tag:blogger.com,1999:blog-34135807250910593412024-02-03T16:58:13.159+07:00Poside PostAdminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.comBlogger417125tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-19593770568352445282017-05-24T10:30:00.001+07:002017-05-24T10:30:58.706+07:00Freshcare mix<p dir="ltr">New product under freshcare brand. It's an aromatherapy oil plus inhaler. 2 in 1.</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://lh3.googleusercontent.com/-K9gSpOsNQkQ/WST-bCG3feI/AAAAAAAADrE/PZUIxXG6Uow0e8ueuMixdHF2ReJo4PvLACHM/s1600/1495596408040.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://lh3.googleusercontent.com/-K9gSpOsNQkQ/WST-bCG3feI/AAAAAAAADrE/PZUIxXG6Uow0e8ueuMixdHF2ReJo4PvLACHM/s640/1495596408040.jpg"> </a> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://lh3.googleusercontent.com/-UX3AQFGBeBE/WST-bxrjF7I/AAAAAAAADrI/c7T1eH2HE7YPxtWZApIv16F_68rZb5nYQCHM/s1600/1495596477157.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://lh3.googleusercontent.com/-UX3AQFGBeBE/WST-bxrjF7I/AAAAAAAADrI/c7T1eH2HE7YPxtWZApIv16F_68rZb5nYQCHM/s640/1495596477157.jpg"> </a> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://lh3.googleusercontent.com/-M25x9oOklLU/WST-cbWQFzI/AAAAAAAADrM/iEEFuG0MKDoO1mfVYltMToKeZlL5Fu7iwCHM/s1600/1495596508521.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://lh3.googleusercontent.com/-M25x9oOklLU/WST-cbWQFzI/AAAAAAAADrM/iEEFuG0MKDoO1mfVYltMToKeZlL5Fu7iwCHM/s640/1495596508521.jpg"> </a> </div>Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-85705661210822260562014-07-04T08:30:00.000+07:002014-07-04T08:30:01.216+07:00Mengapa harga pasar lebih rendah dibanding harga resmi?Ada banyak hal yang menyebabkan harga di pasaran lebih rendah dibanding harga resminya. Mengapa demikian? Secara detil sebenarnya saya tidak benar2 tahu, hehe.. ^_^, hanya dari pengalaman saja akan saya share. harga pasaran lebih rendah dari harga resmi karena hal - hal berikut :<br />
<a name='more'></a><br />
1. Ada promo resmi<br />
Pada waktu tertentu, dalam durasi waktu tertentu, suatu produk dijual dengan potongan harga tambahan. Ini dijalankan oleh distributor yang secara resmi mengelola area tertentu. Produk murah yang beredar bisa berlangsung cukup lama, bahkan diluar rentang waktu promonya selama stok produk di toko - toko yang mengorder di waktu promo belum habis. Produsen yang bonafid biasanya punya alokasi/budget dan jadwal tertentu untuk promo - promo seperti ini, sehingga selain membuat distribusi produk mereka makin meluas, kemungkinan kompetitor untuk menggerus market share mereka melalui harga murah bisa diminimalkan.<br />
<br />
2. Ada promo modern market<br />
Seperti halnya distributor resmi, modern market skala besar mampu menjual produk dibawah harga standar distributor. Latar belakang hal ini mungkin beragam, namun yang jelas, harga di pasaran akan rusak dalam jangka waktu tertentu, bahkan ada produk - produk yang beredar luas karena cara ini, dalam arti, harga yang ada di pasaran SELALU di bawah harga resmi distributor. Contoh mudahnya adalah Daia 900g dari wings. <br />
<br />
3. Distribusi yang kurang selektif<br />
Distributor dengan team salesnya seringkali kurang/tidak selektif memilih outlet/partner dalam mendistribusikan produk. Outlet2/reseller yg mendapat tempo dan menjual rugi demi cash masih saja mendapat suply dalam jumlah besar sehingga produk2 yang dijual rugi tersebut membanjiri pasar. Ini seringkali terjadi saat team sales mengalami over pressure. Targetnya tidak sebanding dengan serapan pasar. Jika yang seperti ini berlanjut, produk mungkin akan membanjiri pasar, namun bukan uang yang didapat, tapi beragam bad debt dan bubarnya team sales.<br />
<br />
4. Pergantian distributor<br />
Saat produk berganti distributor, seringkali distributor lama melepas produknya dengan cepat dengan harga lebih murah. Saat list harga resmi distributor baru muncul, stok - stok lama dengan harga murah masih membanjiri pasar.<br />
<br />
Distributor resmi memang mitra yang paling ideal dalam bisnis sembako/kelontong/FMCG, namun bukan berarti harga yang mereka tawarkan selalu yang termurah. So, utk yang belum disuplay dist resmi, jangan berkecil hati. Selalu ada jalan untuk tetap kompetitif di bisnis ini.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-64711499175284341962014-07-02T01:13:00.000+07:002014-07-03T00:57:50.234+07:00Grosir sembako : Optimasi belanjaSeorang rekan pembaca blog bertanya tentang cara menghemat ongkos transport agar kita bisa menjual barang lebih murah sehingga lebih kompetitif. Saya jadi teringat waktu awal memulai buka toko. Saat itu, saya harus bolak balik belanja dagangan di kota dengan beragam kendala, mulai kehujanan (saat naik motor), mogok di jalan (waktu naik mobil), dan sebagainya. Ada saja masalah yang dihadapi, tapi karena sudah niat, ya ada saja solusinya.<br />
<a name='more'></a><br />
Dalam bisnis sembako yang saya geluti, saya pakai istilah harga beli dan harga modal. Harga beli adalah harga yang ternota/tertulis di nota saat beli barang, sedang harga modal adalah harga beli plus bea untuk mendapatkan barang tersebut (ongkos transport, kuli, parkir dlsb). Keuntungan yang kita dapat adalah harga jual dikurangi harga modalnya. Mudahnya, kalau kita ingin harga modal serendah mungkin, kita harus membeli barang sebanyak - banyaknya dengan bea lain - lain tetap. Kalau truk kita belum penuh, ya belanja ditambah terus sampai penuh, itu untuk mendapatkan harga modal serendah mungkin. Jika kita tdk mampu mengisi penuh armada angkut kita dengan alasan modal, kita bisa join dengan rekan pedagang lain shg beban transport bisa terbagi.<br />
<br />
Pada dasarnya, bea transport akan terus menjadi pertimbangan saat kita memang fokus untuk berjualan keliling (tanpa toko). Namun jika kita punya toko, hal tersebut lambat laun terabaikan oleh faktor - faktor lain karena bea transport dll akan berpindah menjadi beban pikiran suplier kita ^_^, kecuali klo dgn suatu alasan, kita harus terus menerus menjadi suplier untuk toko kita sendiri (di area tanpa dist resmi contohnya). Jika distributor resmi mengcover area jual kita, maka merupakan keuntungan saat kita disuplay mereka, karena dist resmi biasanya menghilangkan variabel transport cost. Mark up nilai produk sbg profit yang mereka dapat sudah cukup untuk mengcover beban distribusi/transport di area yang mereka kelola. Harga yg kita dapat sebagai toko di desa, sama dengan harga di kota selama nilai produk yang kita beli sama.<br />
<br />
Jika kita mengoptimasi belanja utk dapat harga serendah mungkin lantas menurunkan harga jual (agar lebih kompetitif), kita harus memperhatikan beberapa hal :<br />
<br />
<ul>
<li>Kita adalah pedagang/seller, bukan pemasar, bukan pemilik brand. Jangan mengorbankan profit demi lakunya suatu merk, kecuali kita mendapat fasilitas/support dari pemilik brand, atau produk/brand tsb punya arti signifikan untuk daya saing toko kita.</li>
<li>Saat kita jual murah, kita tidak menciptakan pembeli baru, hanya sekedar "membajak" pembeli yang sebelumnya belanja di toko lain, atau memindah pilihan konsumen dari produk A ke produk B.</li>
<li>Siapa kompetitor terdekat yg terkena dampak jika harga jual kita turunkan. </li>
</ul>
<br />
Sebenarnya, bagi pedagang, keuntungan maksimal didapat saat kita mampu menjual dengan harga setinggi mungkin, jadi, perang harga (adu murah) sedapat mungkin dihindari. Lebih baik adu layanan daripada beradu harga. Harga yang setara dengan kompetitor adalah pilihan ideal, kecuali saat penetrasi awal (grand opening toko), kita bisa menerapkan harga murah untuk memikat calon - calon pelanggan, itupun tidak untuk jangka panjang.<br />
<br />
Jika kita berpikir bahwa harga murah adalah kunci dalam berkompetisi, kita berada dalam jalur yang tidak sehat. Misal saja, sebagai pendatang baru kita fokus untuk selalu menjual lebih murah dengan harapan bisa segera laris, maka kompetitor kita pasti akan merasakan dampaknya (pelanggannya tergerus) dan pindah ke toko kita, lantas ikut menurunkan harga. Bisa - bisa yang terjadi adalah perang harga, kuat kuatan modal. Yang modalnya tipis akhirnya tutup duluan. Akan lebih ideal jika antara satu dengan yang lain saling mengisi dan melengkapi meski bergerak di bisnis yang sama.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-41963864247380874002014-05-09T11:21:00.002+07:002014-05-09T11:21:40.412+07:00Karakter Khas Seorang PemimpinDalam suatu kelompok yang memiliki tujuan, hampir bisa dipastikan ada yang menggerakkan dan bertindak sebagai pimpinan/leader. Diluar baik/buruk kepribadian ataupun tujuannya, seorang pemimpin mempunyai karakteristik tertentu yang membuatnya diikuti/punya pengikut. Seorang pemimpin negara atau gembong perampok punya kesamaan hingga mereka menjadi pemimpin. Kesamaan itu khas, dan jika disarikan, ada 3 hal yang khas ada pada seorang pemimpin.<br />
<a name='more'></a><br />
<b>1. Lebih disegani</b><br />
Orang disegani karena banyak hal. Bisa karena wawasannya, kepintarannya, kekuatannya, atau hal - hal lainnya. Orang tidak akan mau menjadi pengikut atau dipimpin oleh orang yang disepelekan banyak orang. Seorang pemimpin mampu membuat orang lain merasa tunduk dan takluk.<br />
<br />
<b>2. Lebih mampu memberi perintah</b><br />
Seorang pemimpin mampu memberi perintah dan dituruti pengikutnya. Orang yang disegani tapi tidak punya kemampuan memerintah hanya bisa disebut penasehat, atau tetua.<br />
<br />
<b>3. Lebih berani mengambil keputusan.</b><br />
Seorang pemimpin berani mengambil keputusan. Tidak ragu - ragu atau takut salah dan dipersalahkan. Pemimpin berkepribadian baik berani memikul tanggung jawab untuk segala resiko dari keputusan yang diambil, sedang pemimpin berkepribadian buruk akan mencari cara untuk lepas dari segala akibat dan tanggung jawab. Dengan mencari kambing hitam misalnya.<br />
<br />
Orang yang memiliki kelebihan di ketiga karakteristik di atas secara alami akan menjadi pemimpin di kelompoknya, baik atas keinginannya sendiri ataupun melalui desakan orang - orang yang ingin dia pimpin, baik itu di level keluarga, hingga ke level negara hingga dunia.<br />
<br />
Terlepas seseorang itu pemimpin yang baik dan menuju kemakmuran atau pemimpin yang buruk dan membinasakan, pemimpin tetaplah pemimpin.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-44198993783301032682014-03-07T20:22:00.001+07:002014-03-07T20:22:36.347+07:00Memilih Produk Sembako dan Kelontong Untuk DijualSebagai pemula di bisnis sembako/kelontong, seringkali kita bingung memilih produk apa saja yang perlu kita sediakan. Jika kita ceroboh, salah - salah modal kita bisa nyangkut di barang - barang yang susah laku sehingga cashflow kita terganggu. Lantas bagaimana agar itu tidak terjadi? Cara berikut bisa jadi panduan awal, selebihnya bisa anda variasikan sendiri :<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<b>1. Membuat kategorisasi produk</b><br />
Jika anda suka shopping ke mall - mall besar, anda akan tahu bahwa untuk tiap kategori, ada banyak sekali produk yang didisplay. Jangan sampai terjebak dengan ikut - ikutan menjual beragam produk hanya untuk 1 kategori, apalagi hanya untuk 1 sub kategori. Batasi hanya beberapa saja yang memang laris di lingkungan kita. Itu fungsi kategorisasi.<br />
<br />
Kategorisasi berfungsi layaknya peta yang memandu kita dalam menyediakan produk untuk kita jual. Jika modal anda terbatas, cobalah membuat kategorisasi yang sederhana dulu. Jika modal berlebih, buat hingga sub kategori. Misal saja seperti ini :<br />
<br />
<b>Sederhana :</b> Kopi, Mie,Teh, Sabun mandi, dll<br />
<br />
Jika modal lebih dan ingin dagangan yang lebih lengkap, tiap kategori bisa di sub seperti ini :<br />
Sub kategori kopi :<br />
<br />
<ul>
<li>Instan</li>
<li>Kopi susu </li>
<li>Kopi gula </li>
<li>Kopi hitam</li>
</ul>
<br />
Tiap kategori/sub akan dihuni oleh satu atau dua produk yang merupakan produk leader/produk paling laku di kategori tersebut. Produk laku selain liquiditasnya tinggi, juga bisa memompa semangat kita dalam berdagang karena produk tersebut mudah dijual, dalam arti, kans toko kita untuk laris lebih besar dengan adanya produk - produk tersebut.<br />
<br />
<b>2. Belajar dari lingkungan.</b><br />
Mengapa perlu belajar dari lingkungan? Karena kita tidak punya data yang valid mengenai produk leader di kategorisasi yang kita buat, kecuali kita punya akses ke firma statistik bonafid semacam Nielsen (itupun jika valid hingga level kecamatan). Belajar dari lingkungan bisa kita mulai dari kita sendiri, keluarga, dan tetangga. Jika suatu produk familiar bagi kita, keluarga, dan tetangga, maka besar kemungkinan produk tersebut memang produk leader di kategori tsb, setidaknya jadi leader di lingkungan kita. Selain itu, jika kita salah prediksi sekalipun, masih ada kita, keluarga, dan tetangga yang mau mengkonsumsi produk tsb.<br />
<br />
<b>3. Menyediakan sebatas cukup</b><br />
Yang dimaksud sebatas cukup di sini adalah tidak perlu mengejar harga murah dengan pembelian partai besar/ potongan tertinggi meski modal kita besar. Saat belajar, yang terpenting adalah meminimalisir kesalahan dalam proses belajar, dalam hal ini adalah kesalahan dalam hal memprediksi pembelian produk - produk yang ingin kita jual. Pembelian partai besar sah - sah saja setelah kita tahu kemampuan jual kita, kemampuan modal kita, juga batas kadaluarsa dari produk yang kita borong.<br />
<br />
<b>4. Belajar dari rutinitas harian </b><br />
Dari rutinitas harian, kita bisa mendapat informasi yang beragam. Misalkan saja :<br />
- produk apa saja yang sering diminta pelanggan tapi kita belum punya<br />
- apakah stok suatu produk yang kita miliki cukup atau tidak dalam satu siklus belanja produk/kulakan<br />
- produk non leader/chalanger apa yang kiranya bisa kita optimasi untuk mendapat profit lebih<br />
- dlsb<br />
<br />
<b>5. Belajar menilai kualitas</b><br />
Belajar menilai kualitas ini berfungsi untuk mengevaluasi produk penantang/chalanger yang ke depannya punya potensi menggerus market share produk leader. Produk yang laris, penguasa pasar, identik dengan keuntungan yang tipis dan pelit ngasih promo/diskon tambahan. Jika kita pintar memilih dan menawarkan, bisa jadi produk pelapis/penantang itu justru bisa mendominasi, dan pada akhirnya meningkatkan profit usaha kita.<br />
<br />
<b>6. Belajar melihat kategori potensial</b><br />
Kategori potensial adalah kategori yang lebih berpotensi untuk dikembangkan. Alasannya bermacam - macam, misal saja : kompetitor di lingkungan kita tidak menyediakan kategori tersebut, di kategori tersebut kita mendapat suplier paling murah, atau kategori tersebut memang sedang tumbuh. Jika kita melihat potensi di suatu kategori, ada baiknya kategori tersebut lebih diprioritaskan. Pesaingan di bisnis sembako dan kelontong sangat ketat. Jika kita punya 1 hal yang bisa menjadi andalan/mendominasi, itu adalah nilai plus tanpa harus mengabaikan kategori - kategori lainnya.<br />
<br />
Jika kita bikin foto tahunan toko kita, pasti ada perbedaan dari tahun ke tahun. Tiap perubahan ada latar belakangnya. Di situ ada proses belajar dan berkarya, jadi nikmati saja. Mengapa kita harus menikmati? Karena semua dibayar dengan umur kita, dan itu sangat mahal harganya.<br />
<br />
Mungkin itu dulu sharing kali ini. Semoga bermanfaat.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-68298044551578677382013-11-20T08:30:00.000+07:002013-11-20T08:30:01.820+07:00Marketing atau Pemasaran Dalam Pemahaman Yang Sederhana<b>Marketing/pemasaran gampangnya adalah suatu mekanisme untuk membuat produk/jasa diterima di pasaran. Konsumennya terus menerus membeli, dan reselernya terus menerus menjual</b>. Mau diistilahkan dan didefinisikan seintelek apapun, intinya ya cuman itu, nggak lebih. Untuk mencapai hal di atas memang tidak mudah dan tiap produk/jasa punya pendekatan yang berbeda - beda, sehingga ilmu di bidang ini jadi sangat kaya dan beragam.<br />
<a name='more'></a><br />
Dari sudut pandang pemasaran, maka selling/menjual adalah bagiannya, dalam arti, selling tidak lepas dari marketing. Terjadinya selling menjadi bagian dari aktivitas marketing secara keseluruhan, bahkan itulah tujuan akhirnya. Contohnya saja, produk di toko tidak akan laku jika pembelinya tidak terpengaruh iklan, sementara toko tidak akan membeli produk dari sales distributor jika tidak ada pembeli yang terpengaruh dengan iklan yang ditayangkan. Sederhananya seperti itu.<br />
<br />
Untuk mencapai hal di atas (konsumen terus beli/reseller terus jual), maka aktivitas marketing dimulai bahkan sebelum suatu produk dibuat. Riset pasar misalnya, hingga kita tahu produk apa sesungguhnya yang diinginkan konsumen. Eksekusi dalam membuat produk diterima di pasaran tidak akan lepas dari hasil riset ini, sehingga aktivitas perencanaanpun menjadi bagian dari marketing. Bisa dibilang, di sinilah start dari aktivitas marketing.<br />
<br />
Marketing menjadi kompleks bukan lantaran prinsip dasarnya, tapi karena kompetisi dengan produk lain yang juga menerapkan konsep - konsep marketing yang serupa. Sebuah liga sepakbola dengan beberapa team, 22 pemain dan 2 gawang, hasil tiap pertandingannya saja kadang sulit diprediksi, apalagi marketing dengan dengan persaingan diantara ribuan brand? Varian kecil saja bisa jadi istilah dan judul buku yang berbeda. Mempelajari teori marketing jadi lebih sulit dibanding mengamalkannya....<br />
<br />
Dalam perjalanan suatu produk, banyak sekali hal terkait marketing (strategi, istilah, definisi, whateverlah...haha) yang terus dikumandangkan (adzan kalee.^_^), yang pada intinya punya esensi yang sama, membuat produk/jasa terus dibeli oleh konsumen dan terus dijual oleh reseller2nya, namun dengan segala macam variasi dan istilah. Marketing adalah ilmu sosial, bukan eksak/sains. Akan jadi salah jika kita kaku dalam memandang marketing, karena ia memang ilmu sosial, yang nilai kebenarannya seringkali berlaku temporer.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-91955172933291104422013-11-19T10:50:00.000+07:002013-11-19T22:52:10.586+07:00Memulai Grosir Kelontong - Sembako Dengan Modal KecilMemulai dari yang kecil dengan modal terbatas menuntut kita untuk lebih jeli, lebih tangguh, dan lebih cerdik agar bisa berkembang. Memulai dari bawah membuat kita lebih waspada dan berhati - hati. Memulai dari yang kecil, dari bawah, bukanlah hambatan, tapi tantangan. Berikut ini adalah langkah - langkah yang bisa dilakukan jika memang budget yang ada terbatas :<br />
<a name='more'></a><br />
<b>Seleksi Produk</b><br />
Item produk sembako/kelontong itu banyak sekali. Ada produk yang menguntungkan dan ada yang tidak. Ada yang perputarannya cepat namun ada juga yang tidak. Grosir besar cenderung aware dengan produk - produk yang sangat laku, karena memang itu kesehariannya, sedang untuk produk2 yang perputarannya lambat seringkali kurang terperhatikan, atau memang difungsikan sekedar untuk kelengkapan saja. Jika modal kita memang terbatas, ada baiknya memilih produk yg relatif terabaikan oleh grosir besar, namun masih cukup mendatangkan traffic dan profit, sementara produk yg sangat laku difungsikan sebagai pelengkap saja. Jadi dibalik. Bagi grosir besar, kategori item 2nd grade tersebut adalah receh (bahkan seringkali nggak sadar klo stok kosong), namun bagi yang bermodal tipis, yang receh itu sudah lebih dari cukup, dan bisa jadi jalan awal sukses berkompetisi di bisnis grosir. (kategori 2nd grade : lampu, plastik, atk, dlsb)<br />
<br />
<b>Meningkatkan omset. </b><br />
Untuk omset yang besar, kita harus menjual produk dengan cepat. Untuk omset 10jt per minggu, modal yg dibutuhkan bisa 20jt, bisa 10jt, bahkan bisa di bawah itu. Makin kecil modal, konsekwensinya kulakan jadi makin sering dan kerja lebih berat. Mengapa peningkatan omset penting? Karena margin keuntungan grosir terbatas. Jika omset kecil, meski kita mengambil profit di standar tinggi sekalipun, hasilnya tetap saja kecil, dan itu membuat image yang kurang bagus untuk toko kita. Jadi sekalian saja, ambil margin tipis agar bisa menjual sebanyak - banyaknya. Yang terpenting di bisnis ini bukan seberapa banyak anda mampu beli, tapi seberapa banyak anda mampu jual.<br />
<br />
<b>Bermitra dengan distributor resmi. </b><br />
Bermitra dengan distributor resmi adalah langkah selanjutnya. Jika kita punya omset cukup besar dengan banyak pelanggan rutin, nilai tawar kita naik. Bahkan distributor bisa langsung memberi fasilitas tempo tanpa perlu belanja cash terlebih dulu. Mereka tidak melihat berapa modal anda, tapi seberapa banyak/cepat anda mampu jual. Modal besar tapi toko sepi seperti kuburan tidak akan menarik. Lebih menarik memberikan fasilitas tempo untuk toko kecil tapi pelanggannya hilir mudik sampai pada antri - antri. Mungkin pada prosesnya, kita memang perlu bayar cash dulu, atau bayar separuh, sisanya seminggu atau dua minggu kemudian. Itu sebenarnya sudah peningkatan. Jika produk bisa laku cepat, kita bisa merasakan manfaat dari nilai produk yang ditempokan, meski baru setengahnya. Jangan sampai hingga sampai masa jatuh tempo, produk setengahnyapun belum habis. Kredibilitas toko jadi taruhannya.<br />
<br />
<b>Meningkatkan laba. </b><br />
Setelah omset dapat, suplier resmi dapat, mungkin ini saatnya mulai meningkatkan laba. Untuk dapat pelanggan baru, memang kita perlu menjual semurah mungkin, tapi untuk mempertahankan pelanggan, menjual dengan harga sama dengan toko grosir lainpun pelanggan tidak akan lari, selama layanan kitapun terjaga. Dengan adanya dana dari produk suplier yg belum tertagih, kita jadi lebih fleksibel dalam memanfaatkan cash yang kita miliki, terutama dalam memburu produk yang sedang promo untuk lebih meningkatkan laba. Selain itu, dalam rentang waktu tersebut kita jadi lebih berpengalaman. Tahu mana produk yang empuk, mana yang garing. Kapan kita bisa menjual di harga tinggi, kapan kita perlu menurunkan harga. Kepada siapa kita bisa jual mahal, pada siapa kita harus jual murah. Pada prinsipnya, laba akan datang seiring bertambahnya pengalaman.<br />
<br />
Dalam tiap langkah tentu ada variasinya, dan itu akan kita bahas di pos - pos selanjutnya. Untuk sementara itu dulu yah..^_^. Salam sukses!Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-4521262709667754342013-11-18T14:35:00.001+07:002013-11-18T14:35:16.511+07:00Menilai Diri Secara ProporsionalSeringkali kita dibuai oleh fakta - fakta yang membangkitkan semangat. Seorang yang DO dari universitas jadi orang terkaya dunia, lulusan SMP bisa jadi milyarder, tanpa modal bisa jadi pengusaha besar, dan sebagainya. Semua itu memang nyata, bukan fiksi, namun seringkali, demi motivasi, faktor2 pendukung lain yang sebenarnya punya pengaruh besar acap terabaikan, atau seringkali dikesampingkan untuk membuat semangat kita yg punya faktor minus (DO, berpendidikan rendah, kurang modal, dlsb) membuncah dan berujung pada penilaian diri yang terlalu tinggi.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Dalam kasus lain, perkembangan perusahaan ditambah dengan biaya untuk beragam kebutuhan hidup era modern ini menjadi dasar dalam menentukan nilai diri, terutama bagi buruh - buruhnya. Tidak jelas korelasi antara produktivitas individu dengan nominal uang yang didapat. Yang ada adalah produktivitas kolektif dan imbal hasil bersama untuk dibagi rata dalam wujud UMR.<br />
<br />
Yang paling tahu diri kita tentunya diri kita sendiri (selama kita punya responsibilitas pribadi). Menilai diri secara proporsional menghindarkan kita dari hidup dalam khayalan, juga menghindarkan kita dari jebakan rutinitas yang membelenggu potensi kita yang sebenarnya. Tidak usah ragu keluar dari pekerjaan dan menekuni bisnis sendiri jika memang kita yakin dan mampu, juga tidak perlu malu dengan pekerjaan kita saat ini jika itu memang cukup menghidupi dan bernilai lebih jika dibanding kemampuan diri kita sendiri.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-6796357915315211582013-07-13T00:11:00.000+07:002013-07-13T00:11:28.437+07:00Astor dan Astor - astoranAstor kini sudah menjadi sebuah nama generik untuk menyebut nama makanan berbentuk bulat panjang berisi coklat dan dikemas di dalam toples. Orang tidak lagi peduli bahwa sebenarnya, astor adalah sebuah merk wafer stick buatan Mayora. Banyak sekali astor - astoran dengan beragam merek tersedia di pasaran, apalagi menjelang lebaran seperti saat ini. Di pasaran, astor - astoran secara kualitas terbagi menjadi 3, yaitu<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<ul>
<li>Astor murah/astor kopong</li>
<li>Astor menengah/astor isi</li>
<li>Astor mahal/astor kurang laku ^_^</li>
</ul>
<div>
Dibilang astor kopong, karena memang tidak ada coklat di dalamnya. Jadi sekedar tampilannya saja yang mirip astor. Produk seperti ini yang termurah. Pada awal kemunculannya, produk ini cukup populer, namun dalam perjalanannya, peminatnya banyak berkurang. Alasannya sederhana. Tanpa lapisan coklat, wafer stik ini mudah sekali pecah. Jika dibawa ke sanak saudara yang jauh, kita tidak bisa menikmati wafer stick, yang ada adalah remahan wafer stick. Produk ini biasanya di alas toplesnya dikasih kertas, mungkin biar nggak ketahuan kalo di dalamnya kopong saat diintip dari bawah ^_^.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Astor menengah adalah yang paling populer saat ini. Di dalamnya ada lapisan coklat meskipun sedikit. Fungsinya mungkin sekedar agar wafer tidak mudah pecah saat dibawa - bawa. Dari sisi harga, perbedaannya tidak terlalu jauh dibanding astor kopong.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Astor mahal adalah astor - astoran yang kualitasnya mendekati astor betulan, jadi harganyapun paling mahal dibanding jenis astor - astoran lain. Udah mahal, palsu lagi. Gimana mau laris coba? ^_^.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Saat astor - astoran begitu banyak membanjiri pasar, astor yang asli justru sulit ditemui. Toko saya tidak berminat menjual, sementara sales dari Mayorapun tidak berminat menawarkan. Klop sudah. Mari kita nikmati astor - astoran.....</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-38954647496171238422013-07-11T21:27:00.000+07:002013-07-11T21:27:03.413+07:00Strategi Kontra Minimarket KapitalisBeberapa waktu lalu saya mendengar akan didirikannya outlet dari salah satu jaringan minimarket nasional. Outlet tersebut letaknya bukan di ibukota kabupaten, bukan di ibukota kecamatan, tapi di sebuah desa. Sepermisif2nya saya, tetap saja saya menganggap ini sudah keterlaluan. Toko2 di suatu desa rata2 kecil, jumlahnya banyak, dan fungsinya untuk mencari makan, bukan untuk menambah kekayaan. Mendirikan outlet penambah kekayaan dgn potensi membuat banyak orang kehilangan penghidupan rasanya sungguh tidak bermoral.<br />
<a name='more'></a><br />
Ada kepala daerah yang permisif, ada juga yang membatasi ketat bahkan melarang masuknya franchise minimarket di daerahnya. Sebenarnya regulasi ini yang terpenting, namun prioritas kepala daerah dalam melihat hal ini bisa berbeda - beda. Mereka bisa mendengar suara satu kepentingan, sementara kepentingan pihak lain tidak terdengar. Untuk itu perlu ada upaya dari para pedagang kecil sendiri agar suaranya terdengar.
Ada beberapa cara agar kepentingan para pedagang kecil ini dapat terlindungi, diantaranya :<br />
<ul>
<li>Membentuk asosiasi </li>
<li>Meningkatkan daya saing </li>
<li>Selektif menjual produk</li>
</ul>
Besarnya modal chain minimarket tidak bisa disaingi oleh pedagang kecil. Seperti persaingan ism di masa lalu, maka kapitalism hanya bisa bersaing melawan sosialism. Jika modal tidak besar, maka orang yang ada harus banyak. Jadi membentuk asosiasi bisa jadi jalan keluar. Lebih baik berunding jika asosiasinya ada daripada aksi protes sporadis yang seringkali berujung anarkis.<br />
<br />
Bersaing tidak hanya dilakukan di sisi penentuan kebijakan, tapi juga layanan terhadap pelanggan. Pelanggan sebagai raja masih berlaku. Jika ingin mendapat simpati pelanggan, tentunya pedagang kecilpun perlu berusaha meningkatkan daya saingnya, baik itu tempat, cara berjualan, dan sebagainya. Percuma melawan chain minimarket bermodal besar jika ternyata sebagian besar konsumen justru mengelu - elukan kehadiran mereka.<br />
<br />
Pedagang kecil juga perlu selektif memilih produk. Hindari mengorder produk - produk yang dijual minimarket jika memungkinkan. Jikapun sangat perlu menjual produk tersebut, ambil dari minimarket yang sedang promo. Borong hingga ludes, jadi konsumen yang datang ke situ tidak mendapat bagian ^_^ (licik ya....), biar konsumen kalau butuh datang ke tempat anda, hehe...<br />
<br />
Tidak salah jika menjadi kaya atau super kaya, asalkan tidak dengan memiskinkan banyak orang. Ada banyak cara menjadi kaya, dan cara yang terbaik adalah dengan membuat orang - orang di sekitarnya ikut terangkat taraf hidupnya.<br />
<br />
<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-46199324747344445422013-07-11T00:25:00.000+07:002013-07-11T00:37:31.743+07:00Top White Coffie, Membuat Persaingan White Coffie Makin PanasBaru - baru ini, wings meluncurkan produk baru yaitu Top White Coffee. Seperti halnya produk - produk kopi dari wings yang hadir sebelumnya, iapun dijual 2 gratis 1. Untuk lebih menarik reseller, setiap karton bonus 4 buah gelas dan ada gosok - gosok berhadiah di kardusnya Selain itu, seperti halnya semua produk wings, produk inipun dijual dengan sistem tempo.<br />
<br />
<a name='more'></a>Mungkin karena produksinya belum banyak, order pun dibatasi. Toko saya hanya kebagian belasan karton dan itupun langsung habis dibeli pelanggan. Dilihat dari harga, kemasan, dan rasa, Top White Coffie ini sangat menjanjikan, apalagi jika melihat aktifitas promo dari kompetitor - kompetitornya yang kian pelit memberi lebih.<br />
<br />
Berikut adalah pemain white coffee yang bersaing di pasaran sepengetahuan saya. Jika ada tambahan info silahkan ditulis di kolom komentar.<br />
<br />
<b>1. Luwak White Kofie</b><br />
Produk ini adalah pioneer, dan tentu saja sudah punya basis pembeli yang besar. Itu sebabnya maka berduyun - duyun produsen lain ikut serta memperebutkan pangsa pasarnya. Diantara grosir - grosir lain di kota saya, mungkin toko saya yang pertama kali menjual Luwak white kofie. Saya telp kantor pusatnya, lalu diinformasikan telp SPV di area Solo. Dari situ saya order dan dilimpahkan ke salesnya. Karena produk baru, saya coba order 50 karton. Seperti biasa, menjual produk baru perlu banyak cuap2 dan membujuk, baru para langganan mau mencoba. Tak selang berapa lama, produk booming dan permintaan meningkat, dan suplypun mulai tersendat - sendat. Mungkin pabriknya tidak siap menghadapi besarnya permintaan. Saat barang mulai banyak tersedia, tadinya saya pikir toko saya pasti kebagian stok. Ternyata tidak sodara2. Produk dilimpahkan ke grosir senior yang mau membeli dalam partai besar, sementara saya tidak dikasih stok sama sekali. Ini mirip seperti <a href="http://poside.blogspot.com/2012/09/kopi-torabika-riwayatmu-kini.html">kisah kopi torabika dulu</a>. Dan tentu saja, respek saya berkurang drastis.<br />
<br />
<b>2. Kopiko White Coffie</b><br />
Tidak banyak yang bisa saya ceritakan tentang produk ini. Disamping seproduk dengan Torabika -yg saya tidak jual lagi- produk ini pada masa keemasannya (dijual 2 gratis 1) hanya sedikit diproduksi. Saya mendapat produk ini justru dari luar kota. Itupun dengan cara barter. Jika tidak, saya mungkin tidak akan pernah menjual produk ini sama sekali. Semenjak promo 2 gratis 1 berhenti, yang menanyakan produk ini di toko saya praktis tidak ada.<br />
<br />
<b>3. ABC White Coffee</b><br />
Produk ini adalah keluarga terbaru dari brand kopi ABC milik Santos (Kapal api). Saat pertama melunjur, harganya masih promo, jadi cukup menarik untuk dijual. Setelah harganya sama dengan keluarga ABC yang lain (susu, mocca), produk ini jadi tidak menarik dan penjualannyapun terhenti. Saya tidak lagi order produk ini karena stok yang tersisapun hingga saat ini tidak habis - habis.<br />
<br />
<b>4. Grande White</b><br />
Masih merupakan bikinan Santos (Kapal api), produk ini awalnya sangat menarik. Harganya lebih murah, dan dijual 2 gratis satu, dan dikasih tempo lagi. Saya cukup banyak menjual produk ini sampai akhirnya suply tersendat. Saat muncul kembali, promo berubah identik dengan kopiko white. Tidak menarik lagi, dan saya tidak order lagi.<br />
<br />
<b>5. Top White Coffie</b><br />
Pesaing terbaru. Untuk ini, sudah saya bahas di atas.<br />
<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-44150497489653114522013-07-01T06:45:00.000+07:002013-07-01T06:45:00.740+07:00Mengapa Iklan TV itu Penting?Di era yang serba modern ini, dengan kemudahan akses internet, dengan makin maraknya mekanisme komunikasi dua arah yang makin mudah dan hemat via social media, mengapa perusahaan masih perlu iklan TV mahal untuk menjangkau audiennya? Pertanyaan ini seringkali muncul karena porsi iklan TV masih saja besar dan menguras dana perusahaan.<div>
<br /></div>
<div>
Dalam opini saya, iklan TV masih punya peran sentral karena hal - hal berikut :</div>
<div>
<ul>
<li>Audien luas/nasional</li>
<li>Audien mendapat materi informasi yang sama dan serentak.</li>
<li>Rentang tayang terkontrol<a name='more'></a></li>
</ul>
<div>
Ketiga hal tersebut menjadi penting bagi produk - produk FMCG (produk konsumer habis pakai) karena untuk bisa menjangkau konsumennya, mereka membutuhkan partisipasi pihak lain seperti pengecer, grosir, agen, dlsb untuk membuat produk sampai ke tangan konsumen. Jika iklan tayang bulan Juli, maka di bulan itulah saat terbaik untuk bisa menjual produk ke reseller. Di masa tayang iklan maka awareness masyarakat terbentuk, baik itu konsumen maupun reseller. Reseller (grosir, pengecer, dst) lebih mudah menerima produk saat mereka aware akan produk tersebut. Meski sales menawarkan produk dengan berbusa - busa, jika reseller tidak aware dengan produk tersebut, seringkali produk diangap tidak bonafid, sehingga deal tidak terjadi. Saat konsumen menghendaki produk dan ternyata di banyak toko tersedia, maka produk menemukan konsumennya, dan itu seringkali diawali dari iklan TV yang membentuk momentum dimana pembeli menjadi tertarik, dan penjualpun berminat menyediakan produk.</div>
</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Apa yang mungkin terjadi saat informasi tidak terdistribusi sacara serentak? Skenarionya bisa jadi seperti ini; Saat konsumen mulai banyak yang berminat dan ingin membeli, produk sudah jarang tersedia di toko, atau produk pernah tersedia, tapi akhirnya membusuk di toko, sementara sales yang bertugas mendistribusikannya saat dikontak ternyata sudah dipecat karena jauh dari target penjualan. Semua kecewa.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jika kita perhatikan, suatu produk muncul di iklan TV karena beberapa alasan, diantaranya :</div>
<div>
<ul>
<li>Memperkenalkan produk</li>
<li>Menginformasikan promo</li>
<li>Mengingatkan kembali tentang produk</li>
</ul>
</div>
<div>
Kita seringkali disuguhi iklan - iklan rokok yang jika diperhatikan seakan tidak membawa misi apapun melalui tayangan iklannya. Pada dasarnya, fungsi iklan tersebut adalah untuk mengingatkan, membuat konsumen maupun calon konsumennya aware bahwa produk tersebut ada, lengkap dengan image yang terkait dengannya. <a href="http://health.kompas.com/read/2013/05/31/15332953/Begini.Aturan.Iklan.Rokok">Regulasi tentang iklan terkait rokok</a> memang sangat ketat. Jangankan membujuk orang untuk membeli, wujud rokoknya sendiripun dilarang ditampilkan, sementara bisnis rokok itu sendiri adalah bisnis besar. Iklan rokok di TV itulah yang akhirnya terwujud. Menunjukkan adanya eksistensi dan image yang ingin ditampilkan, tanpa melanggar regulasi. Apakah efektif? Tentu saja, jika tidak untuk apa terus dilakukan? Perokok pemula memilih suatu merk rokok bukan karena rasa, tapi citra, dan itu terekam di benak melalui iklan. Akibatnya, perokok baru makin bertambah saja tiap harinya.</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-68907624814953480062013-06-30T14:32:00.001+07:002013-06-30T14:32:48.288+07:00Jenis - jenis Promo dan Siapa SasarannyaPromosi, terkait suatu produk, itu ada bermacam macam dan fungsi utamanya adalah untuk menghilangkan bottle neck dalam arus penjualan suatu produk. Untuk melihat dimana bottle neck itu sendiri, suatu perusahaan perlu tahu letaknya dimana karena sebuah strategi pemasaran yang dirancang dengan baik hanya akan berhasil jika didasari oleh sumber data yang akurat. Info lapangan secara langsung itu bisa dari konsumen, pengecer, grosir, dan seterusnya terkait aliran produk dari produsen ke konsumen, atau melalui bantuan data dari pihak ke tiga. Jika kita perhatikan, promo itu bisa dipilah sebagai berikut :<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<b>Promo untuk konsumen/end user</b><br />
Promo untuk konsumen dilakukan dengan beragam cara, namun intinya sama, memberikan keuntungan lebih pada konsumen. Contohnya :<br />
<br />
<ul>
<li><i>Beli 2 gratis 1</i>. Promo ini sedang populer, terutama sejak Top coffee menggunakan promo ini untuk memikat calon – calon konsumenya. Dengan kuantiti minimal, end userlah yang akan menikmatinya. Dengan insentif yang menggiurkan, maka diharapkan konsumen mau mencoba produk yang ditawarkan, meski mungkin saja, konsumen tersebut telah loyal terhadap suatu merk favoritnya.</li>
<li><i>Kemasan terbuka lebih murah</i>. Promo seperti ini biasanya dilakukan oleh perusahaan rokok, maksudnya agar produk dicoba/dikonsumsi, tidak untuk diperjual belikan kembali. Dari mencoba, maka jika konsumen puas, ia akan membeli produk melalui jalur distribusi normal setelah lewat masa promosi.</li>
<li><i>Kemasan berhadiah</i>. Promo seperti ini menyasar konsumen dan sangat umum untuk makanan ringan murah (biasanya 500an). Hadiah bisa beragam, bisa tukar produk, tukar uang, undian, dan sebagainya. Dengan target yang didominasi anak – anak, maka hadiah adalah opsi yang paling lumrah dilakukan.</li>
<li><i>Produk banded</i>. Promo seperti ini menggunakan hadiah produk lain sebagai bonus untuk pembelian produk tertentu dan umum dilakukan di pasar modern (swalayan, minimarket, dll). Selain konsumen diuntungkan dengan bonus, produsenpun bisa memperkenalkan produk barunya dengan langsung membuat konsumen mencoba produk baru tersebut sebagai bonus.</li>
<li><i>Potongan harga langsung</i>. Promo ini merupakan potongan/penurunan harga jual secara langsung dalam rentang waktu tertentu. Hal ini seringkali dilakukan saat produk oleh masyarakat dianggap terlalu mahal. Jika dengan penurunan harga peningkatan penjualannya signifikan, barangkali memang sebelumnya produk memang dibandrol terlalu mahal, dan durasi promo bisa jadi diperpanjang, atau kelanjutannya justru jadi harga jual standar.</li>
</ul>
<br />
Promo untuk konsumen pada dasarnya difungsikan untuk meningkatkan daya saing produk di mata konsumen, dalam arti, dengan adanya promo, maka konsumen diharapkan mau mencoba membeli, atau konsumen menjadi lebih memilih produk tersebut dibanding produk kompetitor. Di sisi lain, promo seringkali diperlukan untuk bertahan karena kompetitor melakukan hal serupa dan berimbas pada penurunan market share.<br />
<br />
<b>Promo untuk pengecer</b><br />
Promo ini ditujukan bagi mereka yang menjual produk secara eceran. Keuntungan yang ditawarkan tentunya merujuk targetnya, yaitu memberikan keuntungan lebih pada pengecer. Contohnya :<br />
<br />
<ul>
<li><i>Kuantiti berhadiah</i>. Misalkan saja beli sepak bonus 1 biji, atau beli serenceng bonus 1 biji, beli sepak bonus gosok2 berhadiah, bonus toples, dan semacamnya. Karena yang ditarget pengecer, tentunya kuantiti yang dipersyaratkan harus cocok dengan targetnya. Insentif model ini langsung saat produk dibeli, tanpa perlu ribet dengan hal – hal lain.</li>
<li><i>Display dengan insentif</i>. Dengan membeli produk tertentu dan mendisplaynya, maka suatu toko akan mendapat insentif uang tiap bulannya. Promo seperti ini insentifnya tidak bisa langsung, tapi dengan jadwal dan metode tertentu.</li>
<li><i>Harga murah terbatas</i>. Promo ini merupakan metode yang seringkali digunakan untuk memperkenalkan produk baru. Pengecer diberi harga murah, namun jumlahnya dibatasi. Harga yang diberikan bahkan bisa lebih murah dibanding harga untuk toko grosir/pembelian jumlah banyak.</li>
</ul>
<br />
Pengecer di Indonesia ini jumlahnya teramat sangat banyak. Untuk itu, metode promo memang perlu dibuat sepraktis mungkin agar bisa berjalan lancar dan tidak membutuhkan sumber daya berlebih dalam pelaksanaannya.<br />
<br />
<b>Promo untuk grosir/toko besar</b><br />
Promo untuk grosir besar pada dasarnya mirip dengan promo untuk pengecer, hanya kuantiti yang dipersyaratkan lebih besar, dan tentunya, dengan insentif/hadiah lebih besar pula. Misalkan saja; elektronik, potongan harga khusus, hingga pesiar. Dengan promo grosir, maka diharapkan toko fokus dalam menjual produk yang dipromo dan menganak tirikan produk kompetitor.<br />
<br />
<b>Promo Supermarket/Chain minimarket</b><br />
Market modern besar selain sebagai kanal distribusi, juga punya fungsi sebagai media beriklan karena mereka biasanya membuat leaflet/punya sistem publikasi mandiri. Selain itu, dengan variasi pelanggan yang beragam dan omset yang besar, supermarket seringkali mendapat promo – promo khusus dari produsen yang berujung pada harga jual super murah. Dengan harga murah yang ditawarkan supermarket, maka dimungkinkan suatu produk tersebar hingga diluar rantai distribusi organiknya melalui sales/trader freelance (sales mandiri/tidak digaji perusahaan), meski mungkin beresiko mengebiri omset dari distributor lokal produk tersebut.<br />
<br />
Nah, dari promo – promo yang ada, maka selalu ada tengat waktunya, dalam arti, promo tidak berlaku selamanya. Promo tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan bottle neck, atau kendala di titik - titik tertentu dalam aliran produk dari produsen ke konsumen, dan promo ada durasi karena secara periodik perlu dievaluasi untuk melihat hasilnya.<br />
<div>
<br /></div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-58759012004759193382013-06-23T11:05:00.000+07:002013-06-23T11:05:08.592+07:00Kontes Video Iklan via YoutubeIklan TV dibuat dengan biaya mahal, ditayangkan dengan tarif yang mahal, untuk menyasar konsumen yang kian hari kian akrab dengan gadget dan internet. Bagi mereka yang tradisional atau mereka yang ingin dampak cepat dalam waktu singkat untuk memasarkan produk baru mereka, hal itu masih bisa dibilang wajar. Namun, untuk brand – brand lama yang tidak ingin popularitasnya tergerus, ada beberapa alternatif yang bisa dipilih untuk mempertahankan popularitas brand mereka. Salah satunya via Youtube.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Youtube punya rentang tayang fleksibel dan masa hidupnyapun saya rasa panjang kalau melihat bahwa yang membackup adalah Google, raksasa internet dengan kapitalisasi pasar sangat besar. Youtube adalah media murah untuk cost per view iklan yang rendah dan durasi tayang panjang. Untuk suatu kategori produk, menjadi brand dominan di Youtube adalah kesempatan yang sebaiknya tidak diabaikan.<br />
<br />
Menjadi dominan di Youtube tidak mungkin bisa dilakukan jika suatu brand hanya punya 1-2 video di sana. Perlu ada puluhan atau ratusan untuk bisa mendominasi. Untuk itu, butuh suatu metode untuk mencapainya, dan salah satu cara yang mungkin adalah melalui suatu kontes video iklan yang diupload oleh kontestan. Video yang dibuat siapa saja selama bermuatan positif dan meningkatkan awarenes terhadap produk adalah hal yang positif, terlepas dari kualitas video tersebut. Ada beberapa alasan mengapa hal itu layak dilakukan, diantaranya :<br />
<br />
<ul>
<li>Gadget semakin canggih, bahkan kamera ponsel dengan resolusi 5 Mpix sekarang adalah hal yang lumrah.</li>
<li>Youtube makin sering diakses. Selain karena perkembangan infrastruktur yang makin baik, youtube menjadi menarik karena merupakan gudang video dari seluruh penjuru dunia, bahkan banyak acara TV mengambil video yang merupakan courtesy Youtube.</li>
<li>Kreativitas itu milik siapa saja, dalam arti, dari sekian ratus juta orang Indonesia, pasti ada yang punya ide – ide istimewa untuk bisa menjadi konsep sebuah iklan yang baik. Jadi, tema iklan tidak selalu harus dibuat oleh sebuah tim kreatif, karena anak SMP yang bisa mengoperasikan ponselpun bisa jadi sangat kreatif.</li>
<li>Punya dampak meski tidak tayang di TV. Iklan yang tayang di youtube, meski buatan perseorangan, bukan corporate, tetap punya visitor. Dapat dilihat dan diakses siapa saja, kapan saja, sengaja atau tidak sengaja.</li>
</ul>
<br />
Iklan yang dibuat siapa saja, tentu saja punya konten yang beragam, bahkan bisa juga punya tendensi yang kurang bagus/kontra dengan brand itu sendiri, namun efek viralnya tetap ada, dan itu tetap meningkatkan awareness terhadap brand meski perlu ada effort tambahan untuk terciptanya image bagus terhadap brand tersebut.<br />
<br />
Untuk membuat kompetisi, tentunya perlu ada hadiah dan metode pelaksanaan. Perlu difikirkan dengan baik untuk hal ini, dalam arti, suatu project dapat dibilang berhasil jika hasilnya lebih besar dari modalnya, karena pada dasarnya, ini bisnis. Dan dalam bisnis, perhitungan yang ada adalah untung rugi, bukan yang lain.<br />
<div>
<br /></div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-82485586233909580642013-06-12T23:24:00.002+07:002013-06-13T10:27:56.495+07:00Hidup itu IndahHidup itu indah, semua yang menyangkut hidup itu bisa dilihat dengan cara yang indah. La vita e bella, life is beautiful, mungkin itu salah satu judul film yang bisa menggambarkan bahwa dalam kondisi apapun, hidup bisa dipandang dengan cara yang indah.<br />
<br />
1. Mengapa harus mengomel untuk kesalahan yang dilakukan orang lain jika kita bisa menemukan keindahan dalam memperbaiki sesuatu? Kita bisa menghadapinya dengan senyum karena kita menemukan suatu hal dimana kita jadi lebih punya arti.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
2. Mengapa harus marah untuk sesuatu yang mengecewakan kita jika dari situ level kesabaran kita bertambah satu tingkat? Harusnya kita bisa tersenyum dan bangga karena tidak ada satupun hal yang mampu menghilangkan senyum dari wajah kita.<br />
<br />
3. Mengapa harus membenci jika kebencian itu menghilangkan tawa kita? Hidup yang penuh senyum dan tawa itu indah dan teramat mahal harganya. Jika itu hilang, berapapun uang yang kita miliki mungkin tidak akan mampu membeli senyum dan tawa, karena ada saatnya, keduanya tidak terbeli dengan uang.<br />
<br />
4. Mengapa ada kepuasan saat kita menyakiti hati orang lain? Pasti ada yang salah dengan diri kita. Puas saat melihat atau menyakiti fisik/perasaan orang lain menandakan ada yang salah dengan jiwa kita. Coba kita tengok kembali no 1-3.<br />
<br />
Hidup itu tidak panjang. Menghiasinya dengan canda tawa akan membuat hidup lebih bermakna. Kita bisa kaya, miskin, berkuasa, atau teraniaya, namun hidup yang indah hanya bisa dilihat dari seberapa banyak kita tersenyum dan tertawa, karena hidup tidak panjang, dan senyum dan tawalah yang membuat hidup ini indah.<br />
<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-73603153185963321952013-06-09T20:22:00.000+07:002013-06-09T20:22:41.626+07:00Pengalaman Bekerja Sambil KuliahSelama kuliah dulu di Jogja, saya punya beberapa pengalaman kerja, dan tentunya saat itu status saya masih mahasiswa, alias bekerja sambil kuliah. Bekerja sambil kuliah atau kuliah sambil bekerja mungkin bukan hal yang langka. Banyak orang yang mengalaminya, dan saya hanyalah salah satunya. Ada banyak sekali kesempatan mendapatkan uang tambahan sebagai seorang mahasiswa, namun, akan lebih bijak jika bisa memilih mana saja tawaran pekerjaan yang dampaknya sesedikit mungkin mengganggu aktifitas kita yang utama, yaitu kuliah. Dari sekian jenis pekerjaan yang pernah saya jalani, berikut beberapa diantaranya :<br />
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
1. Waiter outlet minuman<br />
Saat itu tugas saya hanya meracik dan menyajikan minuman kepada pelanggan. Jam kerjanya hanya 4 jam sehari, namun banyak kenangan yang indah disana. Selain pekerjaannya menyenangkan, rekan - rekan kerjanyapun menyenangkan karena selain sama - sama masih kuliah, rata - rata mereka punya wacah cakep, alias enak dilihat. Jenis pekerjaan seperti ini sangat ideal untuk sekedar mencari uang tambahan (dan jodoh barangkali) untuk seorang yang berstatus mahasiswa.<br />
<br />
2. Asisten Marketing<br />
Menjadi bagian dari team marketing sangat menantang, hanya saja, umumnya marketing, durasi kerja dan waktunya tidak bisa diprediksi. Bisa 8 jam sehari, bisa kurang, namun seringkali lebih. Pekerjaan ini menjanjikan salary lebih banyak, non salary juga lumayan, namun sangat menyita waktu. Secara pengalaman, ini sangat berharga, namun banyak memakan waktu yang seharusnya digunakan untuk menyelesaikan kuliah.<br />
<br />
3. Team pelaksana proyek<br />
Pelaksana proyek adalah orang yang melakukan pekerjaan sesungguhnya dari suatu proyek, entah perusahaan manapun itu yang memenangkan suatu tender. Pekerjaan ini fleksibel, dalam arti, untuk yang saya alami, bisa dilakukan pada malam hari. Memang pekerjaan malam hari tidak mengganggu kuliah secara langsung, namun bagaimanapun juga, jika kita bekerja dari malam sampai pagi, fisik yang akan komplain. Gampangnya, saat seharusnya kita kuliah, kita tidur. Jenis pekerjaan ini pendapatannya lumayan, tapi memang pengorbanannya juga besar.<br />
<br />
Dari sekian banyak jenis pekerjaan yang saya jalani, hanya terbagi dalam 3 jenis pekerjaan di atas. Pekerjaan durasi pendek. pekerjaan durasi panjang, dan pekerjaan durasi panjang malam hari. Jika anda kuliah, saya sarankan mencari pekerjaan jenis pertama, atau jika mungkin, segala jenis pekerjaan dimana anda tetap fleksibel menentukan waktu kerja tanpa ada pressure dan keharusan yang mengikat (kontrak).<br />
<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-55219695366126458242013-06-05T23:06:00.000+07:002013-06-05T23:06:16.285+07:00Tantangan Non Teknis Toko Grosir SembakoToko grosir sembako yang dikelola secara tradisional dengan team kecil biasanya hanya ada 2 layer jabatan, yaitu pemilik usaha (alias juragan ^_^) dan pekerja/karyawan. Tidak ada departemen atau segala macam divisi. Hanya ada 2 lapis dalam menjalankan bisnis. Dengan team yang kecil, maka kendala non teknis memberi pengaruh besar dalam menjalankan usaha. Diantaranya :<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<b>1. Anak kecil</b><br />
Jika anda punya usaha grosir sembako dan punya anak yang masih kecil - kecil, maka tantangannya justru di situ. Bahkan kadangkala dampaknya bisa lebih besar dibanding faktor - faktor teknis. Anak yang merengek saat toko sedang ramai, minta diantar ke taman bermain smentara kita sedang banyak kerjaan, dan masih banyak contoh lain, adalah sebuah tantangan yang seringkali lebih sulit ditangani dibanding faktor - faktor teknis yang menyangkut jual beli.<br />
<br />
<b>2. Pertengkaran suami istri</b><br />
Haha.., kebayang kan kalau melayani pelanggan sementara antara suami istri yang sama - sama mengurus toko saling diam - diaman? Ini hal yang sulit,...but that shit happen. Memang serba tidak enak, namun setiap orang punya ego masing - masing, dan untuk bisnis yang dikelola keluarga, maka masalah personal dan kerjaan seringkali tercampur aduk.<br />
<b><br /></b>
<b>3. Masalah personal karyawan</b><br />
Karena hanya terdiri dari 2 lapis struktur kerja, maka kalau bukan juragannya ya karyawannya yang punya masalah personal. Kebayang kan kalau punya karyawan cewek yang habis putus sama pacarnya? Senyum nggak ada, ketelitian turun drastis, dll. Hal seperti ini sulit dihindari, dan bisa terjadi di grosir manapun.<br />
<br />
Semakin kecil team yang ada, pengaruh hal non teknis tersebut semakin besar dampaknya, dan kebanyakan, tidak ada solusi praktis untuk mengatasinya karena memang sifatnya khas. Beda toko bisa beda situasinya.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-89580022240658262542013-05-31T15:49:00.000+07:002013-05-31T15:49:50.230+07:00Sales Freelance, Kategorisasi dan Cara KerjaSales freelance adalah sales yang bebas. Tidak ada yang menggaji, beroperasi dengan modal sendiri, inisiatif sendiri, tanpa ada yang memberikan instruksi/perintah. Semua serba mandiri. Singkatnya, sales freelance adalah seorang wirausaha yang bergerak di bidang selling/menjual. Dalam menjual itu sendiri, pendekatan yang digunakan bisa bervariasi. Ada yang menggunakan pendekatan suply/sumber produk, ada yang menggunakan pendekatan demand/permintaan. Namun tetap ada margin dimana mereka bisa mendapatkan profit untuk setiap produk yang mereka jual.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Seperti disebutkan di atas, kategorisasi sales freelance bisa dibedakan menjadi 2, yaitu sales yang berpendekatan suply, dan sales yang berpendekatan demand, atau mudahnya, sales yang lebih fokus mengejar harga semurah - murahnya, dan sales yang fokus dalam hal menjual dengan harga setinggi mungkin. Dalam prinsip ekonomi, mungkin yang diharapkan adalah mendapat produk semurah - murahnya, dan menjual setinggi - tingginya, namun dalam persaingan yang sedemikian ketat, seorang sales freelance memang perlu memiliki prioritas untuk profesi yang ia jalankan, karena dengan durasi 24 jam yang mereka miliki, terlalu sedikit waktu yang ada untuk bisa merengkuh segalanya. Fokus di salah satu, jika memang ada rejeki, rentang margin yang tinggi merupakan sebuah bonus meski mungkin bukan untuk jangka panjang.<br />
<br />
<b>A. Trader</b><br />
Saya menyebutnya trader, karena memang biasa disebut demikian. Dengan pendekatan pada supply, mereka menjual dalam kuantiti besar dengan harga yang murah. Untuk satu jenis produk, mereka membeli dalam jumlah banyak dan menjual dalam jumlah yang banyak pula, dan karena kapasitas angkut terbatas, varian produk traderpun terbatas. Dengan fokus pada koneksi suplier yang baik, trader mampu menjual barang dalam kuantiti besar hanya pada sejumlah kecil pelanggan, umumnya toko - toko grosir yang memang mampu membeli dan menjual dalam skala besar. Trader butuh modal lumayan besar karena timing promo dan jual bisa tidak sama, jadi perlu dana untuk stok. Ada beberapa sumber bagi trader untuk bisa mendapatkan produk dengan harga murah, diantaranya :<br />
<br />
1. Modern market<br />
Jejaring market modern yang ada di berbagai kota seringkali menggunakan umpan harga sangat murah untuk meningkatkan traffic pelanggan, namun hal itu seringkali disiasati oleh trader untuk bisa mendapatkan harga produk semurah mungkin. Dengan hubungan yang baik antara trader dan pengelola modern market, harga yang jauh lebih murah dari standar harga resmi bisa diperoleh. Tingkat sulit/mudah dalam prosesnya tergantung jam terbang/pengalaman dari trader itu sendiri.<br />
<br />
2. Mitra dagang<br />
Mitra dagang di sini bisa sesama trader, atau bisa juga grosir langganan. Setiap trader bisa punya produk tertentu dengan kuantiti berlimpah (overstock), sehingga untuk bisa membuatnya liquid (mudah laku dan jadi duit), maka saling tukar menukar barangpun terjadi. Makin variatif produk yang dijual, makin mudah untuk mencairkannya (laku n jadi duit).<br />
<br />
3. Toko kepepet<br />
Aneh ya istilahnya, hehe.. tapi memang pada kenyataannya demikian. Trader bisa mendapat harga murah, bahkan lebih murah dari harga promo sekalipun, saat sebuah toko terdesak kebutuhan keuangan, misalkan saja saat mereka terdesak oleh tagihan, karena butuh uang mendesak, maka suatu produk bisa dijual dengan harga super murah, yang penting jadi duit. Memang rasanya tidak fair, tapi toko yang menjual produknya dengan harga rugi itu ada dan tidak sulit ditemui.<br />
<br />
<b>B. Sales Keliling/Loper</b><br />
Ada yang menyebutnya sales kelilingan, ada juga yang bilang loper. Sales kelilingan menjual produk dalam satuan jual grosir terkecil (renceng misalkan) untuk bisa mendapat profit setinggi mungkin. Dengan satuan jual kecil, maka perlu produk yang multivarian dan melayani banyak langganan per harinya untuk bisa mendapat omset yang cukup besar. Sales kelilingan tidak butuh modal yang besar. Dengan modal kerja sejutaanpun sudah bisa jalan. Untuk bisa mendapat profit lumayan, target pembelinyapun harus tepat, dan umumnya didominasi pengecer, misal saja :
<br />
<br />
1. Kantin<br />
Setiap sekolahan atau kantor punya kantin, dan kantin menjual ecer dengan basis pelanggan yang jelas. Selama dilayani dengan baik, mereka mau menerima produk meski dengan harga sedikit lebih tinggi.
<br />
<br />
2. Toko Besar Daerah<br />
Yang dimaksud toko besar daerah adalah toko dengan ukuran cukup besar namun hanya melayani eceran, dan beroperasi jauh dari kota besar. Meskipun harga murah adalah harapan semua pelanggan, namun dengan variasi produk yang beragam, selalu ada ruang terbuka untuk produk - produk tertentu. Selain itu, untuk daerah yang jauh dari pusat bisnis, perkara menjual sedikit lebih mudah dibanding mendatangkan dagangan.<br />
<br />
3. Toko Kecil yang Tersebar<br />
Toko kecil adalah toko yang secara ukuran memang kecil, ada di beragam tempat, dengan nilai belanja puluhan hingga ratusan ribu. Untuk melayani toko seperti ini yang dibutuhkan adalah ketelatenan dan jadwal yang jelas. Telaten karena memang omsetnya tidak besar, dan terjadwal karena tidak setiap hari ada cash terkumpul, jadi memang perlu kejelasan, hari apa jika ingin mendatangi toko tersebut.<br />
<br />
Sales kelilingan pada umumnya mencari produk di area terdekat. Tidak harus semua produk selalu mendapat harga termurah, yang penting lengkap dan tidak mengecewakan langganan. Grosir/suplier terdekat itupun kadang punya spesialisasi masing masing, jadi perlu mendatangi 2 hingga 4 toko untuk bisa mendapat harga terbaik.<br />
<br />
Pada dasarnya, profesi apapun butuh jam terbang untuk bisa benar - benar ahli. Makin berpengalaman, maka makin ahli dalam hal mengumpulkan laba. Yang terpenting dalam dagang adalah, jadilah ahli dalam menjual, bukan ahli dalam membeli, karena selama ada modal, membeli bukanlah hal sukar. Selama bisa menjual, modal kecil tidak masalah, jika punya modal besar akan lebih baik lagi.<br />
<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-46267808426808854832013-05-26T11:38:00.001+07:002013-05-26T11:38:50.349+07:00Fatin, Novita, dan Faktor XSemenjak ada yang namanya Indonesian idol dan semacamnya, saya nggak terlalu menganggap acara - acara itu spesial mengingat memang tidak ada penyanyi yang menurut saya sangat spesial. Rata - ratalah, seperti umumnya penyanyi bagus.<br />
<br />
Saat tayang x factor Indonesia, pada awalnya sih sama juga, nggak gitu ngeh itu acara apaan. Sampai suatu saat saya liat ada yang nyanyi lagu pumped up kicks. Ini lagu bagus kok saya sampai belum pernah dengar, saya lantas search di youtube. Ternyata, emang versi aslinya kalah jauh dari sisi vocal. Bagusan yang di x factor meskipun ada lupa liriknya segala. Mulai dari situ saya liat klip lagu - lagu x factor Indonesia yang udah tayang,via youtube tentu saja. Memang rata - rata bagus nyayinya, cuman tidak seunik pumped up kicks versi Fatin yang sudah saya dengar. Faktor karakter suara ternyata punya peran sangat besar.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Alhasil, saban jumat malam saya nongkrongin TV. Liat x factor? Nggak secara keseluruhan sih, sekedar penasaran nunggu Fatin nyanyi. Lagu apa, ntar klo dinyayiin jadinya kayak apa. Aneh ya? Haha...<br />
<br />
Jumat malam kemarin x factor season 1 tayang terakhir, menyisakan 2 calon kuat juara. Fatin dan Novita. Sebagai penyanyi, Novita adalah penyanyi dengan kemampuan olah vokal terbaik di ajang ini. Selain berbakat, juga terlatih dan tertempa pengalaman. Fatin sendiri secara teknik belum bisa disejajarkan dengan Novita. Secara umur dan jam terbang masih jauh. Hanya saja, suara Fatin yang unik mudah dikenali dan diingat. Dengan lagu yang cocok, hasilnya bisa extraordinary. Istimewa dan "bisa dijual". Faktor ini yang mungkin tidak dimiliki oleh Novita maupun jawara - jawara Indonesian Idol sebelum - sebelumnya yang juga punya kemampuan olah vokal bagus.<br />
<br />
Sejak awal acara x factor ini, x factornya memang ada pada Fatin dengan karakter suaranya. Tanpa Fatin, x factor tidak beda dengan ajang - ajang lain yang sejenis.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-7598373748104301762013-05-25T09:37:00.000+07:002013-05-25T09:37:47.693+07:00Prinsip Dasar Menjual untuk Wiraniaga Toko<br />
Inti dari bisnis toko adalah menjual. Segala kegiatan lain hanyalah pendukung dalam hal proses menjual. Pada prinsipnya, hanya diperlukan 3 dasar dalam menjual, yaitu :<br />
<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Jelas<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Teliti<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ramah<br />
<br />
Dalam menjual diperlukan kejelasan dalam berbagai hal. Mulai dari kejelasan produk, harga, isi/kemasan, dan lain sebagainya. Kejelasan menumbuhkan keyakinan, dan keyakinan menumbuhkan kepercayaan.<br />
<br />
Menjual juga membutuhkan ketelitian. Teliti dalam hal kesesuaian produk dengan permintaan pembeli, teliti dalam kalkulasi, dan teliti dalam hal pengemasan. Ketelitian memastikan transaksi berjalan tanpa ada satu pihak yang dirugikan.<br />
<br />
Disamping hubungan bisnis, transaksi di toko adalah hubungan antar manusia yang merupakan makhluk sosial. Keramahan dibutuhkan, terutama untuk toko tradisional dimana tatap muka penjual – pembeli berlangsung lebih intens.<br />
<br />
Ketiga prinsip dasar tersebut harus berjalan beriringan, jangan sampai terjadi suatu kejelasan yang kasar/tidak ramah, atau justru keramahan yang tidak jelas dan tidak teliti (misal : transaksi sambil bergosip ria)<br />
<div>
<br /></div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-30189424419324162362013-05-23T22:36:00.001+07:002013-05-23T22:36:20.599+07:00Tantangan Toko Sebagai Sebuah Brand<br />
Sebuah toko tentunya mempunyai nama, dan nama mengemban filosofi layaknya sebuah brand. Sebagai pemilik toko,tentunya kita mengharapkan segala hal yang terbaik terkorelasi dengan toko kita, misalkan saja :<br />
<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Paling ramah<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Harga termurah<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Layanan cepat<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bersih dan rapi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Lengkap<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dll<br />
<br />
Meskipun itu adalah harapan yang wajar, namun dalam pelaksanaannya, menjaganya bukanlah hal yang mudah. Semakin ramai pengunjung, semakin sulit untuk menjaganya, dan pada akhirnya, ada beberapa hal yang perlu menjadi fokus untuk lebih diprioritaskan, tentunya dengan mempertimbangkan tingkat kompetisi yang kita hadapi dan resource yang kita miliki.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<b>Paling ramah</b><br />
Jika sebuah toko kita kelola sendiri tanpa karyawan, menjadi toko paling ramah tidak terlalu sulit dilakukan. Namun seiring waktu, dengan jumlah pelanggan yang makin variatif dan jumlah karyawan yang bertambah, kadang kala hal yang remeh ini menjadi perkara sulit. Kembali pada realitas bahwa kita tidak bisa memuaskan semua orang, pada akhirnya kita harus merelakan pelanggan – pelanggan sulit, atau kita merelakan karyawan – karyawan dengan tingkat kesabaran terbatas.<br />
<br />
<b>Harga termurah</b><br />
Harga termurah mungkin tetap bisa dijaga dengan baik saat jumlah produk yang kita jual terbatas, tapi jika jumlah variannya sudah mencapai ribuan, itu bukan hal mudah. Ada pelanggan - pelanggan tertentu yang hanya membeli beberapa item barang, dan saat kita tidak lagi mampu berkompetisi untuk menjadi yang termurah untuk produk tersebut, saatnya mengucapkan selamat tinggal pada langganan. Kembali lagi, kita tidak bisa memuaskan semua orang.<br />
<br />
<b>Layanan cepat</b><br />
Layanan cepat terjadi saat jumlah pelanggan yang ada bisa dihandle sempurna oleh jumlah karyawan yang kita miliki. Ada saat tertentu dimana persyaratan tersebut tidak terpenuhi, dan tentunya, ada pelanngan yang tidak mau memaklumi. Kembali, ada pelanggan yang hilang dari toko kita.<br />
<br />
<b>Bersih dan rapi</b><br />
Tentunya ada prosedur standar untuk membuat toko kita bersih dan rapi, tentunya dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan dari seluruh personil yang kita miliki. Ada waktunya tingkat kebersihan dan kerapian ada di bawah standar yang seharusnya, apalagi dengan keberagaman jenis pelanggan yang kita miliki. Beberapa pelanggan yang merasa kondisi toko kita ada dibawah standar mereka, tentunya mereka akan kecewa, dan mungkin tidak akan berbelanja lagi.<br />
<br />
<b>Lengkap</b><br />
Setiap pelanggan ingin produk yang mereka inginkan ready stok kapan saja. Realitasnya, varian produk semakin banyak, ada beberapa yang tumbuh, ada beberapa yang tereliminasi dan kian hilang dari peredaran. Pelanggan juga sama. Ada yang berevolusi dan beradaptasi, ada pula yang konservatif dan stagnan. Jika kita ada di jalur cepat dengan beragam perubahannya, kita harus siap – siap pula kehilangan pelanggan – pelanggan konservatif yang teramat loyal dengan produk yang itu – itu saja, meski makin jauh ketinggalan jaman..<br />
<br />
Memang memuaskan semua orang itu tidak mungkin. Meskipun begitu, kita harus memandang diri kita sebagai subyek, bukan sebuah obyek dimana persepsi orang lain dengan mudah mengombang ambingkan penilaian kita terhadap diri kita sendiri. Dalam arti, kita harus punya standar. Standar keramahan yang baku, standar harga yang tetap saling menguntungkan, tingkat kecepatan layanan yang optimal bagi tiap2 karyawan, dan seterusnya. Seleksi adalah kewajaran, yang terpenting kita telah memiliki standar dalam menjaga nama toko, layaknya brand dengan beragam hal dengan aneka korelasinya. Standar itu adalah usaha terbaik yang mampu kita lakukan. Dengan usaha terbaik, kita mendapat hasil terbaik, meski bukan untuk semuanya, meski tidak untuk menggapai segalanya.<br />
<div>
<br /></div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-47875308627979293502012-12-13T21:46:00.002+07:002012-12-14T22:57:17.563+07:00Soklin Smart 900g, Piringnya Bikin KecanduanDari sekian banyak produk deterjen dari wings, akhir - akhir ini yang cukup booming adalah soklin smart 900g. Bahwa deterjen itu bikin pakaian jadi bersih dan wangi, itu sudah biasa. Yang membuat produk satu ini cukup menggoda adalah piringnya. Sebuah piring keramik cantik terbundling sebagai hadiah langsung untuk pembelian soklin smart 900g.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Pada awalnya, awareness terhadap produk ini rendah, jadi hanya beberapa ibu rumah tangga saja yang rutin belanja produk ini, koleksi piring ujar mereka. Namun semenjak hipermarket menjual produk ini dengan diskon besar, sales - sales freelance berlomba - lomba menjajakan soklin smart hingga pelosok kampung (mungkin sampai puncak gunung n dalam hutan malah..haha) demi mendapat untung lumayan. Jika harga standar adalah 78rb/karton isi 6, saat diskon harganya bisa dibawah 65rb/karton. So, jika sehari bisa habis 100 karton saja dengan profit 5000, silahkan dikalikan saja untungnya.<br />
<br />
Produk ini pada dasarnya punya potensi menjadi produk regular, terus menerus laku (selama ada piring keramiknya), hanya saja belum banyak yang tahu. Jika tahupun penyebarannya belum merata. Semenjak ada promo harga murah, permintaan meningkat cukup signifikan meski harga akhirnya kembali ke harga standar distributor resmi, 78rb.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-43266703454845669072012-12-07T23:03:00.000+07:002012-12-09T19:55:47.460+07:00Strategi Mengembangkan Toko Grosir Sembako - Kelontong BaruPada prinsipnya, saat membuka toko grosir, kita adalah junior, sementara calon - calon pelanggan kita justru lebih senior, dalam arti, mereka buka lebih dulu dan pernah belanja produk dari toko grosir lain yang lebih senior dibanding kita. Memikat pelanggan toko lain itu banyak caranya, namun bisa dimulai dari yang termudah dulu. Bahwa untuk laris itu kita harus punya produk yang lengkap, layanan menyenangkan, harga paling murah, dan lain sebagainya, itu hanya mudah diucapkan di bibir saja. Semuanya butuh proses, tarik ulur, menyesuaikan situasi dan kondisi, namun yang pasti, kita lakukan dari yang termudah dulu, lainnya sambil jalan.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Mudah itu relatif. Bagi yg bermodal besar, bermodal kecil, punya anak cewek cakep, definisi mudah bisa berbeda - beda. Yang bermodal besar bisa menambah variasi produk atau membeli dalam jumlah besar untuk mendapat harga termurah, yang modalnya kecil bisa dimulai dengan durasi buka tutup toko yang panjang atau variasi produk tanpa modal (misal: grosir gula 1/2kg, 1/4kg), yang punya anak cewek cakep bisa dengan mengoptimalkan layanan pelanggan sehingga lebih menyenangkan..^_^. Pada prinsipnya, mengenal nilai plus diri sendiri bisa dijadikan langkah awal berkompetisi.<br />
<br />
Selain mengenali diri sendiri, tentunya kita perlu juga mengenali pesaing, yaitu grosir - grosir yang telah lebih dulu eksis alias senior kita. Mereka mungkin laris, murah, besar, dan punya banyak kelebihan, namun pasti ada celah yang bisa kita gunakan untuk meningkatkan daya saing kita. Beberapa yang umum di grosir senior diantaranya :<br />
<br />
<b>1. Sudah punya banyak langganan.</b><br />
Disamping beragam sisi positif, punya banyak langgananpun ada sisi negatifnya. Seperti pelanggan harus antri, susah parkir, tekanan kerja yg besar hingga layanan pelanggan lemah, stok kosong yang kurang terpantau, dan sebagainya. Disamping pelanggan - pelanggan yg loyal, ada juga pelanggan - pelanggan yg pada dasarnya terkendala dengan hal - hal di atas, namun belum punya alternatif tempat belanja lain. Dari situ kita bisa tampil sebagai tempat belanja alternatif tersebut, bahkan ke depannya bisa mendominasi di kategori - kategori produk tertentu.<br />
<br />
<b>2. Nyaman dengan produk reguler.</b><br />
Produk reguler adalah produk yang laku secara rutin. Grosir senior biasanya sudah hafal dengan produk - produk tersebut dan fokus di situ. Mereka lebih sukar menerima produk baru karena dengan produk - produk regulerpun, toko mereka sudah laris manis. 80an persen produk baru gagal di pasaran, sangat tidak ideal bermain di situ untuk toko senior yang sudah laris, namun bagi toko baru, produk baru adalah teman. Jika pintar memilih produk yang kemudian booming, toko yang barupun lebih cepat dikenal karena menjadi pioneer yang menjual produk tersebut.<br />
<br />
<b>3. Mitra distributor resmi</b><br />
Grosir senior biasanya sudah bermitra dengan banyak distributor resmi yang menyediakan produk secara kontinyu dengan harga standar. Bagi toko lama yang sudah bisa "menjual", distribusi resmi seperti ini adalah kemudahan. Toko tidak perlu lagi berkelana mencari produk kemana - mana. Hanya fokus menjual, dan produk sudah diantar secara rutin. Bagi grosir baru yang belum mendapat suplai dari distributor resmi, kendala ini bisa jadi sebuah tantangan. Kanal distribusi itu bermacam - macam. Disamping distributor resmi lokal, ada distributor skala nasional. Misalnya hypermarket dan waralaba minimarket yang menjamur di mana - mana. Jika cerdik, seringkali harga di market - market modern tersebut sangat murah. Dengan kuantiti yg cukup dan timing jual yang tepat, toko grosir baru bisa mendominasi beberapa item produk dgn harga sangat murah dalam rentang waktu tertentu sehingga memancing pelanggan - pelanggan baru untuk datang. Bahkan bisa mengundang distributor resmi untuk datang dan mensuplay toko kita jika sirkulasi toko kita menjanjikan.<br />
<br />
<b>4. Konservatif</b><br />
Grosir lama cenderung konservatif. Selain orang - orangnya memang orang lama, mereka mungkin tidak punya waktu lagi untuk mempelajari teknologi baru karena terjebak rutinitas harian. Bagi pendatang baru yang enerjik, punya waktu luang (alias tokonya blom laris ^_^) dan mengerti teknologi, ini adalah tantangan sekaligus modal bagus untuk berkompetisi. Dengan landasan yang lebih modern dan kuat, toko bisa berkembang lebih cepat dan lebih solid dibanding toko grosir lama yang konservatif.<br />
<br />
<br />
<b>5. Hafal tren</b><br />
Karena sudah jalan bertahun - tahun, grosir senior biasanya sudah hafal dengan tren. Tahu stok apa yang perlu diperbanyak saat mau lebaran, apa yang laris saat banyak hajatan, saat musim hujan, saat kenaikan kelas, dan sebagainya. Bahkan hafal siklus panen karena itupun ada dampaknya terhadap sedikit/banyaknya transaksi. Untuk yang satu ini, pemain baru memang perlu jam terbang. Tidak bisa serta merta fasih dalam memprediksi apa yang mungkin terjadi di depan. Setahun pertama adalah tahun untuk belajar. Jika modal banyak dan berani belanja semua produk dalam jumlah banyak tanpa tahu siklus, bisa berabe, karena dalam setiap siklus ada produk yg promo, ada harga yang sedang naik tinggi, dan sebagainya. Murah hari ini dan besok bisa berbeda. Dalam prosesnya, kita perlu tahu kapan saatnya membeli dalam jumlah banyak, kapan membeli seperlunya, dan kapan sama sekali tidak perlu menjual suatu produk.<br />
<br />
<br />
Cuman 5? yah, sebenarnya tidak cuma itu, tapi karena dah capek, sementara itu dulu aja untuk sekedar berbagi info dan pengalaman. Besok - besok bisa disambung lagi kalau ada yang tertarik.<br />
<div>
<br /></div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com25tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-90242168997284657392012-11-22T21:35:00.000+07:002012-11-22T21:35:30.988+07:00Sarimi Gelas vs Migelas, Indofood vs MayoraSetelah malang melintang di pasar mie dalam gelas selama bertahun - tahun, akhirnya Migelas punya kompetitor kuat. Baru saja Indofood meluncurkan produk mie dalam gelas melalui brand Sarimi. Sarimi gelas. Ada 3 varian rasa , yaitu ayam, soto, dan kari. Agak aneh juga mengapa yang rasa baso tidak ada, padahal untuk migelas, rasa baso relatif paling laku dibanding varian rasa yang lain. Meski begitu, jika ditilik dari gramatur dan harga, Sarimi gelas jauh lebih unggul. Kalau rasa, masyarakat yang akan menilainya.<br />
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
Baru saja migelas menaikkan harga jual produknya hingga 20%. Sangat berani menurut saya mengingat gramatur/berat netto produk justru berkurang dari 32g menjadi 28g. Terigu 28g dikasih bumbu harganya seribu? Yang benar saja nih Mayora. Dengan harga yang sama, konsumen bisa mendapatkan mie rebus dengan berat netto dua kali lipatnya, bahkan lebih. Tidak heran meski pasarnya mungkin tidak terlalu besar, ada perusahaan lain yang ingin masuk ke pasar tersebut, dan kebetulan yang masuk adalah rajanya mie. Indofood.<br />
<br />
Bagaimana kira - kira persaingannya? Untuk sementara ini belum terlihat. Sarimi gelas baru saja beredar, iklanpun belum, animonya belum terbentuk, sementara migelas sudah jalan bertahun - tahun. Namun kalau dilihat potensinya, kans Sarimi gelas menggusur migelas cukup besar. Dimiliki perusahaan dengan basis dana yang kuat, distribusinya sangat merata, dan produknya berkualitas dengan bandrol harga lebih murah. Mayora sebagai produsen migelas patut waspada. Hampir semua lini produknya kini ada pesaingnya. Yang sedikit melegakan, yang dipakai untuk berkompetisi adalah brand Sarimi, bukan Indomie sebagai brand utama. Dalam kacamata saya, brand Sarimi seringkali digunakan untuk eksperimen. Dari sarimi isi 2, sarimi soto koya, dan sekarang sarimi gelas. Dalam arti, sebagai eksperimen, jika nggak laku - laku banget sudah biasa, bisa dimaklumi.<br />
<br />
Produk sarimi gelas sudah ada di pasaran. Yang layak ditunggu sekarang adalah iklannya. Eh,.. udah muncul belum ya iklannya?<br />
<br />
<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-30385974573573381542012-11-21T21:21:00.001+07:002012-11-21T21:21:22.997+07:00Indomie Goreng Cabe HijauProduk mie goreng dari Indofood sebenarnya sudah banyak sekali. Dari indomie goreng biasa, jumbo, versi premium dengan mie keriting, hingga versi pop mie. Itu belum yang diusung merk lain. Sarimi goreng isi 2 misalnya. Setelah sebelumnya muncul indomie goreng rendang, kini muncul satu varian rasa lagi. Indomie goreng cabe hijau.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Di tempat saya, performa Indomie memang kalah dibanding Mie Sedaap, baik versi goreng maupun versi rebusnya. Untuk mie sedaap, yang variatif hanya yang versi rebus, sementara yang goreng hanya ada 2 varian, itupun yang rasa sambal goreng kurang laku. Alih - alih bertarung di genre yang sama, Indomie justru memperbanyak varian rasa di jenis mie goreng. Apakah strategi seperti ini efektif meningkatkat omset, market share? Nampaknya iya,kalau tidak, varian yang ada mungkin berhenti di indomie goreng rendang,<br />
<br />
Saya sendiri mencoba menjual varian satu ini. Nggak banyak, cuman 10 dus buat coba - coba, mumpung masih promo.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com3