaha melalui cabang dan kerja sama usaha (KSO). Usaha pusat bersifat otonom dan lang¬sung ditangani Puskud dalam penyaluran semen, pupuk dan angkutan untuk keperluan anggota. Untuk kepentingan/keterkaitan usaha dengan anggota dan pelayanan masyarakat umumnya, pengembangan usaha akan dilakukan melalui cabang. Pendirian cabang akan dilakukan secara bertahap.<br /><br />Kerja Sama Usaha akan dilakukan bersama dengan badan usaha lain dengan suatu Perjanjian Kerja Sama Usaha. KSO ini akan mempertimbangkan kemanfaatan buat anggota dan masyarakat pada umumnya disamping tetap atas dasar azas bisnis saling menguntungkan. Kemitraan dengan PT HM Sampoerna Tbk dan dengan Dinas Perhubungan. <br />Patungan mendirikan PT untuk usaha-usaha yang tidak terkait dengan usaha anggota, dilakukan dengan pendirian PT dan atau penyertaan modal pada mitra usaha (PT sudah terbentuk). Besarnya self financing/penyertaan modal pada PT akan dikaitkan dengan tingkat resiko usaha yang bakal timbul, satu dan lain hal berkaitan pula dengan pengalaman usaha jajaran Puskud Jatim.<br /> <br />Anggaran Dasar Puskud Jatim tegas-tegas memberikan batasan visi yaitu menjadikan Puskud sebagai badan usaha yang kuat dan profesional serta handal di Jawa Timur, yang didukung oleh anggota guna meningkatkan taraf hidupnya melalui kehidupan berkoperasi.<br /><br />Sedangkan misi Puskud Jatim meliputi pengembangkan akses pasar terhadap produk-produk anggota, membangun perusahaan-perusahaan yang berorientasi kepada kebutuhan ang¬gota dan masyarakat, membangun jasa simpan pinjam (lembaga intermediasi keuangan mikro) dan jasa-jasa lain yang diperlukan anggota dan masyarakat dan mengembangkan pembinaan kelembagaan dan kegiatan pendidikan, pelatihan, informasi bagi anggota serta pengelola koperasi.<br /><br />Kebijakan di bidang kelembagaan Puskud Jatim berorientasi bagi kepen¬tingan terhadap pelayanan anggota baik dalam hal pembinaan/pemberdayaan KUD (anggota) dan institusi intermediasi keuangan yang dimilikinya, maupun menyangkut usaha dengan anggota dan pola kemitraan usaha.Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-31107189574259254512009-12-25T12:37:00.002+07:002009-12-25T12:41:28.108+07:00Primkopau Mabes TNI-AU - JakartaSiapa bilang koperasi di kalangan angakatan (TNI/Polri) tidak berkembang dan menutup diri. Buktinya, koperasi di lingkungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang satu ini terbilang sukses. Primer Koperasi Angkatan Udara (Primkopau) Mabes TNI-AU ini telah membukukan aset yang lumayan dan mudah memberikan informasi perihal perkembangannya. Memang, lokasinya berada di Markas Besar (Mabes) TNI Cilangkap, Jakarta Timur. Anggotanya terdiri atas prajurit TNI-AU dan pegawai negeri sipil (PNS) yang bertugas di Mabes TNI.<br /><br />Kebetulan, jika kita bertandang ke Mabes TNI di Cilangkap, memang tidak bisa langsung melihat kantor koperasi itu. Maklum, selain tidak tampak dari luar kompleks, koperasi ini berada di kawasan tertutup, yang tidak sembarangan orang bisa masuk ke sana. Bahkan, letak kantornya cukup jauh dari permukiman, sehingga sulit diketahui keberadaannya. Namun, koperasi ini justru mampu berkembang, tak kalah dengan koperasi yang berada di luar Mabes TNI.<br /><br />Kegiatan usaha koperasi yang beranggotakan 2.955 orang ini juga tidak hanya berbisnis melayani anggota dari kalangan TNI-AU saja. Melainkan para prajurit dan PNS dari semua angkatan yang berada di Mabes TNI. Sebenarnya, Primkopau bukan satu-satunya koperasi di komplek tersebut, ada juga primer koperasi milik TNI-AD dan TNI-AL. Entah kenapa, tidak sedikit mereka yang membutuhkan pelayanan Primkopau. Walau, di luar anggota TNI-AU, mereka statusnya menjadi anggota luar biasa.<br /><br />Setidaknya, Primkopau dianggap mempunyai keunggulan dibandingkan yang lain. Menurut Letkol TNI-AU A Fathoni, ketua Primkopau Mabes TNI-AU, mungkin karena koperasi yang dipimpinnya mampu mengucurkan pinjaman hingga Rp 10 juta per anggota. Bahkan, pinjaman khusus bisa mencapai Rp 25 juta. Pinjaman yang diberikan Primkopau tidak semata-mata berorientasi mencari keuntungan, tetapi ada nilai sosial membantu sesama anggota yang membutuhkan pertolongan dana. Semisal, bunga yang dikenakan tidak terlalu memberatkan. Pinjaman untuk biaya pendidikan, malah tidak dikenakan bunga alias 0%, sedang pinjaman untuk biaya sekolah bunganya juga hanya 0,5 % per bulan. Baru, pinjaman reguler dipungut bunga variatif, bagi pangkat tamtama dipatok 1%, bintara dan perwira 1,25%, dengan plafon pinjaman maksimal Rp 8 juta.<br /> <br />Selain Unit Simpan Pinjam (USP), Primkopau juga mengoperasikan tiga unit minimarket—dua unit berada di lingkungan Mabes TNI dan satu unit di Ruko Mall Pondok Gede, Jakarta Timur yang siap melayani berbagai kebutuhan anggota. Barangkali, inilah antara lain kelebihan Primkopau yang tidak dimiliki primer koperasi lain di lingkungan TNI. Termasuk kemampuan dalam menggaet prajurit non-TNI-AU untuk menjadi anggota Primkopau. Kesempatan untuk merekrut anggota, baik anggota biasa maupun luar biasa masih memungkinkan terbuka. Mengingat, jumlah personel di Mabes TNI mencapai 12.000 orang. Boleh jadi, kondisi tersebut yang membuat Primkopau tidak kekurangan konsumen, kendati berada di kawasan tertutup.<br /><br />Malah, salah satu unit usahanya yaitu minimarket, selalu ramai tak ubahnya seperti arena bazaar. Terbukti, sesuai catatan di buku RAT tahun buku 2004 omset per hari mencapai Rp 40 juta. Barangkali yang menjadi magnetnya karena kemudahan dalam pembayaran. Sebab, selain tunai juga boleh mengutang dengan potong gaji.<br /><br />Untuk mengantisipasi terjadinya kredit macet, Primkopau pun telah menyiasatinya. Selain menjalin kerja sama dengan bendaharawan di tiga angkatan (TNI AU, TNI AD, dan TNI AL) juga karena tingginya kesadaran anggota untuk berkoperasi. Hasilnya, koperasi nyaris tidak pernah mengalami tagihan macet. Aturan yang telah disepakati dengan para bendaharawan di masing-masing unit, tidak hanya berbelanja yang dipotong tetapi juga dalam urusan pinjam-meminjam uang.<br /><br />Di usianya yang ke-28 tahun (2004), Primkopau Mabes TNI-AU tidak semata berbisnis di bidang ritel dan USP. Masih ada usaha lain yang juga berkembang. Semisal, stasiun pengisian bensin umum (SPBU) yang berlokasi di Jalan Raya Pasar Minggu, Pancoran, Jakarta Selatan. SPBU ini mampu menjual BBM sebanyak 72 kilo liter per hari. Untuk ukuran SPBU di wilayah DKI Jakarta, volume itu termasuk besar dibandingkan penjualan di SPBU lain yang hanya berkisar 30-40 kilo liter per hari.<br /><br />Selain itu, masih ada unit usaha perumahan, wartel, foto copy, kantin, travel biro, konveksi, salon, arena pemancingan, pijat refleksi, dan unit niaga. Bahkan, unit yang terakhir disebut, telah berkembang menjadi semacam distibutor/grosir dengan memasok barang ke toko-toko koperasi di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Khusus unit usaha tersebut, pada thun buku 2004, mampu berkontribusi perolehan SHU Primkopau sebesar Rp 472,5 juta.<br /><br />Yang menarik dari unit niaga, baik barang-barang pabrikan maupun sembako, berupa beras, kopi, gula, terigu dan minyak goreng yang tersedia di gudang, siap diantar ketempat pemesan dengan mobil boks milik Primkopau. Soal harga, untuk sesama koperasi ada toleransi dan dijamin pasti lebih murah. Dari seluruh unit usaha tersebut, Primkopau Mabes TNI-AU tahun buku 2004 membukukan total SHU sebesar Rp 929,5 juta. <br /><br />Tanpa mengurangi peran vital dari jajaran pengurus serta karyawan yang ada, sukses Primkopau Mabes TNI-AU tidak terlepas dari peran sang ketua yang mempunyai minat sebagai wirausahawan. Terbukti, kinerja koperasi ini dapat berkembang pesat. Dalam tahun buku 2004 modal kerja yang diputar mencapai sekitar Rp 30 miliar.<br /><br />Jelasnya, sejak diangkat menjadi ketua Primkopau Mabes TNI-AU tahun 2001, Fathoni yang kelahiran Gresik, Jawa Timur tahun 1964 ini langsung melakukan sejumlah terobosan. Unit-unit usaha yang semula stagnan, dapat dipacu hingga meraih keuntungan. Sehingga seluruh unit usaha yang berjumlah 16 unit telah mampu berkontribusi terhadap perolehan SHU. Jika sebelumnya SHU tak pernah melebihi angka Rp 100 juta, setelah kepemimpinannya, jumlahnya setiap tahun terus naik. Bahkan pada tahun buku 2004 sudah mendekati angka Rp 1 miliar. Dari SHU itu sekitar 40% langsung dibagikan kepada anggota sesuai porsi masing-masing. SHU yang diraih koperasi memang menjadi hak prajurit untuk turut membantu meningkatkan kesejahteraan mereka. Bukan cuma cakap mengelola unit-unit usaha, urusan menaikan simpanan sukarela, ayah empat putra-putri ini juga jagonya. Entah bagaimana kiatnya, yang pasti simpanan sukarela yang di bukukan Primkopau per 31 Desember 2004 mencapai Rp 7,1 miliar. Sebuah prestasi yang patut diacungi jempol.<br /> <br />Prestasi makin diperlihatkan pada publik, khusus pada anggotanya dengan menyelenggarakan RAT lebih awal dari biasanya. Kendati sudah menjadi kewajiban, tapi tidak semua koperasi dapat melaksanakan RAT secara tepat waktu. Banyak pula yang melakukannya molor dari yang direncanakan. Sesuai ketentuan yang berlaku, RAT tingkat primer paling lambat hingga akhir Maret, tingkat pusat koperasi (sekunder provinsi) hingga akhir Mei. Sedang untuk tingkat induk koperasi/sekunder nasional, selambat-lambatnya akhir Juli.<br /><br />Kemas H. Ahmad ketua Dekopinwil DKI Jakarta yang menghadiri RAT tersebut, mengakui koperasi pertama yang menyelenggarakan RAT di Jakarta pada 2006. Bahkan menurutnya, tidak hanya di Jakarta, tapi kemungkinan juga di Tanah Air. Koperasi yang bisa menggelar RAT tepat waktu, apalagi di awal Januari mencermikan koperasi dimaksud sehat. Paling tidak, mencerminkan sistim manajemen koperasi tersebut sudah tertata rapi. Tidak berlebihan nampaknya, Primkopau mendapat sanjungan demikian.<br /><br />Kenyataannya dalam laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas memaparkan fakta, bukan saja sehat tapi juga termasuk koperasi yang sukses. Misalnya dari 16 unit usaha yang dilakukan semua mampu memberi kontribusi pendapatan. <br /><br />Keberhasilan Primkopau ternyata tidak cuma dikenal oleh anggota. Tetapi jauh di luar kantor menyakini gaung kesuksesan tersebut. Dampaknya, mengundang pihak-pihak untuk mempelajari kiat keberha¬silan yang telah diterapkannya. Salah satu pihak yang kepincut ingin menimba ilmu di ‘kampus’ Primkopau adalah sekelompok mahasiswa Universitas Ibnu Kaldun (UIK) Bogor. Jika biasanya mahasiswa di kampus hanya memperoleh teori koperasi semata, di sana mereka bisa mempraktikkannya. Paling tidak, bisa menyaksikan di manapun berada jika koperasi dikelola secara sungguh-sungguh hasilnya tidak kalah dengan bisnis konvensional lain. Kekaguman mereka terutama saat melihat aktivitas di minimarket milik Primkopau yang tertata moderen dan ramai pengunjung. Sedikitnya ada 3.000 item barang di jajakan di sana.<br /><br />Tidak hanya minimarket, Fathoni juga mengajak mereka melihat unit-unit usaha lain seperti kantin, unit persediaan sembako, SPBU, unit niaga dan USP. Kehadiran para mahasiswa selain ingin belajar juga memenuhi undangan Ketua Primkopau yang juga Dosen Ekonomi Syariah di UIK itu. Sekali lagi, Fathoni ingin memberi pelajaran berharga bahwa koperasi bisa besar sepanjang dikelola dengan benar. Jika tahun buku 2005 membukukan SHU Rp 1,3 miliar, pada thun buku 2006 optimis akan naik. Terbukti per 30 April 2006 telah menyisihkan SHU sebesar Rp 685,7 juta.<br /><br />Selain mengembangkan usaha, Primkopau Mabes TNI-AU juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Seperti pada peringatan Hari Koperasi (Harkop) ke 59 (2006), Primkopau mengadakan kegiatan lomba menembak dan olah raga lainnya, seperti bola volly, sepak bola, tenis meja dan lari estafet. Namun, yang terpenting dari rangakaian kegiatan tersebut, ketua koperasi di lingkungan Mabesau mendapat anugerah Bakti Koperasi berkat prestasinya mengembangkan koperasi.<br /><br />Atas ungkapan rasa syukur tersebut, dalam suatu apel besar yang sekaligus dijadikan sebagai puncak acara Harkop di lingkungan Mabes TNI-AU. Dengan melibatkan sekitar 3.000 personil dipimpin langsung, Wakil Kepala Staf TNI-AU (Wakasau) Marsekal Madya Wresniwiro. Dalam amanatnya, perwira tinggi bintang tiga ini menyatakan kekagumannya. Menurutnya, pada Harkop kali itu Mabes TNI-AU memiliki keistimewaan tersendiri. Pasalnya, salah seorang di antara personilnya, Letkol A. Fathoni mendapat penghargaan dari pemerintah. Apa lagi piagam itu lanjut Wresniwiro, diserahkan Menteri Suryadharma Ali di puncak Harkop 2006 di Pekalongan, Jateng dengan disaksikan presiden Susilo Bambang Yudhoyono.<br /><br />Namun seberapa pun hebatnya Fathoni, jika tidak mendapat dukungan dari para petinggi Mabes TNI-AU tidak akan bisa berbuat banyak. Koperasi tidak bisa berkembang, maka prestasi pun urung datang. Sehingga wajar, penghargaan tersebut adalah penghargaan untuk keluarga besar TNI-AU. Hanya, kelebihan Fathoni mampu menerjemahkan keinginan petinggi lembaga (komando) untuk ikut membantu menyejahterakan prajurit melalui lembaga bisnis bernama koperasi kesampaian. <br /> <br />Bumbu hadiah untuk meningkatkan oplah atau omset dalam sebuah bisnis jelas sangat lumrah. Apalagi untuk peritel besar perang diskon besar-besaran bukan sesuatu yag baru. Tapi jika hal tersebut dipraktekan oleh koperasi, apalagi hadiah yang dijanjikan cukup menarik, yakni sepeda motor dan uang jutaan rupiah, bisa jadi menjadi sangat langka.<br /><br />Jumlah hadiah barang yang diundi, terdiri dari 100 item. Berupa sepeda, kulkas hingga sepeda motor. Penarikan undian, khusus bagi pelanggan di kalangan prajurut TNI AU ini, disaksikan Aspres Kasau Marsekal Muda Agus Mudigdo. Kali itu yang beruntung mendapat sepeda motor, adalah Dewi Susilowati, PNS yang bertugas dibagian operasi.<br /><br />Bagi Primkopau, menurut Fathoni pemberikan hadiah kepada pelanggan, bukan kali pertama (2006) tetapi sudah yang keenam kali sejak dua tahun silam. Pemberian hadiah itu merupakan strategi untuk menyedot pelanggan berbelanja di koperasi. Setiap belanja di mini market minimal Rp 100 ribu mendapat satu kupon dan berlaku kelipatannya. Kupon hadiah kemudian diundi setiap enam bulan sekali. Ternyata, trik yang diterapkan kepengurusan Fathoni dkk sangat mujarab. Sebelumnya omzet per hari yang berkisar Rp 7 hingga 8 juta, meningkat hingga Rp 30 sampai 40 juta per hari. Pernah juga mendekati Rp 50 juta.<br /><br />Bisnis paling anyar yang dicoba Primkopau adalah unit Syariah. Melalui Unit Koperasi Syariah (UKS) memiliki usaha jual beli dinar dengan label Primkopau. Berbentuk bulat sebesar uang recehan (logam) seratus rupiah telah diluncurkan. Berbeda dengan dinar yang diterbitkan oleh perusahaan lain, misalnya Indonesia Mint Nusantara, BMM/Baitulmaal Muamalat, atau Wakala Adina, yang mempunyai spesifikasi 4,25 gr 22 K. Dinar Primkopau berspesifiksi 4,25 gram, tapi dari emas 24 karat, 9999 Fine Gold. Spesifikasi ini telah sesuai dengan standard World Islamic Trade Organization (WITO). Namun, meski berbeda spesifikasi bukan berarti dinar Primkopau lebih hebat. Semata-mata masalah tehnis, dengan spesifikasi demikian, perhitungannya menjadi lebih mudah, karena didasari oleh harga emas dunia 24 K,9999 FG.<br /><br />Tahap pertama dinar yang telah diterbitkan sebanyak 117 keping. Jika nantinya banyak permintaan tinggal memesan kepada pabrik logam mulia milik PT Aneka Tambang. Fathoni optimistis dinar yang di launching akan laris manis. Mengingat, dinar memiliki kelebihan, setidaknya bagi mereka yang punya aset dalam bentuk dinar akan terlindungi dari gejolak kurs. Keunggulan dinar, kata dia terletak pada nilai intrinsiksinya yang tetap stabil dan tidak lekang oleh waktu. Bahkan secara nominal harga emas akan terus naik mengikuti harga emas dunia. Dinar dengan har¬ga Rp 1 juta perkeping ini mempunyai tiga produk layanan. Pertama. Investasi Dinar, kedua Murabaha Dinar dan Gadai Dinar. Investasi dinar adalah salah satu portofolio keuangan berbasis harga emas dunia dalam ben¬tuk dinar. Produk ini cocok untuk para investor yang memiliki investasi jang¬ka panjang. Dinar dibeli di UKS, dan kemudian menyimpan dalam jangka waktu tertentu, lalu dijual kembali ke UKS setelah harga dinar naik.<br /><br />Produk Murabaha dinar adalah pembiayaan murabaha (jual beli) biasa, tetapi obyeknya diganti dengan dinar. UKS menetapkan marjin, dan kemudian pokok dinar plus marjinnya dapat dibayar secara angsur dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan gadai dinar, manakala nasabah membutuhkan kas mendadak, dapat menggadaikan dinarnya ke UKS. Tidak perlu jaminan, karena dinar itu menjadi jaminannya. Mereka boleh mengangsur, dan setelah lunas dinarnya akan dikembalikan. Menurut Manager UKS Primkopau, Adhitia Ginanjar, selain bisa didapat di kantor UKS, juga bisa dibeli di USP Primkopau di Jl Squadron Halim Perdanakusumah. Kemudian juga di Mabes TNI Cilangkap, tempat Primkopau berkantor pusat.***Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-4061618858294471222009-12-25T12:32:00.001+07:002009-12-25T12:36:50.459+07:00Kosudgama Bulak Sumur -Koperasi Kampus YogyakartaMana koperasi sejati yang konsisten mengamalkan prinsip atau jati diri koperasi? Jika jawabnya ya, ada, salah satunya adalah Koperasi Serba Usaha Dosen Universitas Gajah Mada (Kosudgama), Yogyakarta, rasanya tidak salah.<br /><br />Keanggotaan koperasi di sini dikelompokkan menjadi anggota aktif dan anggota pasif. Anggota aktif, yaitu anggota yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan usaha. Baik sebagai pengurus, pengawas, karyawan, pelanggan, pemasok, penyimpan dana dan peminjam dana. Koperasi yakin, makin banyak anggota terlibat di dalam kelompok ini, semakin besar kemajuan suatu koperasi. Anggota pasif adalah anggota yang tidak pernah ikut berpartisipasi dalam kegiatan usaha selama enam bulan terakhir. Anggota pasif tidak memperoleh pembagian SHU tahun yang berjalan. Bila sampai dua tahun tidak membayar simpanan wajib, statusnya gugur sebagai anggota. Jumlah anggota koperasi sampai akhir Desember 2005 (lihat Tabel 1), yang mencapai 8.622 orang itu terdiri dari 1.554 (18%) anggota biasa dan 7.068 (82%) anggota luar biasa. <br /><br />Organisasi pengurus koperasi tersusun dan diputuskan pada setiap RAT. Komposisi pengurus terdiri dari seorang ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan wakil bendahara. Kelima pengurus setiap minggu diwajibkan hadir piket di koperasi sedikitnya enam jam per minggu, yang dalam kenyataannya sering lebih dari itu. Itu mencer¬minkan keber¬samaan dalam manajemen Kosudgama. Pengurus berfungsi juga sebagai pengelola karena mereka juga penanggung jawab unit kerja atau manajer. Ambillah contoh pada posisi Oktober 2006, setiap unit kerja dipimpin oleh seorang kepala unit/bagian.<br /><br />Secara rutin, setiap Selasa pengurus koperasi yang mengelola enam unit kerja dan mempekerjakan 46 karyawan itu mengadakan rapat. Rapat koordinasi dengan para kepala unit/bagian berlangsung setiap Jumat. Rapat khusus dengan pengawas diadakan dua minggu sekali. Ini bertujuan agar berbagai kebijakan pengurus sesuai dengan amanat keputusan RAT. Pada tahun buku 2005, pengawas Kosudgama Sutrilah Djatmiko dengan dua orang anggota pengawas, Sunarto Goenadi dan Bugi Rustamadji. Sedangkan penasihat koperasi dijabat Prof. Dr. Syafri Sairin, MA.<br /><br />Untuk menumbuhkan kerja sama dan keselarasan kerja antar-karyawan, koperasi menjalin bekerja sama pelatihan outbond dengan Fakultas Psikologi UGM. Khusus untuk membina mental karyawan, koperasi sering menggelar pengajian rutin di lingkungan tempat tinggal pengurus, pengawas atau karyawan. Dalam beberapa hal, pengurus melimpahkan sebagian wewenang manajerial kepada kepala unit atau bagian.<br /><br />Perbaikan kesejahteraan karyawan, sejak November 2005, dilakukan dengan menaikkan tunjangan transpor dan tunjangan makan. Tunjangan hari tua karyawan, yang semula dikelola koperasi, sejak Juli 2005 dialihkan ke PT Asuransi Jiwa Sraya. Perubahan ini semata-mata demi penyesuaian dengan peraturan kekaryawanan Kosudgama yang berpedoman pada UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Untuk memacu prestasi dan semangat kerja, sejak Juni 2005, diberikan penghargaan kepada karyawan berprestasi yang dinilai setiap tiga bulan. Kompetensi karyawan ditingkatkan melalui pelatihan dan mengirim ke seminar atau lokakarya. Kompensasi yang diberikan kepada karyawan selalu pula di atas nominal UMP yang berlaku.<br /><br />Kinerja koperasi kerap diperbandingkan dengan perilaku usaha lembaga seperti perusahaan. Likuiditas, misalnya, biasanya diukur dengan perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar (current ratio). Cara yang lebih baik adalah menyimak arus kas bulanan. Bila hasilnya selalu positif, likuiditas berarti baik. Angka baik untuk perusahaan manufaktur sekitar 200%, untuk perusahaan di bidang keuangan (seperti perbankan, simpan pinjam) di atas 100%. Di Kosudgama, pada akhir tahun 2005 nisbah tersebut adalah 152%. Ini meningkat sekitar 9% dari 141% pada tahun 2004. Artinya, likuiditas Kosudgama lebih baik daripada tahun sebelumnya. Arus kas bulanan yang selalu positif dari waktu ke waktu pun menguatkan kesimpulan itu.<br /><br />Di sisi solvabilitas, instrumen pengukur kemampuan badan usaha melunasi seluruh kewajibannya, posisi Kosudgama pada akhir 2005 sebesar 145%, meningkat 6% dari 139% pada 2004. Solvabilitas ini akan turun kalau badan usaha mengalami kerugian atau membagikan deviden lebih besar dari laba. Adanya ketentuan sebagian dari laba harus dimasukkan sebagai cadangan akan cenderung meningkatkan solvabilitas koperasi.<br />Dari sisi profitabilitas, instrumen pengukur efektivitas dan efisiensi suatu badan usaha, bisa diukur dengan beberapa cara. Pertama, dengan rasio return on assets (ROA) yaitu mengukur laba yang diperoleh dengan menggunakan seluruh aktiva yang ada, juga menunjukkan produktivitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan laba. Kedua, dengan return on equity (ROE) yaitu mengukur laba yang diperoleh dari modal sendiri di luar modal pinjaman atau hutang. Ketiga, dengan SHU per anggota mengukur laba rata-rata untuk setiap anggota.<br /><br />ROA koperasi tahun 2006 dibanding tahun sebelumnya naik 0,33% dari 4,56% di tahun 2004 menjadi 4,89% di tahun 2005. Sedangkan ROE Kosudgama menurun sebesar 7,94% dari 56,42% di tahun 2004 menjadi 48,48% di tahun 2005. Ini berarti sebagian pendapatan koperasi lebih banyak yang digunakan untuk membayar jasa kreditur. Hutang Kosudgama meningkat Rp 6.145 juta (14,9%), yaitu dari Rp 41.212 juta menjadi Rp 47.357 juta, yang menyebabkan peningkatan biaya moneter. Selain itu penurunan disebabkan adanya kenaikan ekuitas yang relatif lebih besar dibandingkan dengan kenaikan SHU. Ekuitas naik Rp 2.265 juta (48,9%) dari Rp 4.632 juta tahun 2004 menjadi Rp 6.897 juta pada 2005. Kenaikan ekuitas ini lebih cepat dibandingkan dengan kenaikan SHU yang 28,16%. <br />Seperti tahun-tahun sebelumnya, SHU dibagi berdasarkan AD dan ART koperasi. Khusus untuk SHU anggota (50% dari total) dibagi berdasarkan dua kategori, yaitu SHU aktif dan SHU pasif. Kategori SHU aktif ditetapkan sebesar SHU anggota dikurangi SHU pasif yang dibagi secara proporsional berdasarkan aktivitas transaksi anggota. Sedangkan SHU pasif ditetapkan sebesar 15% (1,5 kali jasa simpanan berjangka tahunan di koperasi) dari total simpanan pokok dan simpanan wajib anggota. Sejak pembagian SHU tahun 2001 ada ketentuan nilai aktivitas transaksi anggota ditetapkan berdasarkan kontribusi jasa pada Kosudgama dan bukan berdasarkan omset transaksi. Mengapa? Sebab, transaksi yang nilainya dirasa tinggi tetapi jasanya rendah, semisal pengurusan STNK dan tiket.<br /><br />Sisa hasil usaha bagi anggota pada tahun 2005 meningkat 15,39% dibanding tahun sebelumnya. Pada 2005, seorang anggota rata-rata memperoleh SHU Rp 390.465 dibandingkan tahun 2004 sebesar Rp 338.541. Ini tidak berarti anggota akan memperoleh SHU sebesar itu, karena yang dibagikan hanya 50 persen berdasarkan keaktifan mereka bertransaksi di koperasi. Disimak per unit kegiatan, terjadi pergeseran jumlah SHU. Sisa hasil usaha dari USP dan unit apotek meningkat sedang¬kan unit niaga menurun karena beban hadiah-hadiah pada RAT tahun 2004.<br /><br />Pada tahun 2005, tercatat sedikitnya tiga kegiatan penting yang diikuti dan melibatkan Kosudgama. Pertama, menjadi narasumber pada lokakarya “Revitalisasi Koperasi untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dan Karyawan“ di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta (Juni 2005). Kedua, sebagai panitia sekaligus narasumber seminar “Cooperative: Post, Present and Future” memperingati Hari Koperasi ke-58 juga di Hotel Inna Garuda (Juli 2005). Ketiga, menjadi narasumber pada lokakarya Pengembangan Jiwa Kewirausahaan se-DIY di Hotel Ruba Graha. Selain itu, sampai sekarang koperasi ini masih dijadikan sasaran studi banding/kunjungan lapangan beberapa instansi untuk mengetahui kiat-kiat mengelola koperasi, terutama tentang faktor pengembangan SDM dan sumber keuangan. Selain menjadi tempat studi banding, Kosudgama juga merupakan tempat praktek kerja lapangan dan survei penelitian bagi siswa SMK dan mahasiswa di lingkungan Provinsi DIY.<br /><br />Mengapresiasi kiprah koperasi ini, Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan Penanaman Modal (Dinas P2KPM) Kabupaten Sleman memberikan penilaian klasifikasi Koperasi B (baik). Ini tertuang dalam sertifikat hasil penilaian klasifikasi koperasi Nomor 02/Kelas B/VII/2005. Koperasi ini juga mendapat predikat Cukup Sehat untuk tingkat kesehatan USP, menurut Sertifikat Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Nomor 103/Kes/VII/2005.<br /><br />Segenap pengurus, pengawas dan karyawan menyadari, Kosudgama masih memiliki kekurangan dan kelemahan. Lima masalah sejauh ini diidentifikasi. Pertama, masih dijumpai anggota yang tidak disiplin melaksanakan kewajibannya sebagai anggota koperasi, misalnya tidak rutin membayar simpanan wajib.<br /><br />Kedua, masih ada anggota yang mengangsur kredit tidak sesuai dengan jadwal. Ketiga, tidak banyak anggota yang memanfaatkan belanja di toko koperasi. Keempat, masih banyak anggota yang tidak mengikuti perkembangan Kosudgama. Kelima, iuran simpanan wajib yang dibayar tiap bulan ternyata merepotkan administrasi. Adapun penghargaan berupa penilaian dari instansi berwenang, bukan menjadi alasan untuk berpuas diri. Malahan jadi pemacu semangat bekerja dan berkarya nyata secara lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.<br /><br />Kegiatan bidang usaha koperasi hingga tahun 2005 terdiri atas beberapa jenis. Pertama, aktivitas simpan pinjam, yang jumlahnya meningkat tajam selama 2005. Jumlah pinjaman yang diberikan tahun 2005 sebesar Rp 36 miliar, dengan pendapatan jasa pinjaman netto sebesar Rp 10 miliar; meski masih terdapat permintaan pinjaman yang sudah disetujui, tetapi belum diambil sebesar Rp 325 juta.<br /><br />Pemberian pinjaman mengandung risiko tidak tertagih¬nya pinjaman karena alasan-alasan tertentu, seperti anggota meninggal dunia, PHK, pensiun. Selama tahun 2005, pengurus menginventarisasi pinjaman yang bermasalah sebesar Rp 830 juta atau 1,68% dari total pinjaman. Penagihannya tetap diusahakan, meski dalam pembukuan dianggap sebagai biaya dan status keanggotaan mereka oleh pengurus dibekukan. Dalam arti hak dia di koperasi antara lain dana simpati, SHU, voucher, mengikuti RAT dan sebagainya tidak diberikan sampai dengan mereka menyelesaikan kewajiban.<br /><br />Simpanan berjangka meru¬pakan produk koperasi yang amat disenangi anggota, sehingga perkembangannya cukup meningkat. Untuk simpanan berjangka diberi jasa 10% per tahun dan khusus untuk simpanan tahunan selain jasa juga diikutkan dalam pembagian SHU. Untuk pencairan simpanan berjangka di atas Rp 50 juta, anggota disarankan memberi tahu USP tujuh hari sebelumnya. Setiap bulan dalam tahun 2005, rata-rata koperasi memberikan jasa simpanan berjangka Rp 193 juta. Jajaran pengurus berharap, mulai 2006 semakin banyak anggota yang mau memindahkan depositonya di bank ke simpanan berjangka Kosudgama. Sebagaimana koperasi layaknya, komposisi jenis ‘simpanan konvensional’ seperti simpanan wajib, pokok dan sukarela juga menunjukkan kinerja mengesankan. Tak terkecuali simpanan sukarela.<br /><br />Simpanan sukarela anggota (Simanis dan Simpanan Berjangka) pada tahun 2005 naik sebesar 1,17 kali dibandingkan dengan tahun lalu (dari Rp 36,406 miliar menjadi Rp 42,7 miliar). Hal ini menunjukkan tingginya kepercayaan anggota kepada Kosudgama. Namun, kenaikan ini membawa konsekuensi kenaikan biaya moneter yang juga lebih dari dua kali lipat.<br /><br />Kedua, Unit Usaha Apotek. Saham apotek Kosudgama sebagai bukti penyertaan modal sesuai dengan Anggaran Dasar, maka pemilik sertifikat menyerahkan pengelolaan apotek kepada apoteker pengelola apotek dan pengurus. Bukti kepemilikan sertifikat hanya dapat dijual kepada Kosudgama. Selama tahun 2005, apotek Kosudgama memperoleh laba sebesar 44,5%<br /><br />Ketiga, Unit Jasa. Data hingga 2005 menunjukkan, unit jasa masih membawahi dua bidang yaitu tiketing pesawat dan kereta api, pengurusan SIM-STNK, paspor, rental mobil dan paket dokumen. Sedangkan jasa yang lain, diantaranya masalah tanah dan proteksi (asuransi kredit, asuransi agunan, dana simpati dan fee asuransi). Sebagai contoh, tanah di Sukoharjo milik Kosudgama yang dahulu bermasalah, kecuali tiga kapling, kini telah diselesaikan dengan baik dan hingga akhir 2005.<br /><br />Di sektor asuransi, Kosudgama menawarkan asuransi kredit dan asuransi kendaraan bermotor yang dibeli di koperasi. Besarnya angsuran kredit 1,5% dari jumlah kredit dan dipotong sekali selama jangka waktu kredit. Bila peminjam meninggal dunia, kredit dianggap lunas (paling tinggi yang ditanggung Rp 100 juta). Asuransi agunan sebesar 1,3% langsung dipotongkan dari jumlah pinjaman. Kosudgama juga melayani asuransi kendaraan bermotor yang menjamin total loss only, yang bekerja sama dengan mitra perusahaan asuransi.<br /><br />Keempat, Unit Niaga. Untuk menaikkan omset toko dan jumlah konsumen, pengurus menyelenggarakan belanja berhadiah dengan menukarkan satu kupon belanja senilai Rp 20 ribu. Hadiah diundi saat RAT berlangsung. Anggota pemegang kupon yang keluar berhak sebagai pemenang meskipun dia tidak hadir mengikuti RAT.***Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-18009556073501439532009-12-25T12:28:00.002+07:002009-12-25T12:32:39.680+07:00Kopwan Setia Bhakti Wanita (SBW) SurabayaJika ingin melihat usaha koperasi maju, lihatlah pada koperasi yang dikelola oleh kaum wanita. Statemen itu agak berlebihan memang bahkan bernuansa jender. Namun fakta di lapangan acap kali membuktikan bahwa sulit mencari koperasi yang hancur lantaran dikelola oleh kaum wanita. Olehnya sangat beralasan jika kita coba tengok kiprah Koperasi Wanita Setya Bhakti (Kopwan SBW) Surabaya yang dalam dua dekade terakhir ini masih mempunyai nama mencorong. Dalam perjalanannya selama 25 tahun, memang telah banyak capaian maupun prestasi yang telah diraih kopwan Jawa Timur ini. Ke dalam, SBW telah mampu meningkatkan omset, aset dan jumlah anggota. Sementara ke luar berbagai pengakuan juga telah didapat.<br /><br />Cerita suksesnya sering mengundang kagum. Tidak ada teori ekonomi maupun manajemen modern yang ikut membidani kebesaran SBW, tidak juga program atau kredit murah dari pemerintah. Semua bermula dari kumpulan arisan 35 orang ibu-ibu rumah tangga. Mereka adalah orang-orang yang punya komitmen dan idealisme. Setiap bulan berkumpul dari rumah anggota yang satu ke rumah anggota yang lain secara bergiliran. Nilai arisannya hanya sebesar Rp 2.000 per orang.<br /><br />Dari hasil perkumpulan arisan itu, kelompok ibu-ibu ini menggalang inisiatif pendirian usaha simpan pinjam pada 1975. Waktu itu anggota bisa pinjam Rp 5 ribu yang dicicil 5 kali, kemudian terus berkembang dan pinjaman bisa meningkat hingga Rp 10 ribu. Seiring waktu, modalpun bertambah, pinjaman bisa ditingkatkan menjadi Rp 50 ribu. Dan biasanya pinjaman oleh anggota digunakan untuk membuka usaha walaupun sifatnya temporer. Seperti misalnya membuat kue yang dijual tatkala lebaran.<br /><br />Sementara ditempat lain, tepatnya di Malang telah berkembang pula Kopwan Setia Budi Wanita. Dan kebetulan Ibu Syafril salah satu tokohnya dekat dengan anggota kelompok arisan ini. Sejak 1977 Ibu Syafril mulai datang ke pertemuan arisan untuk memperkenalkan tentang koperasi. Bahkan para kandidat pengurus Kopwan Setia Budi Wanita juga diajak. Memang ketika pertama kali diperkenalkan tentang koperasi, anggota kelompok arisan ini kurang begitu tertarik. Tapi rupanya Ibu Syafril tidak putus asa, pada setiap pertemuan selalu datang untuk memotivasi agar membentuk koperasi. Karena dari jumlah anggota, memang sudah memenuhi persyaratan.<br /><br />Setelah empat hingga lima kali pertemuan dengan Ibu Syafril, munculah keinginan untuk mencoba membentuk koperasi. Pada awalnya dipilihlah rumah Ibu Tatik Yudara sebagai kantor, dan kegiatan dilakukan di garasi. Tapi lama kelamaan garasipun tidak memadai sehingga harus masuk keruang tamu. Sementara ruang makan dijadikan tempat untuk ruang rapat pengurus. Dari anggota 35 orang kemudian beberapa orang mencoba membentuk kelompok baru hingga terbentuk 4 kelompok. Karena anggota sudah banyak, akhirnya Departemen Koperasi waktu itu diminta untuk melakukan pembinaan. Kemudian disarankan untuk mengajukan permohonan badan hukum (BH).<br /><br />Peranan Ibu Syafril tidak hanya berhenti sampai disitu, ia pun memperkenalkan keponakannya yang akan siap membantu dalam pembentukan koperasi. Keponakan itu yang kemudian dalam perjalanan telah berhasil membawa Kopwan SBW seperti saat ini. Dialah Ibu Yoos Lutfi.<br /><br />Kemudian pada tanggal 30 Mei 1978, Kopwan SBW diresmikan oleh Departemen Koperasi Kodya Surabaya dengan wilayah kerja Kecamatan Gubeng. Dua tahun kemudian tepat¬nya 15 Januari 1980 mendapat BH Depkop Kodya Surabaya, dengan nomor: 4362/BH/II/80. Seiring dengan perkembangan anggota, kantor pun berpindah dari sebuah garasi ke sebuah kantor di Jl Panglima Soedirman. Kantor tersebut milik Puskowanjati (Pusat Koperasi Wanita Jawa Timur) yang direlakan untuk ditem¬pati dengan sewa relatif murah.<br /><br />Perjalanan terus berlanjut, dari tahun ke tahun jumlah anggota terus bertambah, dari 35 orang, menjadi 2.913 orang di tahun 1984. Perkembangan yang pesat itulah yang kemudian menuntut adanya perubahan ang¬garan dasar. Jangkauan kerja diperluas mencakup wilayah kerja Surabaya Timur. Seiring dengan bertambahnya anggota, tak pelak perubahan anggaran dasar, dilakukan lagi di tahun 1988. Saat itu anggota sudah mencapai 3.431 orang yang terbagi dalam 270 kelompok. Jang¬kauan tidak lagi sebatas Surabaya Timur tapi diperluas. Dari 19 kecamatan yang ada di Kodya Surabaya, 11 di antaranya masuk dalam wilayah kerja Kopwan SBW.<br /><br />Sampai dengan Desember 2001 anggota telah mencapai 9.832 orang yang dibagi dalam 348 kelompok. Sementara permodalan telah berkembang hingga mencapai Rp 33,775 miliar. Ketika kinerja Kopwan SBW dirasakan semakin mantap ada keinginan untuk memperluas wilayah kerja hingga seluruh Nusantara. Sayangnya keinginan anggota tidak bisa ter¬wujud karena alasan legalitas.<br /><br />Sistem arisan inilah yang dikembangkan menjadi sistem kelompok tanggung renteng. Jadi dalam kelompok tanggung renteng juga harus ada penanggung jawabnya atau disingkat PJ. Dia inilah yang mengkoordinir dan sebagai fasilitator terselenggaranya pertemuan kelompok. Dia pula yang harus bertanggung jawab lengkap tidaknya jumlah angsuran yang disetorkan ke Kopwan SBW. Kalau memang angsuran kurang, PJ juga harus bisa menggerakkan anggotannya untuk melakukan tanggung renteng (bermusyawarah untuk membagi tanggung jawab bersama-sama dengan seluruh anggotanya).<br /><br />Hanya bedanya bila dalam kelompok arisan, pertemuan kelompok bukanlah suatu kewajiban karena yang lebih diutamakan adalah membayar tanggungan arisan. Sedangkan dalam kelompok tanggung renteng, pertemuan menjadi hal yang wajib. Karena bagaimana bisa muncul jiwa kebersamaan bila di antara anggota tidak terjadi interaksi. Dan kalau tidak ada jiwa kebersamaan bagaimana mungkin diantara mereka mau saling menanggung. Jiwa individu yang justru akan menonjol. Kalau sudah demikian yang terjadi utangmu adalah tanggung jawabmu dan tidak akan mau tahu bila kamu mengalami kesulitan. Hal-hal seperti itulah yang membedakan antara koperasi simpan pinjam dengan sistem tanggung renteng dan koperasi simpan pinjam lainnya. Tak mengherankan bila koperasi simpan pinjam dengan sistem tanggung renteng seperti yang diterapkan Kopwan SBW dan primer lain di Puskowanjati mampu menekan tunggakan.<br /><br />Sukses dengan tanggung renteng adalah trade mark Kopwan SBW. Koperasi yang nyaris kurang diperhitungkan ini, lantaran cuma dikelola para ibu-ibu dari sebuah garasi, kini telah memiliki gedung dua lantai di atas tanah seluas 1.400 m2. Memang semuanya tidak begitu saja terjadi melainkan melalui proses perjalanan panjang selama 25 tahun. Untuk memiliki gedung yang penggunaannya diresmikan oleh Bustanil Arifin (Menteri Koperasi waktu itu) pada 1988, anggota sepakat untuk tidak membagi SHU selama lima tahun.<br /><br />Kebutuhan terus bertambah, luas gedung serasa sesak ketika anggota telah mencapai 6000 orang. Kembali anggota urunan sebesar Rp 16 ribu yang diangsur selama 5 bulan. Hasilnya sebuah gedung lantai 2 diatas tanah seluas 400 m2. Dan 13 Januari 1996 diresmikan pemakaiannya oleh Subiakto Tjakrawardaya, Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengu¬saha Kecil waktu itu.<br /><br />Waktu terus berjalan, anggota pun terus bertambah hingga 10 ribu lebih dan kegiatan semakin meningkat. Tak ayal gedung yang ada serasa sesak. Kembali Kopwan SBW membeli sebidang tanah untuk memperluas gedung lama tanpa harus minta sumbangan anggota seperti sebelumnya. Dengan adanya gedung baru ini unit toko bisa dikembangkan menjadi swalayan. Tradisi peresmian gedung baru oleh pejabat menteri terkait tetap berlanjut yang saat itu peresmiannya dibuka oleh Ali Mar¬wan Hanan seba¬gai Menegkop & UKM pada 22 April 2003.<br /><br />Sementara aset juga terus berkembang, sampai akhir tahun 2002 telah mencapai Rp 42 miliar. Sedang volume usaha mencapai Rp 59 miliar yang berarti omset rata-rata Rp 4,9 miliar per bulan. Untuk komposisi permodalan saat ini, 45 % modal sendiri dan 55 % modal pinjaman pada pihak luar. Adanya pinjaman pada pihak luar ini berkaitan dengan sistem plafon yang diterapkan untuk anggota yang pinjam. Artinya anggota mempunyai hak pinjam sebesar empat kali simpanan wajibnya.<br /><br />Untuk memproses semua kebutuhan pinjaman anggota, Kopwan SBW mengoperasikan unit simpan pinjam (USP). Setiap usai pertemuan kelompok paling lambat satu hari, PJ dan anggota yang mengajukan pinjaman datang ke bagian ini untuk setor angsuran dan realisasi pinjaman. Kemudian setiap bulan, bagian simpan pinjam mengirimkan tagihan pada anggota melalui PPL di pertemuan kelompok.<br /><br />Tahunpun terus berlalu, jumlah anggota terus meningkat, keberadaan toko atau waserda sudah dianggap tidak memungkinkan lagi. Kemudian anggota kembali menuntut pada RAT agar unit toko atau waserda dikem¬bangkan menjadi swalayan. Dan pada usia yang ke 25 tahun, Kopwan SBW berhasil merealisasi tuntutan anggota tersebut. Kini anggota bebas berbelanja dengan mengambil barang sendiri layaknya di swalayan. Dan ternyata dari perubahan ini juga berpengaruh pada meningkatnya omzet rata-rata per bulan. Sebelumnya rata-rata omzet Rp 588 juta per bulan, kini setelah menjadi swalayan menjadi Rp 665 juta per bulan.<br /><br />Di swalayan ini anggota bisa berbelanja secara tunai maupun kredit. Untuk yang menggunakan fasilitas kredit, setiap anggota diberi plafon Rp 300 ribu per bulan. Sedang untuk anggota yang punya toko mendapat fasilitas pinjaman sebesar Rp 1 juta hingga Rp 2,5 juta. Selain anggota, unit swalayan juga melayani non anggota.<br /><br />Bila ternyata anggota membutuhkan dana untuk usahanya, bisa mengajukan pinjaman di Unit Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Unit ini selain untuk anggota juga untuk masyarakat umum. Tapi perlakuan pinjaman di unit ini berbeda dengan di unit simpan pinjam. Di sini disyaratkan harus punya usaha yang sudah berjalan dan memakai agunan. Sedangkan suku bunganya 2 % flat per bulan. Dan pinjaman ini tidak terikat dengan kelompok karena sifatnya lebih individu. Saat ini dana yang dikucurkan sudah sebesar Rp 1,6 miliar untuk pembiayaan 338 UKM.<br /> <br />Dari cikal bakal pendiri sebanyak 35 orang wanita itu, anggota Kopwan SBW kini telah berkembang menjadi 10 ribu orang lebih. Bermula dari 2 kelompok dalam satu kecamatan, kini berkembang menjadi 358 kelompok. Bukan lagi di satu kecamatan tapi tersebar di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Perkembangan anggota yang ribuan kali lipat itu, tidak mengurangi rasa kebersamaan. Melalui pertemuan kelompok setiap bulan, dan temu wicara setiap 6 bulan dan RAT membuat rasa kebersamaan selalu terasah.<br /><br />Bagaimana cara menjadi anggota? Tentu saja tidak sulit, apalagi bagi mereka yang memang senang menggalang usaha bersama. Ketentuan teknis yang ditetapkan Kopwan SBW untuk menjadi anggota adalah harus melalui kelompok-kelompok yang sudah ada. Diterima atau tidaknya seseorang menjadi anggota, tergantung dari hasil kesepakatan anggota kelompok yang akan dimasuki. Namun masyarakat juga bisa bergabung menjadi anggota Kopwan SBW dengan membentuk kelompok baru. Sedang persyaratannya, minimal sudah tergabung 15 orang wanita dan di antara mereka saling mengenal. Selain itu seluruh anggota harus bersepakat menerima dan menjalankan sistem tanggung renteng beserta konsekuensinya. Tentunya beberapa persyaratan administrasi juga harus dipenuhi.<br /><br />Ke depan, memang masih banyak tantangan ekonomi yang harus dihadapi oleh Kopwan SBW. Terlebih dengan semakin tajamnya persaingan di tengah pasar global yang mau tidak mau berimbas pada upaya kopwan ini mempertahankan kinerja. Dalam konteks ini kopwan mempersiapkan diri dengan menggalang berbagai aspek usaha berbasis partisipasi ekonomi wanita. Pola tanggung renteng masih akan dikedepankan sebagai nilai jual (selling point) dan sekaligus tipikal ekonomi yang beebasis pada aspek kultural bangsa Indonesia.<br /><br />Guna mengantisipasi berbagai tantangan global dan dinamika internal organisasi, Kopwan tentu saja dituntut proaktif dengan senantiasa meningkatkan capacity building sesuai prinsip prinsip pembangunan koperasi berkelanjutan.***Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-63659859969285717382009-12-25T12:26:00.000+07:002009-12-25T12:28:50.083+07:00Koppas Kumbasari Denpasar BaliSemula koperasi ini diberi nama Koperasi Pasar (Koppas) berdasarkan kesepakatan pada saat pendiriannya 25 tahun yang lalu, tepatnya pada 31 Januari 1981 atas prakarsa I.G.N. Ketut Suardika, BSc. Misi awalnya sangat sederhana namun mulia yaitu melepaskan para pedagang pasar dari jeratan rentenir yang hanya berorientasi kepada laba. Pada masa menyuburnya rentenir, pedagang pasar di lingkungan Pasar Kumbasari, Badung, Bali yang membutuhkan modal dapat meminjam dengan mudah. Tidak perlu jaminan, karena umumnya sudah saling kenal dan lokasi usahanya sudah diketahui. Sayangnya, beban yang harus ditanggung para pedagang sangat berat namun tidak ada pilihan lain.<br /><br />Pinjaman yang wajib diangsur setiap hari oleh para pedagang pasar berbunga mencapai 50% per bulan. Saat itu pedagang tidak memiliki alternatif lain. Pemberlakuan pembayaran sistem harian ini jelas memberi keuntungan besar bagi rentenir walau berbunga tinggi tetapi nampak ringan. Kenyataannya, para pedagang merasa tertolong dengan pola pinjaman yang cepat, mudah, tidak berbelit-belit dan boleh mencicil setiap hari. Namun lama-kelamaan pedagang merasakan pendapatan mereka tidak mengalami perubahan keuntungan walau secara omset meningkat.<br /><br />Alhasil, mereka seringkali ingkar membayar kewajiban-kewajiban yang lain, seperti membayar retribusi pasar, hutang barang kepada pemasok kecil dan besar. Akibatnya, hutang terus bertambah dan pemasok pun enggan mensuplai barang-barang.<br /><br />Nah, melihat beban yang terus menumpuk dipundak para pedagang pasar ini, menggugah hati Ketut Suardika untuk mencari solusi dengan mendirikan Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Menurutnya, dengan berkoperasi misi yang telah diterapkan para rentenir seperti pemberian pinjaman dengan cara cepat, mudah dan tanpa jaminan yang memberatkan juga bisa diwujudkan malah bunga bisa lebih ringan.<br /><br />Maka, bersama 28 orang yang memiliki tekad kepedulian yang sama mendirikan Koppas Kumbasari. Awalnya tidak mudah, sebab saat itu Pak Ketut ini masih menjabat sebagai Kepala Pasar Kumbasari. Kemudian dalam kapasitasnya sebagai Kepala Pasar Kumbasari Ketut Suardika ini memberikan bantuan modal awal sebesar Rp 200 ribu. Nilai tersebut cukup besar ketika itu sebab jika dikurs sekarang nilainya kemungkinan setara dengan Rp 20 juta. Jadilah koperasi pasar dengan modal awal sebesar Rp 400 ribu. Terdiri atas Rp 200 ribu bantuan dari Kepala Pasar Kumbasari, Rp 140 ribu simpanan pokok dan Rp 60 ribu berasal dari simpanan Ketua Koppas Kumbasari Ketut Suardika. <br /><br />Tantangan pasti ada mengingat para lintah darat setiap hari terus keluyuran merambah seluruh sudut pasar. Namun, langkah mereka perlahan terhambat, mengingat pesaingnya adalah koperasi yang operasionalnya telah legal. Kendala selanjutnya, buat para riba itu, penguasa pasar tersebut telah menjadi ketua koperasi dengan jiwa yang penuh kepedulian pada sesama. Maka, dengan jiwa yang telah berseberangan dengan para rentenir itu, jika terus berseliweran di pasar tersebut akan beresiko. Lambat laun mereka pun menghindar mencari ladang lain.<br /><br />Keuntungan ganda bagi para anggota koperasi pun didapatkan. Mereka tidak lagi menjadi sasaran empuk rentenir, kemampuan bersaing makin meningkat, pemasok barang kembali mempercayai mereka. Dampaknya kemampuan meningkatkan pendapatan tercapai. Masa subur rentenir pun padam, mulailah koperasi berperan nyata membantu pengusaha mikro dan kecil anggota koperasi untuk menyediakan modal kerja. Kewajiban anggota membayar retribusi kepada Pasar Kumbasari tidak lagi menunggak, kenaikan omset penjualan benar-benar terasakan. Keuntungan juga meningkat dan kesejahteraan ekonomi mereka grafiknya perlahan naik. <br /><br />Sisi lain yang menarik untuk disimak, Koppas Kumbasari ini sebagian besar anggota atau hampir 65% didominasi kaum hawa. Per 31 Desember 2005 jumlah anggota tercatat sebanyak 6.385 orang sebanyak 4.769 orang adalah wanita dan 1.616 orang adalah pria. <br />Hal ini sangat menarik, ternyata kaum perempuan Bali juga banyak yang menjadi entrepreneur yang fanatik dan perlu mendapatkan perhatian khusus. Bagi daerah lain pun layak menduplikasikan kiprahnya. Fenomena tersebut nampaknya juga belum mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah maupun pusat. Kecuali bantuan perkuatan berupa Dana Bergulir Kelompok Wanita (Proyek Gender) sebesar Rp 7,5 juta pada 2004. Secara nominal tentu masih kurang berarti dibandingkan dengan populasi anggota perempuan yang ada. Sesuai dengan hasil konperensi Millenium Development Goals (MDGs) yang diantaranya bertujuan membentuk sekitar enam juta wirausaha baru di Indonesia pada 2010, fakta ini layak mendapatkan atensi lebih lanjut.<br /><br />Secara formal Koperasi Pasar Kumbasari berdiri tanggal 18 Maret 1981 dengan adanya pengakuan dan pemberian Badan Hukum (BH) No 901/BH/VII/1981. Dalam perjalanan yang telah mencapai 25 tahun per 31 Desember 2005, Koppas Kumbasari selalu menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Koperasi pasar yang kegiatannya nyaris serba usaha kembali diarahkan menjadi koperasi yang fokus dengan kegiatan pokok pada simpan pinjam meskipun masih memiliki unit-unit toko. Namun, dinamika yang terjadi ternyata menghendaki ke jenis Koperasi Serba Usaha (KSU). Nama Koperasi Pasar pun dirubah menjadi Koperasi Pedagang Pasar Kumbasari (Koppas Kumbasari) dengan nomor BH baru (06/BH/PAD/Diskop/VII/2002). <br /><br />Secara harfiah nama Koppas Kumbasari bukan lagi mewakili Pasar Kumbasari saja tetapi sudah menjadi ‘milik’ para pedagang yang menjadi anggotanya. Penekanan kepada kata ‘pedagang’ sesudah kata koperasi akan lebih menumbuhkan sense of belonging (rasa memiliki) para anggota terhadap organisasi koperasinya. Hal ini tercermin pada tradisi yang sudah berlangsung dalam berbagai bentuk seperti pengembalian sebagian keuntungan koperasi kepada 20 orang anggota terbaik berupa hadiah sepeda motor, televisi, kulkas, atau biaya keikutsertaan dalam upacara keagamaan di luar Pulau Bali untuk suami-istri. Pemberian hadiah kepada 20 orang anggota yang menghadiri Rapat Anggota Tahunan (RAT) di samping penyediaan door prize dan pembagian jasa berupa kain kebaya kepada ibu-ibu pedagang.<br /><br />Tradisi tersebut tidak hanya tercermin pada pembagian hadiah kepada anggota tetapi dapat disimak dari kebiasaan menerima berbagai penghargan mulai dari tingkat Kabupaten Badung, provinsi dan nasional. Beberapa prestasi yang pernah diraih semasa masih di bawah panji Koperasi Pasar Kumbasari, adalah pada 1982-1983 Juara I dan II se-Kabupaten Badung, tahun 1984–1987 sebagai Juara I dan II tingkat Provinsi Bali, tahun 1985-1987 menjadi Juara Harapan dan Juara Terbaik V tingkat nasional. Selanjutnya selama lima tahun berturut-turut dari 1988-1992 menggondol Juara Teladan Tingkat Nasional. Prestasi ini terus dipertahankan sehingga pada 1993-1994 terpilih sebagai Juara Teladan Utama Tingkat Nasional.<br /><br />Bukan berarti perubahan status koperasi dari KSP menjadi KSU dengan nama Koppas Kumbasari akan menyurutkan langkah, tidak, prestasi terus terajut. Malah bukan cuma lembaga yang berpredikat terbaik, pengelola sekaligus orang yang berjasa yakni (alm) IGN Ketut Suardika pada 2001 dan 2003 yang menjabat sebagai manajer utama memperoleh penghargaan masing-masing Bakti Koperasi dari Menteri Koperasi dan Satya Lencana Wirya Karya dari Presiden RI. Pada 2003 dalam Kelompok Koperasi NIVO, Provinsi Bali meraih peringkat pertama dan pada 2003-2005 juga meraih predikat sebagai Koperasi Berprestasi Tingkat Provinsi Bali.<br /><br />Gelar juara dan penghargaan baru sejak berubah nama dan status tahun 2002 sebagai koperasi simpan pinjam belum sebanyak sebelumnya. Hal ini tidak berarti menurunnya prestasi karena aktivitas Koppas Kumbasari tetap mengalami eskalasi positif dikala dunia usaha secara umum mengalami degradasi. Keramaian kunjungan wisatawan manca negara dan domestik memang menurun drastis dan mempengaruhi omset perdagangan di Pasar Kumbasari secara umum. Seiring sepeninggal IGN Ketut Suardika, Ketua Koppas situasi di Provinsi Bali mengalami perubahan signifikan yang berdampak juga kepada perkembangan internal Koppas Kumbasari. Beberapa peristiwa berskala nasional dan internasional menimpa masyarakat Bali, misalnya, musibah kebakaran Pasar Kumbasari yang terjadi pada 2001, tragedi Bom Bali I dan II (12 Oktober 2002 dan 1 Oktober 2005), isyu SARS, kasus flu burung dan isyu penggunaan formalin pada bahan pangan serta adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).<br /><br />Meski perkembangannya tidak sepesat 10 tahun yang lalu, tidak dapat disangkal bahwa trauma peristiwa Bom Bali I dan II masih membekas. Peristiwa tersebut mengakibatkan terpuruknya kondisi perekonomian Provinsi Bali yang mengandalkan kepada pemasukan dari sektor pariwisata. Oleh karena itu, pengurus Koppas Kumbasari tidak menetapkan target program dan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang bombastis. Praktek ini dimaksudkan agar perkembangan Koppas Kumbasari tetap melaju dalam kapasitas optimal. Fokus pengembangan dan pembinaan (oleh pemerintah) sebaiknya tidak sebatas kepada Koppas Kumbasari sebagai organisasi tetapi kepada pemberdayaan anggota koperasi.<br /><br />Selama ini bantuan perkuatan pemerintah kepada Koppas Kumbasari masih terbatas dalam bentuk penghargaan atas prestasi yang dicapai. Dari sejumlah bantuan yang pernah diterima dapat diamati sebagai berikut, dari Dinas Koperasi Provinsi, berupa dana KCK (2000) sebesar Rp 2,5 juta, Modal Usaha Unit Pertokoan Rp 10 juta dan hadiah sebagai juara I dari Pemerintah Provinsi Bali sebesar Rp 10 juta. Sedang bantuan dari Kementerian Koperasi dan UKM yaitu Dana Bergulir PKPS-BBM Rp 100 juta dan Dana Bergilir Kelompok Wanita (program gender) Rp 7,5juta. Sementara dari Pemerintah Kabu¬paten Badung belum pernah.<br /><br />Perkembangan Koppas Kumbasari sebenarnya sangat didukung oleh sejumlah kantor unit pelayanan yang tersebar di 11 lokasi pasar tradisional dan pasar moderen, baik yang berlokasi di kabupaten Badung, Gianyar maupun di sekitar Kota Denpasar. Lokasi unit-unit pelayanan berada di beberapa pasar seperti, di Kabupaten Badung yaitu di Pasar Badung, Sembung, Kapal (2 unit), Latu Sari, Satrya dan pasar Mambal. Di Kabupaten Gianyar berada di pasar Sukowati.Sedang di Kota Denpasar berada di pasar Kereneng, pasar Anyarsari, pasar Sanglah dan pasar Abiantimbul, Kuta.<br /><br />Keberadaan kantor operasional sebagai kepanjangan tangan Koppas Kumbasari ini sangat membantu ekspansi usaha dan pelayanan kepada anggotanya yang tersebar di beberapa pasar tersebut. Sebab, komoditi yang diperdagangkan tidak terbatas pada kerajinan tangan dan produk tekstil.<br /><br />Pelajaran penting yang dapat dipetik dari perjalanan Koppas Kumbasari adalah bahwa pertumbuhan suatu lembaga termasuk koperasi, memerlukan sosok kepemimpinan yang kokoh, penuh kepedulian dan committed (amanah). Dalam hal Koppas Kumbasari, kepercayaan anggota terhadap model kepemimpinan alm IGN Ketut Suardika, BSc. terbukti telah memperkuat koperasinya selama lebih dari 20 tahun.***Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-56714615938257684942009-12-25T12:22:00.002+07:002009-12-25T12:26:49.179+07:00Kopdit Sehati JakartaOrang kadang bertanya apa beda koperasi kredit (Kopdit) dengan koperasi simpan pinjam (KSP). Dalam praktik sehari-hari sungguh tidak ada bedanya. Keduanya bergerak dalam usaha simpan maupun meminjamkan uang, dengan jasa/bunga sesuai kesepakatan/ketetapan RAT. Mungkin yang membedakan adalah prinsip, teknis dan mekanisme internal saja.<br /><br />Maksudnya, bukan prinsip-prinsip koperasi. Soalnya, menjalankan prinsip-prinsip koperasi bagi koperasi di seluruh dunia hukumnya wajib (keputusan sidang ICA, Manchester, Inggris 1995). Jika dalam praktik ternyata mengabaikannya, bukan salah koperasi tetapi pengelola atau cara pengelolaanya. Kopdit lebih mengutamakan pendidikan baik anggota maupun calon angota. Calon anggota hanya akan diterima menjadi anggota penuh jika telah mengikuti serangkaian pendidikan koperasi, minimal tingkat pemula atau pengenalan tentang apa dan siapa koperasi. Kopdit hanya melayani anggota.<br /><br />Praktik tersebut juga berlaku di kopdit Sehati. Siapa pun ingin menjadi anggota harus mengikuti pendidikan standar perkoperasian. Tujuanya, setelah menjadi anggota akan mudah mengikuti program yang digariskan koperasi karena pemahamannya. Hasilnya, koperasi yang bermula dari kegiatan sosial kemasyarakatan warga sekitar Jalan Attahiriyah II, Pejaten, Pasar Minggu, Jaksel berupa Arisan Paguyuban Manunggal menuai kesuksesan.<br /><br />Sementara, makna nama Sehati adalah asimilasi keinginan yang sama mendirikan koperasi antara warga sebelah barat dengan sebelah timur jalan Attahiriyah atau yang dikenal dengan nama paguyuban Ikatan Keluarga Kerobokan (IKK). Kegiatan paguyuban itu hanya membahas masalah-masalah sosial, seperti memperbaiki gang becek, got mampet, membantu hajatan, kematian dan kegiatan-kegiatan lainnya.<br /><br />Tepat pada 22 Agustus 1987 ketika pertemuan IKK di rumah ibu Hj Irmawati Aswir, menyepakati pembentukan Koperasi Kredit (Credit Union) Sehati. Walau saat itu sebagian masyarakat mendengar nama koperasi mulai alergi. Mengingat sudah berulang kali berdiri koperasi, baik simpan-pinjam maupun konsumsi selalu berakhir tanpa kesan. Namun, mereka tetap menaruh harapan, dengan berkoperasi akan dapat mengankat derajat ekonomi khususnya anggota.<br /><br />Sejak pertemuan tersebut, sampai akhir September 1987 terhimpun 29 orang anggota dan ditetapkan sebagai pendiri. Selanjutnya per 31 Desember 1987 anggota mencapai 37 orang. Walau anggota telah melaku¬kan kewajiban menyetorkan simpanan pokok dan simpanan wajib, namun belum memulai kegiatan memutar /meminjamkan dana kepada anggota. Sebab, waktu yang disepakati adalah awal 1988 dengan prioritas untuk modal usaha produktif.<br /><br />Hingga 2006, Kopdit Sehati telah melewati lima periode kepengu¬rusan dan memasuki periode yang keenam (2003). Keenam periode tersebut dapat diilustrasikan sebagai langkah-langkah pengembangan<br /><br />Untuk mengantisipasi kegagalan yang bisa saja menghadang Kopdit Sehati, seperti banyak koperasi yang berakhir layu karena kebodohan. Maka, Pengurus, Pengawas dan sebagian anggota mengikuti pendidikan manajemen perkoperasian. Selama delapan hari mereka digembleng dalam ilmu Manajemen Dasar Koperasi Kredit yang dilaksanakan di Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) Jakarta. Semua biaya pendidikan ditanggung anggota dan keringanan dari sekunder tersebut.<br /><br />Pada periode ini (1987-1990), Kopdit Sehati beroperasi tanpa Badan Hukum (BH), tanpa Anggaran Dasar (AD), tanpa Anggaran Rumah Tangga (ART). Pijakan operasional mereka hanya memakai dasar Pola Kebijakan Umum yang diyakini tidak bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku. Konsisten dengan 7 (tujuh) prinsip Koperasi universal (ICA Statement) dan 3 (tiga) pilar kopdit (trilogi credit union internasional), swadaya dari, oleh dan untuk Anggota; Solidaritas tolong menolong, dan menolong diri sendiri (self-help), serta pendidikan anggota secara berkesinambungan.<br /><br />Dengan komitmen dan tekad berkoperasi secara bulat, akhirnya kopdit mampu melewati periode perintisan (sosialisasi). Kopdit Sehati mulai menunjukkan tanda-tanda eksistensinya. Walau belum berbadan hukum, pada 8 Juni 1988 telah resmi menjadi Anggota Silang Pinjam (Interlending) Daerah yang dikoordinir oleh Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah (BK3D) Jakarta atau yang sekarang bernama Puskopdit Jakarta, sekaligus juga menjadi anggota Dana Perlindungan Bersama (Daperma) atau loans and savings protection yang dikoordinir oleh Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) atau Inkopdit. <br /><br />Memasuki periode ini yang merupakan periode ujian bagi sebuah organisasi untuk menetukan eksistensinya, hidup atau akan mati. Ternyata, kopdit ini menunjukan perkembangan yang berarti, sekalipun badan hukum juga belum diberikan oleh pemerintah (Departemen Koperasi).<br /><br />Pada tahun buku 1993 kopdit ini menorehkan kinerja yang bagus sesuai, data yang di bukukan. Jumlah anggota sebanyak 161 orang dengan angka pertumbuhan mencapai 45% dalam tiga tahun terakhir. Jumlah simpanan sebesar Rp 48,4 juta, meningkat 225% (3 tahun terakhir), total aset Rp 70, 5 juta atau naik 260% selama tiga tahun terakhir, dan pinjaman yang digulirkan (outstanding) mencapai Rp 58,8 juta atau meningkat 228% dari masa tiga tahun terakhir.<br /><br />Sedangkan omset yang mencapai Rp 112,4 juta (184%) dan membukukan pendapatan kotor sekitar Rp 16 juta atau naik 235% dari tiga tahun terakhir. Pelayanan saat itu masih ditangani pengurus secara proporsional saat berlangsungnya arisan tengahan bulan, yakni minggu I Manunggal dan Minggu II IKK. <br /><br />Akhirnya legalitas yang diidam-idamkan kesampaian juga, tepat 17 Mei 1994, Kopdit Sehati memperoleh badan hukum bernomor, 3351/BH/I, walau harus dengan ‘terpaksa’ menerima Anggaran Dasar ‘terima jadi’ dari Pemerintah. Perihal ini, menurut M Guntur Manajer, memang ada sedikit ketidakcocokan isi dengan prinsip operasional Kopdit Sehati namun tidak terlalu signifikan.<br /><br />Dampak atas mengantongi BH, Kopdit Sehati mendapat kesempatan boleh berkantor, walau masih numpang di rumah Setiyadi, Ketua dengan sewa ala kadarnya. Dengan mempekerjakan seorang karyawan paruh waktu dapat meningkatkan frekuensi pelayanan dari dua kali sebulan menjadi dua kali seminggu, yakni Sabtu malam dan Rabu malam. <br />Berkat BH pula, mampu meningkatan frekuensi pelayanan serta tersedianya kantor pelayanan. Hasilnya, membuahkan grafik pertumbuhan yang cukup signifikan di tahun 1994. Aset meningkat 75,56%, omset 59,16%, simpanan anggota 81,5%, pendapatan 67,95%. Hanya pertumbuhan anggota yang naik 7,45%. Mungkin karena masyarakat belum begitu percaya dengan koperasi. Namun demikian, perlahan tapi pasti tahun buku 1995 dan 1996 Kopdit Sehati semakin tumbuh. Pada periode yang terjadinya sedikit kegoncangan dikarenakan penyelewengan yang dilakukan oleh karyawan. Untuk itu dilakukan perbaikan mekanisme pelayanan dan pendidikan kepada anggota agar kejadian tersebut tidak terulang di masa mendatang.<br /><br />Di awal periode ini (1997), Kopdit Sehati bertekad ingin memmiliki kantor pelayanan yang lebih representatif. Kebetulan ada anggota yang ingin menjual rumah dan tanah. Dengan dana yang dimilki sebesar Rp 48 juta tercapailah citi-cita melayani anggota di atas kantor seluas 50 meter persegi. Sayang, sedang semangat melayani di kantor yang dibeli dengan jerih payah anggota ini, kondisi perekonomian Indonesia memasuki babak ‘goro-goro’ alias gonjang-ganjing dilanda krisis moneter (krismon) dan ekonomi.<br /><br />Beruntung tradisi baru krismon, lebih banyak melumat para pengusaha besar dan konglomerat ketimbang usaha kecil. Di tengah goncangan ekonomi itu, Kopdit Sehati tetap bertahan (survive) dan terus tumbuh. Sesuai anjuran pemerintah, Kopdit Sehati terus memperbarui Badan Hukumnya sesuai tuntutan PP No.9/1995 pada 22 Juli 1998, mengangkat seorang manajer dan seorang karyawan. Berikut ini data-data kinerja Kopdit Sehati pada akhir periode 1999. Pada periode ini walaupun sudah memiliki kantor sendiri namun frekuensi pelayanan anggota masih sama dengan periode sebelumnya yaitu 2 kali seminggu dan pengelolaan masih dominan ditangani oleh Pengurus.<br /><br />Setelah melakukan studibanding ke kopdit-kopdit yang relatif lebih maju, Pengurus menyadari, bahwa Kopdit Sehati tidak lagi dapat dikelola secara amatiran alias sambilan. Namun, harus profesional bila ingin tetap survive dan menuai hasil yang gemilang. Persisnya di penghujung 1999, Pengurus mengangkat seorang manajer untuk mengelola usaha secara profesional per 1 Januari 2000, yang diumumkan dan disahkan pada RAT-XII/1999, tanggal 20 Pebruari 2000.<br /><br />Berkat kekompakan dari segenap komponen memenuhi kewajibannya, mulai pengurus, pengawas, manajer, karyawan dan anggota, Kopdit Sehati kian memperoleh tempat di hati masyarakat. Seperti sering menjadi rujukan atau tujuan bagi kopdit-kopdit dan koperasi lain yang melakukan studi-banding, baik dari sekitar Jakarta maupun dari luar daerah.<br /><br />Di tahun ke dua pada periode profesionalisasi ini, tepatnya pada Juli 2001 kantor pelayanan Kopdit Sehati terpaksa harus mengontrak di tempat lain selama enam bulan, karena kantor yang ada diratakan dan di bangun kembali yang lebih permanen dan representatif. Dana yang dianggarkan untuk membangun gedung setinggi dua setengah lantai ini sebesar Rp 128.740.000. Seluruhnya murni dari swadaya organisasi tanpa bantuan sepeserpun dari pihak luar.<br /><br />Bersamaan penyelenggaraan RAT-XIV/2001 pada 13 Januari 2002 kantor Kopdit Sehati diresmikan pemakaiannya oleh Pengurus Inkopdit yang juga Ketua Pengurus Puskopdit Jakarta Dr HM Soedarmono, SKM, disaksikan segenap anggota yang menghadiri RAT.<br />Pertumbuhan disegala aspek pada 2001 cukup fantastis, hampir semua aspek kecuali keanggotaan meningkat lebih dari 100%. Artinya, aset yang terhimpun selama satu tahun (2001) melebihi aset yang dihimpun selama 13 (tiga belas) tahun lebih (1987 s/d 2000). Jumlah anggota “hanya’ meningkat 41,16%. Prosentase pertumbuhan pada 2001 tersebut merupakan puncak pertumbuhan Kopdit Sehati yang sulit untuk diulang.<br />Pada 2002, pertumbuhan masih cukup signifikan (di atas 60%) walaupun tidak sefantastis pertumbuhan tahun 2001.<br /><br />Pada periode ini, frekuensi pelayanan dan jumlah personil mengalami peningkatan. Pada tahun buku 2000, pelayanan seminggu empat kali, tiga kali dilakukan pada malam hari dan satu kali di siang hari. Jumlah karyawan tiga orang, dua tenaga administrasi dan manajer. Pada 2001 pelayanan ditingkatkan menjadi seminggu lima kali, tiga kali dilakukan pada malam hari dan dua kali di siang hari dengan karyawan lima orang termasuk manajer. Sedangkan pelayanan pada tahun buku 2002 sama dengan tahun 2001, hanya ada penambahan jumlah karyawan menjadi enam orang termasuk manajer.<br /><br />Mengapa periode ini diberi nama penguatan manajemen? Memenej anggota yang mendekati jumlah 1000 (seribu) orang dan aset diprediksikan di atas miliaran, bukanlah pekerjaan mudah. Memerlukan tim manajemen, SDM pengelola yang qualified dan sistem informasi manajemen yang up to date, yang semua bertujuan untuk memuaskan anggota yang sebagai pelanggan sekaligus pemilik usaha (customer dan owner satisfaction).<br />Pada periode ini baru berlangsung sekitar sembilan bulan, gejala yang ada mengindikasikan, tingkat kepercayaan anggota semakin tinggi. Anggota semakin “berani” mempercayakan uangnya disimpan di Kopdit, sehingga semua kebu¬tuh¬an ang¬gota peminjam dapat terpenuhi dari tabungan anggota sendiri.<br /><br />Sepanjang tahun ini belum memanfaatkan fasilitas pinjaman dari Puskopdit, bahkan ada kecenderungan penumpukan dana (idle-funds), na¬mun masih dalam batas yang wajar. Rasio Pinjaman terhadap Total Aset (Loans to Total Assets) masih di atas 70%.<br />Kopdit sehati terus berkarya demi mewujudkan kesejahteraan anggotanya. Pelayanan murni hanya untuk anggota, kecuali calon anggota tidak melayani. Artinya, berapapun jumlah yang memerlukan dana dan penabung adalah anggota. Wajar jika koperasi ini setiap tahun mengalami perkembangan yang berarti. Semua aspek mengalami peningkatan. Sisten organisasi yang kuat serta mana¬jemen solid adalah kiat mengapa koperasi ini kuat.<br /><br />Pada tahun buku 2005 jumlah anggota menjadi 1.404 orang dari 1.202 pada periode sebelumnya, alias naik 16,81%. Aset dari Rp 9,280 miliar pada tahun buku 2004 menjadi Rp 12,760 miliar atau naik 37,50%, sim¬panan anggota menjadi Rp 10,839 miliar per 31 Desember 2005 sebelumnya adalah Rp 7,740 miliar (40,03%). Pencairan pinjaman dari Rp 8,790 miliar menjadi Rp 10,551 miliar (20,02%). Pinjaman yang beredar menjadi Rp 8,551 miliar dari Rp 6,459 miliar (32,39%), pendapatan usaha meningkat 23,63% yakni dari Rp 2,103 miliar menjadi 2,600 miliar. Total SHU sebelum pajak sebesar Rp 174, 4 juta atau hanya naik 4,46% dari tahun buku 2004 sebesar Rp 167 juta.***Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-24247978011829711842009-12-25T12:18:00.001+07:002009-12-25T12:22:46.336+07:00Koperasi Keluarga Guru JakartaReformasi sejatinya digelindingkan dengan tujuan terpenting meman¬dirikan bangsa. Mandiri dalam arti yang sesungguhnya. Kemandirian berarti suatu keadaan tanpa, atau dengan sesedikit mungkin, keter¬gantungan pada pihak lain. Sayangnya, makna kemandirian selalu lebih mudah diucapkan ketimbang diwujudkan.<br /><br />Kesulitan seperti itu dapat dilihat misalnya di dalam lembaga perko¬perasian. Mereka yang pernah dinobatkan sebagai koperasi berprestasi nyatanya tidak cukup tahan banting melewati tantangan. Celakanya, penyebab utama kegagalan itu tidak melulu lantaran lemah menghadapi persaingan pasar, tetapi juga kondisi internal, baik karena faktor lemahnya sumber daya manusia (SDM), manajemen maupun permodalan. Di sisi lain, acap kali kita lihat kehebatan koperasi karena ditopang oleh faktor figur (patron). Dan ketika figur atau pimpinan tersebut berhenti menjabat, koperasinya pun perlahan redup.<br /><br />Kecenderungan bahwa sukses koperasi adalah sukses figur pimpinan¬nya seolah menjadi keniscayaan sejarah. Di masa pemerintahan Orde Baru, koperasi tumbuh di tengah prakarsa dan insiatif penguasa. Figur pimpinan Koperasi Unit Desa (KUD) misalnya, identik dengan mantan pejabat desa, seperti mantan lurah, mantan polisi, guru maupun pejabat pemerintah lainnya yang purna tugas.<br /><br />Dengan kepemimpinan yang menyusup dari atas itu (top-down), memang sulit bagi koperasi untuk menjejakkan kaki di pelataran bisnis murni. Apalagi kapasitas para ‘mantan’ pejabat yang umumnya awam dengan kavling bisnis. Maka yang terjadi adalah tingginya ketergantungan kope¬rasi terhadap bantuan pemerintah. Itu sebabnya mengapa kebanyakan ko¬perasi begitu sulit berkembang.<br /><br />Jagad perkoperasian kita memang penuh warna. Ada koperasi yang ber¬diri lantaran menunggu program bantuan atau kredit murah pemerintah. Tapi banyak juga koperasi yang mampu menunjukkan tajinya sebagai ba¬dan usaha ekonomi rakyat yang tangguh. Contoh cukup fenomenal adalah Koperasi Keluarga Guru Jakarta (KKGJ) yang mampu melewati perjalanan lebih setengah abad.<br /><br />Beroperasi di lingkungan terbatas, yaitu hanya melajani para tenaga pendidik di level sekolah dasar, tak membuat pamor KKGJ hanya beredar di lingkungan sekolahan saja. Dengan terus mengembangkan kualitas pelayanan anggotanya secara mantap dan profesional, koperasi para guru ini membuktikan kelasnya sebagai koperasi yang layak jadi contoh.<br /><br />Ketika negeri ini memasuki masa sulit (krisis moneter 1997), KKGJ justru menunjukkan eksistensinya sebagai penyelamat ekonomi anggota (guru). Bahkan masih di tengah masa sulit itu, KKGJ pada 1998 mampu meyakinkan perbankan mengucurkan kredit untuk para guru senilai Rp 3,5 miliar. Jaminannya, aset berupa sebidang tanah seluas delapan hektar di bilangan Bogor. Besaran aset yang jadi jaminan itu sangat tidak memadai jika dibanding dengan jumlah modal yang dikucurkan, namun perbankan melihat prospek pasar yang cukup besar di KKGJ yaitu sebaran anggota sebanyak 23.000 orang para guru SD di Provinsi DKI Jakarta.<br /><br />Mengapa solusi pengembangan usaha KKGJ harus bermitra dengan perbankan? Pertanyaan ini menarik mengingat selama ini begitu sulitnya koperasi merajut mitra dengan perbankan. Bagi pengurus KKGJ dunia perbankan menjadi salah satu instrumen untuk mempertegas fungsi pelayanan terhadap anggota. Dengan sebaran anggota yang begitu besar dan tingkat kebutuhan yang nyaris seragam, yaitu peminjaman dana, maka unit simpan pinjam merupakan alternatif bisnis paling potensial. Masalah¬nya dari mana harus mendapatkan dana guna membiayai kebutuhan dana anggota yang begitu besar. Itu sebabnya perbankan menjadi solusi. “Jika ingin untung besar harus berbisnis secara besar, dan untuk itu diperlukan modal besar.” Begitu tekad yang pernah ditegaskan oleh pengurus KKGJ dalam upaya menyiasati pengembangan usaha.<br /><br />Ketika memperoleh dana perbankan sebesar Rp 3,5 miliar itu, seutuhnya dimanfaatkan bagi kelangsungan usaha, antara lain dibelikan aset baru berupa tanah sawah, pabrik penggilingan padi (rice milling unit-RMU) dan SPBU. Dengan aset tersebut, pihak bank dengan ringan mengalirkan pinjaman dalam jumlah tiga kali lipat. KKGJ pada akhirnya mampu merebut simpati bank.<br /><br />Dalam tempo relatif singkat, KKGJ menjelma menjadi koperasi sehat dengan total aset sebesar Rp 157 miliar per 31 Desember 2005. Pada ta¬hun buku 2005 saja, KKGJ tercatat menggulirkan modal dari sebuah bank sebesar Rp 65 miliar. Pada periode 2006, sesuai dengan komitmen pengurus dan pihak bank, dana yang dialokasikan meningkat menjadi Rp 70 miliar. Menyadari porsi terbesar modal yang berputar adalah modal bank, pengurus mengajak anggota agar mau menambah modal sendiri. Sejauh ini, pendapatan koperasi yang disetorkan kepada pemilik modal (bank) setiap tahun sekitar Rp 3 miliar. Maka, dengan langkah mengurangi pinjaman modal dari bank, pendapatan yang akan dinikmati oleh anggota dengan sendirinya menjadi lebih besar.<br /><br />Ajakan dan upaya pengurus kepada anggota membawa hasil. Melalui perdebatan dan pembahasan yang seru, anggota setuju menaikkan simpanan wajib sebesar dua kali lipat, dari Rp 50.000 menjadi Rp 100.000 per bulan. Dengan jumlah anggota KKGJ yang mencapai 23 ribu orang, tambahan dana simpanan wajib Rp 50 ribu per bulan berarti terkumpul modal tanpa bunga sebesar Rp 1,150 miliar. Dalam tempo setahun, modal KKGJ bertambah sebesar Rp 13,8 miliar. Uniknya, keputusan kenaikan tersebut hanya memerlukan waktu sekitar lima menit. Kesepakatan itu dihasilkan anggota secara aklamasi dalam sebuah rapat perencanaan khusus. Hal ini tak terlepas kaitannya dengan sosialisasi yang digiatkan pengurus dan pengawas melalui kegiatan pra Rapat Anggota Tahunan (RAT) di setiap kecamatan (komisariat) di wilayah DKI Jakarta.<br /><br />Sebelum menorehkan prestasi, KKGJ sempat mengalami masa-masa pahit. Koperasi yang berdiri pada 14 September 1952 ini pernah kolaps. Periode 1977–1983 KKGJ bisa dika¬takan berada di titik nadir. Berawal dari kekeliruan menerapkan sistem manajemen serta minimnya SDM yang cakap. Pengurus bahkan diklaim telah memberangus cita-cita luhur para penggagasnya. Koperasi hanya menjadi ajang manipulasi para oknum pengurus. Organisasi, usaha dan mentalitas pengurus dan karyawan yang amburadul mengakibatkan anggota frustasi bahkan kehilangan kepercayaan kepada koperasi.<br /><br />Lahir dengan nama Koperasi Kredit Guru-guru Djakarta Raya (KKGD), dengan badan hukum (BH) No. 815 pada 18 April 1953, merugi Rp 38 juta. Pengurus juga mempunyai tunggakan sebesar Rp 728 ribu. Penyebab kerugian, antara lain, koperasi menanggung beban bunga tinggi, 5% per bulan kepada investor yang notabene oknum anggota KKGJ. Berkat beberapa anggota yang benar-benar memahami koperasi, sebuah jalan keluar ditemukan. Mereka tampil dan membenahi kekacauan di dalam tubuh KKGJ. Mandat untuk pengurus baru ini dihasilkan melalui Rapat Anggota Luar Biasa (RALB) pada 28 Januari 1984. Pada 11 Maret 1984, pengurus hasil RALB dilantik tetapi mereka baru benar-benar aktif pada Juni 1984.<br /><br />Diketuai H. Saprawi, kinerja pengurus mulai memperlihatkan hasil positif. Babak baru kebangkitan pun dimulai. Pada tahun pertama, iklim perubahan itu mulai terasa. Secara psikologis, kepercayaan para guru SD di Jakarta pulih perlahan-lahan. Jumlah anggota pun terus meningkat dari waktu ke waktu. Dalam rentang 10 tahun (1984-1994), jumlah anggota naik drastis dari 4.817 orang menjadi 23.728 orang, sebuah peningkatan rata-rata 39,25% per tahun. Jumlah tersebut sudah mencapai sekitar 80% dari potensi guru SD yang ada. Dana permodalan yang dihimpun KKGJ pun berlipat ganda, dari Rp 6,3 juta pada 1984 menjadi Rp 3,478 miliar pada 1994, atau tumbuh dengan angka rata-rata Rp 347,173 juta per tahun.<br /><br />Dalam kurun waktu 10 tahun berikutnya kinerja mereka melambung. Tahun buku 2004 KKGJ membuktikan sebagai koperasi primer yang tumbuh sangat sehat. Total aktiva melesat hingga menembus angka Rp 107,127 miliar. Keberhasilan itu adalah buah keseriusan dalam penge¬lolaan koperasi. Prinsip “sedikit bicara banyak berkarya” atau “boleh berbicara tetapi tetap berkarya” menjadi moto pengurus periode 1998-2002 itu ternyata mempengaruhi perkembangan KKGJ. Tokoh yang mewar¬nai perkembangan itu adalah Agustitin Setyobudi, Ketua I KKGJ saat itu. Menurut Agustitin Setyobudi, ia bersama pengurus lain selalu berusaha merealisasikan apa yang telah diprogramkan dengan satu tujuan yaitu mencapai kesejahteraan anggota.<br /><br />Koperasi guru yang berlokasi di Jalan Poris Raya, Pisangan Baru, Jakarta Timur, itu telah terbukti berkinerja mengagumkan. Dari gedung ber¬lantai dua yang menjadi pusat operasi itu, KKGJ mengendalikan sejumlah unit usaha yang mencakup agribisnis (kebun belimbing), sawah, penggilingan padi (RMU), SPBU, unit simpan pinjam (USP), perda¬gangan umum, wartel, depot air isi ulang, tabungan haji, tabungan pensiun, Pusat Pelatihan dan Pendidikan Guru-guru SD (P3GSD) dan kolam renang. Unit-unit usaha KKGJ sebagian besar melibatkan aktivitas ang¬gota, kecuali SPBU, unit-unit lain masih terkait anggota. Sebelum tahun buku 2000, pusat kendali operasional KKGJ masih menyewa bangunan di Jalan Sabang, Jakarta Pusat. Untuk mengoptimalkan kegiatan usahanya, KKGJ mempekerjakan lebih dari 100 orang.<br /><br />Semua unit usaha pendapatannya selalu naik setiap tahun. Termasuk P3GSD yang baru satu tahun berjalan sudah mampu berkontribusi. Kecuali kolam renang yang baru dioperasikan pada awal 2006. Khusus P3GSD yang dioperasikan sejak 2004 telah digunakan untuk pelatihan kom¬puter multimedia. Seluruh peserta berasal dari 1.920 SD di DKI Jakarta. Kiat keberhasilan KKGJ terlihat dari konsistensi pelayanan dan kegiatan usaha yang terkait pada kepentingan anggota.<br /><br />Konsistensi pelayanan dan keseriusan menggarap usaha, kendati ha¬nya bernama koperasi guru, pada gilirannya membuahkan hasil menggembirakan. Kinerja usaha yang baik itu terlihat dari perkembangan jumlah modal yang berhasil dihimpun. Total aktiva sebesar Rp 107,2 miliar pada tahun buku 2004 meningkat menjadi Rp 127,7 miliar tahun buku 2005. Jumlah piutang yang Rp 76.9 miliar tahun sebelumnya meningkat Rp 92,7 miliar pada 2005. Jumlah simpanan anggota juga ikut naik, dari Rp 24,3 miliar menjadi Rp 30,8 miliar. Jumlah modal dari Rp 30,8 miliar meningkat menjadi Rp 34 miliar.<br /><br />Unit USP pada tahun buku 2005 membukukan pendapatan sebesar Rp 20,2 miliar, meningkat 31% dari tahun buku sebelumnya yang Rp 15,4 miliar. Jumlah piutang yang diserap anggota sebesar Rp 72,5 miliar, atau naik sebesar 17% dari tahun buku 2004 sebesar Rp 62 miliar. Pada tahun buku 2005 portofolio pinjaman didominasi pinjaman komersial sebesar Rp 40,7 miliar, atau naik 56% dari total pinjaman yang diberikan kepada anggota. Tepatnya, pengguna pinjaman komersial sebanyak 2.884 orang dengan rata-rata pinjaman Rp 16,4 juta. Dari unit perdagangan umum yang meliputi penjualan dan kredit sepeda motor, barang elektronik, optik, alat kesehatan, daging dan hati—jumlah pendapatan tercatat sebesar Rp 1,7 miliar. Penyumbang pendapatan terbesar adalah penjualan sepeda motor, sebesar Rp 386 juta. Unit SPBU menyumbang pendapatan sebesar Rp 672 juta atau meningkat lima persen dari tahun buku sebelumnya sebesar Rp 642 juta dari total penjualan sebesar Rp 21,3 miliar. Unit wartel dan depot air isi ulang memberikan kontribusi sebesar Rp 347,4 juta.<br /><br />Unit agribisnis meliputi sawah dan kebun. Di Karawang, untuk sawah dilengkapi dengan sarana RMU, dan kebun belimbing di Citayam, Bogor. Dari kedua jenis usaha itu KKGJ memperoleh pendapatan sebesar Rp 231,3 juta atau naik dua persen dibanding tahun buku 2004 yang sebesar Rp 227 juta. Sedangkan untuk tabungan pensiun dan tabungan haji terkumpul sebesar Rp 11,1 miliar, terdiri dari Rp 9,9 miliar tabungan pensiun dengan jumlah penabung 4.879 orang dan Rp 1,2 miliar untuk tabungan haji dengan jumlah penyimpan sebanyak 148 orang.<br /><br />Untuk unit usaha yang baru tiga tahun (tahun buku 2005) yaitu sarana P3GSD, kontribusinya terhadap pendapatan cukup signifikan. Dengan dukungan sub unit penerbitan dan wisma diklat, unit ini membukukan pendapatan sebesar Rp 555 juta atau naik satu persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp 552 juta. Pendapatan tersebut sebenarnya bisa lebih besar. Menurut Agustitin, sub unit penerbitan malah dapat berkontribusi lebih besar terhadap unit PGSD. Sayangnya, piutang di sekolah-sekolah senilai Rp 5,15 miliar per Desember 2004 tidak tertagih.<br /><br />Paket diklat yang diselenggarakan P3GSD mencakup latihan dasar kepemimpinan siswa, outbound, pesantren lintas-agama dan pesantren Ramadhan. Untuk pengembangan pembelajaran, P3GSD menjaring siswa tingkat TK dua kelas, SD dua kelas keduanya adalah mengikuti program pembelajaran TK-SD laboratorium sebagai sekolah unggulan. Sedang pengembangan sekolah lanjutan telah dibuka Sekolah Menengah Industri Pariwisata (SMIP).<br /><br />Dengan berbagai jenis usahanya, pada 2005 KKGJ 2005 membukukan SHU sebesar Rp 6,014 miliar; meningkat sekitar Rp 376 juta dari tahun buku 2004 yang berjumlah Rp 5,638 miliar.<br /><br />Senapas dengan profesi pengurus dan para anggotanya, KKGJ sangat peduli pada misi pendidikan. Pengurus pun senantiasa menanamkan pemahaman tentang nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi yang benar kepada seluruh anggota. Wisma P3GSD merupakan sarana untuk itu. Faktor lainnya kepengurusan yang solid, mumpuni dan jujur menjadi magnet anggota mempercayai koperasi. Untuk mewujudkan cita-cita itu pengurus harus lebih memahami. Tanpa menguasai ilmu, menurut Yitno Suyoko, Ketua Umum, sulit mengakomodasi keinginan anggota yang sedemikian beragam secara memadai. Eksistensi pengurus dipertaruhkan untuk melayani sekitar 23.000 anggota KKGJ.<br /><br />Jika diurus oleh orang yang tidak cakap, abai pada pendidikan dan pelatihan, kelangsungan hidup sebuah koperasi amat riskan. Selain tidak terjadi regenerasi, pemahaman wawasan perkoperasian di kalangan anggota pun minim. DKI Jakarta, misalnya, sebagaimana data Dinas Koperasi dan UKM, dari sekitar 6 ribu unit koperasi yang aktif hanya sekitar 30%. Itu pun, didominasi koperasi fungsional, seperti koperasi pegawai/BUMN, TNI/Polri dan kopkar yang relatif aktif mendapat pembinaan secara kontinyu. Selebihnya KSP dan beberapa unit KSU.<br /><br />Secara kontinyu KKGJ menggembleng para anggotanya di Wisma P3GSD di Citayam, Bogor. Selain diikuti oleh para guru SD di DKI Jakarta, penggemblengan itu juga mengikutsertakan guru-guru dari daerah lain. Semua biaya ditanggung koperasi, peserta pun mendapat uang saku. Biaya yang dialokasikan untuk pembinaan sebesar Rp 26,6 juta per angkatan atau jumlah totalnya sekitar Rp 425,6 juta untuk 16 angkatan. Materi pelatihanan ‘Menjadi Guru Profesional’ tersebut antara lain, UU No 14/2005 tentang Sisdiknas, reaktualisasi profesionalisme guru dan kewirakoperasian, kurikulum baru dan aplikasinya serta KKGJ dalam berbagai tinjauan. Kegiatan ini juga bertujuan meningkatkan pengetahuan anggota yang berprofesi guru sebagai kader koperasi.<br /><br />Saking konsennya terhadap pendidikan, KKGJ memberikan pinjaman pendidikan tanpa bunga. Koperasi guru-guru SD Jakarta ini termasuk sedikit jumlah koperasi yang sudah eksis mengakses permodalan kepada lembaga perbankan. Di saat masih banyak koperasi yang mengharapkan bantuan permodalan berbunga lunak dari pemerintah. Koperasi para guru SD se-DKI Jakarta ini sudah leluasa mengakses permodalan dari lembaga keuangan dengan bunga komersial. Hasilnya, berapa pun anggota perlu dana, bank setiap saat siap melayani. Artinya, sudah melewati fase fleksibel dan dinamis sebagai lembaga usaha. Sehingga misi ingin melayani anggota secara maksimal dapat diwujudkan.<br />Tahun buku 2006 KKGJ kembali membuat komitmen dengan Bank Mega Syariah Indonesia (BMSI) senilai Rp 70 miliar, lebih banyak sebesar Rp 5 milir dibanding tahun buku sebelumnya. Selain untuk membantu permodalan usaha, dana tersebut juga dialokasikan untuk membiayai kepentingan anggota. Pasalnya, dengan berlakunya Undang-Undang Pendidikan, para guru SD yang belum menamatkan pendidikan S1 wajib menyelesaikan jenjang tersebut. KKGJ menjalin kerja sama dengan Universitas Hamka (Uhamka) Jakarta. Sebelumnya, kerja sama ini telah dilakukan untuk anggota yang ingin menempuh jenjang pascasarjana (magister). Biaya untuk anggota yang mengikuti program tersebut ditalangi oleh koperasi sampai lulus S2, dan mereka mengembalikan dana dengan cara mengangsur.<br /><br />Khusus bagi anggota yang berminat kuliah di Uhamka, KKGJ membuka pendaftaran di tingkat komisariat (perwakilan KKGJ di setiap kecamatan di DKI Jakarta). Anggota yang tidak belajar di Uhamka harus menanggung sendiri pembiayaannya. Kecuali yang melalui program KKGJ, administrasi pembayaran ditanggung koperasi. Tahun buku 2006, menargetkan sekitar 2.000 anggotanya dapat menempuh jenjang S1 yang dibiayai koperasi. Bagi guru SD yang baru diploma II (DII) dapat ditempuh dua setengah sampai tiga tahun.<br /><br />Pengurus KKGJ berkeyakinan, hal terpenting tentang pengurus adalah kejujuran dan kecakapan. Pengurus yang jujur melahirkan kepercayaan anggota, sehingga anggota tidak berkeberatan memodali koperasi. Sedang kecakapan membuat modal yang ditanamkan mampu dilipatgandakan melalui keuntungan yang diperoleh. Kecakapan dipetik melalui adopsi adopsi ilmu-ilmu ekonomi yang mengajarkan tata cara berusaha, yang selanjutnya dipadukan dengan ilmu-ilmu koperasi dengan ciri watak sosial yang kental. Kedua unsur tersebut dapat menghasilkan sinergi berkat adanya niat nan tulus. Dikombinasikan dengan bergabungnya para wirausahawan, sumberdaya manusia yang mempunyai wawasan entrepreneur, dinamika dan kemajuan sebuah koperasi semakin terkondisi untuk bertumbuh di ranah yang subur.Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-34825052928851730512009-12-19T22:14:00.002+07:002009-12-19T22:19:07.247+07:00KSU Setara Kupang-NTTKomoditi sapi potong, inilah salah satu unggulan daerah Kupang. Wilayah penghasil sapi potong yang terkenal di kawasan ini, persisnya berlokasi di Kecamatan Amarisi. Khususnya warga masyarakat Kecamatan Amarisi Timur, Barat dan Selatan banyak menggeluti peternakan sapi potong tersebut.<br /><br />Wilayah tersebut memang berbeda dengan wilayah sekitarnya, karena memiliki udara lebih dingin di musim kering. Sehingga terik matahari yang terkenal di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terasa lebih nyaman. Sementara kawasan lain, kondisi kering sebagai indikator umum wilayah NTT masih juga dirasakan. Di kawasan ini, komoditi yang potensial adalah tanaman nyiur (kelapa) dan pisang sebagai unggulannya. Semua produk pertanian ini, menjadi pasokan bagi permintaan pasar sekitar Kota Kupang.<br /> <br />Bermula dari pemikiran seorang anak muda bernama Arwadi A. Fora (35 th). Ia adalah mantan anggota LSM di Kupang yang kemudian mendapat tugas sebagai pembina kegiatan program community development selama dua tahun. Kemudian ia ikut memotori berdirinya KSU Setara pada 1999. Pengalamannya mengikuti kegiatan LSM serta luasnya hubungan aktif dengan berbagai pihak di luar desanya, dapat mendorong koperasinya berkembang secara bertahap sampai saat ini. Langkah yang ditempuh kembali ke desanya, didorong keinginan untuk membantu keluarga dan masyarakat di wilayahnya, agar mampu keluar dari kemiskinan dan ketidakmampuan menuju kesejahteraan hidup.<br /><br />Proses memperkenalkan pembentukan koperasi, pada awalnya berbuah penolakan oleh para orang tua di wilayah bersangkutan. Mereka masih trauma atas pengalaman di masa lalu. Khususnya dalam kaitan dengan ketidakberhasilan para pendiri koperasi yang lama dalam mengembangkan usahanya. Dampaknya sejumlah uang yang berhasil terkumpul saat itu di koperasi lenyap tanpa pertanggungjawaban.<br /><br />Apa boleh buat, hal itu menjadi pengalaman dan memberi gambaran negatif atas peran dan fungsi koperasi di wilayah bersangkutan. Itulah yang menjadi tantangan pertama dan paling berat bagi Arwadi A. Fora, yang justru berpengalaman dan memiliki paham berbeda. Ia punya keyakinan karena belajar dari koperasi sebelumnya.<br /><br />Dia pun merangkul orang-orang muda di kampungnya. Mereka digalang dalam kelompok selama hampir dua tahun, sebelum membentuk KSU Setara. Ia mendidik dan memberi wawasan dengan usaha keras, agar siap menjadi anggota koperasi yang paham tentang perkoperasian.<br /><br />Itulah langkah yang ia gunakan membangun landasan yang kuat dalam organisasi koperasi. Hasilnya, koperasi mampu mengembangkan kegiatan usaha sampai saat ini. Hubungannya dengan pihak luar, baik instansi terkait seperti Dinas Peternakan atau Dinas Koperasi. Seiring dengan itu, pilihan ditetapkan dengan mengembangkan kegiatan usaha baru di bidang penggemukan sapi yang dapat mendukung usaha simpan pinjam koperasi.<br /><br />Artinya nilai tambah dari usaha penggemukan sapi potong dan berbagai kegiatan pendukung lainnya, akan dapat diraih dan dinikmati sendiri oleh para angota. Dengan semangat seperti itu, kegiatan kelompok ini menarik sekelompok anak-anak muda yang selanjutnya diberi pinjaman, untuk dikembangkan menjadi usaha mereka. Maksudnya, pendekatan pengembangan koperasi dimulai dengan membangun kelompok calon anggota yang diharapkan memiliki usaha produktif.<br /><br /> Pengembangan usaha anggota itu dibimbing secara proporsional. Sehingga setiap anggota dapat menjadi wirausaha baru. Baik ditinjau dari sisi terbentuknya unit usaha baru yang berbeda-beda maupun dari sisi bertambahnya pengusaha baru. Karenanya awal kegiatan yang dilakukan oleh Arwadi A. Fora, adalah memberi kesempatan kepada rekan-rekannya yang dipercaya dan siap untuk bekerja keras.<br /><br />Apalagi alam di wilayah bersangkutan sangat tidak bersahabat untuk usaha pertanian pada umumnya. Orientasinya adalah membuat hidup rekan-rekan itu menjadi lebih baik dari apa yang berhasil diraih para orang tua mereka, dan mampu mengembalikan dana pinjaman. Langkah ini menjadi rintisan proses pengembangan kualitas mereka sehingga menjadi anggota koperasi simpan pinjam di masa mendatang, dengan pemahaman tentang kewajiban dan hak yang harus diketahuinya.<br /><br />Berbekal sumbangan maupun hibah yang disampaikan oleh sejumlah organisasi asing dan juga LSM tempat ia pernah bekerja, maupun dari beberapa lembaga yang menunjukkan minat membantu, ia mulai membangun koperasi yang menjadi impiannya. Kegiatan pokok awal adalah simpan pinjam, yang cikal bakalnya telah dilakukan mulai tahun 1977, jauh sebelum badan hukum KSU ini diperoleh tahun 1999. Perjalanan koperasi selanjutnya mengalami perubahan dalam merespon peluang yang ada.<br /><br />Hal itu didorong oleh pengalaman Arwadi A. Fora yang pernah mengembangkan kegiatan penggemukan sapi di wilayahnya. Ia juga sudah terbiasa dan mengetahui bagaimana bekerja dengan para orang tua. Terutama sebagai pengelola yang memperoleh upah memelihara sapi-sapi. Sejumlah siasat bisnis ia peroleh. Antara lain melakukan pengadaan sapi secara lokal atau dibeli dari daerah sekitar wilayah Amarasi.<br /><br />Kegiatan simpan pinjam yang cukup berhasil itu didukung dengan cara memberi pinjaman pada sejumlah pemuda tertentu yang dikenal dan memiliki usaha cukup bagus. Rata-rata mereka ini lulusan SMP dan SMU. Mereka itulah pelopor pengembangan KSU Setara. Sampai saat ini mereka mampu menunjukkan keunggulan usaha, terbukti dari kemampuan mereka mengangsur pinjamannya. Ada juga sejumlah hambatan yang terkait dengan kegiatan ini, tetapi mereka dapat menyelesaikannya sebagai suatu hal yang wajar.<br /><br />Ia memakai pola community development dan menggunakan koperasi sebagai wadah kegiatan dari kelompok-kelompok anggota yang tersebar di empat kecamatan. Langkah itu menjadi strategi dalam rangka mencari dan kemudian membina kepercayaan para “calon-calon” anggota tetap.<br /><br />Mereka sadar, dengan berkoperasi dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Termasuk berpeluang menerapkan jatidiri koperasi secara lebih intensif. Proses pembinaannya sampai saat ini masih saja ditangani sepenuhnya oleh ketua, dibantu oleh para pengurus lain. Tiga serangkai pengurus KSU yang aktif saat ini, masing-masing Arwardi A. Fora (ketua); Fredik Bijae (Sekretaris); Sefnat E Beis (Bendahara).<br /><br />Kegigihan pengurus membangun KSU hampir 10 tahun ini, telah diakui oleh masyarakat desanya maupun instansi atau dinas terkait. Penghargaan itu dapat dilihat dari berbagai bantuan yang diterima, seperti dari Kementerian Koperasi dan UKM pada 2006. <br />Prestasi koperasi, walaupun secara organisasi boleh dikatakan belum sesuai ketentuan yang berlaku, namun secara operasional koperasi ini berhasil memanfaatkan kondisi wilayah usaha dengan berbagai keberhasilan. Ambil contoh terkait fakta meningkatkan kualitas kehidupan para anggota.<br /><br />Saat ini berbagai kegiatan pendukung menyusul kegiatan usaha penggemukan sapi juha menampakkan hasil. Ini merupakan kegiatan derivatif, seperti pengembangan lokasi pemotongan sapi (penjagalan). Juga penjualan produk-produk sampingan hasil pemotongan sapi dengan pihak mitra usahanya, seperti kaki sapi, kulit dan bagian lainnya. Arah pengembangan menunjukkan, kegiatan tersebut akaan menjadi kegiatan tersendiri yang dapat melayani kebutuhan pihak ketiga. Kegiatan penggemukan sapi didukung pula oleh tersedianya pakan alami karena ada tanaman lamtoro, yang menyuburkan pertumbuhan sapi.<br /><br />Berkembangnya kegiatan tersebut, berarti tersedianya sejumlah peluang kerja bagi masyarakat di desa. Apalagi kalau usaha ini kemudian dikembangkan lebih lanjut menjadi salah satu kegiatan produktif di daerah bersangkutan. Pihak pemerintah daerah, khususnya di kecamatan dapat mengambil inisiatif untuk membantu pengembangan usaha masyarakat terkait.<br /><br />Dengan demikian masyarakat desa bersangkutan berpeluang mengembangkan sendiri kegiatan kerja menjadi lebih banyak lagi. Misalnya peningkatan kebutuhan akan pakan hijauan yang harus disediakan. Demikian juga kebutuhan melakukan kegiatan perawatan sapi, mengingat jumlah sapi yang digemukkan dapat meningkat jumlahnya di daerah ini. Pada gilirannya diharapkan koperasi tetap dapat menjadi pelopor mendukung peningkatan nilai tambah bagi desa, kecamatan bahkan kabupatennya.<br /><br />Perluasan usaha yang dilakukan oleh KSU SETARA, yang anggotanya tercakup dalam kelompok-kelompok anggota, menunjukkan bahwa layanan ekonomi masyarakat yang dilakukan juga dirasakan semakin meluas dan bermanfaat bagi masyarakat juga. Untuk itu perlu mulai dirancang model evaluasi dan monitoring perkembangan KSU SETARA, khususnya untuk menilai dengan jujur dan adil bagaimana sumbangan yang telah diberikan bagi perkembangan wilayah dan bagaimana pula layanan pemerintah kepada lembaga masyarakat yang telah memberikan kontribusinya.<br /><br />Hal ini tidak lain agar dapat memunculkan potret koperasi yang sebenarnya dalam melayani kebutuhan anggotanya, yang pada gilirannya dapat memberikan sumbangan bagi wilayahnya. Hal ini memerlukan perhatian. Mengingat secara khusus pendekatan yang digunakan dalam membangun maupun mengembangkan koperasi ini merupakan model community development.<br /><br />Bisa jadi model tersebut dikembangkan menjadi petunjuk operasional teknis, bagi pengembangan koperasi di wilayah-wilayah yang relatif tertinggal. Tegasnya, menggabungkan konsep community development program dengan membangun koperasi yang bertumpu pada masyarakat miskin atau tertinggal. Dengan mengembangkan usaha yang produktif disertai pendidikan dan pemberian wawasan serta memakai berbagai cara pembaruan yang efektif untuk membangun masyarakat di wilayah setempat, bisa jadi merupakan faktor strategis membangun koperasi yang dapat memberikan perubahan bagi wilayahnya.<br /><br />Walaupun KSU SETARA ini belum sepenuhnya dapat menunjukkan gambaran satu bentuk koperasi yang sempurna prestasinya, baik ditinjau dari sisi administratif maupun keorganisasiannya serta kelengkapan kelembagaannya, namun koperasi ini sudah dapat menunjukkan dirinya sebagai indikator keberhasilan satu koperasi dalam membangun wilayahnya.<br /><br />Indikasi itu sudah nampak, di mana kalau pada 4-5 tahun yang lalu sebagian besar masyarakat di Kecamatan ini banyak yang mengelola penggemukan sapi milik Pusat KUD atau NCBC, sekarang sebagian dari para pemuda mengelola sapi yang dimiliki koperasinya. Pemilikan sapi dilakukan melalui dana bantuan perkuatan yang dikelola sebagai bagian dari simpan pinjam.<br /><br />Secara bertahap telah terjadi perubahan keseimbangan kerja bagi penduduk di kecamatan ini. Maksudnya, dari bekerja untuk pihak lain bergeser dan mengarah pada bekerjanya koperasi yang berarti untuk diri sendiri. Indikasi keberhasilan usah ditunjukkan oleh sebagian para anggota koperasi, terutama yang sudah bekerja kurang lebih 10 tahun. Keberhasilan tersebut ditunjukkan dari kemampuannya untuk membangun rumah sendiri, walaupun masih bersifat setengah dinding.<br /><br />KSU Setara relatif tumbuh berkembang di wilayah yang relatif tertinggal dengan kondisi yang juga kurang mendukung. Walaupun iklimnya relatif lebih baik dibanding wilayah sekitarnya di Kabupaten Kupang. Untuk itu potret koperasi yang ingin ditunjukkan lebih menyangkut gambaran kemampuan koperasi ini membangun kehidupan para pemuda, yang relatif tidak memiliki pendapatan tetap menjadi anggota yang disiplin mendukung kegiatan koperasi, diantaranya dalam kegiatan penggemukan sapi. Kegiatan yang dilakukan oleh para anggotanya itu memang tidak menjadi kegiatan usaha utama bagi anggota, karena pemeliharaan atau perawatan yang dilakukan tidak memerlukan kegiatan full time.<br /><br />Saat ini KSU Setara telah melayani anggota yang tersebar di wilayah lima Desa di Kecamatan Amarasi; lima Desa di Kecamatan Amarasi Selatan; dua Desa di Kecamatan Amarasi Barat; dan satu Kelurahan di Kecamatan Kupang Timur.<br /><br />Luasnya wilayah itu, pada gilirannya telah membuat koperasi memiliki jumlah anggota sebanyak 314 orang (2005). Rinciannya, terdiri atas anggota tetap sebanyak 113 orang (20 orang diantaranya adalah pendiri). Sedangkan calon anggota mencapai 142 orang disertai calon lain yang relatif masih baru sebanyak 59 orang. Angka itu menunjukkan gambaran potensi bagi koperasi berkembang menjadi lebih besar. Hanya saja diperlukan dukungan berupa kegiatan pengamanan atau langkah preventif yang cukup intensif, khususnya dalam mengelola berbagai kelompok anggota di lapangan.<br /><br />Perlu ada aplikasi sistem operasional bagi masing-masing kelompok anggota yang tersebar di wilayah yang cukup luas. Tujuannya, menciptakan pengendalian secara dini atas berbagai penyimpangan yang mungkin terjadi di kelompok anggota. Langkah itu akan dapat membantu pengurus mengendalikan kegiatan operasional penggemukkan sapi atau mengelola budidaya sapi potong. Dengan demikian semakin banyak jumlah anggota yang merasa memperoleh peluang dan manfaat dari kegiatannya. Sekaligus secara bersamaan ingin tetap juga dapat dilayani dengan lebih baik, dengan memperhatikan keragaman tuntutan layanan yang diharapkan.<br /><br />Walaupun hal itu saat ini belum nampak, mengingat kesibukan para anggota yang masih terikat dalam pelaksanaan kegiatan usahanya, akan tetapi kewaspadaan harus sudah mulai dibangun. Misalnya dengan mengembangkan pola pendistribusian kewenangan dalam pengambilan keputusan teknis secara proporsional. Termasuk melibatkan para ketua kelompok anggota untuk melakukan proses monitoring dan evaluasi atas berbagai kegiatan yang dilakukan.<br /><br />Kegiatan pendidikan teknis juga menjadi concern pengurus. Terutama untuk mendukung pengelolaan kegiatan penggemukan sapi yang termasuk dalam budidaya sapi potong. Program pendidikan yang pernah dilakukan mencakup bidang pengelolaan ternak sapi dan bidang perkoperasian. Mereka ada juga yang mengikuti program magang dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM bersama dengan pihak Dinas terkait. Selain itu, masih ada program kerja sama dengan ASDP Australia, yang membahas masalah peternakan sapi, manajemen usaha ternak serta masalah makanan ternak.<br /><br />Persisnya sejak tahun 2003, koperasi ini menangani kegiatan penggemukan sapi. Kegiatan dilakukan sesuai dengan potensi yang ada di wilayah ini. Apalagi sebelumnya kegiatan serupa yang disponsori Pusat KUD NTT dan koperasi nasional Amerika Serikat atau NCBA menjadi pesaing kuat dari koperasi.<br /><br />Pola kedua pelaku penggemukan sapi tersebut, mereka melakukan pembelian sapi di pasar-pasar yang kemudian menitipkan pada masyarakat untuk dirawat. Upah kerja diberikan secara bulanan serta pembagian insentif dari kelebihan harga jual. Mereka sulit disaingi, karena memiliki permodalan cukup kuat. Hasil penggemukan sapin lalu dijual kepada pihak ketiga dan biasanya tanpa standar ukuran besar dan berat sapi. Dari kelebihan berat sapi, umumnya mereka menerima bagian 25% saja, dan selebihnya menjadi bagian pemilik sapi.<br /><br />Menyikapi persaingan itu, KSU ini membuat model kerja sama dengan para anggota dengan ketentuan yang berbeda. Dari koperasi para anggota memperoleh upah perawatan atau upah kerja (sama). Tetapi upah ini diambil dari bagian kelebihan harga, yang dianggap sebagai bagian SHU. Komposisinya, 70% untuk koperasi yang digunakan untuk membayar kembali bantuan perkuatan yang sifatnya bergulir. Sedang sisanya 30% untuk para anggota yang merawat sebagai insentif.<br /><br />Sementara besarnya SHU dapat dihitung dengan memakai perkiraan sebagai berikut:<br />a. Berat sapi rata-rata dibeli 125–150 kg<br />b. Berat sapi rata-rata dijual, minimum 225 kg<br />c. Harga Jual – Harga Pokok Penjualan = Profit penjualan<br /> (dibagi untuk anggota 30% dan untuk koperasinya 70%).<br /><br />Perhitungan dari KSU Setara itu dimaksudkan memotivasi kepada para anggota, agar berat sapi dalam kurun waktu dua tahun dapat meningkat dan sekaligus harus beranak selain upah kerja yang diterima perperiode tertentu.<br /><br />Seperti disebutkan, penggemukan sapi mulai 2003 dimulai dari pembagian sebanyak 42 ekor sapi dengan harga beli Rp 70 juta. Ini sebagai dana bergulir dari APBD melalui Dinas Koperasi dan UKM Provinsi NTT. Penerima adalah 21 orang anggota dari Kelompok Setara Desa Tesbatan.<br /><br />Program itu dapat melayani 16,3% dari jumlah anggota saat itu 129 orang. Selanjutnya, sapi yang telah terjual sebanyak dan menghasilkan laba sebesar Rp 1 juta. Sehingga tiap anggota memperoleh bagian sebesar Rp 300 ribu sedangkan koperasi memperoleh Rp 700 ribu.<br /><br />Kemudian tahun 2004, koperasi kembali memperoleh bantuan dana bergulir dari APBD, yang disalurkan melalui Dinas Koperasi dan UKM Propinsi NTT. Menurut informasi, bantuan digunakan sebagai batu uji atas kemampuan dan potensi KSU Setara mengelola bantuan dana bergulir.<br /><br />Jumlah sapi lokal yang dibeli mencapai 86 ekor (dengan harga beli Rp170 juta). Lalu dibagikan untuk 43 orang (yaitu kelompok Fektateftit, Bena Tesbatan II, dan Mawar Oenoni II). Program ini melayani 19,3% dari jumlah anggota saat itu 223 orang. Dalam program tersebut para anggota selain menerima pekerjaan merawat dan menggemukkan dua ekor sapi (dan karena itu mereka menerima upah untuk merawat), juga harus melengkapi kegiatan dengan satu ekor sapi yang pengadaannya dilakukan secara mandiri (dibeli atau disiapkan dengan dana sendiri).<br /><br />Untuk tahun berikut tambahan harus menjadi 2 ekor (membeli satu lagi atau kalau yang lama dijual, berarti membeli dua ekor yang baru), demikian selanjutnya. Program ‘setengah paksaan’ ini berdampak luas pembinaan kemampuan para anggota bersangkutan. Mengapa? Karena mereka didorong secara aktif untuk mampu berhemat dan memiliki kebiasaan menyimpan untuk menjawab tugas tersebut.<br /><br />Dengan program sapi mandiri itu, diharapkan dapat didorong terwujudnya skala ekonomi usaha penggemukan sapi. Yaitu dua ekor sapi per keluarga sudah mampu mendorong peningkatan kesejahteraannya. Berdasar perhitungan rata-rata, dengan merawat dua ekor sapi untuk digemukkan dengan upah kerja bulanan dan nantinya memperoleh bagian SHU dari hasil penjualan sapinya, maka total pendapatannya akan dapat mendukung kepastian kehidupannya.<br /><br />Keberhasilan demi keberhasilan serta kompetensi pengurus, mendorong ditetapkannya KSU Setara sebagai penerima bantuan dana bergulir APBD melalui Dinas Koperasi dan UKM Propinsi NTT untuk periode tahun 2005. Besarnya dana mencapai Rp 175 juta, yang kemudian dipakai untuk membeli 100 ekor sapi baru. Bantuan ini kemudian dibagikan untuk 50 orang anggota (kelompok Birane Pakubaun dan Anugrah Siuf). Angka tersebut mencapai sebesar 18,7% dari jumlah anggota sebanyak 268 orang.<br /><br />Selanjutnya pada tahun 2006, Menteri Negara Koperasi dan UKM juga memberikan bantuan pengadaan sapi lokal untuk penggemukan sebanyak 500 ekor dengan nilai beli Rp 1,5 miliar. Sapi itu kemudian dibagikan ke 250 orang anggota. Pelayanan itu mencakup sebesar 79,6% dari jumlah 314 anggota (Maret 2006).<br /><br />Lompatan prestasi KSU ini secara teknis cukup menggembirakan. Karena mampu menunjukkan terjadinya proses pelayanan pengurus kepada para anggota. Apalagi kalau dikaitkan dengan kondisi wilayah di mana KSU harus beroperasi. Konsekuesinya, koperasi meluaskan wilayah layanan mencakup tujuh desa yang dilayani.<br /><br />Kegiatan yang dikembangkan itu telah mengubah kehidupan sebagian masyarakat di desa-desa yang tergabung dalam kelompok anggota KSU. Karena itu sejak tahun 2003 juga, sebagian orang tua sudah ada yang masuk menjadi anggota, sementara yang lain masih trauma.<br /><br />Di sisi lain, KSU juga telah melakukan investasi sebesar Rp 41,5 juta untuk membuat kandang semi permanen. Ini dilakukan secara kolektif bagi masing-masing kelompok di wilayahnya dan meliputi jumlah kandang sebanyak 228 buah unit.<br /><br />Kalau pada tahun-tahun sebelum 2003, kegiatan simpan pinjam dimulai dengan kelompok yang terbatas. Selanjutnya, proses resmi pinjaman dilakukan dengan menyesuaikan dengan kegiatan penggemukan sapi. Yang jelas, selama ini kegiatan simpan pinjam simpanan pokok dan wajib telah menjadi komponen modal sendiri bagi koperasi. Akumulasi kinerja modal sendiri hingga 2005 untuk simpanan pokok Rp 158.400.000,- dan simpanan wajib Rp 4.665.000,-.<br /><br />Sementara besarnya cadangan mencapai Rp 1.200.000,- dan SHU Rp 1.150.000,-. Simpanan sukarela tercatat Rp 7.500.000,-. Dana-dana bantuan dari luar juga ditempatkan sebagai komponen modal luar yang besarnya Rp 1,915 miliar.<br /><br />Dari semua pemaparan di atas, dapat disimpulkan sementara kinerja KSU ini menunjukkan awal dari kebangkitan usaha penggemukkan sapi masih belum menuai hasil yang memadai. Maksudnya, masih menunggu waktu selaras dengan macam kegiatan yang ditempuhnya. Dengan besarnya bantuan yang diterima pada tahun 2006, ada harapan bagi koperasi ini meningkatkan potensinya lebih lanjut.<br /><br />Kesederhanaan kegiatan usaha menunjukkan, koperasi ini baru mulai berkembang dari sisi bisnis. Sementara dari sisi kelembagaan, mungkin sekali landasan yang sudah diciptakan koperasi mampu menjadi andalan bagi desa dan kecamatannya. Sedangkan dari sisi permodalan, sangat jelas koperasi banyak mendapat kepercayaan atau fasilitas dari pemerintah yang dengan bermacam bantuan dana seperti terlihat pada tabel 2.<br /><br />Dari sisi kegiatan penggemukan sapi, laporan penjualan yang terjadi pada tahun 2005 menunjukkan, ada 21 anggota yang menjual sapinya kepada koperasi. Rinciannya, sebanyak 18 orang masing-masing menjual dua ekor sapinya dan tiga orang masing-masing menjual satu ekor.<br /><br />Berat rata-rata di atas 200 kg sebanyak lima ekor sapi. Lalu kategori sapi dengan berat di atas 210 kg sebanyak empat ekor. Sedangkan sapi di atas 220 kg terjual sebanyak tujuh ekor. Sementara sapi dengan berat di atas 230 kg terjual sebanyak 23 ekor. Harga jual daging sapi mencapai Rp 11.500 per kg.<br /><br />Dengan rekapitulasi total perhitungannya menjadi sebegai berikut. <br />Hasil penjualan total mencapai Rp 106.940.500,-<br />Harga pokok pembelian Rp 58.500.000,-<br />Biaya Operasional Rp 1.170.000,-<br />Laba bersih 47.258.800,-<br /><br />Komposisi pembagian laba menjadi 70% buat pemelihara (Rp 33.081.160,-) dan 15% buat KSU Setara (Rp 7.088.820,-). Sementara yang 15% untuk Dinas Koperasi dalam konteks membayar kembali kredit dana bergulir. Hasil bagi untuk masing-masing pemelihara ditetapkan proporsional, tergantung dari berat sapi yang dijualnya dengan kisaran antara Rp 469 ribu sampai dengan Rp 1.361 juta.<br /><br />Perkembangan lain, koperasi melakukan kegiatan pemberian sapi bibit, dan menggulirkannya melalui anak dara keturunan satu dan seterusnya sampai empat ekor untuk anggota yang belum memperoleh bantuan.<br /><br />Sampai di sini cukup jelas, faktor strategis keberhasilan usaha penggemukan sapi ini terkait dengan pengembangan kualitas kelompok. Kelompok anggota yang dibentuk itu, terutama untuk menekan terjadinya hambatan dalam pengendalian di samping juga kurangnya tenaga lapangan. Modelnya memakai model yang digunakan oleh LSM, namun masih harus didampingi secara lebih intensif.<br /><br />Pada gilirannya diperlukan bantuan terkait pembinaan kelembagaan yang diharapkan dapat membantu mengatasi kesulitan operasional. Misalnya, menumbuhkan sikap dan perilaku bisnis yang konsisten. Langkah ini dimaksudkan dapat menciptakan ketekunan dan kesabaran yang menjadi faktor kritis mengembangkan budidaya peternakan. Inilah profil koperasi yang dibangun melalui pendekatan pembangunan masyarakat. Kegiatan membutuhkan ketekunan, kesabaran dan inovasi serta keberanian untuk mengambil risiko.***Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-13775066818494141782009-12-19T22:04:00.000+07:002009-12-19T22:07:00.677+07:00KSU Karya Ampuh Pontianak-KalbarBenih koperasi boleh berasal dari kelompok apa saja. Misalnya, tidak sedikit cikal bakal koperasi awalnya merupakan kelompok arisan di satu lingkungan. Kali ini kita akan berkenalan dengan koperasi, yang semula sebuah perkumpulan anak muda.<br /><br />Yang menarik, mereka punya potensi dan kemauan bekerja dengan berbagai latar belakang keterampilan, minat, dan bakat serta kemampuan yang dapat dikembangkan dalam bentuk kegiatan usaha. Di antara anak muda itu, ada yang mulai bekerja menjual ayam, sayur dan buah-buahan, ikan atau hasil laut serta konveksi. Pendek kata berbagai kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis.<br /><br />Dari hari ke hari perkembangan kegiatan usaha terus meningkat. Baik dari jumlah anggota perkumpulan maupun volume penjualan barang dagangan. Bertitik tolak dari sini, tercetus ide membentuk sebuah badan usaha. Singkat kalimat, bentuk lembaga usaha yang disepakati adalah Koperasi. Bentuk ini diyakini cocok, karena pelaksana aktivitas usaha tersebut sebagian besar anak muda yang baru menyelesaikan SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi.<br /><br />Atas pertimbangan itu, maka pada 12 Juli 1998 anggota perkumpulan sepakat mendirikan koperasi dengan nama Koperasi Serba Usaha ‘Karya Ampuh’ (Karya Anak Muda Punya Harapan). Tujuan pendirian koperasi, menciptakan lapangan kerja dan mampu meningkatkan kesejahteraan anggota secara bersama-sama. Jumlah anggota awal sebanyak 25 orang. Seiring dengan ini, mereka bersepakat melakukan pemilihan pengurus, dan badan pengawas.<br /><br />Segera saja kemudian pengurus mengajukan permohonan hak status badan kukum koperasi ke Kantor Departemen Koperasi dan UKM Kota Pontianak. Hasilnya, disetujui dengan penerbitan badan hukum No: 35/BH/X, tanggal 5 Oktober 1998. Koperasi ini berkedudukan di Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Persisnya, di Jalan Gunung Sahari No 26 Telp (0561) 707. 8887 Kelurahan Sungai Jawi Dalam, Kecamatan Pontianak Barat, Kota Pontianak. Lembaga usaha ini mempunyai motto: ‘Koperasi kami bukan basa basi, karena kami tidak berhenti membangun prestasi’.<br /><br />Salah satu penggerak utama keberadaan koperasi ini adalah sosok Buchari. Ia sarjana lulusan Fakultas Sosial Politik Universitas Tanjung Pura tahun 1998. Tidak seperti sarjana lain, ia tak berorientasi memburu lowongan kerja seusai kuliah. Tekadnya justru ingin menciptakan lapangan kerja. Bagaimana caranya? Tak berhenti mencari berbagai peluang usaha bagi banyak orang.<br /><br />Jika pilihannya kemudian adalah koperasi, tidak lain karena badan usaha ini sangat tepat untuk menghimpun banyak orang. Sehingga aspek modal bisa dipikul bersama. Artinya, dengan memanfaatkan tenaga-tenaga muda jebolan SLTP, SLTA dan perguruan tinggi, dia membangun kegiatan usaha aneka ragam. Mulai dari berjualan sayur mayur, ayam, buah-buahan, konveksi bahkan mampu menembus ekspor ikan dan hasil laut ke Malaysia. Ia meyakini, bumi Kalimantan Barat sangat kaya sumber daya alam dan belum seluruhnya tergarap.<br /><br />Organisasi dan kelembagaan koperasi ini berkembang secara wajar. Maksudnya, sejalan dengan perkembangan usaha dan tingkat kepercayaan masyarakat ternyata jumlah anggota juga terus meningkat. Ambil contoh jumlah anggota sampai dengan 31 Desember 2005 tercatat sebanyak 479 orang. Tersebar di Kecamatan Pontianak Barat dan Kota Pontianak. Hal ini bisa membuktikan bahwa eksistensi koperasi dipercaya oleh masyarakat.<br /><br />Terkait mempertahankan tingkat kepercayaan masyarakat itu, koperasi merasa perlu menangani lebih serius. Baik dari segi pelayanan maupun organisasi dan manajemen. Sejalan tuntutan kondisi tersebut serta menjawab tantangan ke depan, koperasi antara lain menggelar Rapat Anggota Tahunan (RAT). Berbagai permasalahan dan solusi dapat dirumuskan di forum ini.<br /><br />Sekadar menginformasikan, untuk periode kepengurusan tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 susunannya sebagai berikut. Jajaran pengurus, diketuai oleh M Buchari S Sos dari unsur praktisi koperasi. Sekretaris dipercayakan kepada Yuyun Rosida yang dikenal juga sebagai praktisi koperasi dan pengusaha. Sedangkan bendahara dipegang oleh Nani yang juga praktisi koperasi. Unsur badan pengawas, diketuai oleh H Abang Imien Thaha seorang praktisi koperasi dan Ketua MABM Provinsi Kalbar. Anggota badan pengawas adalah H Kusyairi Husman, S Ag yang dikenal sebagai pengusaha.<br /><br />Tidak seperti koperasi lain, lembaga usaha ini juga mengangkat seorang konsultan manajemen yaitu M Husein Supardi, SE yang berprofesi sebagai praktisi perbankan di wilayah setempat.<br /><br />Sekitar satu tahun sesudah terbentuknya koperasi, sesuai dengan kemampuan minat, bakat serta ketrampilan anggota, usaha-usaha koperasi tersebut baru efektif berjalan. Berikut beberapa peluang usaha yang mampu menarik minat warga masyarakat atau anggota yang sudah dilakukan oleh koperasi ini.<br /><br />Di sektor usaha simpan pinjam (USP), diyakini memiliki prospek yang menguntungkan bagi koperasi. Itu sebabnya, unit ini sudah didirikan sejak awal tahun 2000. Selanjutnya pada pertengahan 2004, USP Karya Ampuh bekerjasama dengan Bukopin Cabang Pontianak ‘merenovasi’ dengan nama Swamitra Karya Ampuh.<br /><br />Awalnya dirasakan sulit mengingat Swamitra belum begitu dikenal masyarakat Pontianak. Kesulitan pada bulan pertama Swamitra Karya Ampuh baru mampu menggaet lima (5) orang debitur dengan dana yang dipinjamkan sebesar Rp 25 juta. Sedangkan dana yang dihimpun mencapai Rp 13 juta dari 11 orang nasabah.<br /><br />Swamitra koperasi ini mulai melakukan gerakan masuk pasar-pasar di kota Pontianak. Antara lain Pasar Dahlia, Kemuning, Teratai, dan Pasar Sentral. Juga mengerahkan dua orang staf di account officer untuk menerobos kebuntuan informasi dengan masyarakat pasar. Mereka gigih mendatangi nasabah door to door, sebab bagaimana kita bisa dikenal jika tidak mengenalkan diri.<br /><br />Kesulitan demi kesulitan telah dilalui dengan membuahkan hasil. Faktanya, sampai 31 Desember 2004, dengan jumlah anggota yang dilayani sebanyak 350 orang. Pengelolaan Swamitra sepenuhnya disupervisi langsung oleh Bank Bukopin, baik dalam hal operasional maupun teknologi.<br /><br />Operasional swamitra ini menggunakan teknologi perbankan real time on line, sehingga effektif di sisi pengawasan. Baik dari segi operasional maupun bisnis kredit. Pengajuan kredit dari anggota koperasi dengan batas plafon kredit tertentu, diputuskan oleh Bukopin sehingga dapat memperkecil resiko kredit macet.<br /><br />Sedangkan di unit pengadaan pangan dan penyaluran sembako, koperasi memulai sejak awal tahun 2001. Polanya, koperasi bekerjasama dengan beberapa koperasi. Antara lain, KSU Cipta Kharisma Muda (Kabupaten Pontianak Hulu), KSU Bunut Indah (Kabupaten Kapuas Hulu), KSU Citra Mandiri (Kabupaten Sintang), KSU Asiqa (Kabupaten Kapuas Hulu), dan KSU Bukit Tilung (Kabupaten Kapuas Hulu).<br /><br />Penyaluran sembako tersebut, secara resmi mendapat dukungan dari Bupati Kapuas Hulu. Mekanismenya, koperasi berperan sebagai supplier kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako) kepada koperasi-koperasi tersebut. Secara operasional, KSU Karya Ampuh menyiasati alat angkut sembako dengan menggunakan truk, kemudian truk tersebut juga membawa hasil bumi berupa karet, pisang dan lain-lain yang dibeli dari koperasi-koperasi penerima sembako. Hasilnya, barang-barang hasil bumi tersebut dijual oleh koperasi kepada langganan di Kota Pontianak.<br /><br />Koperasi juga sudah merambah pemasaran ikan segar dan hasil laut, sejak Maret 2002. Buktinya, koperasi telah menandatangani MOU sebagai pemasok dengan pihak Aku Enterprise sebagai buyer dari Malaysia. Saat itu kerja sama disaksikan oleh Badan Pengembangan Ekonomi dan Koperasi Provinsi Kalimantan Barat.<br /><br />Penjualan ikan tersebut menganut sistem FOB atau free on the board. Artinya, pihak penjual hanya mengantar barang-barang sampai ke pelabuhan dan selanjutnya menjadi tanggung jawab buyer. Sistem ini sangat menguntungkan bagi koperasi. Mengapa? Pertama, rendahnya biaya pengangkutan hasil ikan. Dan kedua, kualitas ikan tetap terjaga, karena pihak buyer menugaskan stafnya untuk menyortir hasil penjualan ikan dari koperasi. Sehingga resiko ikan busuk atau jelek dapat terhindari serta harga jual lebih tinggi dari harga pasaran di Pontianak.<br /><br />Khusus unit usaha konveksi atau pengadaan pakaian olah raga, dinas, sekolah, dan sablon, sistem kerjanya, di-sub-kan pada ibu-ibu binaan KSU karya Ampuh. Maksudnya, pihak koperasi menyediakan bahan baku dan peralatan mesinnya. Sedangkan pola pembayarannya, dengan model komisi per potong pakaian yang mereka kerjakan.<br /><br />Kemudian unit usaha jasa rekening listrik, dilakukan sejak 1999. Sampai sekarang usaha ini berdampak positif terhadap unit-unit usaha lainnya. Misalnya, ada beberapa pelanggan juga membuka rekening simpanan swamitra untuk membayar rekening listrik.<br />Sementara usaha lain yang tengah dijajaki koperasi, antara lain pengembangan anggota koperasi binaan khususnya para petani jagung. <br /> <br />Hingga posisi Juli 2005, koperasi ini mampu menghimpun kekayaan bersih sekitar Rp 400 Juta. Sisi keanggotaan koperasi meningkat sangat signifikan. Begitu juga kemampuan koperasi menggali modal sendiri, meningkat tajam, terutama dari tahun 2004 yang sebesar Rp 380 juta menjadi senilai Rp 666 juta pada akhir tahun 2005. Indikasi keuangan lain koperasi ini, seperti tersaji pada tabel 1 di bawah ini.<br /><br />Dari tabel tersebut, mengenai keanggotaan koperasi menunjukkan, anggota pada tahun 2003 sebanyak 262 orang. Lalu pada tahun 2004 meningkat menjadi 350 orang atau 1,3 %. Sedangkan pada 2005 jumlah anggota menjadi 479 orang atau naik 2 %.<br /><br />Modal luar koperasi pada tahun 2003 sebesar Rp 200 juta. Sedangkan pada tahun 2004 tidak ada kenaikan atau tetap Rp 200 juta. Sementara pada tahun 2005 modal luar naik menjadi 25 % atau menjadi sebesar Rp 1 miliar. Pendapatan pada tahun 2003 sebesar Rp 1.016 miliar pada tahun 2004 meningkat Rp 1.120 miliar atau naik 1,1 %. Lalu pada tahun 2005 pendapatan koperasi meningkat menjadi 1,3 % atau sebesar Rp 1,278 miliar. <br />Mengenai SHU koperasi, pada tahun 2003 tercatat sebesar Rp 61 juta. Lalu pada tahun 2004 naik menjadi Rp 83 juta atau meningkat 1,36 %. Sedangkan pada 2005 SHU naik menjadi sekitar Rp 119 juta atau naik sebesar 2,5 %. Volume usaha koperasi, pada tahun 2004 mencapai sebesar Rp 1,5 miliar. Sedangkan pada 2005 meningkat menjadi Rp 1,803 miliar atau meningkat sebesar 1,19 %.<br /><br />Keberhasilan yang telah dicapai oleh koperasi ini, antara lain Koperasi terbaik tingkat Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2003. Lalu pada 2005 sebagai salah satu koperasi terbaik se-Kotamadya Pontianak. Juga nominasi Dji Sam Soe Award untuk kategori pelaku UKM dan Koperasi seluruh Indonesia tahun 2005. <br /><br />Sejauh ini, koperasi berusaha bangkit dari krisis kepercayaan masyarakat terhadap citra negatif terhadap koperasi. Mengapa demikian? Karena adanya beberapa koperasi pada waktu yang lalu mempunyai track record yang kurang baik.<br /><br />Pada 2005-2006 misalnya, koperasi mempunyai business planning yang jelas. Antara lain berencana membuka unit-unit usaha baru yang potensial. Dengan rencana pengembangan unit-unit usaha baru ini, jelas dibutuhkan SDM yang handal. Di sisi lain ada kenyataan, para pencari kerja umumnya enggan bekerja di koperasi. Ini tak lain karena kemampuan koperasi relatif terbatas dalam memberikan kesejahteraan yang layak dibanding perusahaan lain.<br /><br />Koperasi mengakui, pihaknya belum maksimal melayani kepada anggota khususnya menyangkut payment point dikarenakan belum adanya outlet pembayaran rekening telepon maupun rekening air (PDAM). Sementara outlet yang sudah ada hanya pembayaran listrik. Yang jelas, belum maksimalnya pelayanan tersebut bukan hanya kesalahan koperasi. Sebab, selama ini belum ada aturan baku dari instansi terkait yang mengatur mengenai pelayanan terbaik atau service excellent kepada anggota koperasi.<br /><br />Dari praktik kegiatan uasha koperasi, ada beberapa peluang yang sebetulnya bisa ditangkap koperasi. Pertama, untuk USP terdapat cross selling produk yang baik yaitu menjual produk kredit kepada nasabah atau anggota funding yang eksis. Kedua, tingginya permintaan masyarakat akan kebutuhan kendaraan bermotor (roda dua) dan rumah. Hal ini bisa men-support rencana koperasi membuka unit usaha pembiayaan kredit sepeda motor maupun unit pengembangan perumahan.<br /><br />Ketiga, rencana akan dihapusnya Program Penjaminan Pemerintah terhadap deposito di atas Rp 100 Juta pada perbankan. Hal ini merupakan peluang bagi Swamitra Ampuh untuk menggalang dana masyarakat. Dikarenakan rate simpanan pada swamitra cenderung lebih tinggi jika dibandingkan lembaga-lembaga keuangan lainnya.<br /><br />Keempat, adanya outlet payment point pembayaran listrik cukup berdampak terhadap unit simpan pinjam. Karena beberapa pelanggan pembayaran listrik juga ikut menabung maupun mengambil pinjaman pada Swamitra Ampuh.<br /><br />Kelima, khusus unit simpan pinjam, ada beberapa tawaran dari kelompok petani jagung di Kecamatan Sei Pinyuh, Desa Rasau maupun Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Pontianak. Khususnya, dari segi pembiayaan modal kerja mereka maupun peran sebagai supplier pupuk dan penampung hasil panen jagung walaupun mereka sudah mempunyai buyer. <br /><br />Sejauh ini keberadaan koperasi ini, memang masih relatif aman. Tetapi ada beberapa fakta obyektif yang harus dipertimbangkan. Di antaranya, munculnya koperasi-koperasi khususnya simpan pinjam baru, di Kota Pontianak. Jika ditambah dengan koperasi-koperasi lama yang sudah eksis, jelas ini membuat persaingan di sektor simpan pinjam di Pontianak kian ketat.<br /><br />Di sisi lain, sejumlah kalangan mengkhawatirkan ada kecenderungan intervensi pengurus di dalam pengambil kebijakan bukan untuk kepentingan koperasi. Sementara itu fakta lain menunjukkan, terkait unit perikanan dikhawatirkan adanya perubahan deregulasi dalam hal pembelian ikan dari negara buyer (Malaysia). Jika ini benar terjadi, diprediksi cukup berpotensi merugikan koperasi.***Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-15591638753406786712009-12-19T21:59:00.001+07:002009-12-19T22:07:13.121+07:00KUD Pelita Makmur Maluku TengahDi usianya yang sudah tiga dasawarsa (2005), KUD Pelita Makmur telah benar-benar mewujudkan dirinya sebagai lembaga pemberdayaan ekonomi pedesaan. Peran sertanya dalam menggerakan ekonomi masyarakat diwujudkan melalui unit-unit usaha yang dikelola. Unit-unit usaha itu meliputi pertokoan, angkutan darat, perdagangan hasil bumi, peternakan, perikanan, kontraktor dan perbengkelan serta simpan pinjam. Semua unit usaha ini pengelolaannya diserahkan kepada manajemen setingkat direksi yang diberi wewenang dan kuasa oleh pengurus.<br /><br />Pengelolaan yang sungguh-sungguh oleh manajemen yang dibimbing para pengurus dan pembinaan dari pejabat Kementerian Koperasi dan UKM serta Dinas Koperasi yang ada di daerah Maluku menghantar KUD ini mengalami perkembangan yang baik. Asetnya dari tahun ke tahun bertambah, begitu juga dengan anggota. Cakupan pelayanannya meluas seiring dengan bertambahnya unit-unit usaha.<br /><br />Jika kita tilik ke belakang, pendirian koperasi tahun 1975 oleh beberapa orang anggota masyarakat Desa Seith, didorong untuk segera ke luar dari cengkraman para rentenir yang pada masa itu sangat menguasai kehidupan ekonomi masyarakat. Kondisi wilayah Seith yang jauh dari pusat perkotaan dan terbatasnya sarana transportasi menimbulkan kesulitan bagi masyarakat untuk memperoleh barang-barang kebutuhan sehari-hari maupun untuk memasarkan hasil-hasil pertanian.<br /><br />Terdesak akan kebutuhan uang akhirnya para petani selalu berurusan dengan para rentenir. Bunga yang cukup tinggi semakin menyengsarakan kehidupan mereka. Saat itu dikenal dengan istilah “minta satu bayar dua” untuk melukiskan betapa besarnya bunga uang yang dipinjam. Termotivasi untuk segera keluar dari cengkraman para rentenir ini beberapa orang anggota masyarakat menyatukan kehendak untuk mendirikan koperasi.<br /><br />Koperasi yang didirikan diberi nama KUD Pelita Makmur. Kata ‘Pelita Makmur’menjadi pilihan para pendiri dari beberapa alternatif usulan nama saat itu. Kata pelita makmur oleh pendiri yang berjumlah 20 orang, dimaknai sebagai cahaya yang tak kunjung padam menerangi kehidupan dan akan menghantar masyarakat Seith menuju kemakmuran. Itulah sebabnya pada awal pendirian Koperasi Pelita Makmur ini, cukup mendapat tantangan dari para rentenir.<br /><br />Pembentukan Koperasi Pelita Makmur membawa harapan. Jenis usaha yang pertama dikelola adalah pertokoan yang menyediakan kebutuhan sehari-hari dengan harga yang kompetitif. Demikian juga akan hal pemenuhan kebutuhan akan uang, koperasi ini pada 1997 mendapat suntikan dana kredit candak kulak sebesar Rp 2 juta. Dana ini dikelola KUD dengan memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan bunga rendah, jauh dibawah bunga uang para rentenir. Unit usaha ini mewujudkan harapan. Masyarakat mulai dapat menikmati hasil-hasil pertaniannya terlepas dari jeratan para rentenir.<br /><br />Dalam perjalanan waktu, koperasi ini makin membenahi diri. Struktur kelembagaannya diisi dengan mengacu pada ketentuan perundangan perkoperasian. Dalam rentang waktu yang panjang sejak berdiri hingga sekarang Koperasi Pelita Makmur telah beberapa kali melakukan pergantian pengurus melalui Rapat Anggota Tahunan.<br /><br />Pada periode 2004-2009 kepengurusan koperasi dipimpin oleh Thayib Paulain yang berkedudukan sebagai Ketua Umum, dibantu oleh Ketua Bidang dilengkapi dengan Sekretaris dan Bendahara. Demikian juga dengan Badan Pengawas periode yang sama dijabat oleh Rasyid Hatuina sebagai Ketua dibantu dua orang Anggota.<br /><br />Untuk mengelola unit-unit usaha dibentuk struktur manajemen setingkat direksi. Para direksi inilah yang menjalankan unit-unit usaha yang ada pada KUD Pelita Makmur. Hubungan pengurus dengan pengelola usaha bersifat kontraktual berupa pemberian wewenang dan kuasa dari pengurus kepada pengelola untuk mengelola semua unit-unit usaha yang ada.<br /><br />Dengan pengangkatan pengelola usaha ini, maka para pengurus tidak lagi terlibat dalam pengelolaan usaha, melainkan hanya bertindak sebagai “Pengawas” atas pelaksanaan wewenang dan kuasa pengelolaan yang diberikan. Pengelola usaha tidak bertanggung jawab pada Rapat Anggota Tahunan, melainkan kepada Pengurus. Semua kegiatan pengelolaan usaha yang dilakukan oleh pengelola usaha tetap menjadi tanggung jawab Pengurus dihadapan RAT.<br /><br />Pengawasan kegiatan yang ada dalam koperasi dilakukan oleh Badan Pengawas. Pengawasan ini meliputi bidang organisasi, usaha dan permodalan. Pada akhir menjelang tutup buku pengawas melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan hasil pemeriksaan tersebut dilaporkan dihadapan RAT. <br /><br />Pelaksanaan pengelolaan semua unit usaha dilakukan manajemen yang dipimpin oleh Ahdun Kakaly selaku Direktur Utama dibantu beberapa orang Direktur pada unit usaha masing-masing yang membawahi karyawan sebanyak 25 orang.<br /><br />Unit Usaha Pertokoan. Unit usaha pertokoan merupakan unit usaha yang dikelola KUD Pelita Makmur sejak awal berdirinya. Wilayah kerja KUD yang jauh dari perkotaan pada masa itu menimbulkan kesulitan bagi masyarakat akan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Dengan kehadiran unit usaha yang menyediakan barang-barang kebutuhan sehari-hari, kendala-kendala tersebut mulai teratasi. Usaha pertokoan ini terus dikembangkan dengan membuka beberapa tempat pelayanan penjualan barang di wilayah kerja KUD.<br /><br />Unit Usaha Angkutan Darat. Kurangnya sarana transportasi dari Desa Sei menuju Kota Ambon atau sebaliknya, mendorong pengurus dan pengelola usaha membuka unit usaha transportasi. Unit transportasi yang kini dikelola KUD berupa armada bus penumpang sebanyak 3 unit dan armada truk sebanyak 2 unit. Armada bus penumpang ini melayani anggota masyarakat yang hendak bepergian. Para pengemudi dan kondektur adalah anggota KUD. Sementara armada truk dimanfaatkan untuk mengangkut barang-barang pertokoan serta membantu melancarkan usaha jasa kontraktor.<br /><br />Unit Usaha Perdagangan Hasil Bumi. KUD Pelita Makmur berada di wilayah yang banyak menghasilkan hasil-hasil bumi, seperti cengkeh, pala, damar, dsb, ikut terlibat dalam hasl pemasaran hasil bumi tersebut. Dengan unit usaha ini KUD menjadi penampung hasil-hasil bumi dan memasarkannya keluar daerah. Usaha ini dilakukan KUD dengan menjalin kemitraan dengan para pengusaha di kota-kota besar.<br /><br />Unit Usaha Peternakan. Dengan unit usaha ini KUD menyediakan bibit ternak seperti sapi dan kambing dan diserahkan kepada para anggota untuk dipelihara. Pemeliharaan kambing ini dilakukan secara bergilir diantara para anggota.<br /><br />Unit Usaha Kontraktor. Unit usaha kontraktor ini telah melakukan beberapa pekerjaan bangunan baik dari instansi pemerintah maupun swasta. Usaha ini akan terus dikembangkan untuk menjawab kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan pembangunan saat ini.<br /><br />Unit Usaha Perbengkelan. Unit ini melayani pembuatan body kendaraan bermotor, baik milik anggota maupun masyarakat lainnya. Kehadiran unit usaha ini di Desa Seith amat dibutuhkan masyarakat.<br /><br />Unit Usaha Simpan Pinjam. Dari semua unit usaha yang dikelola KUD Pelita Makmur yang paling menonjol adalah unit usaha simpan pinjam. Penyaluran kredit yang cukup besar mengindikasikan bahwa kehadiran unit simpan pinjam ini amat diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan dana baik untuk modal kerja maupun konsumtif. Pelayanan yang mudah dan prosedur sederhana yang diterapkan manajemen menjadikan unit simpan pinjam berkembang cukup pesat. Pendapatan KUD dari unit simpan pinjam ini cukup besar dan merupakan penyumbang terbesar dari unit-unit usaha lainnya. Pada 2005 unit usaha simpan pinjam ini mencatatkan pendapatan (SHU) sebesar Rp 477 Juta. <br /><br />Persaingan dalam dunia usaha akan semakin keras. Kondisi demikian harus disiasati dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia diharapkan mampu secara cepat dan tepat mengantisipasi keadaan pasar.<br /><br />Bagi pengurus KUD Pelita Makmur kondisi persaingan yang semakin keras ini telah mereka sadari. Upaya-upaya mengantisipasi dilakukan dengan berbagai pelatihan bagi karyawan dengan biaya yang telah dialokasikan setiap tahun. Disamping itu pembinaan anggota untuk meningkatkan pembinaan koperasi selalu dilakukan baik melalui rapat-rapat kelompok maupun mengikutsertakan anggota dalam berbagai pelatihan. <br /><br />Selanjutnya kemauan politik pemerintah selaku Pembina koperasi tetap diharapkan menciptakan suasana kondusif bagi perkembangan koperasi melalui kebijakan yang dibuat.***Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-21089728533403223242009-12-19T21:58:00.000+07:002009-12-19T21:59:31.896+07:00KUD Senyum Hutumuri Ambon-MalukuAmbon manise sebutan yang menggambarkan indahnya bumi Maluku. Di sana kita bisa menatap lautan, mengelilingi pulau-pulau berbukit di tumbuhi pepohonan yang rindang. Tepian pantai yang indah dan lekukan bukit membuat hati damai dan sejuk.<br /><br />Desa Hutumuri yang terletak di tepi pantai menghadap hamparan laut Banda. Untuk menuju desa ini dari kota Ambon kita dapat melewati jalan darat yang berkelok-kelok mengikuti lekukan pantai dan bukit yang dihiasi berbagai macam tanaman. Di desa inilah kita menemui kantor KUD Senyum yang berdiri sejak 1988 dengan badan hukum nomor 863/A/BH/XXII/1992.<br /><br />Awalnya, KUD ini hanya mempunyai anggota sebanyak 111 orang dan memiliki satu unit usaha yaitu pertokoan yang menyediakan kebutuhan sehari-hari anggota dan masyarakat sekitar. Desa Hutumuri yang berlokasi jauh dari keramaian kota dan terbatasnya sarana transportasi pada masa itu menimbulkan kesulitan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga, keberadaan unit usaha pertokoan ini, minimalnya dapat mengatasi kendala tersebut.<br /><br />Dalam perjalanan waktu, pengurus KUD Senyum pun berinisiatif untuk membuat anggota tersenyum dengan menambah unit-unit usaha baru. Ini dimaksudkan agar anggota lebih mudah memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa harus ke kota. Jos Souhuwat, Ketua, dengan dibantu sekretasis J. Lewaherilla terus berupaya memenuhi kebutuhan anggota maupun masyarakat luas dengan unit-unit usaha baru. Unit usaha yang kemudian dibuka adalah perdagangan hasil-hasil bumi. Komoditas unggulannya yaitu pala dan cengkeh. Peran KUD menampung hasil-hasil pertanian dan memasarkannya ke luar daerah. Hal ini dilakukan dengan menjalin kemitraan dengan para pengusaha di kota-kota besar, seperti pengusaha di Ambon dan Surabaya. Dengan pola kemitraan ini kendala permodalan dapat diatasi. Upaya pengurus untuk membuka usaha baru terus bergulir dengan membuka unit usaha simpan pinjam (USP), transportasi darat, unit usaha pengadaan BBM, unit usaha pelistrikan, dan unit usaha hiburan anak berupa Play Station (PS). Semua unit usaha ini mulai menunjukan hasil dan memberi harapan kesejahteraan bagi anggota maupun masyarakat luas.<br /><br />Badai itu pun datang. Bumi Ambon membara. Keindahan alam Ambon tak lagi memberi kedamaian hati. Hubungan harmonis antar masyarakat terkoyak, tersekat dalam komunitas tertentu. Lalu lintas orang dan barang menjadi terhambat. Konflik sosial ini bukan saja merusak nilai-nilai sosial masyarakat tetapi juga berimbas kepada kondisi ekonomi masyarakat sehari-hari. Pemenuhan akan kebutuhan barang-barang menjadi terganggu. KUD Senyum yang berada di tengah masyarakat yang dilanda konflik sangat merasakan imbasnya. Unit-unit usaha yang sebelumnya sudah berjalan baik, harus terganggu bahkan berhenti total. Jaring penangkap ikan Babo yang dimiliki KUD pun hilang. Unit pertokoan yang berada diluar wilayah kerja KUD seperti di pasar Mahardika, Batu Merah kondisinya sama dan menghentikan kegiatannya.<br /><br />Konflik di Ambon yang melanda sejak 1998 sampai dengan 2004 telah menyulitkan kehidupan ekonomi masyarakat. Walau dalam keadaan terhimpit pengelola usaha yang dipimpin seorang manajer bernama Japirus Kailuhu dengan dibantu 15 orang karyawan tetap berusaha menggerakkan roda usaha guna memenuhi kebutuhan anggota dan masyarakat pada masa itu. Filosofi kebersamaan yang terbangun dalam koperasi menjadi faktor yang mempermudah para pengelola untuk tetap dapat menjalankan usaha dalam situasi demikian. Kebersamaan keinginan untuk memenuhi kebutuhan bersama menjadi kekuatan koperasi sebagai badan usaha. Dalam laporan pertanggungjawaban pengurus Rapat Angota Tahunan (RAT) tahun buku 2001–2005, jelas terlihat aktivitas usaha KUD Senyum walau pada masa itu kondisi wilayah kerja KUD masih dilanda konflik. Upaya KUD yang terus berusaha menjalankan kegiatan usaha merupakan salah satu sumbangsih untuk terus membangkitkan roda ekonomi masyarakat. <br /><br />Melihat semangat pengurus untuk membangun koperasi tanpa henti ini pun kemudian mendapat perhatian dari pihak luar. Salah satunya adalah pemerintah pusat. Kementerian Koperasi dan UKM melihat jelas kondisi objektif akan kebutuhan yang diperlukan KUD dalam rangka pengembangan usaha. Pada 2005 Kementerian Koperasi dan UKM menyalurkan bantuan pengembangan usaha mikro sebesar Rp 2,2 miliar. Bantuan ini merupakan dana bergulir untuk pengadaan dua unit kapal ikan. Selain bantuan tersebut KUD masih menerima dana bergulir untuk modal perkuatan sektor agribisnis sebesar Rp 1 miliar yang khusus dikelola terpisah dari usaha induk. Sehingga pada 22 Nopember 2004 pengurus KUD Senyum membentuk KSP bernama Senyum Lestari, dengan badan hukum No 518/28/BH/X/2004 yang beranggotakan 359 orang.<br /><br />Sebelumnya, pada 2003 KUD ini juga mendapat bantuan perkuatan modal dari Puskud Ambon sebesar Rp 110 juta. Bantuan lainnya adalah pengelolaan dana subsidi BBM sebesar Rp 50 juta. Untuk proyeksi usaha ke depan KUD Senyum merencanakan dapat meraih omset Rp 4,49 miliar dengan SHU kotor Rp 334 juta.***Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-33460292585498304702009-12-19T21:54:00.001+07:002009-12-19T21:58:02.436+07:00KSU Cipta Mandiri-Pulau Buru MalukuMenyebut Pulau Buru, tampaknya begitu sulit melepaskan ingatan kita pada ribuan tahanan politik yang dibuang ke pulau itu. Kemasyhuran Buru sebagai pulau hutan kayu putih terluas di dunia seolah lenyap begitu saja ketika orang lebih mengenal sepotong desa bernama Savanajaya sebagai sentra instalasi rehabilitasi (inrehab) tahanan politik.<br /><br />Seiring lewatnya waktu, Buru kini merupakan wilayah kabupaten yang kaya dengan potensi ekonomi. Savanajaya pun lebih populer dengan sebutan daerah pertanian subur, yang jadi andalan Provinsi Maluku mencapai predikat daerah lumbung padi nasional di timur.<br /><br />Ketika inrehab Buru pulih dan dikembalikan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Maluku pada 15 November 1978, yang tersisa adalah bentangan persawahan produktif hasil karya para tapol. Areal tersebut makin menjanjikan saat datangnya para transmigran dari Pulau Jawa. Tradisi pertanian padi pun menjadi icon baru perekonomian pulau dengan jumlah penduduk mencapai 112 ribu jiwa.<br /><br />Predikat Buru sebagai pulau pangan (beras), erat korelasinya dengan kehadiran para transmigran dari Jawa yang umumnya para petani padi. Kendati sebagian besar penduduk asli di pulau seluas 9.000 km2, terbesar di Maluku setelah Halmahera dan Seram itu, adalah penyuling minyak kayu putih. Namun kontribusi ekonomi di sektor pertanian dan perkebunan menempati angka signifikan, yaitu mencapai 70%.<br /><br />Untuk sektor perkebunan, dengan kontribusi 27% (data 2003) dihasilkan dari komoditas Kelapa (dengan produksi 8.769,46 ton), Kakao (4.893,18 ton) Pala (281,06 ton), Cengkeh (4.559,21 ton), Jambu mete (1.049,40 ton), dan Kopi (69,71 ton).<br /><br />Sedangkan kontribusi terbesar dari sektor pertanian, didominasi oleh produksi padi yang mencapai 2.500 ton per tahun. Bagian terbesar pemainnya adalah Koperasi Unit Desa (KUD) dan sejumlah pemain lainnya, seperti Bulog dan para tengkulak. Bahkan, seperti halnya di Jawa, posisi tawar para tengkulak jauh lebih besar ketimbang para petani.<br /><br />Selain KUD, salah satu koperasi yang memasang core business di pengadaan beras adalah Koperasi Serba Usaha (KSU) Cipta Mandiri, di Waeapo. Di wilayah kecamatan berpenduduk terpadat di Buru ini (sekitar 33.000 jiwa), KSU Cipta Mandiri (KCM) boleh dibilang pusat bisnis paling bergengsi dengan bangunan Rice Milling Unit (RMU) nya menjulang paling tinggi di antara bangunan lainnya.<br /><br />Ketika didirikan pada tahun 2003, segenap pengurus KCM mempunyai tekad kuat untuk membuktikan, bahwa koperasi adalah bangun usaha yang mampu meningkatkan nilai tambah ekonomi rakyat. Tekad itu dipicu oleh sulitnya para pendiri KCM ketika hendak bergabung menjadi anggota KUD Sumber Rejeki.<br /><br />KUD yang merupakan satu-satunya di Waeapo ini sudah sejak lama mengalami mati suri. Sehingga menggugah sejumlah anak muda untuk bergabung dan membangun kembali citra KUD. Sayangnya, tawaran berkolaborasi itu mengalami jalan buntu. Pengurus KUD menolak kehadiran para pendatang baru, kaum muda yang relatif kaya dengan gagasan-gagasan baru.<br /><br />Apalagi ada anggapan, para anak muda itu kurang matang berusaha melalui KUD karena latar belakang aktivitas mereka yang umumnya berasal dari organisasi massa seperti remaja masjid, karang taruna dan organisasi kepemudaan lainnya.<br /><br />Ketika perselisihan menghangat, Kepala Dinas Koperasi Kabupaten Buru, Abas Pelu, menyarankan agar kelompok anak muda yang dipimpin oleh petani transmigran bernama, Slamet Haryono itu membentuk koperasi baru. Gagasan Abas Pelu sebelumnya memang sempat mengemuka, namun mereka diingatkan bahwa hanya boleh satu koperasi saja, yaitu KUD yang boleh berdiri di kecamatan. Ketentuan itu berdasar Inpres No 4/1984. <br />Beruntung Abas Pelu sebagai pejabat koperasi pertama di pulau itu menegaskan peraturan itu sudah dicabut. Wilayah pedesaan, pasca reformasi bukan lagi monopoli KUD. Koperasi lainnya boleh berdiri asal mampu menggalang bisnis dan menjaring anggota.<br /><br />Boleh jadi, karena faktor wilayah yang jauh dari Ibu Kota negara, sosialisasi Inpres No 18/1998 (mencabut Inpres No 4/1984) tidak sampai ke kabupaten seluas dua kali Pulau Bali itu. Inpres yang lahir di masa pemerintahan BJ Habibie itu, membuka kran seluas-luasnya bagi pendirian koperasi baru di berbagai wilayah.<br /><br />Sebagai catatan, jumlah koperasi yang dipenghujung pemerintahan Orde Baru mencapai 53 ribu unit, lewat inpres baru itu, meningkat hingga 80 ribu unit. Melalui advokasi Dinas Koperasi setempat, berdirilah KCM dengan ketua terpilih, Slamet Haryono (35). Bebannya memang tidak ringan, karena harus mampu bersaing dengan KUD Sumber Rejeki yang sudah lama eksis.<br /><br />Pertama berdiri, jumlah anggota tercatat 23 orang. Dengan modal terkumpul dari simpanan pokok dan simpanan wajib sebesar enam juta rupiah, dimulailah usaha pertama, waserda. Kegigihan pengurus koperasi ini mencari terobosan bisnis, membuahkan hasil. Dua bulan berselang mereka diundang Dinas Pertanian setempat untuk dipertemukan dengan Divisi Regional Bulog Provinsi Maluku. Dari pertemuan tersebut, KCM dipercaya menjadi kontraktor pengadaan beras sebanyak 50 ton per musim.<br /><br />Sebagai koperasi yang berdiri belum seumur jagung, tawaran itu sungguh tidak nyaman. Tetapi bagi Slamet, petani asal Banyuwangi yang bertransmigrasi ke Pulau Buru pada 1981, tantangan itu harus dijawab dengan kreativitas tinggi. Meski permodalan minim, ia mampu merekrut sejumlah mitra yang berasal dari 14 kelompok penggilingan padi mem-back-up kontrak pengadaan beras dengan Divre Bulog. Ketika pekerjaan itu menuai sukses, KCM mulai mendapat tempat di Waeapo. Jumlah anggota meningkat hingga 67 orang.<br /><br />Jika dilihat dari total penduduk desa Waekasar, lokasi koperasi ini beroperasi yang mencapai 2.000 jiwa, anggota sebanyak 67 orang itu relatif sedikit. Tetapi menurut Slamet, jumlah pendaftar dengan sebutan ‘calon anggota’ sebenarnya cukup banyak. Mereka yang berminat jadi anggota tercatat hingga 300 orang. Persoalannya, ia tidak berani asal terima anggota yang integritasnya berkoperasi masih rancu. Maka, kilah Slamet, jika pihaknya tidak selektif menerima anggota, sasaran akhir menuju kesejahteraan anggota bakal sulit dicapai. Hingga RAT 2005 lalu, keanggotaan koperasi ini tercatat sebanyak 18 orang calon anggota dan 135 orang anggota dilayani.<br /><br />Akan halnya, perkembangan KUD Sumber Rejeki, yang boleh dibilang saingan utama KCM, secara perlahan menyurut dan tidak lagi terdengar. Hilangnya KUD warisan tempo dulu itu, tidak semata karena lahirnya KCM, tetapi sejak awal memang sudah tidak memiliki aktivitas usaha. Bisnis KUD yang di masa lalu hanya menjalankan program pemerintah dan sarat dengan proteksi dan subsidi, tentu saja sangat sulit menembus pasar ketika program itu dicabut dengan alasan tututan pasar bebas. Wajar saja jika KUD Sumber Rejeki terbenam dan ditinggalkan anggotanya. <br /><br />Besarnya perhatian Pemda melalui Dinas Koperasi Kabupaten Pulau Buru merupakan faktor yang dominan bagi kelanjutan KCM. Keseriusan pengurus mengelola usaha, membuat Dinas Koperasi tidak segan-segan merekomendasi pinjaman bergulir dari dana Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) senilai Rp 50 juta pada 2004. Bantuan pihak luar lainnya adalah Kredit Panen Raya senilai Rp 170 juta.<br /><br />Ketika guliran dana tersebut sukses tanpa bermasalah, Abas Pelu, menyarankan KCM berkonsentrasi di sektor pengadaan beras. Karena Kabupaten Pulau Buru sudah di set-up jadi daerah lumbung pangan nasional di timur. Kebijakan tersebut tentunya merupakan peluang bisnis yang amat menjanjikan bagi core business KCM. Olehnya, sarana usaha inti berupa mesin penggilingan padi (RMU) juga harus diperbesar. Gagasan mengajukan bantuan pengadaan RMU pun muncul.<br /><br />Bak gayung bersambut, proposal pengadaan RMU tersebut direspon pemerintah pusat. Melalui Kantor Menteri Negara Koperasi dan UKM, KCM berhasil mendapatkan dana pembangunan RMU senilai Rp 1,120 miliar. Puncak penyerahan bantuan ditandai dengan kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Pulau Buru dalam rangka pencanangan lumbung pangan tersebut.<br /><br />Komitmen pembangunan RMU juga mendapat respon Pemda Kabupaten Pulau Buru yang mengalokasikan dana sebesar Rp 780 juta untuk pengadaan gudang, lantai jemur dan pagar. Maka berdirilah RMU setinggi 30 meter di Waeapo, kecamatan seluas 78,963 ha mencakup 17 desa dan 42 dusun. RMU tersebut tidak saja menjadi gedung koperasi tertinggi, namun sekaligus mampu meningkatkan produksi beras KCM hingga rata-rata 4 ton per hari (produksi beras Pulau Buru rata-rata 7 ton per hari).<br /><br />Sukses demi sukses yang dilalui KCM, tak membuat pengurus berpuas diri. Langkah berikut, menjadikan KSU sebagai Bank Padi. Guna mencapai sasaran itu, KSU yang semula punya banyak unit usaha (multi purpose) harus fokus pada satu jenis usaha (single purpose).<br /><br />Konsentrasi pada satu jenis usaha, pada dasarnya merupakan tuntutan manajemen modern. Misalnya, usaha kredit, usaha pembelian bersama, usaha konsumsi atau kebutuhan sehari-hari, masing-masing punya keahlian khusus. Berdasar pertimbangan keahlian (skill) itulah, sejumlah koperasi maju makin condong pada sistem single purpose berdasarkan spesialisasi.<br /><br />Atas dasar tuntutan manajemen profesional, unit simpan pinjam KCM diubah menjadi Koperasi Simpan Pinjam Cipta Mandiri (KSP). Nakhoda KSP dipercayakan kepada Slamet Haryono. Sedangkan untuk mengisi posisi ketua baru KSU yang kosong maka diadakan rapat anggota khusus yang memilih Mad Tohir (39) sebagai Ketua KCM yang baru.<br /><br />Jika dilihat pada neraca per Desember 2005, total aktiva KSU ini tercatat sebesar Rp 399,227 juta dengan kekayaan bersih Rp 251,619 juta. Sedangkan perolehan SHU (Sisa Hasil Usaha) tahun berjalan Rp 5,43 juta (tahun 2004 SHU sebesar Rp 17,56 juta). <br />Deretan angka-angka tersebut boleh dibilang relatif kecil, namun keberadaan koperasi berusia tiga tahun ini justru mampu membentuk magnitude perekonomian di Waeapo, terutama desa Waekasar.<br /><br />SHU tampaknya bukan sasaran akhir bagi pengelola di koperasi ini. Apalagi sukses koperasi memang tidak melulu diukur pada besar kecilnya SHU. Tapi lebih ditentukan pada kondisi objektif sosial ekonomi anggota. Apakah semakin lebih baik dibandingkan dengan sebelum menjadi anggota koperasi.<br /><br />Demikian pula yang terlihat di KCM, bahwa komitmen pada pelayanan dan kemudahan anggota memperoleh kebutuhan dan jasa koperasi lebih prioritas ketimbang keuntungan untuk koperasi itu sendiri. Upaya membangun koperasi yang genuine menjaga kepuasan konsumen (anggota), merupakan salah satu kiat koperasi ini untuk tetap bertahan. <br /><br /><br />Penerapan praktis terhadap nilai-nilai koperasi tampak menonjol di KCM. Proses demokratisasi sebagai salah satu pilar dari jati diri koperasi berlangsung dalam suasana keseharian. Anggota kerap memberi masukan dalam setiap kesempatan berkumpul, baik dengan sesama anggota maupun pertemuan periodik tiga bulanan dengan pengurus. <br />Dari sejumlah wawancara yang dilakukan secara acak (random) terhadap anggota, (sampling n :17), hampir seluruh responden menjawab ikut aktif dalam pengambilan keputusan untuk koperasi. Tingkat keaktivan tesebut berlangsung dalam beberapa pertemuan yang diadakan KCM, yaitu saat Rapat Anggota Tahunan (RAT), musim panen dan persemester (triwulan). 53% responden (9 orang) memberi masukan ke koperasi pada setiap pertemuan triwulanan. Lima orang (29%) saat pertemuan musim panen, dan tiga orang (18%) saat RAT.<br /><br />Beberapa saran yang disampaikan anggota berkisar pada upaya-upaya memajukan usaha, peningkatan produksi padi, mekanisme penjualan gabah, pengembangan unit usaha waserda, simpan pinjam dan evaluasi kinerja pengurus.<br /><br />Partisipasi terhadap koperasi sebagai member based-association, atau perkumpulan orang yang bertujuan memenuhi kebutuhan anggota, terlihat dari aktivitas yang memanfaatkan koperasi sebagai sarana pertemuan dan kebutuhan pasar bersama. <br />Responden mengaku dapat manfaat dari keberadaan koperasi. Namun satu responden menjawab tidak mendapat manfaat karena ia hanya melulu berorientasi pada besarnya SHU.<br /><br />Di tengah carut marut terhadap kinerja Perkoperasian secara nasional, bagi masyarakat desa Waekasar, koperasi justru diyakini mampu menciptakan kesejahteraan ekonomi, seperti terlihat pada data survai pada tabel 2 dan 3.<br /> <br />Di bawah pimpinan Mad Tohir, kinerja KCM tampak masih belum menyamai prestasi yang ditoreh ketua sebelumnya. Jika acuan sukses koperasi mencapai kesejahteraan anggota, maka tugas KCM boleh dibilang selesai. Namun, dalam pengembangan akses pasar di luar anggota, koperasi ini mulai mengalami kendala. Pembelian gabah anggota misalnya, mulai sulit dilaksanakan. Kendala tersebut bukan pada soal modal tetapi pemasaran yang belum stabil.<br /><br />Sebelumnya, KSU mendapat kontrak pengadaan beras dari Bulog, kondisi itu kini justru berbalik. Bulog sudah terjun langsung mengirim tim satgasnya membeli gabah ke petani. Selain tim satgas Bulog yang ‘terjun lapangan’, peranan para tengkulak juga ikut mengacaukan pemasaran gabah di Kabupaten Pulau Buru. Kondisi seperti itu, kata Abas Pelu memang sangat disesalkan, untungnya Pemda Kabupaten Pulau Buru tanggap dengan membentuk tim khusus antar instansi.<br /><br />Tetapi hambatan pasar seperti itu hanya temporer. Seperti kata Abas Pelu, pihaknya tidak akan mengorbankan lembaga ekonomi rakyat yang sudah dibangun dengan susah payah itu. Ke depan, KCM memang harus memetakan ulang potensi-potensi ekonomi dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Sebab, pencanangan Pulau Buru, sebagai lumbung pangan nasional di timur merupakan peluang besar yang tidak boleh terlewatkan.<br /><br />Seperti diakui Mad Tohir dalam wawancara, kendala yang harus diatasi KCM adalah pendidikan anggota. Dari kuesioner yang dibagikan kepada responden, hampir sebagian besar mengaku tidak pernah mendapatkan sentuhan pendidikan dari pihak luar, termasuk pemerintah atau BUMN. Jika bantuan pendidikan anggota itu dapat difasilitasi pemerintah setempat, boleh jadi kiprah KSU ini ke depan makin menor. Sebab memiliki keunggulan pada solidaritas anggota.<br /><br />Benarkah pendidikan anggota belum sepenuhnya tersentuh? Untuk sebagian wilayah karena faktor wilayah yang sulit terjangkau, memang iya, kata Abas Pelu. Tetapi bukan berarti tidak ada pendidikan sama sekali. Dinas Koperasi misalnya, melakukan pelatihan secara periodik untuk sejumlah peserta yang masih terbatas. Persoalannya, hanya terletak pada kendala biaya dan waktu saja yang menyebabkan belum sepenuhnya mampu memberikan layanan pendidikan pada anggota koperasi.<br /><br />Kendati begitu, tegas Abas Pelu, komitmen untuk memajukan koperasi sudah menjadi tekad yang kuat. Karena ini salah satu upaya memperbaiki perekonomian rakyat Pulau Buru. Pada awalnya, ia memang agak ragu mengingat citra koperasi di Waeapo kurang menarik.<br /><br />Ketika ikut memprakarsai kelahiran KCM, Abas melihat pengurus koperasi ini serius. Modal awal bisa berputar dengan baik, lalu bantuan PKBS BBM Rp 50 juta juga mulus dikembalikan. Abas menilai KCM bisa jadi contoh dan andalan koperasi Pulau Buru. Kendati begitu, konsentrasi binaan Abas Pelu tidak hanya KCM, sejumlah koperasi lain juga tak luput dari kunjungan pejabat yang menjadi Kadinaskop Pulau Buru sejak 2001. Masalahnya ia mengakui tidak banyak koperasi yang bisa berkembang dengan mulus. Dari sekitar 150 unit koperasi yang terdapat di Pulau Buru, paling banter yang aktif hanya 35% saja. Sementara guliran dana yang sudah disalurkan sejak tahun 2001 hingga 2006 sudah mencapai Rp 7 miliar.<br /><br />Abas yang asli Ambon ini sudah sejak lama bergelut dengan Perkoperasian. Itu sebabnya, jebolan Fakultas Sosial Politik Universitas Pattimura ini tidak surut ketika melihat pembinaan terhadap koperasi belum sepenuhnya berhasil. Baginya membina koperasi butuh kesabaran, karena yang dibina adalah manusianya. <br /><br />Mengacu pada besarnya potensi lahan pertanian di Waeapo, maka sasaran KCM untuk menjadi Bank Padi pertama di Timur tidak berlebihan. Apalagi sejak kunjungan SBY ke Pulau Buru dalam rangka Panen Raya dan pencanangan lumbung pangan nasional, membuat petani anggota KCM semakin semangat meningkatkan produksi.<br /><br />Konsep Bank Padi, pada dasarnya adalah upaya mempermudah para petani menggulirkan roda usahanya. Caranya, produksi padi petani sepenuhnya akan ditampung oleh koperasi bank padi, untuk dicarikan pasarnya. Kendati padi milik petani itu belum terjual, namun mereka boleh meminjam uang untuk mengelola lahan pertaniannya. Hasilnya mereka bayarkan ke bank padi, sehingga dana tersebut dapat bergulir berkelanjutan.<br /><br />Sukses KCM menjadi Bank Padi dan penyokong utama pencapaian lumbung pangan nasional di timur, agaknya sangat ditentukan pada kebijakan pemda mengatur tata niaga beras. Manakala kebijakan hanya berpihak pada persaingan pasar bebas, maka keberadaan RMU milik KCM berkapasitas produksi 1,6 ton per jam, hanya akan tinggal monumen sejarah saja.<br /><br />KCM adalah salah satu fenomena di timur. Seperti kebanyakan koperasi umumnya, polesan sukses koperasi ini tidak lepas dari peran serta pemerintah. Betapapun kelangsungan koperasi tidak bisa dilepaskan dari campur tangan banyak pihak. Karena kapasitas sumber daya manusia yang rata-rata bermukim di pedesaan. Yang serba sempit dengan akses modal, pasar dan pengetahuan. Olehnya, perlindungan terhadap koperasi sesungguhnya bukan ‘barang haram’. Yang terjadi selama ini kita terbuai oleh credo globalisasi yang menjanjikan demokratisasi pasar.<br /><br />Semua itu, nonsens kata Josef Stiglitz. Karena kemakmuran ekonomi yang dijanjikan penguasa ekonomi dunia (IMF, World Bank) itu tidak pernah terbukti. Sebaliknya, negara-negara yang mendapatkan bantuan keuangan IMF, seperti Indonesia, justru semakin miskin. Para kritikus globalisasi menuduh —dan mereka benar— bahwa negara-negara Barat munafik. Mereka menuntut penghapusan subsidi bidang pertanian negara-negara berkembang. Tapi diam-diam justru menyubsidi petani kapas dan gandum mereka hingga miliaran dolar. Mereka teriak tentang perusakan hutan di negara berkembang, tetapi mereka pula yang paling rakus meminta bahan baku pulp (bubur kertas). Barat memaksa negara-negara miskin menghapuskan hambatan perdagangan, tapi mereka mempertahankan blok niaga versi mereka. Mereka pun mencegah negara berkembang mengekspor hasil pertanian.<br /><br />Penelantaran terhadap koperasi, agaknya sudah harus diakhiri. Karena lembaga ini justru merupakan sektor ekonomi paling menentukan di pedesaan. Terlebih di daerah-daerah yang jauh dari jangkauan pemerintah Pusat.<br /><br />KCM dengan segala aktivitasnya, memang belum apa-apa, bahkan pencapaian materi yang diperoleh koperasi ini masih jauh dari hitung-hitungan ekonomi. Masalahnya, selama ini kita sering terbentur pada penilaian materi tersebut, dan itu sebabnya keunggulan koperasi sering ditakar dengan perolehan SHU. Yang terjadi pada KCM bukan pada besarnya lompatan angka, tetapi ia membangun sebuah kesadaran ekonomi di lapis pinggiran.***Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-52905232631617031792009-12-19T20:16:00.000+07:002009-12-19T20:17:41.300+07:00Tips Meningkatkan Alexa Rank dan traffic Blog dengan cepat<h2>Tips Meningkatkan Alexa Rank dan traffic Blog dengan cepat</h2><br /><p><strong>Tips Meningkatkan Alexa Rank dan traffic Blog dengan cepat</strong></p><br /><p>Sewaktu saya masih newbie sekali dalam blogging saya sangat mengutamakan traffic, tanpa memperdulikan kualitas dari traffic tersebut. Dan pada waktu pertama kali saya ngeblog saya menemukan metode dalam medatangkan pengunjung secara instant gak pake lama dan pada saat detik itu juga. Selain itu metode ini bisa <strong>meningkatkan alexa rank</strong>. Pengalaman saya pribadi alexa rank saya naik sebanyak 5 juta (waktu itu ranking alexa 8 jutaan dan menjadi rangking 2 juta dalam waktu kurang dari 3 minggu)</p><br /><p>Cara ini merupakan boleh di bilang gray hat, teknik ini mampu <strong>meningkatkan traffic</strong> anda dalam sekejap mata dan bisa meningkatkan alexa rank anda. Dulu rangking alexa saya dari rangking 8 juta melejit sampai rangking 2 juta dalam kurang dari 2 minggu. Namun sekali lagi ini merupakan gray hat, dan bukan cara JANTAN mendatangkan traffic, namun jika anda salah satu orang yang mengaangap jumlah traffic yang masiv adalah suatu kebanggan ( apalagi terlihat dalam stat record) cara ini merupakan solusi buat anda. Namun metode ini adalah PANTANGAN bagi anda yang bermain adsense Note: Google adsense bukan PPC local. Dengan metode ini bisa di jamin dalam hitungan jam akun google adsese di ban google.</p><br /><p><span id="more-67"></span></p><br /><p>Biasanya metode ini di sebut dengan auto surf. Apaan tuh auto surf?????????<br /><br />Gampang nya auto surf sama saja dengan <strong>blog walking</strong> namun <strong>blog walking</strong> kita di kelola oleh pihak ke -3. kita mendaftar ke situs auto surf kemudian jika kita di approve, kita akan disuruh surfing melihat blog lain ( ini otomatis setiap 15-30 detik maka akan keluar blog lain yang akan kita lihat di program surfing kita) jadi ketika kita surfing dan melihat blog orang, kita akan mendapatkan point nah point ini bisa kita tukarkan agar blog kita bisa di lihat orang. Dan enaknya metode ini GRATIS TIS TIS</p><br /><p>Jika blog kita di lihat orang, maka point kita akan berkurang. Mudah kan??? Dengan teknik ini pengunjung harian di jamin membludak. NOTE: tidak cocok untuk yang mempunyai blog dengan hosting pribadi, karena ini akan benar benar mennyedot habis bandwith bulanan anda.</p><br /><p>Namun jika anda pengguna blog gratisan maka manfaat kan lah cara ini ( bagi yang mau ). Dan surfing untuk mendapatkan point dalam 1 hari gak terbatas waktunya. Cocok banget untuk penjaga warnet atau yang mempunya koneksi internet unlimited, cukup jalan kan situs nya dan secara otomatis situs tersebut mengumpulkan point untuk anda tukar dengan visitor. Jadi tinggal jalankan programnya terus minimize ajah.</p><br /><p>Kelebihan metode ini:</p><br /><p>- <strong>Mendatangakan traffic instant</strong> secara gratis (selain bayar warnet tentunya)<br /><br />- Bebas dari <strong>penalty Google sandbox</strong> (teruji selama 1 tahuin)<br /><br />- Bebas dari banned google<br /><br />- Pengunjung dari dunia internasional<br /><br />- Menumbuhkan rasa percaya diri dengan <strong>traffic yang melimpah</strong> (jika di pasang stat counter dan terlihat orang banyak)</p><br /><p>Kelemahan Metode ini</p><br /><p>- Bukan cara jantan mendatangkan traffic, apalagi jika anda seorang pencinta SEO<br /><br />- Tidak membuat anda kreatif dalam menganalisis traffic organic<br /><br />- Jika anda pengguna hosting pribadi, metode ini mampu menhabiskan bandwith 2 giga anda dalam sekajap ( jika di gunakan 24 jam 1 hari)</p><br /><p>Berikut situs dimana anda bisa mendaftar dan menggunakan fasilitas tersebut (ada affiliate ID nya). situs di bawah ini telah teruji 1 tahun lebih dalam menghantar kan traffic berlimpah ke blog dan teruji mampu meningkatkan alexa rank anda dalam sekejap (Pengalaman Pribadi)</p><br /><p><a href="href=http://quadhits.com/?ref=1073" target="_blank"><img class="aligncenter size-full wp-image-70" title="quad-hits" src="http://seomabok.com/wp-content/uploads/2009/07/quad-hits.gif" alt="quad-hits" width="468" height="60" /></a></p><br /><p><a href="href=http://www.globalautohits.com/?ref=2136" target="_blank"><img class="aligncenter size-full wp-image-71" title="globalautohits1" src="http://seomabok.com/wp-content/uploads/2009/07/globalautohits1.gif" alt="globalautohits1" width="468" height="60" /></a></p><br /><p>Sekali lagi saya ingatkan. Metode ini hanya untuk anda yang berprinsip Traffic adalah segalanya. Dan mempunyai kebanggan jika blog anda bisa terlihat kedatangan 1000 visitor setiap harinya</p><br /><p>Dan sekali lagi saya ingatkan metode ini BUKAN untuk pemain Google adnsense dan pengguna hosting pribadi. Atau pun pencinta teknik SEO (apalagi white hat)</p><br /><p>Selamat mencoba, dan jangan lupa tinggalkan testimoni anda.</p><br /><div id="crp_related"><h3><<--COBAIN POSTING YANG LAIN:-->></h3><ul><li><a href="http://seomabok.com/meningkatkan-traffic-blog-dengan-mendadak" rel="bookmark">Meningkatkan Traffic Blog dengan mendadak</a></li><li><a href="http://seomabok.com/trik-meningkatkan-seo-dan-page-rank-dengan-metode-link-wheel" rel="bookmark">Trik Meningkatkan SEO dan Page Rank Dengan Metode Link Wheel</a></li><li><a href="http://seomabok.com/belajar-seo-mudah-gaya-rambo" rel="bookmark">Belajar SEO Mudah gaya Rambo</a></li><li><a href="http://seomabok.com/meningkatkan-traffic-blog-nembak-asal" rel="bookmark">Meningkatkan Traffic Blog : Nembak Asal</a></li><li><a href="http://seomabok.com/meningkatkan-pagerank-google-dan-traffic-blog-kamu-vol-2" rel="bookmark">Meningkatkan Pagerank Google dan Traffic Blog Kamu Vol.2</a></li><li><a href="http://seomabok.com/80" rel="bookmark">10 Tips SEO Mudah</a></li><li><a href="http://seomabok.com/cpa-affiliate-alternatif-pilihan-bisnis" rel="bookmark">CPA affiliate : alternatif pilihan Bisnis</a></li><li><a href="http://seomabok.com/meningkatkan-traffic-blog-dengan-setting-permalink-tertarget" rel="bookmark">Meningkatkan Traffic Blog dengan Setting Permalink Tertarget</a></li></ul></div><script type="text/javascript">AKPC_IDS += "67,";</script><p class="akpc_pop">Popularity: 17% <span class="akpc_help">[<a onclick="javascript:pageTracker._trackPageview('/outgoing/alexking.org/projects/wordpress/popularity-contest');" href="http://alexking.org/projects/wordpress/popularity-contest" title="What does this mean?">?</a>]</span></p><br /><p>Artikel <a href="http://seomabok.com/tips-meningkatkan-alexa-rank-dan-traffic-blog-dengan-cepat">Tips Meningkatkan Alexa Rank dan traffic Blog dengan cepat</a> ini dipersembahkan oleh <a href="http://seomabok.com" title="Belajar SEO : tips blog | tips SEO | tips search engine<br /> ">Belajar SEO : tips blog | tips SEO | tips search engine<br /> </a>. Kunjungi <a href="http://seomabok.com" title="Belajar Blogging"> Belajar Internet MArketing</a> untuk informasi seputar Informasi SEO.</p>Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-30505941655689198282009-12-19T13:51:00.003+07:002009-12-19T14:02:40.326+07:00Berwisata Religi Mesjid Kubah Emas<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQOqeYMZkBwflhk00GKq9MZF-L33dlPRgvkp3hhZlOeElpIYrhGuLhyphenhyphenEBhD_uZ_5rpglbP5UOOr5k6P6cv6KtQs-9uzCe__uixFG4e3I1Qbqvf1beJcXp-O9Xsy6v4XH0xFEXCYbMLHEkL/s1600-h/Wisata+Mesjid+Kubah+Emas.jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 194px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQOqeYMZkBwflhk00GKq9MZF-L33dlPRgvkp3hhZlOeElpIYrhGuLhyphenhyphenEBhD_uZ_5rpglbP5UOOr5k6P6cv6KtQs-9uzCe__uixFG4e3I1Qbqvf1beJcXp-O9Xsy6v4XH0xFEXCYbMLHEkL/s320/Wisata+Mesjid+Kubah+Emas.jpg" border="0" alt=""id="http://majidnanlohy.blogspot.com" /></a><br />Masjid Dian Al Mahri, biasa orang mengenalnya dengan Masjid Kubah Emas, dalam beberapa tahun terakhir menjadi perhatian banyak orang. Kemegahan bentuk bangunan dengan kubah berlapis emas, menjadi daya tarik pengunjung dari berbagai daerah. Tiap sudut masjid menunjukkan kemegahan, maka wajar bila masjid ini kemudian tersohor.<br /><br />Terletak di Jalan Maruyung Raya, Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat, mesjid megah ini pertama kali diresmikan penggunaannya pada 31 Desember 2006 bertepatan dengan Idul Adha 1427 H, dan dihadiri 5 ribu jamaah. Pembangunannya sendiri dimulai April 1999 oleh seorang dermawan, pengusaha asal Banten bernama Dian Juriah Maimun Al Rasyid. Rencananya, pembangunan masjid ini akan dikembangkan menjadi Islamic Center dan menjadi sebuah kawasan terpadu yang diberi nama Kawasan Islamic Center Dian Al-Mahri.<br /><br />Bangunan majid ini memakan lahan seluas 60 x 120 meter, atau sekitar 8000 meter persegi dari kawasan seluas 70 hektar. Kompleks ini memiliki bangunan lain di sekitarnya, di antaranya yakni bangunan besar sebagai tempat kediaman pendiri masjid, gedung serba guna sebagai tempat berbagai acara, yang bisa juga dijadikan tempat resepsi pernikahan dengan hiasan taman yang indah dan luas. Selain sarana parkir baik kendaraan besar dan kecil, juga terdapat tempat makan, cafetaria, dan tempat menjual berbagai pernik souvenir Masjid Kubah Emas.<br /><br />Masjid ini mampu menampung 15 ribu jamaah shalat dan 20 ribu jamaah taqlim. Bahkan, kabarnya masjid ini masuk dalam deretan masjid-masjid termegah di Asia Tenggara.<br /><br />Sejauh ini masjid besar berkubah emas di dunia, menurut beberapa catatan, hanya terdapat empat masjid, yakni Masjid Jame’ Asr atau Masjid Bandar Seri Begawan di Brunei. Masjid Al-Askari di Samarra, Irak, Masjid Qubbah As Sakhrah/ Dome of the Rock di Yerusalem, Palestina, dan Masjid Dian Al Mahri di Depok, Indonesia.<br /><br />Emas di Masjid<br />Seperti masjid lain pada umumnya, Masjid Kubah Emas juga mempunyai beberapa ruang terdiri atas bangunan utama, mezamin, halaman dalam, selaras atas, selaras luar, ruang penitipan sepatu, dan ruang wudhu.<br /><br />Masjid Dian Al Mahri memiliki 5 kubah. Satu kubah utama dan 4 kubah kecil. Seluruh kubah dilapisi emas setebal 2 sampai 3 milimeter dan mozaik kristal. Kubah utama bentuknya menyerupai kubah Taj Mahal. Kubah tersebut memiliki diameter bawah 16 meter, diameter tengah 20 meter, dan tinggi 25 meter. Sementara 4 kubah kecil lainnya memiliki diameter bawah 6 meter, tengah 7 meter, dan tinggi 8 meter.<br /><br />Pada bagian interior dalam masjid, banyak terdapat relief hiasan di atas tempat imam shalat yang terbuat dari emas 18 karat. Begitu juga dengan hiasan tulisan kaligrafi di langit-langit masjid dan lantai dua yang juga dilapisi dengan emas. Sedangkan mahkota pilar masjid yang berjumlah 168 buah berlapis bahan prado atau sisa emas.<br /><br />Ruang utama masjid dapat menampung sebanyak 8.000 jamaah. Dengan enam minaret atau menara masjid berbentuk segi enam yang tingginya masing-masing 40 meter. Enam minaret ini dibalut granit abu-abu dari Italy dengan ornamen yang melingkar. Pada puncak minaret terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat. Kubah masjid ini sendiri mengacu kubah yang digunakan masjid-masjid Persia dan India. Lima kubah melambangkan rukun Islam, seluruhnya dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang materialnya diimpor langsung dari Italia.<br /><br />Pada langit-langit kubah terdapat lukisan langit yang warnanya dapat berubah sesuai dengan warna langit pada waktu-waktu sholat dengan menggunakan teknologi tata cahaya yang diprogram dengan komputer.<br /><br />Interior masjid ini menampilkan pilar-pilar kokoh yang tinggi menjulang untuk menciptakan skala ruang yang agung. Ruang masjid didominasi warna monokrom dengan unsur utama warna krem, untuk memberi karakter ruang yang tenang dan hangat. Materialnya terbuat dari bahan marmer yang diimpor dari Turki dan Italia. Di tengah ruang, tergantung lampu yang terbuat dari kuningan berlapis emas seberat 2,7 ton, yang dikerjakan oleh ahli dari Italia.<br /><br />Keberadaan Masjid Kubah Emas bagi pengunjung mungkin merupakan wisata tersendiri untuk melihat kemegahan bangunan masjid. Meski banyak pihak terlanjur mengenalnya sebagai wisata religi, namun konsep awal akan terus dijalankan yaitu sebagai pusat pengembangan budaya Islam.<br /><br />Masjid tetap terbuka untuk masyaralat umum sebagai tempat peribadatan. Namun demikian pihak pengelola menetapakan beberapa bagian bangunan masjid tetap dijaga dari jangkauan umum, seperti bagian menara.<br /><br />Tidak hanya itu, meski dibuka untuk umum, pengelola Masjid Kubah Emas tetap memberlakukan beberapa aturan, misalnya penutupan kompleks masjid pada hari Kamis. Penutupan ini untuk memperbaiki dan membersihkan seluruh ruangan masjid, sehingga esoknya dapat digunakan ibadah shalat Jumat. Sedangkan pada hari biasanya, masjid dibuka dari pukul 10.00-20.00 WIB dan untuk shalat subuh ditutup hingga pukul 07.00 WIB.<br /><br />Sebaiknya pengunjung jangan membawa anak kecil di bawah umur 9 tahun. Pihak pengelola melarang anak kecil pada batasan usia tersebut. Mungkin saja, aturan ini untuk menjaga kebersihan dan menghindari kerusakan bangunan dan taman di sekitarnya.<br />Untuk masuk ke dalam masjid, diwajibkan memakai pakaian yang menutup aurat. Alas kaki atau sandal harus dititipkan ke bagian penitipan, dan tidak boleh ditinggal di luar. Tempat penitipan alas kaki pada jam-jam shalat menjadi sangat ramai dan penuh. Pada siang hari halaman luar lantai depan masjid sangat panas namun pengurus masjid memberikan karpet plastik untuk mengurangi panasnya lantai halaman masjid. (Dedi Irawan-Iman Saputra)Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3222725191271307042.post-52861183755738323052009-12-19T13:27:00.006+07:002009-12-19T20:17:53.219+07:00Wisata Benoa Nusa Dua Bali<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIjkX6ti5IEnRHCjGaQkHoSevyNWHxJEXL1YPeryu3l6CCSqVOLrCogDqJEwXAFoWQmEcLBIgT7U_hlwH0VsLVRg9ig7skd-Vz2pubM7ScOwTFKPymPk6aH9m01haGaTz7aN3ZcoQ8f-iD/s1600-h/Wisata+Tanjung+Benoa.jpg"><img id="majidnanlohy.blogspot.com" style="WIDTH: 400px; CURSOR: hand; HEIGHT: 211px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIjkX6ti5IEnRHCjGaQkHoSevyNWHxJEXL1YPeryu3l6CCSqVOLrCogDqJEwXAFoWQmEcLBIgT7U_hlwH0VsLVRg9ig7skd-Vz2pubM7ScOwTFKPymPk6aH9m01haGaTz7aN3ZcoQ8f-iD/s400/Wisata+Tanjung+Benoa.jpg" border="0" /></a><br /><div></div><div></div><div>“Selamat Siang, Bapak-bapak, ibu-ibu, kami ucapkan selamat datang di Tanjung Benoa. Silakan menikmati makan siangnya yang telah disiapkan dan selanjutnya kita akan melihat Taman Laut. Staf kami akan mengunjungi Bapak Ibu untuk menginventarisir perjalanan ke laut karena satu perahu untuk sepuluh orang.”</div><br /><div></div><br /><div>Yach... akhirnya sampai juga ke Tanjung Benoa setelah dua hari keliling Bali. Sejauh mata meman­dangterlihat kapal-kapal yang mengang­kut penumpang untuk me­lihat Taman Laut, glass bottom boat, banana boat, parasailing, flying fish, dolphin, jet sky, serta Pulau Penyu (Turtle Island) melihat budidaya penyu. Di pinggir pantai tersedia restoran, toko, balai Bengong (gazebo) yang bisa dinikmati oleh pengunjung untuk melihat sunrise di atas Pulau Nusa Penida.</div><br /><div></div><br /><div>Sepintas, kita tidak akan pernah menyangka di bentangan pantai sepanjang 4,5 km, di antara jajaran hotel bintang lima di kawasan pariwisata internasional Nusa Dua terdapat fasilitas wisata yang ramai dikunjungi banyak wisatawan, baik asing maupun lokal.</div><br /><div></div><br /><div>Tanjung Benoa, salah satu tujuan wisata favorit di Bali, berada di ujung tenggara Pulau Dewata yang dapat ditempuh dalam waktu 35 menit dari Kuta, 40 menit dari Sanur, atau 20 menit dari Airport Ngurah Rai, merupakan tempat yang sangat cocok untuk ke­giatan watersport.</div><br /><div></div><br /><div>Kegiatan watersport biasanya dimulai pagi hari sekitar jam 8 sampai dengan 12-an, karena setelah itu air akan surut. Pantai di kawasan ini sangat tenang, berbeda dengan di Kuta, Sanur atau Uluwatu, sehingga tidak cocok untuk berselancar (surfing). Pesona Tanjung Benoa yang begitu memikat dengan lokasi yang strategis menggugah kita akan kebesaran dan pesona Bali yang mendunia. Wisata bahari berupa watersport dan rekreasi laut Tanjung Benoa tidak kalah dengan Pataya, Thailand.</div><br /><div></div><br /><div>Kawasan Benoa lebih dikenal dengan sebutan kawasan wisata Nusa Dua dan menjadi kawasan pariwisata internasional yang ditandai dengan dibangunnya hotel-hotel berbintang seperti Bali Sol Hotel, Buale Hotel, Club Mediterance, Nusa Dua Hotel, Putri Bali Hotel, Hilton Hotel, dan sebagainya yang dilengkapi dengan lapangan golf dan fasilitas wisata lainnya seperti supermarket, toko kesenian, money changer serta usaha jasa rekreasi laut (watersport and recreation).</div>Majid Hamidi Nanlohyhttp://www.blogger.com/profile/15126924207058463943noreply@blogger.com0