tag:blogger.com,1999:blog-2552115979951154862023-11-16T00:40:24.756+07:00Personal Blog of Gunawan - Inspiring Life, Love & LeadershipJust an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.comBlogger43125tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-51316342860713869422009-06-02T00:52:00.000+07:002009-06-05T15:58:38.983+07:00Pemancing Cilik<div align="justify"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/SijdtC2haxI/AAAAAAAAAgc/OO78l_yg7Uo/s1600-h/mancing22.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5343764723804498706" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand; HEIGHT: 139px" alt="" src="http://4.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/SijdtC2haxI/AAAAAAAAAgc/OO78l_yg7Uo/s200/mancing22.jpg" border="0" /></a>PADA tepian sebuah sungai, tampak seorang anak kecil sedang bersenang-senang. Ia bermain air yang bening di sana. Sesekali tangannya dicelupkan ke dalam sungai yang sejuk. Si anak terlihat sangat menikmati permainannya.<br /><br />Selain asyik bermain, si anak juga sering memerhatikan seorang paman tua yang hampir setiap hari datang ke sungai untuk memancing. Setiap kali bermain di sungai, setiap kali pula ia selalu melihat sang paman asyik mengulurkan pancingnya. Kadang, tangkapannya hanya sedikit. Tetapi, tidak jarang juga ikan yang didapat banyak jumlahnya.<br /><span class="fullpost"><br />Suatu sore, saat sang paman bersiap-siap hendak pulang dengan ikan hasil tangkapan yang hampir memenuhi keranjangnya, si anak mencoba mendekat. Ia menyapa sang paman sambil tersenyum senang. Melihat si anak mendekatinya, sang paman menyapa duluan. "Hai Nak, kamu mau ikan? Pilih saja sesukamu dan ambillah beberapa ekor. Bawa pulang dan minta ibumu untuk memasaknya sebagai lauk makan malam nanti," kata si paman ramah.<br /><br />"Tidak, terima kasih Paman," jawab si anak.<br /><br />"Lo, paman perhatikan, kamu hampir setiap hari bermain di sini sambil melihat paman memancing. Sekarang ada ikan yang paman tawarkan kepadamu, kenapa engkau tolak?"<br /><br />"Saya senang memerhatikan Paman memancing, karena saya ingin bisa memancing seperti Paman. Apakah Paman mau mengajari saya bagaimana caranya memancing?" tanya si anak penuh harap.<br /><br />"Wah wah wah. Ternyata kamu anak yang pintar. Dengan belajar memancing engkau bisa mendapatkan ikan sebanyak yang kamu mau di sungai ini. Baiklah. Karena kamu tidak mau ikannya, paman beri kamu alat pancing ini. Besok kita mulai pelajaran memancingnya, ya?"<br /><br />Keesokan harinya, si bocah dengan bersemangat kembali ke tepi sungai untuk belajar memancing bersama sang paman. Mereka memasang umpan, melempar tali kail ke sungai, menunggu dengan sabar, dan hup... kail pun tenggelam ke sungai dengan umpan yang menarik ikan-ikan untuk memakannya. Sesaat, umpan terlihat bergoyang-goyang didekati kerumunan ikan. Saat itulah, ketika ada ikan yang memakan umpan, sang paman dan anak tadi segera bergegas menarik tongkat kail dengan ikan hasil tangkapan berada diujungnya.<br /><br />Begitu seterusnya. Setiap kali berhasil menarik ikan, mereka kemudian melemparkan kembali kail yang telah diberi umpan. Memasangnya kembali, melemparkan ke sungai, menunggu dimakan ikan, melepaskan mata kail dari mulut ikan, hingga sore hari tiba.<br /><br />Ketika menjelang pulang, si anak yang menikmati hari memancingnya bersama sang paman bertanya, "Paman, belajar memancing ikan hanya begini saja atau masih ada jurus yang lain?"<br /><br />Mendengar pertanyaan tersebut, sang paman tersenyum bijak. "Benar anakku, kegiatan memancing ya hanya begini saja. Yang perlu kamu latih adalah kesabaran dan ketekunan menjalaninya. Kemudian fokus pada tujuan dan konsentrasilah pada apa yang sedang kamu kerjakan. Belajar memancing sama dengan belajar di kehidupan ini, setiap hari mengulang hal yang sama. Tetapi tentunya yang diulang harus hal-hal yang baik. Sabar, tekun, fokus pada tujuan dan konsentrasi pada apa yang sedang kamu kerjakan, maka apa yang menjadi tujuanmu bisa tercapai."<br /><br /><em>Sumber</em> : artikelmotivasi.blogspot.com</div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-7317128877039633922009-06-01T00:40:00.001+07:002009-06-05T15:45:30.058+07:00Apakah Tuhan Menciptakan Kejahatan?<div align="justify"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/Sija1dA8ArI/AAAAAAAAAgU/Zd_zJ5RBt1Y/s1600-h/einstein.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5343761569731576498" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand; HEIGHT: 150px" alt="" src="http://4.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/Sija1dA8ArI/AAAAAAAAAgU/Zd_zJ5RBt1Y/s200/einstein.jpg" border="0" /></a>SEORANG Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini, “Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”.<br /><br />Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, “Betul, Dia yang menciptakan semuanya”.“Tuhan menciptakan semuanya?” Tanya professor sekali lagi. “Ya, Pak, semuanya” kata mahasiswa tersebut.<br /><br />Profesor itu menjawab, “Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan.”<br />Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau Kekristenan itu adalah sebuah mitos.<br /><span class="fullpost"><br />Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?”.<br /><br />“Tentu saja,” jawab si Profesor,<br /><br />Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?”<br /><br />“Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?” Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.<br /><br />Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.”<br /><br />Mahasiswa itu melanjutkan, “Profesor, apakah gelap itu ada?”<br /><br />Profesor itu menjawab, “Tentu saja itu ada.”<br /><br />Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.”<br /><br />Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada?”<br /><br />Dengan bimbang professor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.”<br /><br />Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah, Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.”<br /><br />Profesor itu terdiam.<br />Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.</div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-77161148386046663912009-05-31T00:34:00.002+07:002009-05-31T00:34:00.253+07:00Perbedaan Persepsi<div align="justify"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShadN_Sb5jI/AAAAAAAAAgE/isnvnWJ_iZg/s1600-h/PP.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5338627271946921522" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand; HEIGHT: 200px" alt="" src="http://3.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShadN_Sb5jI/AAAAAAAAAgE/isnvnWJ_iZg/s200/PP.jpg" border="0" /></a>ADA seorang ayah yang menjelang ajalnya di hadapan sang Istri berpesan DUA hal kepada 2 anak laki-lakinya :<br /><br />- Pertama : Jangan pernah menagih hutang kepada orang yg berhutang kepadamu.<br />- Kedua : Jika pergi ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.<br /><br />Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.<br /><br />Pada suatu hari sang Ibu menanyakan hal itu kepada mereka.<br /><span class="fullpost"><br />Jawab anak yang bungsu :<br /><em>“Ini karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih”.<br /><br />“Juga Ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong, padahal sebetulnya saya bisa berjalan kaki saja, tetapi karena pesan ayah itu, akibatnya pengeluaranku bertambah banyak”.<br /></em><br />Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang Ibu pun bertanya hal yang sama.<br /><br />Jawab anak sulung :<br /><em>“Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena Ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak pernah menghutangkan sehingga dengan demikian modal tidak susut”.<br /><br />“Juga Ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam.<br />Karenanya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup.”<br /><br />“Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama”.<br /></em><br /><strong>Moral Cerita :</strong><br />Kisah diatas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan presepsi yang berbeda.<br />Jika kita melihat dengan positive attitude maka segala kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan membuat kita sukses tetapi kita bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena rutinitas kita… pilihan ada di tangan anda.<br /><br /><em>‘Berusahalah melakukan hal biasa dengan cara yang luar biasa’</em><br /><br /><em>Sumber</em> : motivasi.web.id </div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-11680124685157368812009-05-30T00:28:00.000+07:002009-05-30T00:28:00.829+07:00Siapa Bilang Kerja Ikhlas Bukan Investasi?<div align="justify"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShZGf9Mf7AI/AAAAAAAAAfc/AGrWxJKEi_8/s1600-h/SBKKBI.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5338531923111177218" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 167px; CURSOR: hand; HEIGHT: 200px" alt="" src="http://3.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShZGf9Mf7AI/AAAAAAAAAfc/AGrWxJKEi_8/s200/SBKKBI.jpg" border="0" /></a>BELASAN tahun yang lalu …<br /></div><div align="justify">Seorang mahasiswa bertubuh kurus kering mendatangi sebuah warung makan yang terletak di dekat kampusnya, UNPAD di jl. Dipati Ukur. Kampus sebuah perguruan tinggi negeri favorit di Bandung. Ibu pemilik warung yang memang biasa melayani para mahasiswa tersebut menyambutnya dengan ramah.<br /><br />”Silahkan Dik, mau makan nasi pakai lauk apa?” tanyanya.<br /><br />”Kalau sebungkus nasi harganya berapa Bu?” si mahasiswa balik bertanya.<br /><br />”Lima ratus rupiah, Dik. Lauknya mau apa saja? Silahkan pilih”, jawab si pemilik warung.<br /><span class="fullpost"><br />”Kalau sepotong daging rendang harganya berapa Bu?” tanya si mahasiswa lagi.<br /><br />”Dua ribu saja”, jawab si pemilik warung.<br /><br />Si mahasiswa terlihat mengerenyitkan dahi dan berpikir. ”Kalau sayur lodeh jadi berapa Bu?” tanyanya lagi.<br /><br />Begitu seterusnya si mahasiswa menanyakan satu persatu harga masakan yang ada di warung itu. Setiap kali diberitahu harganya, si mahasiswa terlihat terdiam sejenak dan terus menanyakan harga masakan lainnya yang ada di warung itu. Sementara sang pemilik warung berusaha menjawab satu persatu dengan sabar.<br /><br />Sampai akhirnya si mahasiswa bertanya, ”Kalau kuahnya saja tanpa tanpa daging berapa Bu?”<br /><br />”Oh, kalau kuahnya gratis, Dik”, jawabnya.<br /><br />”Oh…., kalau begitu saya beli nasi satu porsi saja tetapi disiram kuah rendang atau kuah soto. Jadi hanya lima ratus rupiah ya Bu,” kata si mahasiswa sambil mengeluarkan uang lima ratus rupiah.<br /><br />”Mohon maklum ya Bu, uang kiriman orang tua saya sangat terbatas. Sedangkan saya harus segera menyelesaikan skripsi saya yang membutuhkan banyak biaya. Jadi terpaksa harus ngirit”, katanya dengan nada malu-malu.<br /><br />”Pasti mahasiswa ini berasal dari keluarga miskin yang tinggal di luar kota”, pikir sang pemilik warung. ”Tetapi dia pasti membutuhkan banyak gizi agar dapat cepat menyelesaikan skripsinya”, pikirnya lagi.<br /><br />Sang ibu pemilik warung yang merasa iba lalu menyelipkan sepotong telur yang tidak terlihat di bagian tengah nasi yang dibungkusnya, sebelum menyiramnya dengan kuah rendang.<br /><br />Keesokan harinya, si mahasiswa kembali ke warung tersebut. Dia hanya berkata dengan malu-malu, ”Beli nasi seperti yang kemarin, ya Bu. Disiram kuah rendang atau kuah soto…”. Lalu dia membayar lima ratus rupiah saja dan tidak berkata apa-apa lagi.<br /><br />Begitu seterusnya. Setiap hari si mahasiswa pendiam memesan makanan yang sama dan si pemilik warung selalu tak pernah lupa menyelipkan sebutir telur, terkadang sepotong daging rendang ke dalam nasi yang dibungkusnya. Sang pemilik warung melakukan ini dengan hati yang ikhlas ingin membantu si mahasiswa miskin tersebut.<br /><br />Setelah beberapa minggu berlalu, si mahasiswa itu tiba-tiba menghilang. Dia tidak pernah menampakkan diri lagi di warung itu. ”Mungkin dia sudah lulus menjadi sarjana dan kembali ke kota asalnya”, pikir sang pemilik warung. Sang pemilik warung pun melupakannya.<br /><br />Belasan tahun kemudian…<br /><br />Sang pemilik warung benar-benar sedang kalut. ”Hari ini adalah hari terakhir warung kita buka. Besok warung kita akan digusur karena ada pembangunan monumen xxxxxxxxx”, katanya kepada anak-anaknya sambil berlinang air mata. Anak-anaknya yang masih kuliah serta yang masih duduk di bangku SMA duduk diam terpaku merenungi nasib mereka.<br /><br />”Ya, Tuhan…! Dengan apa aku harus membiayai sekolah anak-anakku setelah warung ini digusur?”, jeritnya dalam hati.<br /><br />Semakin sesak perasaan hatinya, kala teringat uang tabungannya yang telah ludes untuk membiayai pengobatan rumah sakit anaknya yang bungsu. Tidak ada lagi uang untuk biaya membuka warung di tempat lain.<br /><br />Tiba-tiba saja, sebuah mobil berhenti tepat di depan warungnya. Seorang pria berdasi yang tidak dikenalnya menghampiri dan berkata, ”Bu, besok warung ini akan digusur bukan? Apakah Ibu sudah memutuskan akan pindah ke mana?” tanyanya lagi.<br /><br />”Belum, Pak…”, jawab sang pemilik warung dengan terbata-bata.<br /><br />”Bagus! Kalau begitu, mulai besok Ibu bisa berjualan di kantin kami di gedung perkantoran xxxxxx”, katanya menyebutkan sebuah gedung perkantoran yang cukup megah di pusat kota Bandung.<br /><br />”Tapi Pak, kami tidak mampu membayar biaya sewanya. Apalagi di gedung itu, pasti mahal sekali biaya sewanya”, kata sang pemilik warung.<br /><br />”Ibu tenang saja … karena di sana Ibu tidak usah membayar sewa sama sekali. Tempat untuk Ibu berjualan sudah disediakan oleh Direktur perusahaan kami. Ibu boleh memakainya untuk berjualan makanan sampai kapan pun Ibu mau.”<br /><br />”Haaahh…! Siapa direktur itu? Saya tidak punya kenalan direktur…”, kata sang pemilik warung dengan sangat terkejut.<br /><br />”Saya sendiri tidak begitu mengenalnya… karena saya staf baru di perusahaan kami”, kata si pria tersebut. ”Tetapi Pak Direktur titip pesan, katanya dahulu sewaktu kuliah dia sangat menyukai telur dan daging rendang masakan Ibu. Mulai besok dia ingin makan masakan itu lagi di kantornya…”.<br /><br />* * *<br />Dari peristiwa itu, saya bisa belajar satu hal bahwa kebaikan yang dijalankan dengan hati penuh ikhlas adalah investasi. Semua Investasi pasti akan menghasilkan. Investasi kebaikan saat ini akan menghasilkan kebaikan pula di kemudian hari, walau pun kita belum tahu wujud kebaikan yang akan terjadi nanti.<br /><br />Dengan bekerja ikhlas kita tidak memperdulikan balasan atau pun imbalan dari perbuatan kita. Seperti matahari pagi yang tetap bersinar setiap pagi, tidak pernah mengharapkan sinarnya dipantulkan kembali kepada matahari.<br /><br />Tetaplah bekerja dengan x-tra kerja ikhlas! Faktor X ke tiga dalam fondasi kesuksesan seseorang, seperti yang saya jelaskan pada buku unik bestseller ”8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit: Rahasia Dahsyat Meraih Impian”.<br /><br />Ingatlah! Bahwa walau pun semua orang di dunia tidak peduli dan menutup mata terhadap apa pun keikhlasan yang kita perbuat, tetapi Tuhan akan selalu peduli dan tidak akan menutup mata Nya kepada keikhlasan hati kita.<br /><br />Di saat yang TEPAT Dia akan memanggil malaikat Nya, ”Kat, Kat, malaikat…kasih BERKAT untuk orang yang ikhlas itu”.<br /><br />Mengenai Faktor X ke tiga dari fondasi kesuksesan, yaitu x-tra Kerja Ikhlas, anda dapat membacanya lebih lengkap di buku “8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit”. “Buku Ajaib” yang dapat mengubah hati banyak orang, demikian komentar banyak orang yang telah membacanya. [Victor Asih]<br /><br /><em><span style="color:#ffff33;">>> Victor Asih, Founder Sekolah Bisnis Gratis USB, Mentor, Entrepreneur, Inspirator, Motivator, Software Engineer & Information Technology Consultant, Kolumnis, Penulis Buku Unik Bestseller “8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit”. Penulis bisa dihubungi melalui email victorasih@yahoo.co.id atau kunjungi websitenya www.usbschool.com atau blog usbschool.blogspot.com </span></em></div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-68617967309340713382009-05-29T00:19:00.000+07:002009-05-29T00:19:00.211+07:00Kekerasan Yang Dilakukan Pada Anak Atas Nama Cinta<div align="justify"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShYomLXGDtI/AAAAAAAAAfU/fRuztyjoLM4/s1600-h/KPAANC.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5338499044644097746" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 167px; CURSOR: hand; HEIGHT: 200px" alt="" src="http://3.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShYomLXGDtI/AAAAAAAAAfU/fRuztyjoLM4/s200/KPAANC.jpg" border="0" /></a>SAAT anda membaca judul artikel ini gambar apa yang muncul di benak anda? Saya yakin yang muncul pastilah gambar, memori, atau film tentang kekerasan fisik yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak. Bisa jadi memori ini muncul karena anda pernah membaca, mendengar, melihat, atau mengalami sendiri bentuk kekerasan fisik ini. Atau mungkin yang muncul adalah gambar mental tentang kekerasan seksual pada anak.<br /><br />Bagaimana reaksi anda bila melihat anak yang babak belur di(h)ajar orangtuanya atau yang mengalami pelecehan seksual?<br /><br />Pastilah sangat sedih, kecewa, atau bahkan marah sekali. Bisa juga anda merasa begitu iba terhadap nasib si anak.<br /><span class="fullpost"><br />Nah, dalam artikel ini saya tidak akan membahas mengenai bentuk kekerasan seperti yang saya jelaskan di atas. Bentuk kekerasan di atas adalah yang tampak oleh mata. Ada bentuk kekerasan lain, yang justru jauh lebih kejam dan sangat-sangat negatif terhadap perkembangan diri anak, yang tidak tampak oleh mata.<br /><br />Berbeda dengan luka fisik yang secara otomatis akan sembuh, walau mungkin akan meninggalkan bekas, luka (batin) akibat bentuk kekerasan ini tidak akan bisa mengering dan sembuh. Luka ini akan selalu terbawa menyertai hidup anak hingga ia dewasa, tua, dan meninggal, kecuali bila ia menyadarinya dan segera dilakukan intervensi untuk menyembuhkan luka ini.<br /><br />Yang lebih menyedihkan lagi, orangtua yang tidak menyadari hal ini, sering menoreh luka baru di atas luka lama yang belum sembuh. Bisa dibayangkan betapa sakitnya.<br /><br />Nah, apa sih bentuk kekerasan pada anak yang tidak tampak oleh mata?<br /><br />Sebelum saya menjelaskan lebih lanjut saya ingin menjelaskan mengapa saya menulis artikel ini. Ceritanya begini. Saya banyak melakukan terapi. Umumnya yang saya terapi adalah orang dewasa dengan berbagai masalah. Dari sekian banyak klien yang saya tangani, saat saya membimbing pikiran klien untuk mencari dan menemukan akar masalah mereka, dengan teknik terapi tertentu, lebih dari 95% masalah selalu berawal di masa kecil mereka, yaitu umumnya pada usia sebelum 7 tahun. Ada juga yang berawal di antara usia 7 – 10 tahun. Masalah yang paling sering saya jumpai adalah kekerasan emosi.<br /><br />Nah, terjawab sudah pertanyaan di atas. Kekerasan pada anak yang dilakukan oleh orangtua, yang tidak tampak oleh mata, adalah kekerasan emosi.<br /><br />Kekerasan emosi didefinisikan sebagai segala sesuatu, yang dilakukan oleh orangtua, orang tua, termasuk sekolah, dan lingkungan, yang merusak harga diri atau citra diri anak.<br /><br />Apa saja contohnya? Wah banyak sekali. Antara lain membiarkan anak kesepian, tidak ada kedekatan emosional, tidak memberikan anak sentuhan fisik, mengabaikan anak, menolak anak, mendiamkan anak, tidak berkomunikasi dengan anak, tidak mengijinkan anak mengungkapkan emosi yang ia rasakan, membuat anak merasa bersalah, memarahi anak dengan keras untuk hal-hal sepele, menyebut anak dengan sebutan “anak bodoh” atau “goblok”, atau tidak segera membantu saat anak diejek (bully).<br /><br />Bentuk lain kekerasan emosi terhadap anak adalah saat orangtua menuntut anak menjadi anak yang manis dan sempurna menurut standar orangtua. Orangtua tipe ini beralasan bahwa mereka melakukannya karena demi kebaikan anak. Orangtua ini yang paling sering menggunakan kata “Jangan” dan “Tidak boleh” dan biasanya sangat menuntut (demanding). Mereka ingin anak bisa melakukan sempurna seperti yang mereka inginkan.<br /><br />Tuntutan yang seringkali tidak masuk akal, karena tidak sesuai dengan usia anak, atau melebihi kemampuan anak untuk memenuhinya, membuat anak menjadi cemas dan akhirnya menutup diri.<br /><br />Orangtua, yang biasanya memaksa anak berkembang menurut kecepatan yang tidak masuk akal, demi memuaskan ambisi dan nafsu pribadi, beralasan bahwa semua ini dilakukan demi kebaikan dan masa depan anak. Orangtua beralasan bahwa bila anak tidak di(h)ajar sejak dini, dengan berbagai les atau pelajaran, maka anak akan tertinggal dan akan sulit bersaing di masa depan.<br /><br />Benarkah demikian?<br /><br />Kekerasan emosi yang tejadi pada anak saat ini terjadi secara intens dan sistematis terutama di sekolah. Kurikulum pendidikan yang begitu berat, proses pembelajaran yang tidak membelajarkan dan tidak berpihak pada anak, tuntutan untuk perform, baik yang diminta oleh sekolah maupun oleh orangtua, atas nama cinta dan masa depan anak, membuat emosi anak kerdil dan akhirnya berhenti berkembang.<br /><br />Seorang klien, sebut saja Bu Reni, marah besar saat ia merasa sekolah tempat putrinya menuntut ilmu tidak bisa mengajar seperti yang ia harapkan. Bu Reni tanpa banyak bicara langsung memutuskan untuk memindahkan anaknya ke sekolah lain yang ia rasa bagus.<br /><br />Bagaimana hasilnya? Malah tambah parah. Di sekolah baru ini putrinya merasa semakin berat dan tersiksa. Begitu banyak PR yang harus dikerjakan dan setiap hari ada ulangan. Padahal putri Bu Reni baru kelas 4 SD.<br /><br />Apa yang membuat Bu Reni marah besar dan memutuskan memindahkan anaknya ke sekolah lain?<br /><br />Ternyata Bu Reni merasa malu karena putrinya kalah fasih berbahasa Inggris dibandingkan dengan anak temannya. Di sini tampak sekali bahwa keputusan yang ia buat untuk memindahkan putri lebih didasarkan pada gengsi semata dan bukan dengan pertimbangan demi kebaikan putrinya.<br /><br />Saat ini Bu Reni pusing dan stress karena harus membantu dan menemani putrinya belajar setiap hari. Bu Reni merasa putrinya merampok waktu senggangnya. Tekanan yang dialami oleh Bu Reni akhirnya berimbas kepada putrinya juga.<br /><br />Satu kasus lagi adalah seorang Ibu yang marah sekali dan berkata bahwa anaknya sangat bodoh karena tidak bisa menguasai bahasa dan tulisan Mandarin padahal sudah dileskan kepada guru yang sangat terkenal.<br /><br />Saat saya tanya berapa usia anak Ibu ini saya mendapat jawaban yang sungguh mengagetkan dan memprihatinkan. Ternyata anak Ibu ini baru berusia 3 (tiga) tahun. Ini yang bodoh dan goblok apakah anaknya atau Ibunya ya?<br /><br />Anak usia 3 tahun tidak butuh pelajaran Mandarin. Anak butuh bermain dan bermain. Mengapa? Karena dengan bermain anak akan berkembang. Anak butuh kasih sayang, perhatian, dan dukungan orangtua.<br /><br />Sudah saatnya kita sebagai orangtua berani berkata jujur pada diri sendiri, “Apakah yang saya lakukan ini sungguh-sungguh demi anak ataukah sekedar demi memuaskan ego atau gengsi saya? Apakah yang saya lakukan ini benar-benar suatu kebaikan ataukah kekerasan yang dengan mengatasnamakan cinta?”<br /><br />Yang lebih penting lagi adalah beranikah orangtua bertanya kepada diri sendiri, "Jika posisinya dibalik, saya menjadi anak dan anak menjadi saya, maukah saya diperlakukan seperti ini?". [Adi W. Gunawan]</div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-30212026174486615072009-05-28T00:15:00.001+07:002009-05-28T00:15:00.649+07:00The PARIS Formula Untuk Sukses Anda<div align="justify"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShYnMhxnluI/AAAAAAAAAfM/pY3DWYJ5VOA/s1600-h/TPFSA.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5338497504472700642" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 150px; CURSOR: hand; HEIGHT: 200px" alt="" src="http://2.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShYnMhxnluI/AAAAAAAAAfM/pY3DWYJ5VOA/s200/TPFSA.jpg" border="0" /></a>KALAU saya memiliki obat mujarab yang menjamin siapapun yang meminumnya pasti ditanggung 100% sukses, berapa Anda mau beli? Pasti berapapun Anda mau! Masalahnya itu adalah hal yang tidak mungkin. Sukses adalah perjalanan hidup yang tak seorangpun bisa menduga. Anda yang dilahirkan oleh keluarga sukses bisa saja mati dalam keadaan miskin. Sebaliknya, Anda yang dilahirkan miskin bisa saja mati dalam keadaan kaya raya dan bahagia. Bisa juga Anda dilahirkan oleh keluarga kaya raya dan mati dalam keadaan kaya raya dan bahagia pula. Kalau Anda termasuk yang ini, selamat! Anda benar-benar orang yang beruntung. Semoga saja, tidak satupun dari Anda yang dilahirkan miskin dan mati dalam keadaan miskin pula.<br /><br />Jadi, terbuka peluang sukses bagi siapa saja! Anehnya, tidak banyak orang yang sadar akan peluang emas ini. Peluang emas? Iya, karena sukses bisa menjadi milik siapa saja, termasuk Anda! Tapi kalau demikian, konsekwensinya kegagalan juga bisa menjadi milik siapa saja? Iya, benar! Tapi itu bukan keahlian saya untuk mempersiapkan orang menjadi gagal. Saya memilih menjadi ahli dibidang mempersiapkan orang menjadi sukses. Jadi kita bicara bagaimana menyiapkan diri kita menjadi sukses saja.<br /><span class="fullpost"><br />Sukses bagi satu orang bisa berbeda ukurannya dengan orang lain. Ada yang mengatakan bahwa orang dikatakan sukses apabila mereka kaya raya. Itu benar. Ada juga yang mengatakan sukses adalah kalau kita menjadi orang yang terkenal. Itu juga bisa. Ada yang mengatakan bahwa sukses adalah bila kita memiliki kekuasaan. Itu juga tidak salah. Apapun definisinya, pada prinsipnya sukses adalah mendapatkan yang kita mau!<br /><br />Dalam kesempatan ini saya akan membawa Anda untuk sukses melalui jalur PARIS, yang merupakan akronim dari Passion, Action, Result, Improvement, and Success. Mari kita bahas satu persatu.<br /><br /><strong>Passion </strong><br />Untuk sukses Anda perlu passion. Passion adalah suatu terminologi untuk menggambarkan seberapa besar kita ingin mendapatkan apa yang kita mau. Passion menunjukkan seberapa kita “bernafsu” atas apa yang kita mau, seberapa besar kita ingin mewujudkan apa yang kita mau, seberapa besar kita mau berkorban untuk mendapatkan apa yang kita mau. Jadi passion akan mencakup motivasi, keteguhan, kesabaran, hasrat, kerelaan, keihlasan, imajinasi, dan keyakinan.<br /><br />Passion yang kuat akan mendekatkan kita pada terwujudnya apa yang kita mau. Bahkan ada yang mengatakan bahwa seseorang yang tidak dapat mendapatkan apa yang ia mau bisa jadi karena passionnya yang belum cukup kuat. Mari kita renungkan, seberapa kuat passion kita?<br /><br /><strong>Action </strong><br />Berapapun dekatnya suatu tujuan tidak akan pernah tercapai apabila kita tidak memulai langkah pertama. Jarak ribuan kilometer terdiri dari selangkah demi selangkah yang akhirnya mendekatkan kita pada tujuan yang ingin kita capai. Jadi, jangan pernah berpikir kalau kita akan mendapatkan yang kita mau tanpa bergerak, tanpa berbuat, tanpa action! Action, action, dan action! Apa sih artinya cita-cita tinggi, persiapan dan perhitungan yang rumit, serta modal yang berlimpah apabila kita tidak bergerak untuk memulai? Banyak orang sukses justru langsung “action” saat mereka memiliki hasrat. Tanpa pertimbangan? Tanpa persiapan? Bukan begitu filosofinya. Tapi mereka memahami bahwa mereka bisa learning by doing. Percuma saja kalau cuma learning without doing.<br /><br />Inilah apa yang disebut dengan the power of action. Langkah pertama Anda akan memperingan langkah berikutnya. Seperti halnya orang mengayuh sepeda, putaran pertama selalu lebih berat dari pada putaran berikutnya. Kalau sudah melaju, putaran berikutnya menjadi ringan, dan semakin lama semakin ringan. Demikian pula action. Berat memulainya tetapi bila sudah action, akan menjadi ringan dan akhirnya menjadi kebiasaan.<br /><br /><strong>Result </strong><br />Sukses adalah mendapatkan hasil. Tidak selalu hasil dalam bentuk uang, atau materi lainnya, namun bisa saja hasil dalam bentuk kepuasan batin dan bentuk yang tidak berwujud (intangible) lainnya. Dalam melangkah kita harus jelas apa hasil yang kita harapkan. Kita tidak bergerak berputar kesana kemari untuk sok sibuk saja, tetapi kita berbuat untuk mendapatkan hasil.<br /><br />Agar kita mendapatkan hasil kita harus pandai-pandai membuat hasil mendekat kepada kita. Bukannya kita yang harus berjalan dan bertindak menuju hasil yang diharapkan? Iya benar. Namun kita juga bisa mendekatkan hasil yang berjalan kepada kita. Bagaimana caranya?<br /><br />Beberapa cara dapat kita lakukan agar result mendekat kepada kita. Yang pertama adalah dengan cara berdoa. Berdoa? Kok klasik banget? Iya, memang klasik tetapi ini sangat ampuh, manjur, dan terbukti. Dengan berdoa kita akan selalu mengklarifikasikan apa yang kita mau. Kita akan memperjelas apa yang kita mau dari satu doa ke doa berikutnya. Doa berisi restatement of the goal. Jadi dengan berdoa kita semakin jelas dengan tujuan kita. Langkah berikutnya adalah dengan visualisasi, yaitu membawa tujuan yang akan kita capai seolah-olah ada di depan mata kita. Hal ini sudah banyak dilakukan orang dan terbukti kebenarannya. Cara yang ketiga untuk mendekatkan tujuan kepada kita adalah dengan masuk pada orbit yang benar, yaitu orbit dimana orang-orang yang memiliki tujuan sejenis berada. Kalau kita ingin menjadi penyanyi terkenal maka dekat-dekat dengan penyanyi terkenal akan mendekatkan kita pada tujuan, dalam arti tujuan mendekat kepada kita.<br /><br /><strong>Improvement<br /></strong>Hambatan dan tantangan adalah sahabat orang sukses. Demikian pula kegagalan. Orang sukses justru sering gagal? Iya. Memang begitu. Tingkat kegagalan saya memasukkan bola ke gawang lawan lebih sedikit dibandingkan dengan David Beckham. Jadi David Beckam lebih banyak gagalnya dari pada saya. Mengapa? Karena saya tidak pernah bermain sepak bola, dan kalaupun bermain sepak bola termasuk orang yang tidak diperhitungkan. Sedangkan David Beckham bermain sepak bola hampir setiap hari sehingga dia mencoba memasukkan bola ke gawang lawan hampir setiap hari pula. Tentu saja banyak yang gagal, tetapi kalau dihitung yang berhasil? Tentu banyak pula yang berhasil. Disinilah kita harus memandang hambatan, tantangan, dan kegagalan dari kacamata yang berbeda. Kegagalan bukan untuk ditangisi tetapi untuk diperbaiki. It’s a matter of improvement!<br /><br />Improvement akan memperbesar result, mempermudah action, dan memperkuat passion. Dengan demikian improvement bukanlah pekerjaan sekali, pekerjaan yang sekali dilakukan kemudian habis perkara. Bukan seperti itu. Perbaikan harus dilakukan berkesinambungan, terus menerus. Continuous improvement!<br /><br /><strong>Success<br /></strong>Setelah melewati tahapan-tahapan yang diformulasikan dengan PARIS ini, sampailah kita pada sukses. Suskses adalah yang kita tuju. Setelah sukses kemudian apa lagi? Sukses harus melahirkan kesuksesan lainnya. Orang yang sukses dalam berbagai bidang bukan orang super, tetapi orang yang pandai melahirkan sukses kecil, kemudian menjadi kesuksesan kecil lainnya, dan terus beranak pinak menjadi suskses-sukses yang lain.<br /><br /><strong>The PARIS Formula<br /></strong>Akhirnya passion, action, result, improvement, dan success telah kita lalui. Jalan menuju PARIS tersebut bukanlah jalan yang tak mungkin dilakukan oleh siapa saja. PARIS adalah milik semua orang yang mau sukses! Selamat, Anda salah satunya. [Agung Praptapa]<br /><br /><em><span style="color:#ffff33;">>> Agung Praptapa, adalah seorang dosen, pengelola Program Pascasarjana Manajemen di Universitas Jenderal Soedirman, dan juga sebagai konsultan dan trainer profesional di bidang personal and organizational development. Alumni UNDIP, dan kemudian melanjutkan studi pascasarjana ke Amerika dan Australia, di University of Central Arkansas dan University of Wollongong. Mengikuti training dan mempresentasikan karyanya di berbagai universitas di dalam negeri maupun di luar negeri termasuk di Ohio State University, Kent State University, Harvard University, dan University of London. Agung Praptapa juga seorang entrepreneur di bidang konsultasi bisnis, pendidikan, elpiji dan minuman sehat. Alumni Writer Schoolen dan Trainer Schoolen. Website: www.praptapa.com; Email: praptapa@yahoo.com.</span></em></div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-82447252058756399602009-05-27T01:10:00.001+07:002009-05-27T01:10:00.237+07:00Kekuatan Kata-kata Positif<div align="justify"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShYmAsrqpQI/AAAAAAAAAfE/9KwCIUTTSJ8/s1600-h/KKKP.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5338496201730467074" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand; HEIGHT: 150px" alt="" src="http://1.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShYmAsrqpQI/AAAAAAAAAfE/9KwCIUTTSJ8/s200/KKKP.jpg" border="0" /></a>MEMBACA karya Joe Vitale dalam ‘Zero Limits, Metoda Rahasia Hawaii untuk Memperoleh Kekayaan, Kesehatan, Kedamaian dan Banyak lagi’ sangat luar biasa inspiratif. Posisi Joe Vitale dalam buku tersebut adalah pihak yang menjelaskan pertemuan dengan sosok Ihaleakala Hew Len yang memiliki cara penyembuhan yang agak aneh.<br /><br />Salah satu hal yang aneh tersebut adalah Hewlen menyembuhkan sebangsal penuh narapidana yang sakit jiwa tanpa pernah melihat seorang pun dari mereka secara profesional. Ternyata Hew Len menggunakan metoda penyembuhan dengan sebuah cara “pembersihan diri” secara terus menerus kepada diri sendiri. Lebih jelasnya pembersihan diri tersebut adalah dengan ungkapan “Saya mengasihi Anda”, “Maafkanlah Saya”, “Terimakasih”, dan terakhir adalah “Salam kedamaian”.<br /><span class="fullpost"><br />Dalam pandangan Hew Len, untuk memperbaiki dunia, lingkungan atau siapapun maka langkah awal yang harus dilakukan adalah memperbaiki diri sendiri terus menerus. Sehingga diri kita selalu dalam keadaan bahagia, damai dipenuhi rasa cinta dan kasih sayang kepada semua makhluk baik yang bernyawa maupun yang kelihatan tidak bernyawa. Dan semua “kegagalan” di dunia ini menjadi 100% tanggung jawab kita.<br /><br />Ketika tanggung jawab sudah 100% kita ambil, maka tidak ada lagi alasan untuk menyalahkan orang lain, mencari kambing hitam dan alasan-alasan lainnya yang dicari-cari. Bila semua orang memiliki sikap seperti ini maka dunia ini akan sangat damai, dan dipenuhi dengan energi positif yang bertebaran di atmosfer ini. Universe akan tersenyum melihat mental-mental manusia yang sehat, sikap-sikap manusia sebagai pemimpin dunia yang fair.<br /><br />Secara jujur kita sadari, dunia kita sudah terlalu sesak dipenuhi energi negatif yang bertebaran di sana-sini. Entah berapa perbandingan kuantitatif antara energi negatif dan positif yang bertebaran. Tapi konon ada pandangan yang mengatakan bahwa 9 energi negatif akan netral dengan 1 energi positif. Benarkah? Memang kita belum memiliki bukti secara ilmiah yang menyimpulkan tesis tersebut. Tapi secara sederhana kita bisa membuktikan, kalau ada sekelompok orang yang bertikai, kemudian datang seorang arif bijak yang mendamaikan pertikaian tersebut, besar kemungkinan pertikaian tadi bisa dihentikan.<br /><br />Kalau kita mengambil tanggung jawab 100% untuk membuat kebaikan di lingkungan sekitar kita, maka 1:10 atau bahkan lebih banyak lagi bisa membuat energi positif bertebaran di alam ini. Apa sih susahnya untuk mengatakan “Saya Mengasihi Anda”, “Terimakasih”, “Maafkanlah Saya”, “Salam kedamaian”, atau bisa ditambah lagi dengan kata-kata lain seperti “Sukses Selalu buat Anda”, “Bahagia selalu untuk Anda”, “Keberkahan untuk Anda” dll. Isinya adalah doa-doa baik untuk orang sekitar kita dan ungkapan rasa syukur.<br /><br />Mau mencoba? Ya, harus kita coba dulu efektifitas ungkapan kata-kata tersebut. Dan ungkapan tadi tidak hanya kepada manusia, kepada benda, hewan atau makhluk tidak hidup lainnya juga patut untuk diungkapkan. Tidak heran kalau penelitian Masaru Emoto dalam The Power of Water yang meneliti tentang air yang diberi ungkapan-ungkapan yang baik-baik akan membentuk kristal yang sangat indah. Sementara air yang dimaki, dimarahi, dibenci akan memunculkan kristal yang jelek.<br /><br />Memang tidak cukup hanya dengan mengeluarkan kata-kata tersebut di atas lantas akan memperbaiki segalanya. Lakukan berulang-ulang kata-kata tersebut di atas sampai menyatu dengan diri kita. Apabila kata sudah menyatu dengan pikiran dan hati, siapa yang tahu akan memunculkan keajaiban-keajaiban. Tapi kata-kata tersebut di atas bagi yang mengucapkan dengan sepenuh hati akan memunculkan perasaan bahagia dan damai setiap saat.<br /><br />Di sisi lain, kita akan terpelihara dari godaan-godaan untuk mengeluarkan kata-kata yang tidak bermanfaat. Sebenarnya kata-kata yang kita ungkapkan memiliki makna berbeda setelah masuk ke dalam pikiran kita. Pikiran akan memberikan gambaran atas kata yang kita ucapkan. Ketika kita mengucapkan kata mengasihi maka pikiran menggambarkan seseorang yang mengusap-usap seseorang (anak kecil), atau memberikan perhatian kepada orang yang kesusahan atau memberikan menjaga orang yang membutuhkan bantuan.<br /><br />Ketika mengungkapkan kata “Maafkan saya”, ketika itu pula ada rasa melepaskan energi negatif dan beban yang ada di pikiran dengan sebuah pengakuan. Dan orang yang mendengar kata-kata tersebut juga akan muncul rasa yang lembut yang juga mengucapkan kata yang sama, “Maafkan saya juga”.<br /></div><div align="justify">Luar biasa indah dunia ini kalau diisi dengan kata-kata yang berenergi positif. Sudah saatnya kita menyadari akan kekuatan ikhlas, kekuatan kebahagiaan, kekuatan kedamaian, kekuatan cinta dan kasih sayang, kekuatan syukur. Ucapkan kata-kata tersebut terus menerus setiap saat maka kita akan senantiasa berada dalam pencerahan yang luar biasa.<br /><br />Salam kedamaian, salam kebahagiaan, saya mengasihi Anda, terimakasih, maafkan atas segala kesalahan saya. Sukses selalu buat Anda. [>>]<br /><br /><em><span style="color:#ffff33;">>> Penulis adalah GM Radar Pekalongan. Bisa dihubungi di asepradar@gmail.com dan http://langitbirupekalongan.blogspot.com </span></em></div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-63249344024610156382009-05-26T01:00:00.002+07:002009-05-26T01:00:00.420+07:00Kebiasaan Pesimis<div align="justify"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShYjzRY3HlI/AAAAAAAAAe0/1l4O5jMQw_k/s1600-h/KP.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5338493772042280530" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 174px; CURSOR: hand; HEIGHT: 200px" alt="" src="http://1.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShYjzRY3HlI/AAAAAAAAAe0/1l4O5jMQw_k/s200/KP.jpg" border="0" /></a>PERHATIKANLAH percakapan singkat antara ibu dan anaknya berikut ini. Namun sebelumnya saya akan menceritakan secara singkat latar belakang percakapan mereka. Sang ibu ternyata sedang berbelanja bersama anaknya yang berumur 8 tahun. Mereka berdua, setelah berbelanja, menuju ke tempat parkir, dimana mobil mereka diparkir. Dan inilah percakapan mereka:<br /><br />Anak: Ibu, sisi mobil ini yang penyok.Ibu: Sial, Bob (suaminya) pasti marah besar.<br /><br />Anak: Ayah menyuruh ibu untuk selalu memarkir mobil barunya jauh dari mobil-mobil yang lain.Ibu: Sial, hal-hal seperti ini selalu saja menimpaku. Aku sangat malas, aku hanya tidak ingin membawa barang belanjaan dari tempat yang jauh. Bodoh sekali aku ini.<br /><span class="fullpost"><br />Seperti yang Anda lihat dan rasakan, kejadian seperti ini terkadang menimpa seseorang, tapi bukan kejadiannya yang akan kita fokuskan pada artikel kali ini. Tapi pada percakapan sederhana dan yang terus berulang, yang kebanyakan orang lakukan ketika menghadapi sebuah masalah.<br /><br />Penelitian menyebutkan, anak-anak yang belum masuk usia pubertas jauh lebih optimis daripada orang dewasa. Hal tersebut dapat kita lihat pada percakapan sang anak di atas. Sang anak dan ibunya melihat masalah yang sama, tapi sang anak lebih memfokuskan pembicaraan kepada hal-hal yang bersifat spesifik pada masalah dan bagaimana agar terhindar dari masalah tersebut. Coba perhatikan kata sang anak: “Sisi mobil ini yang penyok”. Anak langsung memfokuskan pembicaraan pada “masalah apa yang sedang terjadi”. Bahkan sang anak berbicara juga tentang pencegahannya: “Ayah menyuruh ibu untuk selalu memarkir mobil barunya jauh dari mobil-mobil yang lain”.<br /><br />Apa yang dipikirkan oleh sang anak, yang bersifat lebih optimis, sangat berbeda dengan sang ibu (bahkan hampir semua orang dewasa) ketika menghadapi masalah tersebut. Sang ibu terlihat lebih fokus pada: “Hal-hal seperti ini selalu saja menimpaku”. Ini adalah kalimat ambigu karena kata “hal-hal seperti ini” tidak jelas mengacu pada apa atau sesuatu yang spesifik. Masalahnya adalah mobil yang penyok (kasusnya jelas dan spesifik) tapi perhatiannya justru terfokus pada sesuatu yang bersifat universal, seolah-olah semua kejadian buruk selalu menimpanya.<br /><br />Kalimat tersebut juga bersifat permanensi. Artinya akan selalu terjadi hal-hal yang buruk pada dirinya. Karena di dalam kalimat tersebut sang ibu menggunakan kata “selalu”. Ini berarti semua hal buruk (bersifat universal) akan terus terjadi pada dirinya (dengan menggunakan kata “selalu” pada kalimat tersebut di atas). Sang ibu ketika berucap secara spontan pada kejadian tersebut, tidak memberikan syarat terhadap kemalangan yang baru saja menimpanya atau menetapkan batasan tentang masalah-masalah yang selalu dialaminya. Selain itu, ucapan tersebut sangat bersifat pribadi: “menimpaku”. Hal ini mengisyaratkan bahwa semua kejadian buruk hanya menimpa dirinya saja dan sepertinya tidak menimpa orang lain, hanya dirinya saja. Jika seseorang sudah berasumsi bahwa setiap kejadian buruk hanya menimpa dirinya, maka dengan mudah dia akan melihat dirinya sebagai korban penderitaan.<br /><br />Kalimat berikutnya membuat kondisi sang ibu lebih parah lagi: “Aku sangat malas”. Seperti halnya kalimat yang tadi kita bahas, kalimat ini juga bersifat permanensi atau penetapan penilaian terhadap diri sendiri. Dan kalimat ini pun bersifat ambigu karena tidak mengacu pada hal spesifik tertentu. Seharusnya yang dikatakan sang ibu tadi adalah: “Tadi aku sedang malas”. Namun karena kalimatnya yang bersifat non spesifik, maka penetapan “malas” akan mengacu pada semua situasi pada diri sang ibu tersebut.<br /><br />“Aku hanya tidak ingin membawa barang belanjaan dari tempat yang jauh”. Kalimat bersifat “menarik kenyataan yang tidak diinginkan”. Seharusnya kalimatnya menjadi lebih positif dengan berkata: “Tadi aku ingin membawa barang belanjaanku dari tempat yang lebih dekat”. Dan kalimat terakhir menutup kesimpulannya sendiri bahwa dirinya memang selalu seperti itu: “Bodoh sekali aku ini”. Kalimat ini bersifat permanensi, ambigu, dan menyerang diri sendiri.<br /><br />Itulah serangkaian kalimat pendek, yang dilakukan oleh kebanyakan orang dewasa (khususnya para orang tua) dalam menghadapi situasi yang tidak diharapkan. Kebiasaan ini akan didengar oleh anak-anak dan kemudian anak-anak akan menggunakan kemampuan alaminya, yaitu meniru apa yang dilakukan oleh orang tuuanya. Dan akhirnya jadilah sebuah mata rantai kebiasaan pesimis. [Syahril Syam]</div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-26513049474109963052009-05-25T00:04:00.002+07:002009-05-25T00:04:00.922+07:00Perang Dengan Kemiskinan Mental<div align="justify"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShYlA8k17qI/AAAAAAAAAe8/QwnCRRqdze8/s1600-h/PDKM.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5338495106485186210" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 150px; CURSOR: hand; HEIGHT: 200px" alt="" src="http://1.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShYlA8k17qI/AAAAAAAAAe8/QwnCRRqdze8/s200/PDKM.jpg" border="0" /></a>BEBERAPA bulan terakhir ini, kita semua tak lepas dari wacana kebangkitan bangsa Indonesia. Para politisi, pengusaha, cendekiawan, agamawan, akademisi, mahasiswa, dan hampir semua kalangan, dengan bersemangat membicarakan bagaimana membangkitkan kembali bangsa yang besar ini. Siapa yang harus memulai bekerja keras membangkitkan Indonesia kembali? Para pemimpin? Atau “mereka” di luar sana? Atau justru harus dimulai dari diri kita sendiri?<br /><br />Pada 2400 tahun yang lalu, berlaku prinsip kill or to be killed, membunuh atau dibunuh. Supaya survive maka harus berperang membunuh musuh. Filosofi survival zaman kehidupan Sun Tzu ini, sesungguhnya masih ada relevansinya! Tentu saja, relevansinya bukan pada membunuh orang lain. Dalam konteks bangsa ini, peperangan sesungguhnya tidak terjadi “di luar sana”, melainkan perang terjadi “di dalam diri kita”. Artinya, kita harus berperang melawan kemiskinan mental yang sekian lama telah membelenggu diri kita.<br /><span class="fullpost"><br />Apa itu kemiskinan mental? Kemiskinan mental adalah sebuah kondisi mental kejiwaan atau orientasi hidup seseorang yang dipenuhi oleh kebiasaan-kebiasaan negatif, yang sifatnya sangat menghambat kemajuan. Contohnya; malas, pesimistik, prasangka buruk, suka menyalahkan pihak lain, dan iri pada keberhasilan orang lain. Mental miskin juga ditunjukkan dari perilaku yang tidak disiplin, tidak punya kepercayaan diri, tidak bertanggung jawab, tidak jujur, tidak mau belajar, tidak mau memperbaiki diri, dan tidak punya visi ke depan. Inilah peperangan yang harus kita menangkan saat ini.<br /><br />Bayangkan! Seandainya setiap dari kita, mulai saat ini, detik ini juga, satu demi satu tergerak untuk mengalahkan mental miskin. Berjuang memenangkan medan pertempuran menuju kepada kekayaan mental. Yaitu mental yang penuh rasa tanggung jawab, disiplin, kerja keras, percaya diri, berkemauan untuk selalu belajar, pantang berputus asa, dan memiliki visi ke depan.<br /><br />Jika kita semua memiliki kekayaan mental, pasti kita akan survive dalam kehidupan yang makin kompetitif. Peluang kita untuk meraih cita-cita akan semakin besar. Dan kita bisa memandang masa depan kita dengan lebih optimistik.<br /><br />Bukan tidak mustahil, berangkat dari kebangkitan mental diri kita masing-masing, maka kita telah ikut ambil bagian dalam membangkitkan kembali kejayaan negeri tercinta ini. Jadi jelas jawabnya, jika ingin Indonesia berdiri tegak sama terhormatnya dengan bangsa lain, kita semua harus memulainya dari diri kita masing-masing. [Andrie Wongso]</div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-39495758221645779182009-05-24T00:53:00.000+07:002009-05-24T00:53:00.544+07:00Black Heart<div align="justify"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShYiRautESI/AAAAAAAAAes/EQOzJafObx0/s1600-h/BH.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5338492090922635554" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 166px; CURSOR: hand; HEIGHT: 200px" alt="" src="http://3.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShYiRautESI/AAAAAAAAAes/EQOzJafObx0/s200/BH.jpg" border="0" /></a>ADA kemiripan antara murid sekolah dan karyawan. Entah itu karyawan pabrik atau pun karyawan kantor. Kemiripannya atau boleh disebut juga persamaannya adalah sangat dinantikannya waktu istirahat. Bila tiba waktunya, maka para murid berhamburan keluar kelas, masing-masing mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat. Begitupun para karyawan, mereka juga berhamburan keluar kantor atau pabrik. Para karyawan pun mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat.<br /><br />Pada umumnya waktu istirahat digunakan untuk makan. Ada yang sekedar pindah ruangan saja, ke kantin umpamanya dan tak perlu keluar kantor, sebab kantin sudah tersedia di area kantor atau pabriknya. Tetapi tak sedikit karyawan yang merasa perlu pergi keluar area kantor atau pabrik untuk mencari makan, walaupun perusahaan telah menyediakan makan. Ada yang gratis, ada yang semi gratis. Kalau gratis, artinya karyawan tinggal menyedok nasi dan ambil lauk pauk lalu makan. Sedangkan semi gratis, seperti di sebuah bank nasional contohnya, hanya disediakan nasi putih saja. Jadi para karyawan tinggal membawa lauk pauk sendiri. Tetapi itu dulu. Entah sekarang. Sebab, bank itu kini sudah dibeli oleh bank besar asal Singapura.<br /><span class="fullpost"><br />Mencermati karyawan yang pergi makan ke luar kantor, cukup lumayan menarik. Sebab mereka sering pergi bergerombol. Nah, karena bergerombol, maka dengan mudah kita mendapat kabar-kabar angin maupun kabar-kabar kabur yang tanpa angin pun bisa datang tiba-tiba. Atau, kabar-kabar yang kabur tertiup angin.<br /><br />Topik kabar pun beragam. Ganti judul boleh dilakukan sesuka hati. Hal ini yang mungkin sering disebut orang sebagai “pembicaraan di warung kopi”. Pada hal para karyawan itu sedang makan di warung Tegal. Walau ada juga yang sambil makan memesan minuman kopi. Bahasa gaulnya, nge-gosip.<br /><br />Salah satu topik yang sering mengemuka adalah mengenai atasan (bos) mereka. Bos yang dimaksud bisa atasan langsung mereka. Bisa atasannya atasan mereka. Bisa juga atasan tertinggi (pangkat atau kedudukannya) dalam organisasi perusahaan.<br /><br />Pada jam istirahat siang itu di warung Padang, Mariana, Sri, dan Dewi mengangkat topik tentang pak Hudaya, Kepala Bagian Pembelian, atasan mereka bertiga. Seperti sudah disebutkan di muka, tanpa anginpun, kabar bisa datang. tiba-tiba.<br /><br />“ Eh…, denger-denger si Aditya bakal di pe-ha-ka bulan depan ya…” Dewi membuka percakapan”.<br /><br />Secepat kilat tanpa menunggu jeda, Mariana sambil menyeka keringat dengan punggung tangan di dahinya karena kepedasan berucap, “ Iya.. ya.. apa si Hudaya itu gak mikir. Si Adit kan anaknya banyak. Mana dia baru melahirkan anak ke empat …”<br /><br />“Tapi kita harus ingat …” Suara Sri yang dikenal kalem masuk ke tengah arena pembicaraan. “ … mungkin itu bukan kehendak pak Hudaya. Dari bos besar ‘kali…”<br /><br />Dewi menyetujui ucapan Sri melalui anggukan kepala dan menambahkan, “Kita kan tahu jaman lagi susah begini. Penjualan kagak naik. Produksi dikurangi. Jadi, pekerjaan di Bagian Pembelian berkurang.<br /><br />Dewi yang bak pemimpin rapat kemudian mengarahkan pembicaraan menelusuri tiap bagian di perusahaan tersebut. Mereka menemukan bahwa memang krisis keuangan global telah masuk ke semua lini. Tiap bagian diminta “menyumbang” sekurang-kurangnya seorang karyawan untuk di-sayonara-kan. Tentu saja hal ini merupakan pilihan yang sulit bagi para Kepala Bagian. Namun bagaimanapun harus ada sesuatu yang dilakukan. Dan para Kepala Bagian seperti Hudaya mendapat ujian berat. Bukan saja pemotongan gaji dirinya yang harus ia pertanggungjawabkan kepada anak-istri di rumah. Lebih dari itu, ia harus menentukan siapa di antara bawahannya yang akan diputuskan hubungan kerja.<br /><br />Terjadi pergulatan batin dalam diri Hudaya. Ia mencoba menganalisa semua bawahannya satu per satu, dari segala sisi. Mulai dari kinerja mereka, kondisi keluarga mereka, beban kerja yang ditinggalkan karyawan pehaka, dan seterusnya. Pengambilan keputusan menjadi semakin sulit, sebab Hudaya harus memilih karyawan “terburuk” di antara yang rata-rata kinerjanya baik. Kepala Bagian Pembelian itu mencoba juga memahami kebijakan bos besar, bahwa memutuskan hubungan kerja pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan bukan saja perusahaan, tetapi juga untuk sejumlah besar karyawan lainnya.<br /><br />Hudaya harus mengesampingkan empatinya. Ia harus jernih berpikir. Ia harus mengutamakan kepentingan orang banyak. Kepentingan yang menyangkut nasib orang yang jumlahnya lebih besar. (the greatest good for the greatest number of people). Hudaya benar-benar mengalami ujian sebagai pemimpin. Salah satu syarat penting untuk menjadi pemimpin adalah berani mengutamakan kepentingan yang lebih besar, kepentingan orang banyak, kepentingan masyarakat luas. Dengan kata lain, seorang pemimpin harus berani mengorbankan kepentingannya sendiri dan keluarganya atau kelompoknya, walaupun sejak dulu ia didukung oleh keluarganya ataupun oleh kelompoknya. Ia harus berani mengambil keputusan yang tidak populer. Menurut istilah teman saya; seorang pemimpin harus memiliki sikap “black heart”. Artinya sang pemimpin harus tega membuat keputusan yang seolah-olah “menyakitkan korbannya”, tetapi menyelamatkan kepentingan yang jauh lebih besar. Bukan itu saja. Ia juga harus mampu menghadapi tentangan dan tantangan orang-orang yang kontra kepadanya.<br /><br />Hudaya membuktikan itu semua. Setelah mencermati dengan matang, ia memilih dan menjatuhkan keputusan: Memutuskan Hubungan Kerja pada Aditya. Keputusan yang sulit, memang.<br /><br />Seandainya Anda berada pada posisi Hudaya, beranikah anda mengambil keputusan semacam itu ??? [Henricus Poerwanto]<br /><br /><em><span style="color:#ffff33;">>> Henricus Poerwanto, alumni Writer Schoolen Workshop Cara Cerdas Menulis Artikel Menarik Batch XI, saat ini bekerja di AGS Four winds Indonesia, perusahaan yang bergerak dalam bidang Moving Industry. Alumni Pasca Sarjana Universitas Katolik Indonesia Atmajaya ini dapat dihubungi langsung di logistic-jakarta@agsfourwinds.com</span></em></div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-67403801651561705312009-05-23T01:54:00.002+07:002009-05-23T01:54:00.941+07:00Berhentilah Menghalangi Diri<div align="justify"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShRTUd3JOhI/AAAAAAAAAeA/MH3JJkzEgcY/s1600-h/BMD.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5337983069419289106" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 176px; CURSOR: hand; HEIGHT: 200px" alt="" src="http://1.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShRTUd3JOhI/AAAAAAAAAeA/MH3JJkzEgcY/s200/BMD.jpg" border="0" /></a>PERNAKAH Anda mengendarai mobil dengan rem tangan yang masih aktif? Mobil Anda tentu tidak bisa berlari kencang selama rem tangan tetap aktif. Jika Anda mengubah rem tangan menjadi tidak aktif, maka mobil Anda menjadi berjalan dengan normal bahkan bisa berlari kencang.<br /><br />Cermati teman-teman kerja seangkatan Anda di kantor. Dalam masa kerja setelah 10 tahun, masing-masing mengalami perubahan dalam karir mereka. Ada yang masih dalam posisi sebagai staf, ada yang sudah menjadi Kepala Bagian, bahkan sudah ada menjadi Kepala Departemen.<br /><span class="fullpost"><br />Di bidang penjualan pun begitu. Teman Anda yang seangkatan ketika mengikuti training sales di kantor, setelah dua hingga lima tahun, juga sudah tampak perkembangan mereka. Ada yang MUNTABER, mundur tanpa berita. Sebagian lagi masih bertahan dengan penghasilan pas-pasan. Tetapi, ada juga teman Anda yang sudah dipromosikan menjadi Supervisor, Unit Manager, atau Kepala Cabang.<br /><br />Apa yang membedakan mereka yang berhasil dengan mereka yang gagal? Umumnya mereka yang berhasil memiliki kemampuan dan kontribusi terhadap organisasi yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang gagal. Hal itu membuat mereka mendapat perhatian dari pimpinan untuk mendapatkan kenaikan jabatan.<br /><br />Kemampuan, kontribusi, dan tingkat pencapaian seseorang dalam hidup ini sangat dipengaruhi oleh tingkat keyakinan dan kelayakan yang ada di dalam dirinya. Oleh karena itu, waspadai keyakinan dan kelayakan Anda yang tidak mendukung.<br /><br /><strong>Keyakinan<br /></strong>Keyakinan berarti suatu pernyataan yang dianggap benar disertai dengan perasaan pasti. Kebalikan dari keyakinan adalah keraguan atau sikap ragu-ragu. Keyakinan itu seperti tombol kran air di kamar mandi di rumah Anda. Jika kran ditutup maka air tidak bisa mengalir. Kalau kran dibuka otomatis air mengalir.<br /><br />Jika Anda memiliki keyakinan bahwa Anda mampu meraih keinginan, maka potensi dalam diri Anda berpeluang untuk teraktualisasi melalui sikap dan tindakan yang positif. Sikap dan tindakan positif Anda pada gilirannya membuahkan hasil berupa tercapainya keinginan Anda.<br /><br />Keyakinan yang memberdayakan dapat mempengaruhi biokimia tubuh. Keyakinan menimbulkan harapan, ide-ide, sikap, dan tindakan positif. Keyakinan Anda membuat tubuh tidak mudah capek dan pikiran menjadi kreatif.<br /><br />Tidak adanya keyakinan membuat potensi Anda tidak berkembang. Mengapa tidak berkembang? Sikap ragu-ragu membuat Anda cenderung tidak berdaya, tidak bertindak, dan menyerah sehingga Anda tidak mendapatkan apa yang Anda inginkan. Oleh karena itu, sebaiknya, buang jauh sikap ragu-ragu dan milikiah keyakinan yang tinggi.<br /><br />Keyakinan itu bisa Anda ciptakan sendiri melalui pernyataan-pernyataan positif dengan berulang-ulang diucapkan dalam bentuk afirmatif. Hal ini penting agar pernyataan itu diterima oleh pikiran bawah sadar, sehingga nantinya menjadi keyakinan yang mempengaruhi sikap dan tindakan. Cara lain, keyakinan Anda hendaknya didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan yang menjadi sumber segala sumber kebenaran.<br /><br /><strong>Kelayakan</strong><br />Tingkat kelayakan dipengaruhi oleh keyakinan Anda tentang apa yang Anda inginkan. Bagaimana perasaan Anda ketika Anda memikirkan sesuatu. Jika Anda merasa layak mendapatkan atau memilikinya, berarti tingkat kelayakan Anda tinggi. Perasaan layak itu sangat diperlukan untuk menjadi landasan sikap dan tindakan Anda dalam meraih sesuatu.<br /><br />Apabila Anda merasa tidak layak mendapatkan suatu keinginan, maka apapun yang Anda lakukan tidak akan membantu Anda mendapatkan keinginan itu. Suatu keinginan bisa mencakup semua area kehidupan Anda, seperti keluarga, karir, kekayaan, bisnis, hubungan sosial, kesehatan, spiritual, dan lain lain.<br /><br /></div><div align="justify">Ketika Anda merasa tidak layak, secara tidak langsung Anda mensabotase diri sendiri dalam meraih cita-cita. Menurut Pat Pearson, bentuk-bentuk sabotase diri itu antara lain:<br /><br />• Membuang, yakni Anda merasa tidak layak memilikinya.• Menyangkal, ‘Saya tidak memberi perhatian pada masalah ini karena tidak penting”.</div><div align="justify"><br /></div><div align="justify">• Cacat yang fatal, masalah kepribadian seperti cepat marah, kencanduan, dll.</div><div align="justify"><br /></div><div align="justify">• Mengundurkan diri sebagaimana tercermin pada uangkapan”Saya tidak suka berharap terlalu tinggi.”</div><div align="justify"><br /></div><div align="justify">• Merasa puas, seperti digambarkan dalam kata-kata “Saya tidak yakin cukup baik, jadi saya puas dengan seadanya.”<br /><br />Perasaan tidak layak seharusnya dibuang jauh dan diganti dengan perasayaan layak. Perasaan layak ini akan membuka potensi diri untuk dikembangkan. Perasaan layak juga dapat mendorong seseorang untuk meraih kehidupan yang diinginkannya.<br /><br />Untuk menumbuhkan perasaan layak itu, dimulai dari kesadaran, yakni pikiran dan perasaan kita sendiri tentang berbagai hal yang dapat kita lakukan.<br /><br />Jika kita membiasakan diri dengan pikiran dan perasaan yang terkait berbagai hal yang dapat dan mampu kita lakukan, maka perlahan akan tumbuh kesadaran yang lebih luas tentang kelayakan kita di berbagai area kehidupan.<br /><br />Akhirnya, agar kita tidak menghalangi diri sendiri maka sebaiknya usahakan dengan sadar untuk memiliki keyakinan dan kelayakan dalam mencapai suatu cita-cita di berbagai area kehidupan ini. Buanglah jauh-jauh perasaan ragu-ragu dan takut, karena semua itu hanya menjadi penghalang perjalanan hidup Anda dalam meraih cita-cita. (Sugeng Widodo)<br /><br /><em>Sumber</em> : pembelajar.com</div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-9999361154019195912009-05-22T01:19:00.002+07:002009-05-22T19:58:33.302+07:00Miskin Tapi Bahagia<div align="justify"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShRLdL7J4AI/AAAAAAAAAdo/BYzFMYgJu7Y/s1600-h/MTB.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5337974423130071042" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand; HEIGHT: 188px" alt="" src="http://4.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShRLdL7J4AI/AAAAAAAAAdo/BYzFMYgJu7Y/s200/MTB.jpg" border="0" /></a><em>ORANG termiskin yang aku ketahui adalah orang yang tidak mempunyai apa-apa kecuali uang.</em> – John D. Rockefeller JR<br /><br />Dalam rubrik Kilasan Kawat Sedunia, Harian KOMPAS pernah memuat ringkasan hasil survei yang menarik perhatian saya. Ia menceritakan hubungan antara uang, indikator utama yang sering dipergunakan untuk mengukur seberapa kaya atau seberapa miskin seorang anak manusia itu dengan kebahagiaan. Survei yang unik dan jarang dilakukan ini, setahu saya belum pernah ada survei semacam ini di Indonesia, mungkin dapat memberi pelajaran tertentu pada kita. Berikut petikannya:<br /><span class="fullpost"><br /><em>Pemeo ”uang tak bisa membeli kebahagiaan” ternyata memang benar. Sebuah survei di Australia menunjukkan, kaum kelas menengah di Sydney masuk kategori warga yang paling menderita di Australia. Sebaliknya, tingkat kebahagiaan warga yang hidup di beberapa daerah pemukiman paling miskin malah lebih tinggi.<br /><br />”Pengaruh uang pada kebahagiaan nyatanya hanya terasa pada golongan yang luar biasa kaya,” kata Liz Eckerman, peneliti dari Universitas Deakin, seperti dikutip kantor berita AFP, Senin (13/2).<br /><br />”Uang tak bisa membeli kebahagiaan. Ini jelas terbukti dalam jajak pendapat yang kami lakukan pada 23.000 warga yang sudah kami wawancarai,” kata Eckerman kepada Radio Australia, ABC.<br /><br />Temuan-temuan yang disusun sejak tahun 2001 menunjukkan bahwa di Australia, negara dimana tak ada kesenjangan kemakmuran yang ekstrem, mereka yang hidup paling bahagia ada di lapisan bawah. Mereka yang happy juga lebih banyak berada dalam kategori usia 55 tahun atau lebih, lebih banyak di antara kaum perempuan, dan kebanyakan pula ada di antara mereka yang menikah alias yang tak men-jomblo.<br /><br />Survei ditujukan untuk mengungkap kepuasan seseorang terkait dengan berbagai hal, seperti standar hidup, kesehatan, pencapaian dalam hidup, dan keamanan. Di antara 150 daerah sasaran survei, salah satu daerah termiskin di Australia, yakni Wide Bay di pedalaman Queensland, penduduknya ternyata termasuk yang paling bahagia di negeri kangguru itu.<br /></em><br />Terus terang, saya tidak tahu seberapa banyak uang yang harus dimiliki seseorang untuk bisa masuk dalam kategori kelas menengah di Sydney. Juga tidak terlalu jelas bagi saya berapa jumlah uang yang dimiliki oleh rata-rata penduduk Wide bay di pedalaman Queensland, sehingga mereka disebut daerah termiskin di negara tersebut. Lalu, berapa pula harta yang dimiliki seseorang agar bisa disebut Eckerman sebagai ”luar biasa kaya”? Datanya tidak disebutkan oleh KOMPAS.<br /><br />Namun, terlepas dari minimnya data yang bisa kita peroleh, tetaplah menarik ketika Eckerman, peneliti itu, membuat kesimpulan bahwa yang hidup paling bahagia di Australia adalah penduduk di lapisan bawah (miskin); kebanyakan berusia 55 tahun atau lebih; kebanyakan perempuan; dan kebanyakan menikah. Mereka inilah yang paling merasa puas dengan standar hidup mereka, puas dengan kesehatan mereka, puas dengan pencapaian dalam hidup mereka, dan puas dengan keamanan di lingkungannya. Mereka inilah orang-orang yang miskin, tetapi kaya. Miskin dalam harta benda, tetapi kaya dalam kepuasan hidup. Sungguh sebuah realitas yang memesona.<br /><br />Ada beberapa pelajaran yang saya pulung dari survei di atas. Pertama, saya menduga penelitian tersebut menempatkan rasa puas—atas standar hidup; atas kesehatan; atas pencapaian dalam hidup; dan atas keamanan di lingkungannya—sebagai indikator utama kebahagiaan. Dan jika hal itu kita gunakan untuk bercermin, maka kita bisa mencoba menjawab empat pertanyaan berikut:1. Apakah saya puas dengan standar hidup kita sejauh ini?2. Apakah saya puas dengan kesehatan saya sejauh ini?3. Apakah saya puas dengan apa yang sudah saya capai dalam hidup sejauh ini?4. Apakah saya puas dengan keamanan di lingkungan saya sejauh ini?<br /><br />Bisakah kita menjawab YA dengan mantap untuk keempat pertanyaan sederhana semacam itu? Atau mungkin jawaban kita perlu diberi bobot tertentu, katakanlah untuk tiap jawaban menggunakan skala 1-5. Angka 1 berarti TIDAK PUAS SAMA SEKALI, angka 2 berarti TIDAK PUAS; angka 3 berarti CUKUP PUAS; angka 4 berarti PUAS; dan angka 5 berarti SANGAT PUAS. Sehingga, total nilai 12 berarti CUKUP PUAS dan total nilai 20 berarti SANGAT PUAS. Mereka yang bisa mengumpulkan nilai mendekati angka 20-lah yang pantas kita anggap bahagia. Nah, dengan demikian kita bisa mengukur seberapa bahagia diri kita masing-masing, setidaknya untuk saat ini. Lalu kita juga bisa menyadari pada bagian mana dari keempat hal tersebut yang kita rasa paling meresahkan dan mengurangi kebahagiaan hidup kita sejauh ini. Dari sini kita kemudian bisa memikirkan cara-cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kebahagiaan kita.<br /><br />Pelajaran kedua yang saya petik adalah soal hubungan antara uang/kekayaan dengan kebahagiaan. Sudah lama saya mengetahui bahwa uang dan kebahagiaan adalah dua hal yang tidak selalu berkaitan. Setidaknya saya mengenal sejumlah kawan yang punya uang miliaran rupiah dan kadang mengaku bahwa hidupnya tidak bahagia. Sementara itu sejumlah kawan lain yang uangnya tidak sampai miliaran tak pernah saya dengar mengeluhkan soal apakah dirinya bahagia atau tidak. Jadi saya sering bingung jika melihat sebagian kawan berjuang mati-matian untuk bisa kaya karena percaya kalau kekayaan bisa membuat mereka pasti bahagia. Sementara yang sudah jauh lebih kaya, mengaku tidak bahagia. Nah, atas kebingungan inilah survei Eckerman tadi bisa memberi sedikit penjelasan. Hanya pada orang atau golongan yang ”luar biasa kaya”, ada hubungan antara uang mereka dengan kebahagiaan mereka. Seakan-akan ada semacam ambang batas kekayaan yang bisa membuat kekayaan itu berdampak langsung pada kebahagiaan. Ambang batas itu tidak disebut, mungkin satu juta dolar Amerika, atau jumlah yang lebih besar.<br /><br />Pelajaran ketiga, dan buat saya paling mengesankan, adalah kesimpulan survei tersebut yang menunjuk sebuah daerah termiskin di pedalaman Queensland memiliki penduduk yang paling bahagia. Kesimpulan ini sungguh membesarkan hati. Sebab ini membuka kemungkinan bahwa kawan-kawan saya di pelosok-pelosok yang sulit terjangkau sarana transportasi modern—seperti di Papua, misalnya—amat boleh jadi adalah orang-orang yang paling bahagia hidupnya.<br /><br />Nah, apakah Anda kaya atau Anda bahagia?. (Andrias Harefa)<br /><br /><em>Sumber</em> : pembelajar.com</div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-91148184675182257442009-05-22T00:33:00.000+07:002009-05-22T13:39:35.590+07:00Teori Tungku Mental<div align="justify"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShZH2re2g6I/AAAAAAAAAfs/BTQZbEL9TDk/s1600-h/TTM.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5338533413004936098" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand; HEIGHT: 200px" alt="" src="http://1.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShZH2re2g6I/AAAAAAAAAfs/BTQZbEL9TDk/s200/TTM.jpg" border="0" /></a>BULAN Oktober hingga November 2008 saya menyelenggarakan 2 (dua) kelas pelatihan 100 jam sertifikasi hipnoterapis. Satu di Jakarta dan satu lagi di Surabaya. Dari sekian banyak teori dan teknik yang akan diajarkan, satu yang sangat penting adalah Teori Tungku Mental.<br /><br />Teori ini saya bangun berdasar informasi dan pengetahuan yang saya dapatkan dari berbagai literatur yang saya pelajari ditambah dengan pengalaman praktik saya. Teori inilah yang sebenarnya mendasari Quantum Hypnotherapeutic Procedure yang diajarkan di Quantum Hypnosis Indonesia.<br /><br />Nah, sebelum saya menjelaskan mengenai Teori Tungku Mental, saya akan bercerita sedikit mengenai kasus yang saya pelajari melalui berbagai literatur dan kasus yang pernah saya tangani.<br /><span class="fullpost"><br />Dalam artikel ini saya hanya akan memberikan satu contoh kasus yang bersumber dari literatur. Dalam buku Trance & Treatment : Clinical Use of Hypnosis, David Speigel menceritakan satu kasus yang sangat menarik yang pernah ia tangani. Ada seorang veteran perang Vietnam. Veteran ini setelah menjalani tugas dengan track record yang sangat baik selama 15 tahun tiba-tiba berubah dan akhirnya mengalami “gangguan” dan akhirnya harus dimasukan ke rumah sakit jiwa. Veteran ini, sebelum ditangani oleh Davied Spiegel, seorang psikiater yang mendalami dan mempratikkan hipnoterapi, didiagnosa menderita “gangguan kecemasan sangat tinggi” hingga mengalami halusinasi. Ia juga pernah dimasukkan ke Palo Alto Veterans Administration Medical Center setelah mencoba melakukan tindakan bunuh diri. Ia depresi dan cenderung melakukan tindakan berbahaya namun ia tidak tahu apa yang menjadi penyebabnya.<br /><br />Setelah Spiegel melakukan Hypnotic Induction Profile (HIP) dan didapatkan hasil 4, intact/utuh, dengan skor induksi 10,selanjutnya dilakukan Age Regression.<br /><br />Singkat cerita Spiegel berhasil menemukan akar masalahnya. Veteran ini ternyata dulu waktu bertugas di Vietnam punya seorang angkat yang sangat ia sayangi. Anak angkatnya tewas saat Vietcong menyerang rumah sakit tempat ia bertugas. Veteran ini merasa begitu bersalah, karena tidak bisa melindungi anaknya, merasa marah, dendam dan benci yang luar biasa kepada serdadu Vietcong yang menewaskan anaknya. Rupanya, berbagai emosi negatif ini tidak mendapat penanganan semestirnya. Setelah dibantu oleh Spiegel veteran ini sembuh.<br /><br />Namun 6 bulan kemudian veteran ini kambuh lagi saat, hanya dalam waktu 2 minggu, salah seorang kakaknya, seorang polisi, terbunuh, dan istri veteran ini mulai “melirik” pria lain, ditambah lagi seseorang menembak mati anjing kesayangannya. Setelah dirawat sebentar di rumah sakit ia kembali sembuh.<br /><br />Kasus ini oleh David Spiegel diulas lengkap di artikel yang berjudul Vietnam Grief Work Using Hypnosis dan dimuat di The American Journal of Clinical Hypnosis (24(1): 33-40, 1981)<br /><br />Kasus yang pernah saya tangani antara lain kasus seorang klien, seorang pria muda berusia 26 tahun, yang takut ayam, lebih spesifik lagi paruh ayam. Setelah saya cari akar masalahnya ternyata klien ini takut pisau. Saya gali lagi akhirnya saya menemukan ISE (Initial Sensitizing Event) pada saat klien berusia 4 tahun. Klien mengalami sesuatu hal dengan ibunya dan membuatnya sangat marah dan benci ibunya. Nah, kebencian ini berubah menjadi rasa sakit yang luar biasa bila ia dipeluk oleh ibunya. Rasa sakit ini mengambil wujud sakit seperti bila tubuh ditikam dengan puluhan pisau sekaligus. Selanjutnya “sakit karena ditikam pisau” ini bermutasi menjadi ketakutan pada paruh ayam. Saya menyebut kondisi ini dengan “double symptom”.<br /><br />Kasus lain adalah klien wanita muda, usia 21 tahun yang, menurut orangtuanya, berubah dan tidak semangat menjalani hidup. Klien ini telah 8 (delapan) bulan minum obat agar bisa tenang dan kembali “normal”. Dengan teknik tertentu saya membantu klien ini untuk menemukan akar masalahnya, membereskannya, dan setelah itu klien bisa kembali hidup normal tanpa perlu mengkonsumsi obat.<br /><br />Saya membutuhkan 2 (dua) sesi dengan klien ini. Sesi pertama walaupun terlihat “tuntas” namun saya tahu belum tuntas. Dari mana saya tahu? Saya tahu karena saya belum menemukan ISE. Saya berhasil menemukan beberapa SSE (Subsequent Sensitizing Event). Namun klien belum bersedia mengungkapkan ISE kepada saya. Dan saya juga tidak bisa memaksa klien. Saya membantu klien sesuai dengan kecepatan dan kesiapan diri klien.<br /><br />Setelah sesi pertama klien langsung berubah dan merasa sangat nyaman. Saya juga mendapat laporan dari orangtua klien mengatakan hal yang sama. Namun tiga hari kemudian saya mendapat kabar bahwa klien kembali ke pola lamanya. Klien kembali ke kondisi seperti sebelum saya tangani.<br /><br />Selanjutnya saya memberikan sesi kedua. Nah, pada sesi kedua ini saya berhasil membantu klien menemukan akar masalahnya (ISE). Begitu ISE berhasil dibereskan segera terjadi perubahan. Dan perubahan ini bersifat permanen.<br />Oh ya, satu hal yang perlu saya tegaskan di sini. Anda jangan salah mengerti ya. Saya bukan dokter atau psikiater. Saya tidak pernah berani dan tidak punya kapasitas untuk meminta klien berhenti minum obat. Yang saya lakukan hanyalah membantu klien mengatasi masalah mereka, dengan keterampilan yang saya pelajari. Soal obat, saya meminta klien untuk konsultasi atau kembali ke dokter yang menanganinya. Dokter yang memberi obat maka dokter yang boleh memutuskan apakah klien perlu terus minum obat atau berhenti, dengan melihat perkembangan terakhir pasien.<br /><br />Pembaca, dari tiga kisah yang saya jelaskan di atas, bisakah anda menarik benang merahnya?<br />Jika belum, ijinkan saya untuk mengulas kembali, tapi singkat saja ya, mengenai cara kerja pikiran.<br /><br /><strong>Dualisme Pikiran</strong><br />Kita punya dua pikiran yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Kedua pikiran ini mempunyai fungsi dan tugas masing-masing. Kedua pikiran ini bekerja sama dan saling mempengaruhi.<br /><br />Pikiran sadar mempunyai 5 fungsi/komponen yaitu analitis, rasional, kekuatan kehendak, faktor kritis, dan memori jangka pendek.<br /><br />Pikiran bawah sadar mempunyai 10 fungsi/komponen, antara lain: menyimpan memori jangka panjang, emosi, kebiasaan, dan intuisi.<br /><br />Nah, masing-masing pikiran ini, pikiran sadar dan bawah sadar, mempunyai tugas melindungi diri kita. Pikiran sadar melindungi diri kita dari hal yang (dipandang) membahayakan diri kita, berdasar “pandangan” fungsi pikiran yaitu rasional dan analitis.<br /><br />Menurut Milton Erickson pikiran bawah sadar melindungi diri kita dari hal-hal yang ia pandang membahayakan keselamatan fisik dan emosi kita.<br /><br />Charles Tebbets dalam bukunya, yang kini telah menjadi buku klasik, Miracles on Demand, mengatakan, “Conscious mind is the mind of choice. Subconscious mind is the mind of preference. We choose what we prefer.” </div><div align="justify"><br />Tebbets juga melanjutkan dengan menyatakan bahwa hipnoterapi bekerja berdasar prinsip sebagai berikut:<br />-Semua perilaku mal-adaptive adalah hasil atau akibat dari respon penyesuaian yang tidak tepat, yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan di masa kecil yang sebenarnya sudah tidak sesuai/relevan dengan kondisi saat dewasa.<br />-Kebanyakan penyakit bersifat psikosomatis dan dipilih secara tidak sadar untuk melarikan diri dari suatu situasi, yang oleh klien, dipandang sebagai kondisi dengan muatan tekanan emosi destruktif yang berlebihan, seperti kemarahan, kebencian, dendam, dan takut, yang melebihi kemampuan klien untuk mengatasinya saat itu.<br />Sebenarnya ada satu lagi yaitu pikiran nir-sadar. Tapi dalam kesempatan ini saya tidak akan membahas mengenai fungsi dan cara kerjanya.<br /><br /><strong>Tungku Mental</strong><br />Untuk memudahkan pemahaman mengenai mekanisme pikiran bawah sadar saya menggunakan analogi tungku mental. Tungku mental berisi air (baca: berbagai buah pikir/thought). Api yang memanasi tungku adalah berbagai emosi, baik itu yang positif maupun negatif, yang dialami seseorang.<br /><br />Dalam kondisi normal saat api membakar tungku maka temperatur akan naik dan sampai pada suhu tertentu akan muncul uap air yang bergerak bebas ke atas karena tungku tidak ditutup. Namun apa yang terjadi bila tungku ditutup rapat?<br /><br />Saat temperatur semakin tinggi, karena terus dipanasi oleh api emosi, terutama yang negatif, maka akan muncul uap yang bergerak ke atas. Namun kali ini uap tidak bisa keluar karena terperangkap di dalam tungku yang ditutup rapat. Semakin lama suhu tungku semakin tinggi, semakin banyak uap yang terperangkap, sehingga tekanan uap semakin tinggi menekan seluruh dinding dalam tungku.<br /><br />Apa yang terjadi bila tungku tetap ditutup rapat?<br /><br />Benar sekali. Sampai pada satu titik, saat tekanan uap melebihi daya tahan dinding tungku, maka akan terjadi ledakan hebat dan tungku akan hancur berantakan.<br /><br />Nah, bagaimana dengan manusia? Jangan khawatir, kita tidak akan meledak seperti contoh tungku di atas. Pada manusia, pikiran bawah sadar akan melindungi diri kita dengan melakukan hal-hal yang dipandang perlu untuk menyelamatkan diri kita dari “kehancuran”.<br /><br />Apa yang akan dilakukan pikiran bawah sadar? </div><div align="justify"><br />Pikiran bawah sadar akan membuat retak-retak kecil di tungku mental kita sehingga ada jalan keluar bagi uap yang berada di dalam tungku mental. Dengan demikian tekanan akan turun dan tidak membahayakan keutuhan tungku mental.<br /><br />Nah, saat uap dari dalam tungku keluar dan berbunyi …sssshhh……ssssshhhh….pada saat itulah seseorang akan mengalami perubahan perilaku. Perubahan perilaku ini adalah manifestasi dari uap yang keluar. Biasanya perubahan ini tidak mendadak. Tetapi perlahan-lahan dan semakin lama semakin parah.<br /><br />Apa yang kita lakukan terhadap orang yang telah mengalami perubahan perilaku?<br /><br />Kita cenderung akan meluruskan perilakunya, benar nggak?<br /><br />Apakah bisa?<br /><br />Oh, sudah tentu bisa. Ada banyak cara dan teknik yang biasa digunakan. Pertanyaannya adalah perubahan menjadi “normal” kembali ini bisa bertahan berapa lama?<br /><br />Seringkali tidak bisa bertahan lama. Nanti pasti akan muncul lagi perilaku yang “aneh”. Mengapa ini terjadi? Karena kita hanya menyumbat retak di dinding tungku. Saat uap sudah tidak keluar maka perilaku orang itu menjadi normal.<br />Dan karena kita tidak mencari sumber masalahnya, yaitu api yang berada di bawah tungku (baca: emosi yang belum terselesaikan) maka cepat atau lambat tekanan uap di dalam tungku kembali naik dan sampai pada satu titik akan terjadi kebocoran lagi.<br /><br />Pembaca, dengan membaca sejauh ini saya yakin anda pasti sampai pada kesimpulan bahwa simtom adalah sesuatu yang positif. Simtom adalah bentuk komunikasi dari pikiran bawah sadar ke pikiran sadar yang mengatakan, “Hei… ini ada masalah di bawah sini. Anda perlu menyelesaikan masalah ini. Kalau anda tetap tidak mau mengerti atau tidak bersedia menyelesaikan masalah ini maka saya akan tetap mengganggu anda.”<br /><br />Masalahnya adalah bukan kita tidak mau menyelesaikan masalah tapi kita seringkali tidak memahami pesan yang disampaikan pikiran bawah sadar. Dan seringkali saat kita mau menyelesaikan masalah ini kita tidak tahu caranya atau teknik yang digunakan tidak tepat.<br /><br />Lalu, bagaimana cara efektif untuk mengatasi hal ini?<br /><br />Pertama, kita perlu mengeluarkan uap yang terjebak di dalam tungku. Bagaimana caranya? Gunakan uap itu sebagai petunjuk untuk menemukan retak di dinding tungku. Ini yang dikatakan oleh Milton Erickson dengan “The Symptom is the solution”.<br /><br />Setelah uapnya berhasil kita keluarkan dan tekanan sudah habis selanjutnya kita bisa membuka tutup tungku. Bisa anda bayangkan apa yang terjadi bila tutup tungku dibuka saat tekanannya masih sangat tinggi. Ini sama dengan membuka tutup radiator mobil saat masih panas. Sangat berbahaya.<br /><br />Isi tungku adalah konten atau memori yang berhubungan atau yang membuat munculnya simtom. Setelah ini barulah kita bisa menemukan sumber api dan sekaligus memadamkan apinya.<br /><br />Apa yang terjadi bila api berhasil dipadamkan? Sudah tidak ada lagi yang memanasi tungku mental. Dengan demikian temperatur tidak akan naik. Dan sudah tentu tidak akan ada uap yang menekan dinding tungku. Tidak akan terjadi retak dan kebocoran. Klien akan kembali menjalani hidup dengan normal.<br /><br />Mengapa Direct Suggestion Tidak Efektif?<br /></div><div align="justify">Dalam menangani berbagai kasus dengan muatan emosi yang tinggi, sudah tentu yang saya maksudkan di sini adalah emosi negatif, maka Direct Suggestion tidak efektif.<br /><br />Mengapa tidak efektif? Karena Direct Suggestion hanya mengeliminir simtom, bukan akar masalah. Salah satu sifat pikiran bawah sadar adalah malas untuk berubah. Pikiran bawah sadar menilai sesuatu sebagai hal yang benar atau tidak benar bukan berdasarkan kebenaran yang sungguh-sungguh benar, namun lebih berdasarkan data yang tersimpan di database di pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar beroperasi berdasar hukum Familiarity atau yang juga dikenal dengan Knowns and Unknowns.<br /><br />Dari uraian di atas kita tahu bahwa sakit atau simtom sebenarnya suatu mekanisme perlindungan yang digunakan oleh pikiran bawah sadar untuk “menyelamatkan” seseorang. Jadi, saat pikiran bawah sadar merasa sudah “benar” dengan membuat seseorang menjadi “sakit” maka, jika dipaksa berubah dengan menggunakan Direct Suggestion, sudah tentu ia akan menolak. Dan semakin kita paksa maka ia semakin melawan dengan meningkatkan intensitas “sakit” atau “gangguan”.<br /><br />Ada 4 langkah yang harus dilakukan untuk bisa menghilangkan simtom dengan cepat, efektif, efisien, dan permanen:<br /><br />1.Memori yang berhubungan dengan atau yang mengakibatkan munculnya simtom harus dibawa naik ke permukaan dan diketahui secara sadar.<br />2.Perasaan yang berhubungan dengan memori ini harus dialami kembali. 3.Hubungan antara simtom dan memori harus diketahui. 4.Pembelajaran bawah sadar atau yang bersifat emosi harus terjadi dan memungkinkan klien untuk membuat keputusan di masa depan tanpa terpengaruh oleh konten yang telah dimunculkan.<br />Teknik terapi yang semata-mata hanya menggunakan Direct Suggestion mampu “menyembuhkan” klien. Namun “kesembuhan” ini tidak akan berlangsung lama. Beberapa saat kemudian akan muncul lagi simtom, bisa simtom yang lama atau bahkan yang baru. Kesembuhan ini sebenarnya adalah akibat dari penambalan terhadap retak di dinding tungku mental sehingga uap untuk sementara waktu tidak bisa keluar.<br /><br /><strong>Contoh Kasus</strong><br />Saya akan menutup artikel ini dengan beberapa contoh kasus yang berhasil ditangani dengan menggunakan Teori Tungku Mental.<br /><br />Pertama, kasus seorang klien, wanita 39 tahun, yang mengeluh bahwa pikirannya suka sekali menghitung angka (counting numbers), dan kalau mandi lama sekali.<br /><br /><br /><br />Wanita ini mengatakan bahwa ia mengalami OCD (Obsessive Compulsive Disorder). Saya tidak tahu apakah benar ia mengalami OCD atau bukan. Mengapa? Karena ini adalah istilah yang digunakan di dunia psikologi atau psikiatri. Saya bukan psikolog atau psikiater. Jadi saya tidak bisa menggunakan istilah ini.<br /><br />Berdasar Teori Tungku Mental maka saya melihat perilakunya sebagai bentuk kebocoran uap dari tungku mentalnya. Nah, tugas saya adalah, dengan berbagai teknik yang saya pelajari dan kuasai, mencari dan menemukan sumber apinya, lalu membantu klien ini mematikan apinya.<br /><br />Proses uncovering membawa klien pada usia tiga belas tahun. Sesuatu terjadi di sini. Saya membantu klien mematikan apinya. Besoknya saya diberitahu klien bahwa ia mandinya sudah normal dan juga sudah tidak menghitung angka.<br /><br />Kasus kedua adalah kasus yang ditangani salah satu alumnus QHI. Alumnus ini berhasil mengobati seorang wanita, usia 29 tahun, yang alergi terhadap gula atau sesuatu yang manis seperti permen atau minuman Coca Cola. Setiap kali makan atau minum yang manis maka badan klien ini akan langsung bengkak dan gatal. Anehnya, kalau makan nasi atau roti badannya biasa-biasa saja. Padahal nasi atau roti mengandung karbohidrat yang setelah masuk ke badan akan menjadi gula.<br /><br />Kembali lagi, dengan Teori Tungku Mental, alumnus ini berhasil membantu klien menemukan apinya.<br /><br />Apa yang terjadi?<br /><br />Pada usia 3 tahun klien ini melihat kejadian yang tidak semestinya ia lihat dan setelah itu ia diberi permen. Ini adalah ISE. Selanjutnya terjadi beberapa peristiwa lagi, yang sebenarnya adalah SSE-SSE, pada usia yang berbeda. Akhirnya pada saat SMP baru muncul alergi permen.<br /><br />Berapa sesi yang dibutuhkan untuk membantu klien ini? Hanya 1 (satu) sesi saja.<br /><br />Contoh ketiga adalah klien yang berusia 40 tahun. Keluhan klien ini adalah ia tidak bisa minum air putih. Setiap kali minum air putih maka perutnya akan sakit dan langsung muntah. Tapi bila airnya diberi sirup, atau gula, atau dibuat teh atau kopi, maka tidak ada masalah. Setelah diselidiki ternyata klien tidak bisa minum air putih sejak usia 4 tahun.<br />Dibutuhan hanya 1 (satu) sesi saja untuk menemukan sumber api dan memadamkannya. Setelah itu klien langsung bisa minum air putih.<br /><br />Bagaimana dengan fobia? Prinsipnya sama saja.<br /><br />Pembaca, anda pasti bertanya, “Bagaimana caranya untuk bisa menemukan api dengan cepat?”<br />Akan sangat panjang bila saya jelaskan di sini. Inilah yang saya berikan di kelas pelatihan 100 jam hipnoterapi yang diselenggarakan oleh Quantum Hypnosis Indonesia. [Adi W. Gunawan]<br /><br /><em><span style="color:#ffff33;">Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah pakar pendidikan dan mind technology,pembicara publik, dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis dua belas best seller “Born to be a Genius”, “Genius Learning Strategy, Manage Your Mind for Success”, “Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan?”, “Hypnosis – The Art of Subcsoncsious Communication”, “Becoming a Money Magnet”, “Kesalahan Fatal dalam Mengejar Impian”, dan “Hypnotherapy: The Art of Subconscious Restructuring”, “Cara Genius Menguasai Tabel Perkalian”, “Kesalahan Fatal Dalam Mengejar Impian 2, dan “Five Principles to Turn Your Dreams Into Reality”, dan The Secret of Mindset . Adi dapat dihubungi melalui email adi@adiwgunawan.com dan www.adiwgunawan.com</span></em></div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-4922925624406610322009-05-21T01:33:00.003+07:002009-05-21T02:25:47.464+07:00Quitters Can Win<div align="justify"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShRN2fzyAaI/AAAAAAAAAdw/y9kGpXGyFiI/s1600-h/QCW.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5337977056987840930" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand; HEIGHT: 183px" alt="" src="http://2.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShRN2fzyAaI/AAAAAAAAAdw/y9kGpXGyFiI/s200/QCW.jpg" border="0" /></a>PEMBACA, saya yakin Anda pasti pernah mendengar ungkapan, <em>“Winners never quit and quitters never win”,</em> yang jika diterjemahkan menjadi, “Pemenang tidak pernah berhenti (mencoba) dan pecundang tidak akan pernah menang (karena berhenti mencoba)”.<br /><br />Tahukah Anda siapa tokoh terkenal yang mendeklarasikan pernyataan di atas? Benar sekali. Beliau adalah Vince Lombardi, pelatih sepakbola Amerika yang mashyur.<br /><br />Mungkin Anda juga pernah mendengar perdana menteri Inggris, saat Perang Dunia Kedua, Sir Winston Churchill berkata, “Never, never, never quit.”<br /><span class="fullpost"><br />Nah, pertanyaan saya sekarang adalah, “Apakah Anda yakin dan percaya serta menerima sepenuhnya apa yang dikatakan oleh kedua tokoh ini?”<br /><br />Saya dulu sangat percaya. Bahkan saya menambahkannya dengan pernyataan, “Sukses diukur bukan dari tingginya pencapaian. Sukses diukur lebih berdasarkan seberapa besar hambatan yang berhasil kita atasi dalam proses mencapai sukses”, dan “Tidak penting berapa kali Anda jatuh, yang penting adalah berapa kali Anda bangkit kembali setelah Anda jatuh”.<br /><br />Lengkaplah sudah keyakinan saya ini. Berbekal keyakinan ini saya membuat keputusan untuk terus maju tak gentar membela yang benar… eh salah.. tak gentar menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan dalam proses menuju sukses yang saya idamkan.<br /><br />Setiap kali saya ingin berhenti, selalu tidak bisa. Mengapa? Ya, itu tadi. Katanya, “Winners never quit and quitters never win”. Jika saya berhenti maka saya menjadi seorang pecundang. Wah… siapa yang mau jadi pecundang? Karena tidak mau dikatakan sebagai pecundang inilah yang membuat saya terus maju tak gentar, selama tujuh tahun, mengejar impian tanpa melakukan analisis kritis terhadap situasi dan kondisi kehidupan pribadi saya. Saya menggunakan jurus “pokoke”. Pokoke maju terus.<br /><br />Semua ini diperparah lagi dengan kepercayaan, “Tidak ada orang gagal. Semua orang pada dasarnya orang sukses. Mereka gagal karena mereka berhenti terlalu cepat.” Ck.. ck.. ck… betapa berbahayanya kepercayaan ini.<br /><br />Nah, pembaca, setelah mendengar sekilas kisah saya, dan melihat judul artikel ini saya yakin Anda pasti tahu ke mana arah pembahasan yang akan saya lakukan. Sebelum saya teruskan saya ingin bertanya kepada Anda. Anda jawab jujur, ya? Apakah Anda juga pernah atau sedang mengalami hal yang sama seperti yang saya alami? Bersyukurlah bila Anda belum. Bersyukurlah juga bila ternyata Anda telah mengalaminya seperti saya. He.. .he… Anda tidak sendirian.<br /><br />Pertanyaan kritis yang seharusnya kita ajukan adalah, “Benarkah winners never quit and quitters never win?” Bagaimana kalau pernyataan Vince Lombardi di atas kita plesetkan sedikit menjadi “Quitters can win if they know the right reasons, the right way,and the right time to quit… ”?<br /><br />Saya mendapat banyak e-mail dan SMS dari pembaca buku saya. Saya melihat satu pola yang sama yaitu umumnya mereka berkeluh kesah mengenai hidup mereka. Ada juga yang mengeluh mengenai bisnis yang sedang mereka jalankan. Bisnis ini telah dijalani selama beberapa tahun tapi belum membuahkan hasil seperti yang mereka inginkan. Mereka sangat ingin berhenti tapi tidak bisa. Alasannya nanggung nih… sudah dijalankan beberapa tahun. Kan sayang kalau berhenti di tengah jalan? Waktu saya kejar lebih jauh ternyata mereka meyakini apa yang telah saya uraikan di atas. Intinya, jika berhenti mereka akan menjadi pecundang. Benarkah seperti itu?<br /><br />Keengganan berhenti atau quit juga terjadi di aspek kehidupan lain. Ada seorang rekan yang telah menjalin hubungan dengan seseorang pria selama hampir sepuluh tahun, dan dia tahu hubungan ini tidak akan ke mana-mana, dan dia tahu pacarnya ini bukan tipe pria yang bertanggung jawab, namun ia tidak berani quit atau memutuskan untuk putus. Waktu saya tanya apa alasannya kok tidak berani putus dan cari pasangan lain yang lebih cocok, jawaban yang saya terima sungguh mengejutkan saya, “Lha, saya kan sudah pacaran hampir sepuluh tahun. Kalau harus memulai dari awal lagi rasanya berat bagi saya. Selain itu usia saya sekarang juga sudah hampir 30 tahun. Sulit mencari pasangan dengan usia saya sekarang ini. Rugi dong kalo saya berhenti sekarang…”<br /><br />Wah… ini jawaban yang kurang pas. Menikah kan untuk seterusnya? Lha, kalau ternyata waktu pacaran saja sudah begini modelnya terus… mau jadi apa nanti waktu sudah menikah? Saya hanya bisa geleng-geleng kepala saja karena bingung. Kalau dilihat sepintas rekan saya ini tampaknya tidak mau rugi. Mungkin masa pacaran yang sudah sepuluh tahun ini dianggap sebagai masa investasi. Dengan demikian ia telah menghitung ROI (return on investment) dan berapa potential loss yang mungkin terjadi jika ia quit.<br /><br />Pembaca, apakah kita boleh quit?<br />Tentu boleh. Siapa yang berhak melarang? Kan ini hidupnya kita sendiri. Kita mau quit atau terus itu urusan kita. Orang lain nggak boleh ikut campur. Satu hal yang harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh yaitu saat kita quit, kita harus quit dengan alasan yang tepat. Tidak asal quit.<br /><br />Untuk yang ini saya serahkan sepenuhnya pada Anda. Kita harus jujur pada diri sendiri. Apakah kita quit karena kita memang malas, tidak termotivasi, tidak tahan menderita, kurang ulet, ataukah kita quit karena kita, setelah bekerja sangat keras dan berusaha dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, melakukan whatever it takes, massive action dengan burning desire, sampai pada satu kesimpulan bahwa apa yang kita lakukan ternyata tidak sejalan dengan value atau nilai-nilai hidup kita.<br /><br />Quit di sini jangan diartikan hanya untuk orang yang belum berhasil mencapai sesuatu. Quit yang saya uraikan di sini juga berlaku bagi mereka yang sebenarnya telah berhasil mencapai kesuksesan pada level tertentu namun merasa hambar dengan hidup mereka.<br /><br />Saya pernah membaca kisah seorang financial consultant, di Jakarta, yang sangat sukses dengan kariernya, pada usia 40 tahun, memutuskan quit dan banting setir menjadi seorang pelukis. Benar, Anda tidak salah baca, menjadi seorang pelukis.<br /><br />Tentu tidak mudah melakukan hal ini. Banyak kawannya yang berkata bahwa ia gila karena meninggalkan karier yang begitu cemerlang, karier yang telah memberikan hasil yang begitu besar, khususnya di aspek finansial. Namun apa jawaban si financial consultant ini? “Saya merasa jauh lebih tenang, damai, dan bahagia dengan menjadi seorang pelukis. Ini adalah impian yang saya kubur sekian lama. Sekarang saya telah menjadi orang yang bebas mengekspresikan diri saya sendiri,” jawabnya lugas.<br /><br />Nah, pembaca, pada contoh di atas, yang terjadi adalah seringkali seseorang mendaki tangga kesuksesan, dan setelah mencapai puncak tangga, ia baru sadar ternyata tangganya bersandar di tembok yang salah. Nah, kalau begitu apa yang harus dilakukan? Ya banting setir seperti si financial consultant ini.<br /></span></div><div align="justify"><span class="fullpost">Mengapa sampai bisa terjadi tangga bersandar di tembok yang salah dan kita tidak tahu atau menyadarinya? Jawabannya sangat sederhana.<br /><br />Apa itu?<br />Kebanyakan kita tidak merancang hidup dengan hati-hati dan saksama. Manusia pada umumnya menjalani hidup asal-asalan. Mereka tidak punya peta kehidupan yang akan mereka jalani. Bagaimana caranya agar bisa punya peta kehidupan? Ya, kita rancang sendiri, dong.<br /><br />Bagaimana cara merancang peta kehidupan?<br />Di berbagai buku pengembangan diri, seminar motivasi, seminar sukses, dan berbagai program video yang saya pernah pelajari, umumnya kita diminta untuk membuat daftar impian tertulis. Impian ini harus lengkap meliputi berbagai aspek kehidupan. Ada aspek spiritual, finansial, bisnis-karier, materi, sosial, keluarga, kesehatan fisik dan mental. Saya pun dulunya melakuan hal yang sama dengan yang dianjurkan.<br /><br />Namun, seiring dengan berkembangnya kesadaran diri melalui proses pembelajaran dan perjalanan hidup, saya akhirnya menyadari satu hal yang selama ini luput dari perhatian saya. Ternyata untuk menyusun impian tidak asal susun. Pemahaman yang saya dapatkan, dan ini yang sekarang saya bagikan kepada para peserta seminar, workshop, dan kepada khalayak ramai melakui buku-buku yang saya tulis, yaitu menyusun impian yang benar hanya bisa dilakukan dengan satu syarat. Dan, syarat inilah yang selama ini tidak diperhatikan kebanyakan orang.<br /><br />Apa itu?<br />Langkah awal menyusun impian adalah dengan mencari tahu, menetapkan, dan menyusun nilai-nilai hidup (value).<br /><br />Lho, mengapa value? Kok bukan berdasar pendidikan yang kita jalani?<br />Value adalah apa yang kita yakini sebagai hal yang penting bagi hidup kita. Value berperan sebagai kompas yang mengarahkan perahu kehidupan kita. Jika dihubungkan dengan cerita mengenai “tembok yang salah” maka yang dimaksudkan dengan “tembok” sebenarnya value. Dengan value sebagai fondasi maka impian yang disusun tidak akan menyimpang dari tujuan hidup kita. Dengan demikian saat kita mencapai puncak kesuksesan kita justru akan semakin semangat dan bahagia. Untuk mengukur pencapaian seseorang sebenarnya bisa dilihat dari seberapa bahagia kita saat kita mencapai impian.<br /><br />Mengapa bukan berdasar pendidikan formal kita?<br />Karena ada begitu banyak orang yang salah jurusan, saat kuliah di perguruan tinggi. Saya pernah memberikan konseling pada seorang wanita, dokter umum usia 29 tahun, yang sedang mengambil spesialisasi menjadi dokter tulang (orthopedist). Wanita ini mengaku bahwa ia sebenarnya tidak suka dengan jurusan yang saat ini ia tempuh. Ia merasa letih sekali. Padahal ini baru di tahun pertamanya.<br /><br />Waktu saya tanya, mengapa kok diteruskan, kok nggak berhenti saja?<br />Jawabannya, sama seperti jawaban yang biasa saya terima, “Sudah kepalang basah, Pak. Kalau berhenti sekarang, terus… ngapain saya kuliah di kedokteran umum?”<br /><br />“Lho, dulu kok bisa milih masuk kedokteran?” tanya saya lagi.<br /><br />“Ya, soalnya katanya Om saya, kalau jadi dokter hidupnya enak,” jawabnya.<br /><br />“Terus… kenapa kok pilih tulang, kok bukan spesialis yang lain?” kejar saya.<br /><br />“Sebenarnya saya lebih suka jadi spesialis anak. Tapi jurusan ini sangat sulit dimasuki. Saya sudah coba tapi nggak bisa. Saya hanya dapat kesempatan spesialisasi tulang. Daripada nggak bisa kuliah lagi, ya saya masuki saja,” jawabnya enteng.<br /><br />Kisah ini sangat berbeda dengan kisah kawan saya, Lan Fang, di Surabaya. Lan Fang dulunya adalah seorang agen asuransi yang sangat berhasil. Namun hatinya selalu gelisah. Ia merasa asuransi bukan dunia yang sesuai dengan panggilan hatinya. Lan Fang senang menulis. Sambil menjadi agen asuransi ia telah menulis beberapa novel yang ternyata sangat berhasil.<br /><br />Cukup lama Lan Fang bimbang. Ia dipersimpangan jalan. Namun setelah menimbang-nimbang, setelah melakukan perenungan mendalam, Lan Fang akhirnya memutuskan untuk mengikuti suara hatinya, menjadi seorang penulis buku, full time.<br /><br />Banyak yang menyayangkan Lan Fang berhenti sebagai agen asuransi mengingat potensinya yang sangat luar biasa. Namun Lan Fang memutuskan quit dengan alasan yang tepat, di saat yang tepat, dan dengan exit strategy yang tersusun dengan baik dan matang.<br /><br />Sampai saat ini Lan Fang telah menulis delapan novel. Di antaranya Reinkarnasi, Laki-laki yang Salah, Perempuan Kembang Jepun, dan Kota Tanpa Kelamin.<br /><br />So… siapa bilang quitters never win? Sering kali the real winner adalah mereka yang berani quit. Dan the real loser justru mereka yang bersikeras berkata, “Never, never, never quit”. Anda perlu hati-hati agar tidak menjadi winner di antara para loser karena Anda adalah yang paling tidak mau quit. (Adi W. Gunawan)<br /><br /><em><span style="color:#ffff33;">* Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah pakar pendidikan dan mind technology,pembicara publik, dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis dua belas best seller “Born to be a Genius”, “Genius Learning Strategy, Manage Your Mind for Success”, “Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan?”, “Hypnosis – The Art of Subcsoncsious Communication”, “Becoming a Money Magnet”, “Kesalahan Fatal dalam Mengejar Impian”, dan “Hypnotherapy: The Art of Subconscious Restructuring”, “Cara Genius Menguasai Tabel Perkalian”, “Kesalahan Fatal Dalam Mengejar Impian 2, dan “Five Principles to Turn Your Dreams Into Reality”, dan The Secret of Mindset . Adi dapat dihubungi melalui email adi@adiwgunawan.com dan </span><a href="http://www.adiwgunawan.com/"><span style="color:#ffff33;">www.adiwgunawan.com</span></a><span style="color:#ffff33;">.</span></em></div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-22967391949481088792009-05-20T23:08:00.003+07:002009-05-21T00:16:10.944+07:00Aku Ingin Menjadi Luar Biasa!<div align="justify"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShQr2suROeI/AAAAAAAAAcc/HZPoPMkEB-k/s1600-h/AIMLB.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5337939677059037666" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 179px; CURSOR: hand; HEIGHT: 200px" alt="" src="http://2.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShQr2suROeI/AAAAAAAAAcc/HZPoPMkEB-k/s200/AIMLB.jpg" border="0" /></a>MATA, pikiran dan hati selalu ingin melihat semuanya indah seperti yang kita impikan. Tetapi mengapa kenyataannya tidak seperti yang kita harapkan ? Anda tentu punya impian, harapan, keinginan atau cita -cita.Pertanyaanya, sudahkah semuanya menjadi kenyataan ? atau sudah berapa persenkah anda mewujudkannya ?<br /><br />Tulisan ini akan mengajak anda mendesain masa depan yang lebih baik. Namun sebelum melanjutkan membacanya , siapkan pensil dan buku untuk mencatat hal terpenting yang muncul. Siapkan pula pikiran, hati, ketulusan serta kejujuran anda menerima dalil -dalil di bawah ini:<br /><span class="fullpost"><br />Pengakuan diri yang jujur merupakan kunci sukses pribadi anda Sebuah keberanian akan mengantar anda kejalan yang tepat Sikap mau belajar merupakan teman seperjalanan yang akan memberi penerangan Rendah hati adalah senjata untuk menghancurkan semua rintangan Setelah memahami dalil -dalil diatas, mari berlayar memahami diri anda, menemukan impian dan meraihnya.<br /><br />Cita -cita. Pengenalan diri secara jujur merupakan sikap yang sangat bijaksana sebelum anda ingin menjadi luar biasa. Dengan begitu anda akan menemukan kelebihan dan kekurangan anda. " aku dan cita -citaku " adalah suatu bentuk keinginan paling mendalam dari setiap orang. Untuk mengenali diri anda sendiri maka anda harus set ulang apa sebenarnya cita -cita anda. Mau jadi apa saya dalam 3, 5, 10 tahun mendatang ? Orang -orang luar biasa selalu mencari lingkungan yang mendukung dirinya menjadi apa yang diimpikannya. Jika tidak menemukannya, mereka tidak pasrah ! Mereka justru menciptakan lingkungan sendiri. Silahkan introspeksi diri apakah cita -cita anda sejalan dan mendapatkan lingkungan yang sesuai. Jika tidak anda harus berani keluar dari jalan yang selama ini dijalani. Beranilah berputar haluan ! Lalu tatapkan cita -cita anda dan pegang teguh itu. Kenali diri anda dengan cita -cita anda.<br /><br /><strong>Citra Diri</strong>. Bagaimana cara anda memandang diri anda sendiri ? Apakah anda melihat diri anda sebagai sosok yang lemah, tak berdaya, penuh rasa rendah diri, apatis, egois, menyebalkan, minder, takut gagal atau sifat dan sikap negatif lainnya ? Citra diri yang baik merupakan syarat mutlak untuk anda menjadi manusia yang luar biasa. Jika selama ini anda pesimis pada diri sendiri,maka sudah waktunya mengubah diri menjadi optimis, berpenghargaan besar, berambisi, dan berani menghadapi tantangan dan resiko. Setiap pribadi layak untuk berhasil dan sukses. Setiap pribadi berhak menetapkan cita -citanya setinggi langit, berhak mendapatkan apa yang diinginkan. Selama anda merasa todak layak, tidak mampu, itu berarti anda terlalu menghina diri anda sendiri. Anda sudah menginjak -injak diri sendiri. Sebab itu perbaiki cara melihat diri sendiri. Perbaiki citra diri anda.<br /><br /><strong>Harga Diri</strong>. Perasaan diri sendiri atau berapa besar menyukai diri sendiri itu adalah sebuah harga diri. Pernahkah anda membayangkan jadi bintang film terkenal yang disanjung dan dihormati banyak orang ? Bukankah hati dan perasaan anda sangat luar biasa ? Bukankah itu sangat berpengaruh terhadap perasaan ? Bukankah kemudian anda semakin menyukai diri anda sendiri ? Itulah sebuah harga diri. Menyukai, bangga, dan menyayangi diri sendiri merupakan faktor terpenting untuk menjadi luar biasa. Orang lain tidak mungkin akan menghargai anda jika anda sendiri tidak pernah menghargai diri sendiri. Kalau anda memberikan nilai 10 pada diri anda maka orang lain pun akan memberikan nilai 10, bahkan lebih ! Sebaliknya jika anda sudah tidak menghargai diri sendiri, begitu murah menghargai diri sendiri, orang lain pun akan melakukan hal yang sama terhadap anda. Maka hargai diri anda setinggi -tingginya.<br /><br /><strong>Menantang Diri Sendiri</strong>. Anda tidak mungkin termotivasi setiap saat. Ada kalanya jika hidup terasa sulit sehingga motivasi hilang. Tetapi sebaliknya, jika perasaan anda sedang senang maka anda akan mendapatkan kembali api motivasi tersebut. Motivasi akan muncul jika berhubungan dengan nilai kehidupan, keinginan, kebutuhan dan ambisi. Motivasi juga akan timbul jika kita hendak bepergian, kehidupan terancam atau waktu menghadapi sebuah resiko. Maka, tatkala anda kehilangan motivasi, saatnya anda harus menantang diri sendiri. Ciptakan lagi motivasi yang terhilang tersebut. Bagaimana caranya ? lakukan cara ini : tetap antusias, penuhi diri dengan rasa ingin tahu, baca buku, dengar kaset motivasi, renungkan terus impian, bayangkan saat impian terwujud, sadari bahwa anda dalam proses perubahan, dan jangan berharap kehidupan jadi lebih mudah. Menantang diri sendiri berarti anda berani mengakui segala kelemahan dan kekurangan. Anda harus siap mengubahnya menjadi kekuatan dan kelebihan. Berani menantang diri anda sendiri berarti anda sudah masuk ke dalam dunia komitmen yang tertinggi dalam proses pencapaian kemenangan diri anda.<br /><br /><strong>Mulai Bergerak</strong>. Setelah mengetahui dengan pasti ke mana anda akan pergi, maka saatnya anda bergerak. Kesiapan sangatlah diperlukan dalam perjalanan anda menjadi manusia yang luar biasa. Maka hal -hal yang harus anda lakukan adalah : mengubah frustasi menjadi aksi. Sudah saatnya anda tinggalkan konsep -konsep, metode, cara -cara kerja dan kebiasaan lama. Ganti dengan yang baru. Saatnya anda bangkit, bangun dan sadar bahwa ternyata anda menjadi luar biasa jika anda mau dan bersedia membayar harganya. Apa yang harus anda perbuat ? Buat daftar sifat terbaik lalu buang sifat buruk. tetaplah bergairah, terus belajar mengembangkan potensi diri, kepribadian, tantangan lebih berani, selalu bicara positif, membuat prestasi lebih baik, selalu berhubungan dengan orang lain, selalu memotivasi diri setiap saat, dan memahami hukum panen. Jika anda menghendaki buah durian janganlah menanam biji jagung.<br /><br /><strong>Menjadi Luar Biasa</strong>. Setelah mengenali diri, berani menantang diri sendiri, mulai bergerak ke depan ke arah perbaikan, kemajuan, pengembangan diri yang positif, maka siap -siaplah menyongsong lahirnya diri anda sebagai manusia luar biasa. Berfikir terlebih dulu baru bertindak adalah cara yang benar yang dilakukan oleh orang -orang luar biasa. Kendaraan berati fasilitas yang dipergunakan untuk menuju ke masa depan yang anda inginkan. Kendaraan anda tidak lain adalah semangat anda.<br /><br /><strong>Kemauan</strong>. Akhir kata, kemauan dan pilihan adalah yang sangat menentukan apakah anda ingin tetap menjadi manusia yang biasa atau luar biasa. Tidak perduli anda siap dan dari mana, jika anda mau dan memilih untuk menjadi orang yang luar biasa anda pasti bisa. Tetapi jika anda tidak mau, maka hidup anda tidak akan pernah berubah. Jika anda tidak memilih, janganlah menyalahkan keadaan. Anda yang menentukan ke mana akan pergi, dengan siapa pergi, apa yang harus dibawa, berapa banyak bekal, kapan mau berangkat, jalan mana yang harus dilewati, semuanya tergantung pada pilihan dan keputusan anda sendiri. Menjadi luar biasa hanyalah salah satu pilihan yang dapat anda pilih dalam kehidupan anda. Anda pasti bisa jika anda menginginkannya. Salam sukses !. (Benyamin)<br /><br /><em>Sumber</em> : Gemini Training Centre</div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-51425372888060774212009-05-19T22:58:00.000+07:002009-05-20T23:09:25.407+07:00Berbuatlah Yang Terbaik Dalam Hidupmu<div align="justify"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShQpw9XsLnI/AAAAAAAAAcU/4Fl3swKA9VE/s1600-h/BYTDH.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5337937379425267314" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand; HEIGHT: 150px" alt="" src="http://2.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShQpw9XsLnI/AAAAAAAAAcU/4Fl3swKA9VE/s200/BYTDH.jpg" border="0" /></a>SUATU ketika, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 isteri. Dia mencintai isteri ke-4 dan menganugerahinya harta dan kesenangan, sebab ia yang tercantik di antara semua isterinya.<br /><br />Pria ini juga mencintai isterinya yang ke-3. ia sangat bangga dengan sang isteri dan selalu berusaha untuk memperkenalkan wanita cantik ini kepada semua temannya. Namun ia juga selalu kuatir kalau isterinya ini lari dengan pria lain. Begitu juga dengan isteri ke-2. Sang pedagang sangat menyukainya karena ia isteri yang sabar dan penuh pengertian. Kapan pun pedagang mendapat masalah, ia selalu minta pertimbangan isteri ke-2-nya ini, yang selalu menolong dan mendampingi sang suami melewati masa-masa sulit.<br /><span class="fullpost"><br />Sama halnya dengan isteri pertama. Ia adalah pasangan yang sangat setia dan selalu membawa perbaikan bagi kehidupan keluarganya. Wanita ini yang merawat dan mengatur semua kekayaan dan bisnis sang suami.<br /><br />Akan tetapi, sang pedagang kurang mencintainya meski isteri pertama ini begitu sayang kepadanya. Suatu hari si pedagang sakit dan menyadari bahwa ia akan segera meninggal. Ia meresapi semua kehidupan indahnya dan berkata dalam hati, "Saat ini aku punya 4 isteri. Namun saat aku meninggal, aku akan sendiri. Betapa menyedihkan."<br /><br /><strong>ISTERI KE-4: NO WAY<br /></strong>Lalu pedagang itu memanggil semua isterinya dan bertanya pada isteri ke-4-nya. "Engkaulah yang paling kucintai, kuberikan kau gaun dan perhiasan indah. Nah, sekarang aku akan mati. Maukah kamu mendampingi dan menemaniku?" Ia terdiam.... tentu saja tidak! Jawab isteri ke-4 dan pergi begitu saja tanpa berkata apa2 lagi. Jawaban ini sangat menyakitkan hati. Seakan2 ada pisau terhunus dan mengiris-iris hatinya.<br /><br /><strong>ISTERI KE-3: MENIKAH LAGI<br /></strong>Pedagang itu sedih lalu bertanya pada isteri ke-3. "Aku pun mencintaimu sepenuh hati dan saat ini hidupku akan berakhir. Maukah kau ikut denganku dan menemani akhir hayatku?" Isterinya menjawab, "hidup begitu indah di sini, Aku akan menikah lagi jika kau mati". Bagai disambar petir di siang bolong, sang pedagang sangat terpukul dengan jawaban tsb. Badannya terasa demam.<br /><br /><strong>ISTERI KE-2: SAMPAI LIANG KUBUR<br /></strong>Kemudian ia memanggil isteri ke-2. "Aku selalu berpaling kepadamu setiap kali aku mendapat masalah dan kau selalu membantuku sepenuh hati. Kini aku butuh sekali bantuanmu. Kalau aku mati, maukah engkau mendampingiku?" Jawab sang isteri, "Maafkan aku kali ini aku tak bisa menolongmu. Aku hanya bisa mengantarmu hingga ke liang kubur. Nanti akan kubuatkan makam yang indah untukmu."<br /><br /><strong>ISTERI KE-1: SETIA BERSAMA SUAMI<br /></strong>Pedagang ini merasa putus asa. Dalam kondisi kecewa itu, tiba-tiba terdengar suara, "Aku akan tinggal bersamamu dan menemanimu kemana pun kau pergi. Aku tak akan meninggalkanmu, aku akan setia bersamamu. Pria itu lalu menoleh ke samping, dan mendapati isteri pertamanya di sana. Ia tampak begitu kurus. Badannya seperti orang kelaparan. Merasa menyesal, sang pedagang lalu bergumam, "Kalau saja aku bisa merawatmu lebih baik saat aku mampu, tak akan kubiarkan engkau kurus seperti ini, isteriku."<br /><br /><strong>HIDUP KITA DIWARNAI 4 ISTERI</strong><br />Sesungguhnya, kita punya 4 isteri dalam hidup ini. Isteri ke-4 adalah TUBUH kita. Seberapa banyak waktu dan biaya yang kita keluarkan untuk tubuh kita supaya tampak indah dan gagah. Semua ini akan hilang dalam suatu batas waktu dan ruang. Tak ada keindahan dan kegagahan yang tersisa saat kita menghadap kepada-Nya.<br /><br />Isteri ke-3, STATUS SOSIAL DAN KEKAYAAN. Saat kita meninggal, semuanya akan pergi kepada yang lain. Mereka akan berpindah dan melupakan kita yang pernah memilikinya. Sebesar apapun kedudukan kita dalam masyarakat dan sebanyak apapun harta kita, semua itu akan berpindah tangan dalam waktu sekejap ketika kita tiada.<br /><br />Sedangkan isteri ke-2, yakni KERABAT DAN TEMAN. Seberapa pun dekat hubungan kita dengan mereka, kita tak akan bisa terus bersama mereka. Hanya sampai liang kuburlah mereka menemani kita.<br /><br />Dan sesungguhnya isteri pertama kita adalah JIWA DAN AMAL KITA. Sebenarnya hanya jiwa dan amal kita sajalah yang mampu untuk terus setia mendampingi kemana pun kita melangkah. Hanya amallah yang mampu menolong kita di akhirat kelak.<br /><br />Jadi, selagi mampu, perlakukanlah jiwa kita dengan bijak serta jangan pernah malu untuk berbuat amal, memberikan pertolongan kepada sesama yang membutuhkan. Betapa pun kecilnya bantuan kita, pemberian kita menjadi sangat berarti bagi mereka yan memerlukannya. Mari kita belajar memperlakukan jiwa dan amal kita dengan bijak. </div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-81403346929338837152009-05-18T23:38:00.002+07:002009-05-20T23:43:26.991+07:006000 Anak Tangga Cinta<div align="justify"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShQyvp0U2dI/AAAAAAAAAcs/qT7VIx29hEA/s1600-h/ATC.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5337947252601444818" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand; HEIGHT: 175px" alt="" src="http://1.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShQyvp0U2dI/AAAAAAAAAcs/qT7VIx29hEA/s200/ATC.jpg" border="0" /></a>SATU kisah cinta baru-baru ini keluar dari China dan langsung menyentuh seisi dunia.Kisah ini adalah kisah seorang laki-laki dan seorang wanita yang lebih tua, yang melarikandiri untuk hidup bersama dan saling mengasihi dalam kedamaian selama setengah abad.<br /><br />Laki-laki China berusia 70 tahun yang telah memahat 6000 anak tangga dengan tangannya (hand carved) untuk isterinya yang berusia 80 tahun itu meninggal dunia di dalam goa yang selama 50 tahun terakhir menjadi tempat tinggalnya.<br /><span class="fullpost"><br />50 tahun yang lalu, Liu Guojiang, pemuda 19 tahun, jatuh cinta pada seorang janda 29 tahun bernama Xu Chaoqin ....<br /><br />Seperti pada kisah Romeo dan Juliet karangan Shakespeare, teman-teman dan kerabat mereka mencela hubungan mereka karena perbedaan usia di antara mereka dan kenyataan bahwa Xu sudah punya beberapa anak....<br /><br />Pada waktu itu tidak bisa diterima dan dianggap tidak bermoral bila seorang pemuda mencintai wanita yang lebih tua.....Untuk menghindari gossip murahaan dan celaan dari lingkungannya, pasangan ini memutuskan untuk melarikan diri dan tinggal di sebuah goa di Desa Jiangjin, di sebelah selatan Chong Qing.<br /><br />Pada mulanya kehidupan mereka sangat menyedihkan karena tidak punya apa-apa, tidak ada listrik atau pun makanan. Mereka harus makan rumput-rumputan dan akar-akaran yang mereka temukan di gunung itu. Dan Liu membuat sebuah lampu minyak tanah untuk menerangi hidup mereka.<br /><br />Xu selalu merasa bahwa ia telah mengikat Liu dan is berulang-kali bertanya,"Apakah kau menyesal?" Liu selalu menjawab, "Selama kita rajin, kehidupan ini akan menjadi lebih baik".<br /><br />Setelah 2 tahun mereka tinggal di gunung itu, Liu mulai memahat anak-anak tangga agar isterimya dapat turun gunung dengan mudah. Dan ini berlangsung terus selama 50 tahun.<br /><br />Setengah abad kemudian, di tahun 2001, sekelompok pengembara (adventurers) melakukan explorasi ke hutan itu. Mereka terheran-heran menemukan pasangan usia lanjut itu dan juga 6000 anak tangga yang telah dibuat Liu.<br /><br />Liu Ming Sheng, satu dari 7 orang anak mereka mengatakan, "Orang tuaku sangat saling mengasihi, mereka hidup menyendiri selama lebih dari 50 tahun dan tak pernah berpisah sehari pun. Selama itu ayah telah memahat 6000 anak tangga itu untuk menyukakan hati ibuku, walau pun ia tidak terlalu sering turun gunung.<br /><br />Pasangan ini hidup dalam damai selama lebih dari 50 tahun. Suatu hari Liu yang sudah berusia 72 tahun pingsan ketika pulang dari ladangnya. Xu duduk dan berdoa bersama suaminya sampai Liu akhirnya meninggal dalam pelukannya. Karena sangat mencintai isterinya, genggaman Liu sangat sukar dilepaskan dari tangan Xu, isterinya.<br /><br />"Kau telah berjanji akan memeliharakanku dan akan terus bersamaku sampai akan meninggal, sekarang kau telah mendahuluikun, bagaimana akan dapat hidup tanpamu?"<br /><br />Selama beberapa hari Xu terus-menerus mengulangi kalimat ini sambil meraba peti jenasah suaminya dan dengan air mata yang membasahi pipinya.<br /><br />Pada tahun 2006 kisah ini menjadi salah satu dari 10 kisah cinta yang terkenal di China, yang dikumpulkan oleh majalah Chinese Women Weekly.<br /><br />Pemerintah telah memutuskan untuk melestarikan "anak tangga cinta" itu, dan tempat kediaman mereka telah dijadikan musium agar kisah cinta ini dapat hidup terus.</div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-29029721930364937282009-05-17T00:55:00.002+07:002009-05-21T01:00:31.200+07:00Kekuatan Keberanian Mengambil Risiko<div align="justify"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShRE6KPmTCI/AAAAAAAAAdQ/368759UMbew/s1600-h/KMR.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5337967224313760802" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand; HEIGHT: 200px" alt="" src="http://1.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShRE6KPmTCI/AAAAAAAAAdQ/368759UMbew/s200/KMR.jpg" border="0" /></a>DALAM perjalanan hidup Jenderal Sun Tzu dikisahkan bahwa betapa strategi perang terus untuk mencapai kemenangan itu bisa berubah detik demi detik, demi mengimbangi atau menganntisipasi perubahan strategi musuh. Strategi ini berpijak pada dasar pemikiran bahwa cara terbaik untuk menang perang adalah dengan menguasai kemampuan membaca jalan pikiran ahli strategi musuh. Dan barangsiapa mengetahui jalan pikir musuh dan mengetahui titik-titik kelemahannya, dipastiikan dia bisa memenangkan adu strategi tersebut.<br /><br />Namun setiap strategi pasti mengandung risiko. Dan strategi peran Sun Tzu ditegaskan adanya prinsip mendasar yang mengatakan, “Kemenangan besar hanya bisa dilakukan orang yang berani ambil risiko besar”. Prinsip ini menegaskan bahwa tanpa keberanian mengambil taktik berisiko besar, maka kemenangan besar sulit diraih. Inilah inti dari strategi perang Sun Tzu yang mensinergikan antara strategi perang yang cerdik dan matang dengan keberanian mengambil risiko besar demi kemenangan yang besar pula.<br /><span class="fullpost"><br />Dalam kehidupan non-kemiliteran pun seperti bidang manajemen, kewirausahaan, maupun kehidupan pribadi, kita mengenal prinsip strategi dan risiko semacam ini. Mungkin kita telah menyusun rencana dan menetapkan strategi untuk melakukan investasi, memulai bisnis baru, melakukan diversifikasi maupun ekspansi usaha. Ada target-target dan mimpi-mimpi besar dalam setiap tindakan tersebut. Ada peluang dan tantangan. Namun yang tidak boleh kita lupakan adalah faktor risiko yang sudah pasti ada dan melekat dalam setiap action kita. Ada risiko gagal, ada risiko berhasil. Itu pasti!<br /><br />Contoh: mungkin berdasarkan perhitungan yang begitu matang, kita memiliki kemungkinan keberhasilan di atas 70%. Memang dalam strategi Sun Tzu kita diwajibkan untuk bisa memetakan keberhasilan lebih dulu. Memastikan kemenangan baru melakukan perang. Nah, jika rencana dan strategi telah dieksekusi sementara hasil yang didapat tidak sesuai perhitungan, itulah risiko sebuah action. Kita tidak mungkin berhenti bertindak hanya karena ingin menghilangkan sama sekali risiko kegagalan.<br /><br />Seperti dalam kata-kata mutiara yang saya ciptakan, yang berbunyi; <em>“Memang di dalam kehidupan ini tidak ada yang pasti. Tetapi kita harus berani memastikan apa-apa yang ingin kita raih”.</em> Jadi dalam lapangan hidup apa pun, strategi itu penting. Tetapi keberanian mengambil risiko juga sangat penting. Ingat, strategi tanpa keberanian mengambil risiko tidak akan membawa kita ke tujuan apa pun. (Andrie Wongso)<br /><br /><em>Sumber</em> : pembelajar.com</div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-31079735738999421062009-05-16T21:22:00.002+07:002009-05-20T21:28:35.619+07:00Nilai Kesadaran<div align="justify"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShQTBRqK2lI/AAAAAAAAAbc/gdmJN0M97SE/s1600-h/NK.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5337912370981952082" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand; HEIGHT: 200px" alt="" src="http://2.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShQTBRqK2lI/AAAAAAAAAbc/gdmJN0M97SE/s200/NK.jpg" border="0" /></a>DIKISAHKAN, seorang direktur eksekutif di sebuah perusahaan multinasional berkisah tentang perjalanan kariernya. Saat masih muda, aku bangga pada diriku sendiri yang pintar, lulus sekolah dengan angka yang memuaskan dan bersikap angkuh pada orang-orang yang tidak sepandai aku. Aku dulu egois sekali, mengejar karier secepat mungkin tanpa mempertimbangkan perasaan orang-orang yang aku dahului. Yang penting cepat sampai ke tujuan tanpa pernah menyadari bahwa kepandaian dan caraku memenangkan perdebatan di meja rapat ternyata menyakiti teman-teman dan seniorku sendiri. Yang penting dewan direksi senang dan puas dengan hasil kerjaku, maka karierku pasti akan meningkat dengan pesat begitu pula dengan gaji dan fasilitas yang bakal ku terima. Yang lainnya aku tidak peduli. Sikapku yang hanya mementingkan diri sendiri dan tidak merasa perlu bersosialisasi, menyebabkan aku dijauhi teman dan ketika sadar, tiba-tiba aku sendirian!<br /><span class="fullpost"><br />Saat kelelahan karena pekerjaan yang menumpuk, tidak ada satu orang teman pun yang menyapaku apalagi membantu. Ketika sakit, tidak ada yang menanyakan keadaanku apalagi menjenguk. Hidupku begitu kering dan kesepian. Hanya ada satu orang yang menyapaku dengan senyum yang selalu merekah di bibirnya, yaitu si Udin, cleaning service merangkap office boy di kantorku. Sosok pemuda kampung yang ramah dan siap membantu.<br /><br />Sapanya yang khas setiap bertemu, “Selamat pagi, siang, atau sore, Pak.” “Mau tambah minum apa?” atau “Apa yang bisa saya Bantu, Pak?” Meskipun pekerjaannya berat, menyiapkan segala properti untuk semua orang di kantor, dia selalu ringan tangan menolong orang lain yang bukan menjadi tugasnya sehingga dia sangat disukai oleh semua orang. Bahkan saat tidak masuk kerja karena sakit, beberapa orang kantor menyempatkan menengok dan mengumpulkan uang membantu Udin.<br /><br />Diam-diam aku iri kepada udin dan marah kepada diriku sendiri. Iri kepada Udin? Yang cuma cleaning service? Sungguh keterlaluan! Kenyataan itu serasa menamparku dengan keras. Selama berhari-hari aku merenung dan meneliti kembali tujuan hidupku. Apakah aku bahagia dengan perolehan yang telah aku capai selama ini? Apakah ini tujuan hidup yang aku inginkan? Dan banyak lagi pertanyaan yang menggantung di benak ini. Sejak itu, aku sadar dan segera membuat rencana untuk berusaha merubah diri menjadi lebih baik seperti yang aku inginkan. Menjadi pribadi yang lebih menyenangkan bagi diri sendiri dan orang lain. Perubahan demi perubahan positif pun terjadi. Sungguh luar biasa. Kesadaranku muncul karena seorang Udin!<br /><br />Pembaca yang budiman,<br /><br />Pepatah bijak mengatakan <em>“Setiap orang bisa menjadi guru bagi orang lain”</em> dan yang sering saya sharingkan, <em>“Sebuah prestasi tanpa dilandasi oleh kepribadian dan pikiran yang positif</em> <em>maka akan rapuh dan mudah runtuh”</em> adalah sangat tepat untuk menggambarkan kisah tadi. Apalah artinya pintar jika hanya menyakiti orang lain, bahkan teman sendiri? Karena sesungguhnya, pintar adalah berkah dari yang Kuasa. Tetapi mampu mengelola kepintaran sehingga bermanfaat dan membahagiakan bagi diri sendiri dan orang lain itu baru lah kebijaksanaan.<br /><br />Mari mengevaluasi diri sendiri, untuk selalu menghargai berkah yang diberikan Tuhan kepada kita.<br /><br />Salam sukses luar biasa! </div><div align="justify"><br />Andrie Wongso<br /><br /><em>Sumber</em> : pembelajar.com</div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-39915358536195450872009-05-15T19:45:00.002+07:002009-05-20T19:53:05.938+07:00Kekuatan Pikiran<div align="justify"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShP82hmDunI/AAAAAAAAAbM/KFRwWGIXOOk/s1600-h/71438662.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5337887997025303154" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 150px; CURSOR: hand; HEIGHT: 200px" alt="" src="http://3.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShP82hmDunI/AAAAAAAAAbM/KFRwWGIXOOk/s200/71438662.jpg" border="0" /></a>DIKISAHKAN, ada seorang ibu yang sangat menyayangi putra tunggalnya. Karena rasa kuatir yang sangat, ditambah maraknya berita penculikan di media massa, si ibu pun memberi nasihat kepada putranya, "Nak, kalau matahari sudah tidak bersinar lagi, jangan keluar rumah ya. Karena saat gelap seperti itulah roh jahat mulai bermunculan. Ada yang disebut kuntilanak, genderuwo, dan lain-lain. Pokoknya mahkluk jelek, hitam, dan jahat. Maka belajar baik-baik di dalam rumah saja ya, terutama malam hari, oke?" sang anak, yang sedikit penakut, dengan senang hati mematuhi nasehat ibunya.<br /><span class="fullpost"><br />Setelah beranjak remaja, si anak tumbuh menjadi pemuda cilik yang penakut dan pengecut. Seringkali, ketakutannya yang berlebihan itu terbawa-bawa dalam mimpi. Tidak jarang, ketika tidur ia tiba-tiba terbangun dengan berteriak histeris serta bersimbah peluh ketakutan. Kedua orangtuanya pun menjadi khawatir melihat perkembangan jiwa si anak. Berbagai nasehat bernada menghibur yang disampaikan si orangtua kepada anaknya tidak bermanfaat sama sekali. Bahkan, kadang si anak justru merasa orangtuanya berusaha mencelakai dia.<br /><br />Suatu hari, sang kakek mendengar kondisi cucunya tersebut. Maka, ia pun segera menyempatkan diri berkunjung ke rumah anaknya. Setelah memikirkan dengan seksama, suatu sore, si kakek mengajak cucunya berjalan-jalan ke pasar malam bersama-sama dengan beberapa orang tetangga dan teman si cucu. Sesampainya di pasar malam itu, mereka pun bersenang-senang. Sang cucu dan teman-temannya bermain dan melihat berbagai pertunjukkan hingga malam hari. Setelah puas dan lelah bermain, mereka pun berjalan kaki pulang ke rumah.<br /><br />Tiba di rumah, si kakek meneruskan berbincang santai dengan cucunya. "Cucuku, terang dan gelap adalah sifat alam. Tidak ada hubungannya dengan roh gentayangan dan kejahatan. Sudah kita buktikan sendiri, kan? Bukankah sepanjang jalan dalam kegelapan tadi tidak ada satu pun roh jahat yang mengganggu? Ketahuilah, roh jahat hanya ada di pikiran kamu sendiri. Usir dia dari pikiranmu, maka tidak akan ada yang namanya roh jahat di muka bumi ini. Kakek yang sudah setua ini telah membuktikan sendiri. Ketakutan hanya ada di pikiran kita. Gunakan pikiranmu untuk hal-hal yang baik, maka engkau akan membuat segalanya menjadi baik, indah, dan membahagiakan."<br /><br />Demikianlah, berkat kata-kata bijak dari si kakek, lewat proses waktu, akhirnya si cucu mampu mengubah mindset dan memiliki kesehatan mentalitas yang positif. Ia pun tumbuh jadi pemuda yang pemberani.<br /><br />Pembaca yang budiman,<br /><br /><em>Mendidik anak dengan nada ancaman atau dengan menakutinya, walaupun untuk tujuan yang baik, bisa berdampak buruk dan merusak kesehatan mental, bila tidak disertai dengan pengertian benar!<br /></em><br />Hukum pikiran bersifat universal dan berlaku untuk siapa saja, baik anak-anak atau orang dewasa, yakni you are what you think, Anda adalah apa yang Anda pikirkan! Maka, apa yang kita pikirkan, itulah yang akan terjadi. You are what you believe, Anda adalah apa yang Anda percayai!<br /><br />Karena itu, kalau yang kita tanamkan ke dalam pikiran kita setiap hari adalah hal-hal yang negatif, dampaknya akan destruktif atau merusak. Sebaliknya, kalau baik dan positif sifatnya, tentu dampak dalam kehidupan kita akan menjadi positif dan konstruktif.<br /><br />Salam Sukses Luar Biasa!!!! </div><div align="justify">Andrie Wongso<br /><br /><em>Sumber</em> : andriewongso.com </div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-88724917040673122122009-05-14T00:45:00.003+07:002009-05-21T00:53:00.435+07:00Jangan Menunda, Mungkin Tak Ada Kesempatan Kedua<div align="justify"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShRDCqVU9uI/AAAAAAAAAdI/VltdKN_nDXY/s1600-h/JMW.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5337965171343423202" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand; HEIGHT: 143px" alt="" src="http://1.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShRDCqVU9uI/AAAAAAAAAdI/VltdKN_nDXY/s200/JMW.jpg" border="0" /></a>“LIVE good, honorable life. Then when you get older and think back, you’ll be able to enjoy it a second time. – Hiduplah dengan baik dan penuh arti. Supaya kelak disaat Anda tua dan mengingatnya kembali, Anda akan menikmatinya kembali selama beberapa saat.”~Dalai Lama<br /><br />Setiap tahun tak kurang dari dua kali kami jalan-jalan ke luar negeri untuk menemani para distributor. Dalam kurun waktu tujuh tahun belakangan, kami sudah mengunjungi lebih dari 20 negara di benua Asia, Eropa Timur dan Barat, Australia dan Afrika. Kali ini saya akan menceritakan pengalaman bersama 130 orang distributor sewaktu mengunjungi Gold Coast, Sydney, dan Brisbane selama seminggu pada bulan Maret lalu.<br /><span class="fullpost"><br />Sebenarnya saya sudah tiga kali mengunjungi negeri kanguru itu. Tetapi karena membawa rombongan distributor yang berbeda, sehingga kesan yang saya bawa pulang selalu berbeda. Khususnya saat mengunjungi Dream World. Sesuai promosinya yaitu – Dream World! So Many World in One! – disana banyak permainan yang tak hanya penuh dengan tantangan melainkan petualangan yang sangat menegangkan tetapi sangat mengesankan.<br /><br />Permainan paling fantastis adalah The Big 5 Thrill Rides, yang terdiri dari The Tower of Terror, Giant Drop, Cyclone, Wipeout dan The Claw. The Tower of Terror adalah sarana permainan terjun bebas dari ketinggian 38 lantai atau sekitar 100 meter selama 6,5 detik. Giant Drop juga sarana permainan terjun bebas tertinggi, versi Guiness Book of World Records, dengan ketinggian 39 lantai atau 120 meter. Untuk naik ke atas Giant Drop dilakukan dalam waktu 90 detik. Sedangkan waktu untuk terjun hanya 5 detik.<br /><br />Sementara Cyclone permainan gravitasi tertinggi di Sounthern Hemisphere. Diceritakan bahwa permainan tersebut dapat memberikan 13 jenis pengalaman berbeda, dari mulai 1.000 macam kecepatan tinggi, jantung berdegub kencang, rambut berdiri, lompatan 360 derajat dan jeritan keras. Wipeout adalah permainan, yaitu peserta dibelit kemudian diputar 360 derajat. Sedangkan dalam permainan The Claw, peserta terayun dengan kecepatan 75 kilometer per jam dan dengan perputaran 360 derajat.<br /><br />Semoga penjelasan saya dapat memancing kesan terhadap permainan yang menegangkan tetapi sangat mengesankan itu. Sayang sekali, kekuatan fisik saya sudah tidak memungkinkan untuk ikut merasakan secara langsung permainan-permainan yang menekankan pada ketinggian dan kecepatan. Sungguh menyesal, saya hanya menjadi penonton.<br /><br />Meskipun hanya menjadi penonton, saya memetik sesuatu yang berharga dan ingin saya bagikan kepada pembelajar yang budiman. Seperti kata Dalai Lama, “When you lose, don’t lose the lesson. – Ketika Anda kehilangan, jangan kehilangan pula pelajaran berharga darinya.” Sesuatu itu adalah pesan agar jangan pernah sia-siakan waktu dan kekuatan dalam diri kita untuk hal yang lebih bermanfaat, benar dan patut dibanggakan atau dikenang kelak di waktu tua. Beberapa orang di antara kita mungkin memiliki waktu lebih panjang dibandingkan dengan yang lain. Tetapi tak seorangpun diantara kita mendapatkan lebih dari 24 jam per hari. Maksud saya menjelaskan hal itu adalah selagi masih muda dan memiliki banyak waktu luang, kita harus pandai memanfaatkan waktu lebih bijaksana supaya dapat memberikan lebih banyak manfaat.<br /><br />Usahakan setiap hari Anda sudah memiliki perencanaan yang baik tentang rutinitas dan prioritas yang bermanfaat untuk kebaikan diri Anda. Sebagaimana pepatah bijak menganjurkan, “Gagal merencanakan sama halnya merencanakan untuk gagal. – Failing to plan is planning to fail.” Sebab manusia secara umum membuang waktu percuma selama 2 jam setiap harinya dikarenakan perencanaan yang kurang baik.<br /><br />Manajemen waktu dengan baik bukan tergantung pada seberapa lama kita menghabiskan waktu untuk bekerja, melainkan seberapa efisien kita menyelesaikan pekerjaan. Dengan perencanaan yang baik, mungkin Anda dapat melakukan lebih dari satu pekerjaan pada satu waktu dengan hasil maksimal. Pekerjaan yang tidak memerlukan konsentrasi tinggi misalnya ketika Anda dalam perjalanan kerja, mungkin akan lebih bermanfaat jika Anda menggunakannya untuk meningkatkan kualitas diri dengan belajar dari buku atau informasi di radio atau kaset.<br /><br />Selain itu ciptakan target yang besar, lebih berarti dan menantang. Kemudian jadikanlah prioritas utama untuk mengerjakannya. Jangan pernah menggeser prioritas tersebut dari jadwal dan waktu yang Anda miliki hanya untuk melakukan hal lain yang menyenangkan tetapi kurang berarti. “Things which matter most must never be at the mercy of things which matter least. – Sesuatu yang paling penting tidak akan pernah sama nilainya dengan sesuatu yang tidak terlalu penting,” tegas Goethe.<br /><br />Waktu dan segala kekuatan yang Anda miliki saat ini sangatlah berharga. Ketika Anda benar-benar memanfaatkan waktu untuk mengerjakan target yang lebih baik dan besar secara konsisten dan berkesinambungan, maka suatu ketika Anda akan melihat deretan prestasi mengagumkan dan hasil menguntungkan yang sudah dapat Anda ciptakan dan belum tentu dapat Anda hasilkan di lain kesempatan. <em>Segeralah manfaatkan waktu dan segala kekuatan yang Anda miliki saat ini dengan benar dan lebih produktif. Jangan pernah menundanya sekali lagi, karena belum tentu ada kesempatan kedua</em>. (Andrew Ho)<br /><br /><em>Sumber</em> : pembelajar.com</div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-91751308207215183642009-05-13T22:50:00.000+07:002009-05-20T22:57:49.270+07:0010 Cara Jitu Meraih Kehidupan yang "Bertenaga"<div align="justify"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShQnyOfQqpI/AAAAAAAAAcM/16DFWehs5Lc/s1600-h/CJMKYB.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5337935202177034898" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 150px; CURSOR: hand; HEIGHT: 200px" alt="" src="http://3.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShQnyOfQqpI/AAAAAAAAAcM/16DFWehs5Lc/s200/CJMKYB.jpg" border="0" /></a>BANYAK hal -hal positif yang anda masih dapat anda lakukan agar anda dapat menikmati hidup dan tetap bersemangat di tengah-tengah kesibukan pekerjaan rutin anda. Angelina Febe memberikan 10 tipsnya untuk anda.<br /><br /><strong>1. Berikanlah lebih dari yang diminta</strong><br />Jadilah orang yang selalu memberikan ‘lebih’ dalam apa saja yang Anda lakukan. Jadikanlah ‘totalitas’ sebagai gaya hidup Anda karena kebiasaan membentuk karakter. Berilah tanpa mengharap imbalan dan pujian.<br /><span class="fullpost"><br /><strong>2. Mengurangi ketegangan</strong><br />Orang bijak bilang: “Suatu saat nanti kamu akan tertawa jika teringat akan hal ini.” Kurangilah stress dengan berpikir bahwa segala sesuatu dalam hidup Anda pasti akan berjalan lebih baik. Walaupun kondisi pada saat ini tidak mendukung Anda untuk bersemangat. Milikilah kerangka berpikir positif! Lihatlah setiap situasi sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang. Jangan lupa untuk tetap tertawa.<br /><br /><strong>3. Kuasailah kebiasaan Anda</strong><br />Kebiasaan dapat membuat Anda menjadi lebih baik atau lebih buruk. Pastikanlah untuk memiliki kebiasaan yang memiliki efek yang baik bagi diri & hidup Anda. Lenyapkanlah kebiasaan buruk yang merugikan.<br /><br /><strong>4. Pilihlah lingkungan Anda</strong><br />Perhatikan, siapa saja orang yang sangat berpengaruh dalam hidup Anda? Kita semua terbentuk oleh lingkungan kita. Setiap orang yang ada di sekeliling kita mempengaruhi kepribadian, kepercayaan, dan nilai-nilai yang kita anut. Jadi, siapa orang terdekat Anda? Pastikan bahwa mereka mendukung Anda untuk maju. Hindari orang yang menghalangi perkembangan dan mematikan semangat Anda.<br /><br /><strong>5. Luangkan waktu untuk melakukan kegiatan yang Anda sukai</strong><br />Seringkali kita berupaya keras untuk berlari mengejar kemajuan dalam kehidupan kita, hingga melupakan hal-hal yang membuat kita bahagia. Jika terlalu tegang, Anda menjadi lelah jiwa raga, dan bosan. Kembalikan semangat Anda dengan meluangkan waktu untuk melakukan hobi Anda. Lakukanlah secara teratur.<br /><br /><strong>6. Pecahkan masalah yang menghimpit Anda</strong><br />Masalah yang belum terpecahkan berpotensi untuk menguras enerji kita. Cari tahu, masalah apa saja yang menghimpit jiwa dan membuat Anda tertekan. Carilah solusi atas masalah Anda. Selesaikanlah urusan yang belum selesai, seperti melunasi hutang, menyelesaikan skripsi atau pekerjaan yang belum beres. Dijamin, Anda akan menjadi lega setiap satu masalah selesai. Bereskan saja semuanya, supaya Anda kembali bersemangat!<br /><br /><strong>7. Fokus! Fokus! Fokus!<br /></strong>Enyahkan kecerobohan dan hal-hal buruk yang terjadi dalam hidup Anda dengan fokus pada apa saja yang sedang Anda lakukan saat ini. Kembangkanlah kebiasaan untuk melakukan satu saja pekerjaan. Fokuslah pada hal itu hingga pekerjaan itu selesai. Berilah perhatian pada detail untuk meraih kesempurnaan.<br /><br /><strong>8. Sisihkan waktu untuk menyusun hidup Anda<br /></strong>Kebanyakan orang menyerah pada keadaan dan tidak memperjuangkan hidup mereka. Akibatnya hidup mereka menjadi tak menentu dan tanpa arah serta tujuan. Hindarilah hal ini dengan mengetahui apa yang Anda inginkan. Ketahuilah impian Anda. Anda ingin menjadi apa? Kehidupan seperti apa yang Anda dambakan? Apa sumbangsih Anda bagi manusia dan dunia? Jadilah orang yang proaktif dengan berusaha menata diri dan hidup Anda ke arah yang lebih baik. Susunlah rencana dan berjuanglah!<br /><br /><strong>9. Menjaga kesehatan jiwa & raga</strong><br />Makanlah makanan yang bergizi, jangan hanya asal kenyang. Miliki tidur yang berkualitas. Berolahragalah secara teratur. Lakukan segala upaya untuk menunjang raga kita tetap sehat. Karena kesehatan tubuh berpengaruh pada kesegaran mental. Usahakan untuk berada dalam lingkungan yang ‘sehat’, hindari lingkungan yang penuh tekanan, carilah kehidupan yang lebih baik. Berbagilah bersama sahabat. Jangan lupa bahwa Tuhan itu ada, berserah & berdoalah!<br /><br /><strong>10.Berinvestasi pada otak & pikiran Anda</strong><br />Pikiran Anda adalah komputer yang tercanggih di dunia! Up grade yourself! Maka, jangan pernah berhenti belajar dan mengembangkan bakat Anda. Jangan malas mempelajari keahlian baru yang akan meningkatkan kesehatan, kekuatan mental, dan performa kerja kita. Jangan takut mencoba pengalaman baru. Hal baru dapat menstimulasi pikiran kita. Gunakanlah pengetahuan yang Anda miliki untuk berkarya, mengajar, mendukung orang lain, dan berpartisipasilah dalam membuat dunia menjadi lebih baik. </div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-5682005763273876522009-05-12T21:41:00.002+07:002009-05-20T21:50:38.768+07:00I Will Survive<div align="justify"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShQYARe4abI/AAAAAAAAAbs/qH6KhXsr7wI/s1600-h/IWS.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5337917851312875954" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand; HEIGHT: 150px" alt="" src="http://4.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShQYARe4abI/AAAAAAAAAbs/qH6KhXsr7wI/s200/IWS.jpg" border="0" /></a>KEKUATAN terbesar untuk kembali menjadi pemenang dalam kehidupan kita, datang dari pengertian yang dalam mengenai nilai diri kita yang sebenarnya, yaitu pengertian yang tumbuh dari keberanian dalam mengalami kepedihan dan penderitaan.<br /><br /><strong>Jadilah pemenang yang sebetulnya.</strong><br />Anda bisa memenangkan sebuah peperangan dengan penggunaan kekuatan, tetapi Anda hanya bisa memenangkan sebuah kehidupan dengan sebuah jiwa yang baik.<br /><span class="fullpost"><br />Dalam peperangan untuk memenangkan kekuatan Anda, kebebasan Anda, dan keberhasilan-keberhasilan Anda; tidak ada jumlah kekuatan yang cukup untuk mencondongkan Anda ke arah yang ditolak oleh jiwa Anda.<br /><br />Anda hanya bisa memenangkan diri Anda sendiri, dengan memenangkan jiwa Anda sendiri.<br /><br />Ketajaman sebilah pedang bisa memenangkan sebuah masa, tetapi jiwa yang baik memenangkan keabadian.<br /><br />Maka, jadilah pemenang yang sebetulnya. Jadilah pemenang dengan jiwa yang baik.<br /><br /><strong>Bangunlah jiwa yang kuat.<br /></strong>Katakanlah, … oh jiwaku, jadilah penguat bagiku. Jadikanlah aku penguasa hidupku, walaupun aku sekecil-kecilnya penguasa.Bila jiwaku kuat, aku akan menari di atas ombak kehidupan. Tetapi, bila jiwaku lemah, ombak kehidupan akan menari di atasku.Maka aku jadikan jiwaku kuat, agar jiwaku menjadikan aku kuat.Karena aku dan jiwaku adalah satu.<br /><br /><strong>Temukanlah kembali semangat pemenang Anda.</strong><br />Sebuah pepatah lama mengatakan, bahwa dia yang kehilangan harta, kehilangan banyak hal.Dia yang kehilangan seorang sahabat, kehilangan lebih banyak lagi. Dan dia yang kehilangan semangatnya, kehilangan semua-nya.<br /><br />Tetapi pepatah tua itu selalu datang menegur dengan penuh keremajaan kepada dia yang longgar memegang jiwanya, dan dengan kelembutan menuntunnya menuju penemuan kembali jiwanya.Anda dilahirkan pemenang. Setiap titik darah Anda adalah darah pemenang. Maka menemukan kembali semangat pemenang yang menjadi hak penuh Anda itu, adalah sesuatu yang alamiah.<br /><br /><strong>Bangunlah sebuah kehidupan yang baik.<br /></strong>Sebuah jiwa membangun kehidupan seseorang. Setelah jadinya, kehidupan orang itu membangun pagar dan batas-batas ruang geraknya, dan yang kemudian membentuk jiwanya. Maka bangunlah kehidupan yang baik.<br /><br />Keputusan Anda mengenai bentuk kehidupan yang Anda pilih, akan menentukan kualitas jiwa yang dibentuk oleh kehidupan Anda.<br /><br /><strong>Sebabkan-lah kehidupan yang baik pada orang lain.<br /></strong>Sebutir biji padi membawa setitik kumpulan cetak biru dari rancangan bentuk dan rincian dari semua sifat dan kualitasnya; dan dengan kehebatan kekuatan yang sedikit kita mengerti, mempertahankannya dalam diri kecilnya itu, sepanjang rantai abad-abad yang panjang, untuk dengan penuh kecintaan meneruskannya ke butir-butir padi berikutnya, agar mereka meneruskan kekuatannya itu ke masa-masa yang panjang ke depan.<br /><br />Lalu, apakah yang bisa membuat kita tidak jengah berhenti, dihentikan oleh lemahnya pendapat diri sendiri mengenai diri sendiri?<br /><br />Padahal semua orang bijak dalam sejarah kemanusiaan telah mengundang kita untuk meneruskan kekuatan mereka kepada keturunan dan lingkungan kita?<br /><br />Mengutip dari JFK, <em>“Saya yakin bahwa setelah debu dari abad-abad yang melalui kota-kota</em> <em>kita; kita pun, akan diingat bukan karena kemenangan atau kekalahan kita dalam peperangan atau dalam politik, tetapi karena kontribusi kita kepada jiwa kemanusiaan.”<br /></em><br />Maka, bangunlah kehidupan yang baik dengan menyebabkan kehidupan yang baik pada orang lain.<br /><br />Dan itu adalah dasar dari semua kekuatan untuk memenangkan kepemimpinan hidup ini. (Mario Teguh)<br /><br /><em>Sumber</em> : marioteguh.com</div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-21343632530858566362009-05-11T23:00:00.001+07:002009-05-21T02:27:06.986+07:00Bertanya Pada Keheningan<div align="justify"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShRApfPt7uI/AAAAAAAAAdA/c6Ut9FWH-Fo/s1600-h/BPK.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5337962539847118562" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand; HEIGHT: 178px" alt="" src="http://1.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShRApfPt7uI/AAAAAAAAAdA/c6Ut9FWH-Fo/s200/BPK.jpg" border="0" /></a>JUDUL artikel ini terkesan “aneh”, bukan? Mengapa bertanya pada keheningan dan bukan kepada seseorang? Apakah keheningan bisa memberikan jawaban? Kalau bisa dari mana jawaban itu muncul?<br /><br />Pembaca, keheningan yang saya maksudkan di sini bukan keheningan malam saat kita semua pulas dalam tidur atau keheningan di puncak gunung saat kita hanya seorang diri menatap langit malam penuh bintang. Keheningan ini juga bukan saat berhentinya aktifitas kehidupan. Keheningan yang saya maksudkan adalah keheningan atau ketenangan pikiran yang penuh hingar bingar.<br /><span class="fullpost"><br />Untuk lebih memahami apa yang saya tulis di atas maka ijinkan saya untuk menjelaskan sekilas mengenai kesadaran (consciousness). Untuk bisa memahami kesadaran maka ada dua hal yang perlu kita ketahui. Pertama adalah kondisi kesadaran (state of consciousness) dan muatan kesadaran (content of consciousness).<br /><br />Kondisi kesadaran ditentukan oleh pola gelombang otak seseorang pada satu waktu tertentu. Kondisi ini dinamis dan bisa berubah setiap saat. Sedangkan muatan kesadaran adalah isi atau buah pikir (thought) yang muncul bersamaan atau pada suatu keadaan kesadaran tertentu.<br /><br />Dengan bantuan teknologi EEG yang telah dimodifikasi untuk kebutuhan khusus maka kini kita bisa melihat secara real time kondisi kesadaran seseorang dengan mengamati komposisi gelombang otak yang terdiri dari gelombang beta, alfa, theta, dan delta.<br /><br />Beta adalah gelombang otak yang paling banyak ditemukan saat seseorang dalam kondisi sadar. Beta juga dikenal dengan gelombang pikiran sadar. Beta dihasilkan oleh aktifitas berpikir. Kisaran frekuensinya antara 12 – 15 Hz. Ada lagi yang disebut dengan High Beta yang lebih tinggi frekuensinya. Beta yang sangat tinggi berhubungan dengan kecemasan atau perasaan panik. Orang yang menjalani hidup dominan dengan gelombang beta, khususnya beta yang tinggi, akan dipenuhi dengan perasaan cemas, takut, dan tidak mampu memfokuskan pikirannya.<br /><br />Alfa adalah gelombang otak saat kita rileks, melamun, atau berfantasi. Frekuensi alfa berkisar antara 8 – 12 Hz dan berfungsi sebagai jembatan penghubung antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar/nirsadar. Alfa sangat penting karena membuat kita mampu menyadari apa yang sedang terjadi dengan diri kita saat dalam kondisi meditasi yang sangat dalam ataupun saat kita bermimpi.<br /><br />Theta adalah gelombang otak yang dihasilkan oleh pikiran bawah sadar. Theta muncul saat kita bermimpi dan pada fase REM (rapid eye movement). Pikiran bawah sadar mempunyai banyak fungsi, antara lain sebagai tempat menyimpan memori, emosi, persepsi, kepribadian, intuisi, dan masih banyak lagi. Muatan pikiran bawah sadar ini hanya bisa diakses bila kita mempunyai kombinasi dan porsi yang tepat dari frekuensi lainnya. Jadi, jika hanya theta saja yang aktif dan tidak ada alfa atau beta maka informasi dari pikiran bawah sadar tidak bisa diakses dan dimengerti.<br /><br />Theta juga merupakan frekuensi yang menentukan level kedalaman meditasi atau khusyuk seseorang. Melalui gelombang theta kita menciptakan dan mengalami hubungan spiritual yang paling kuat, paling dalam, dan berkesan.<br /><br />Delta adalah gelombang yang paling lambat dan rendah frekuensinya dan merupakan pikiran nirsadar (unconscious). Pada orang tertentu gelombang delta mereka sangat aktif walaupun mereka dalam kondisi bangun/sadar dan bertindak sebagai radar yang selalu melakukan scanning. Kemampuan ini yang mendasari intuisi, empati, dan insting kita. Melalui delta kita bisa mengetahui kesejatian diri.<br /><br />Delta banyak dijumpai pada orang yang bekerja di bidang yang berhubungan dengan terapi, misalnya psikiater, psikolog, dokter, atau siapa saja yang biasa memberikan bantuan pada orang lain dalam hal yang berhubungan dengan masalah mental, psikologi, atau emosi. Satu hal yang sangat menarik dari delta yaitu gelombang ini merupakan gerbang untuk mengakses collective unconscious (nirsadar kolektif).<br /><br />Singkat kata begini. Beta memberikan kerangka konspetual dan gambaran melalui kata-kata yang menentukan secara tepat pemahaman suatu situasi melalui proses berpikir. Alfa memberikan input sensori dan memberikan gambar pada muatan yang berasal dari pikiran bawah sadar dan atau nirsadar. Theta adalah gelombang pikiran bawah sadar, menyediakan informasi “orang dalam” atau kebijaksanaan. Informasi yang berasal dari theta dialami seperti gambar yang kabur, gelap, kelam, dan buram. Pada saat alfa dan theta aktif bersamaan maka informasi ini akan dimengerti secara mendalam dan dengan gambar yang jelas. Delta memberikan input yang bersifat instingtif dan intuitif yang dipercaya berasal dari Kecerdasan Universal atau Kecerdasan Koletif.<br /><br />Lalu apa hubungan penjelasan saya yang panjang lebar mengenai gelombang otak dan judul artikel ini?<br /><br />Begini ya, banyak orang berusaha mendapatkan jawaban dari masalah mereka dengan mencari di luar diri mereka. Sebenarnya tanpa mereka sadari atau ketahui jauh di dalam pikiran mereka ada “kesadaran” yang mampu memberikan jawaban yang mereka cari.<br /><br />Untuk bisa mengakses “kesadaran” ini maka kita perlu mengerti pola gelombang otak. Umumnya orang mencari jawaban dengan berpikir keras. Ini kurang baik atau kurang tepat karena hanya akan mengaktifkan pikiran sadar atau gelombang beta.<br /><br />Yang perlu kita lakukan adalah dengan memikirkan masalah kita dan selanjutnya membiarkan pertanyaan yang berhubungan dengan masalah kita turun dan masuk ke pikiran bawah sadar atau nirsadar.<br /><br />Untuk bisa melakukan ini maka kita perlu menenangkan atau mendiamkan pikiran sadar kita. Saat kita masuk ke kondisi hening yang pasrah maka pada saat itu jawaban yang kita cari akan muncul dari pikiran bawah sadar/nirsadar dan naik ke pikiran sadar. Dan tiba-tiba kita akan berkata, “Aha…saya tahu jawabannya”. Inilah proses yang terjadi atau dialami seseorang yang mendapat jawaban saat berdoa atau sholat tahajud.<br /><br />Proses jawabannya seperti ini. Pertama, pikiran nirsadar akan memberikan intuisi atau pemahaman yang bersifat nirsadar. Kita tahu bahwa ada jawaban untuk masalah kita. Tapi kita tidak tahu apa jawabannya.<br /><br />Selanjutnya dari pikiran nirsadar (delta) informasi naik ke pikiran bawah sadar (theta) yang memberikan kita kesadaran atau pemahaman yang mendalam.<br /><br />Dari pikiran bawah sadar (theta) informasi ini naik ke jembatan atau gerbang pikiran bawah sadar yaitu alfa. Di sini informasi ini dibungkus dengan gambar atau sensasi tertentu sehingga dapat dialami atau dirasakan.<br /><br />Dari alfa informasi yang telah mengambil bentuk tertentu naik ke pikiran sadar atau beta. Beta menambahkan pemahaman, penjelasan, interpretasi, dan kata-kata. Dan kita akhirnya tahu apa jawaban yang kita dapatkan. Kita bisa mengolah dan mengingat jawaban ini dengan pikiran sadar kita.<br /><br /><br />Anda jelas sekarang? Kita mengatur pola gelombang otak untuk bisa masuk ke kondisi kesadaran (state of consciousness) dengan tujuan mengakses muatan kesadaran (content of consciousness) tertentu.<br /><br />Untuk bisa melakukan proses ini dengan mudah maka seseorang perlu bisa menghasilkan empat jenis gelombang otak, beta-alfa-theta-delta, secara bersamaan dengan komposisi yang tepat.<br /><br />Lalu bagaimana caranya?<br /><br />Ada teknik khusus yang bisa kita lakukan untuk melatih diri. Pertama kita bisa mengurangi atau menambah gelombang beta. Selanjutnya bila alfa kita kurang banyak maka kita bisa melatih untuk menghasilkan alfa yang lebih banyak. Demikian juga dengan theta dan delta. Jadi kita bisa melatih satu gelombang pada satu waktu tertentu. Dan setelah itu menggabungkannya sesuai kebutuhan.<br /><br />Pola di mana keempat gelombang otak hadir bersamaan dan dalam komposisi yang tepat disebut dengan The Awakened Mind atau Pikiran Yang Terbangun. Pola ini sebenarnya adalah pola gelombang otak saat seseorang dalam kondisi meditasi atau khusyuk namun ada beta untuk memproses informasi yang mereka dapatkan dari pikiran bawah sadar dan nirsadar mereka. Dengan kata lain informasi dari “luar” bisa lancar masuk ke “dalam” dan demikian sebaliknya.<br /><br />Jadi, sesungguhnya bila kita mengerti cara bertanya kepada keheningan maka kita bisa mendapatkan jawaban yang luar biasa. Bayangkan, kita bisa mendapat jawaban baik dari pikiran bawah sadar (conscious mind) maupun dari pikiran nirsadar (unconscious mind) yang mampu mengakses data dari collective unconscious.<br /><br />Inilah yang dimaksdukan oleh seorang bijak di jaman dahulu saat ia berkata, <em>“You do nothing you achive everything”.</em> (Adi W. Gunawan)<br /><br /><em><span style="color:#ffff33;">* Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah pakar pendidikan dan mind technology,pembicara publik, dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis dua belas best seller “Born to be a Genius”, “Genius Learning Strategy, Manage Your Mind for Success”, “Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan?”, “Hypnosis – The Art of Subcsoncsious Communication”, “Becoming a Money Magnet”, “Kesalahan Fatal dalam Mengejar Impian”, dan “Hypnotherapy: The Art of Subconscious Restructuring”, “Cara Genius Menguasai Tabel Perkalian”, “Kesalahan Fatal Dalam Mengejar Impian 2, dan “Five Principles to Turn Your Dreams Into Reality”, dan The Secret of Mindset . Adi dapat dihubungi melalui email adi@adiwgunawan.com dan </span><a href="http://www.adiwgunawan.com/"><span style="color:#ffff33;">www.adiwgunawan.com</span></a><span style="color:#ffff33;">.</span></em></div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-255211597995115486.post-3440453655596445192009-05-10T21:31:00.000+07:002009-05-20T21:38:36.776+07:00Pikiran Adalah Permukaan Hati<div align="justify"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShQVW8P8XuI/AAAAAAAAAbk/oC833FpXOqk/s1600-h/PPH.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5337914942215184098" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand; HEIGHT: 200px" alt="" src="http://2.bp.blogspot.com/_9sT0VVoQKv0/ShQVW8P8XuI/AAAAAAAAAbk/oC833FpXOqk/s200/PPH.jpg" border="0" /></a>JANGAN pernah berkata benci, kotor, atau berpikir busuk. Itu nasihat nenek saya. "Nanti, kalau ada setan lewat, bisa terjadi sungguhan," katanya. Saya cuma mesem, cenderung menyepelekan petuah itu. Maklum, di mata saya, orang sepuh itu suka berpikir aneh, termasuk yang tidak masuk akal.<br /><br />Pokoknya, ucapan Nenek yang membawa nama setan, jin, dan malaikat saya ibaratkan angin lalu. Tak perlu digubris. "Ya, sudah, kalau tak percaya," katanya. Esoknya, petuah serupa diulang lagi, dan diulang lagi, walau sang cucu selalu menertawakannya.<br /><span class="fullpost"><br />Belakangan, "pelajaran" dari Nenek itu ada benarnya, walau tidak mutlak --karena menyertakan setan, jin, dan malaikat sebagai penyebab. Tampaknya, Nenek yang buta huruf dan tak mau memaksakan kehendak itu lebih memahami hidup. Memang, makin berakal seseorang, makin mudah ia memahami alasan orang lain.<br /><br />Ternyata, pikiran manusia itu bisa "disetel" sesuai dengan daya kehendak. Mengumpat disertai kutukan bisa mewujud nyata jika dilakukan serius. Yang merampas daya itu adalah keraguan. Keraguan merampas keberanian, harapan, dan optimisme. Berpikir busuk, misalnya, bisa melecut ketidakserasian. Berpikir buruk itu hanya menyengsarakan diri. Membuat suasana jadi muram.<br /><br />Pernah, suatu ketika, famili saya rekreasi ke Baturaden, Purwokerto, Jawa Tengah. Usai menghirup udara segar pegunungan, mereka kembali ke kota. Jalanan menurun. Tiba-tiba, di balik setir mobil terlintas pikiran negatifnya: "Belasan tahun saya membawa mobil tapi belum pernah merasakan rem blong!" Belum sampai 10 menit otaknya berpikir rem blong, rem yang diinjaknya jebol sungguhan. Kendaraan meluncur deras. Syukurlah, dia tidak panik. Tahap demi tahap gigi persneling dipindahkan ke gigi kecil. Begitu terkendalikan, mobil dipinggirkan dan rem tangan ditarik. Ia menghela napas panjang.<br /><br />"Kok, berhenti," tanya istrinya. ''Lha, wong remnya blong," katanya. ''Kok, tidak bilang-bilang?" tanyanya lagi. Tentu saja tak perlu dijawab. Sebab, jika fakta itu disampaikan, kepanikan dijamin akan menular ke seluruh penumpang. "Tuhan masih melindungi kita," ujar dia.<br /><br />Sebaliknya, pikiran yang positif dapat menghasilkan sesuatu yang sangat mengagumkan. Ia dapat menguasai materi, objek, dan urusan. "Ia bahkan dapat bekerja dengan sangat mengagumkan, yang orang tak dapat menjelaskannya," tulis Hazrat Inayat Khan.<br /><br />Pikiran dan perasaan manusia itu memiliki getaran kekuatan. Ketenangan dan kedamaian hati seorang pawang, misalnya, mampu menjinakkan singa liar. Pikiran singa itu "terpengaruh" oleh si pawang yang cinta damai. Begitu pula dalam arena adu gajah di India. Daya pikir ribuan penonton menghendaki agar hewan itu berkelahi. Keinginan itu direfleksikan pada hewan hingga menimbulkan kekuatan --sekaligus hasrat untuk berkelahi.<br /><br />Ada pula penjinak ular yang bertugas "membujuk" binatang melata itu keluar dari sarangnya, tanpa musik. Pikiran penjinak yang direfleksikan pada ular itulah yang menarik ular keluar dari persembunyian. Ada orang yang mengusir lalat dengan merefleksikan pikirannya pada makhluk kecil tersebut. Kekuatan yang mempengaruhi pikiran serangga itu merupakan bukti adanya daya, bukan keistimewaan.<br /><br />Ada pula kuda yang mampu memecahkan soal matematika rumit. Jawaban itu merupakan refleksi pikiran pelatihnya yang diproyeksikan pada pikiran kuda. Dalam proses mediumistik, suatu gagasan matematika diproyeksikan pada pikiran kuda. Daya proyeksi dapat ditingkatkan dengan peningkatan daya kehendak, pemikiran, atau perasaan. Inilah rahasia terbesar kehidupan.<br /><br />Bila pikiran tak jelas, misalnya, terganggu atau terlalu aktif, maka pikiran tidak dapat mengantar refleksi secara utuh. Pikiran dapat diibaratkan danau. Jika angin bertiup dan air beriak, maka refleksinya menjadi tidak jelas. Sebaliknya, jika berair tenang, bisa merefleksikan dengan jelas.<br /><br />Pikiran adalah permukaan hati, dan hati adalah kedalaman pikiran. Apa yang datang dari dalam menyentuh kedalaman, dan yang di permukaan hanya berada di permukaan. Maka, jangan heran jika dua jiwa yang berhati penuh kasih dan berperasaan halus bisa berkomunikasi melalui pikiran dan perasaan. Jarak bukan halangan.<br /><br />Maka, si Binu yang lama tak bersua, misalnya, tiba-tiba menelepon atau muncul di depan mata hanya karena "terpikirkan" oleh teman karibnya. Kebetulan? Tidak! Di dunia ini tak ada sesuatu yang bersifat kebetulan. Seluruh perilaku pikiran mempengaruhi urusan hidup. Daya pikir memang punya efek yang dahsyat. Pikiran yang panas membuat "api" di sekitarnya, hingga orang-orang di dekatnya terbakar oleh "api" tersebut. Sebaliknya, pikiran yang tenang dan damai memberi kesejukan pada orang-orang yang berada dalam ruang lingkupnya. Tentu, semua refleksi ini bukan karena ada setan atau malaikat lewat. Di dunia ini, tiada suatu yang tanpa makna. Juga bukan kebetulan. Tidak sebutir atom pun yang terlepas dari liputan dan rencana Allah. Hanya karena kita tak memahami kehidupan di dunia ini, maka kita berada dalam kegelapan.<br /><br /><em>"Sesungguhnya, di antara ilmu itu ada yang laksana mutiara tersembunyi, ia tidak diketahui kecuali hanya oleh orang-orang yang mengenal Allah,"</em> kata Nabi Muhammad SAW.<br /><br /><em>Sumber</em> : Gatra</div><br /></span>Just an Ordinary Manhttp://www.blogger.com/profile/02436777860540901853noreply@blogger.com0